Makalah Manajemen Ternak Kambing
Makalah Manajemen Ternak Kambing
PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pola
manajemen usaha ternak kambing yang baik dalam rangka mencapai efisiensi produksi
yang tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4. PERKANDANGAN
Kandang diusahakan menghadap ke timur agar memenuhi persyaratan kesehatan
ternak. Bahan yang digunakan harus kuat, murah dan tersedia di lokasi. Kandang
dibuat panggung dan beratap dengan tempat pakan dan minum. Dinding kandang harus
mempunyai ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik.
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai
usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi
(baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah.
Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika
pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat
badannya dapat mencapai 50 – 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus
diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: pembibitan, pengendalian penyakit,
makanan, dan Kandang.
3.1. PEMBIBITAN
Pemilihan bibit atau bakalan ternak yang akan dipelihara tergantung dari selera
petani peternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Akan tetapi secara umum yang
menjadi pilihan petani peternak adalah kambing yang mudah pemasarannya (Murtidjo,
1992).
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk
pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing
etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang
berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap
lingkungan.
A. Ciri untuk Calon Induk:
1) Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh
besar, tapi tidak terlalu gemuk.
2) Jinak dan sorot matanya ramah.
3) Kaki lurus dan tumit tinggi.
4) Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.
5) Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
6) Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
(1) Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada
lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
(2) Kaki lurus dan kuat.
(3) Dari keturunan kembar.
(4) Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
A. Memandikan
Ternak yang tidak pernah dimandikan, maka bulunya akan kotor, gembel dan
lembab. Keadaan seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya kuman
penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan terhadap kesehatan ternak.
Tujuan memandikan ternak kambing yaitu untuk menjaga kesehatan dari kuman
penyakit, parasit dan jamur yang bersarang dalam bulu. Ternak kambing yang
dimandikan tampak lebih bersih, menarik dan lebih sehat.
Sebaiknya ternak dapat dimandikan secara rutin untuk jantan seminggu sekali
sedangkan betina dapat dimandikan sebulan sekali. Dalam memandikan ternak jantan
dapat di dalam kandang atau dapat dilakukan di luar kandang atau di tempat pemandian
(sumur dan kolam renang), sedangkan ternak betina dimandikan di dalam kandang
sekaligus untuk sanitasi kandang.
B. Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku merupakan salah satu dari kegiatan perawatan kesehatan
ternak kambing. Kuku yang panjang akan mengganggu proses pertumbuhan anak,
karena anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat terganggu oleh kuku.
Cara berjalan yang tidak wajar tersebut akan terus terbawa sampai dewasa, hal
ini akan menurunkan nilai jual. Pada kambing dewasa, pemotongan kuku juga
merupakan langkah preventif terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit kuku
(pododermatitis) akibat banyak terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela kuku.
Selain itu kuku yang panjang terutama pada jantan akan mengganggu proses
perkawinan karena pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna. Jika kuku tersebut patah
maka akan mengakibatkan luka dan infeksi. Pemotongan kuku pada anak dimulai sejak
anak berumur 6 bulan dan selanjutnya dilakukan seperti pada induk betina dan pejantan,
yaitu 3-6 bulan sekali.
3.3. PAKAN
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak.
Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah
dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh.
Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput
dan legum) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil
kelapa, vitamin dan mineral).
a. Cara pemberiannya :
Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan
kambing, berikan juga air minum 1,5 – 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium
secukupnya. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan
yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur
sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari.
3.4. KANDANG
Sebaiknya ternak kambing dipelihara dalam kandang agar :
(1) Memudahkan pengawasan terhadap ternak yang sakit, atau yang sedang
dalam masa kebuntingan.
(2) Memudahkan dalam pemberian pakan
(3) Menjaga keamanan ternak.
4.1. KESIMPULAN
Usaha peternakan, khususnya ternak kambing tidak lagi sekedar sebagai usaha
sampingan, hobi ataupun tabungan, tetapi lebih sebagai usaha pokok yang dapat
diandalkan sebagai sumber pendapatan utama keluarga.
Petani harus berpikir rasional untuk mengelola kelembagaan kelompoknya,
teknis budidayanya, permodalan dan mampu menganalisa secara finansial usaha yang
digelutinya.
Untuk itu petani perlu mencatat semua kebutuhan sarana produksi seperti biaya
pengadaan bibit, pengadaan pakan, tenaga kerja yang telah dikeluarkan maupun hasil
yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Devendra, C dan Burns, M. 1994 . Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB.
Bandung