Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGATAR

Puji serta syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha esa atas segala
rahmadnya , kami dapat menyelesaikan makalah tentang “OKSIGENASI”. kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita, juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kala sempurna.

Oleh sebab itu , kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang kami buat di masa yang akan datang , mengigat tidak adabsesuatu
yang sempurna tanpa yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang


membacanya . sekira makalah ini yang telah yang telah di susun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya . sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi oksegenasi
B. Kebutuhan Oksigenasi
C. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
D. Proses Oksigenasi
E. Jenis Pernapasan
F. Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat Spirometri
G. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
H. Gangguan Oksigenasi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan
oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal.

B. Rumusan Maslah
1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenisasi?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi?
3. Bagaimana terjadinya proses oksigenisasi beserta?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi?
5. Seperti apa jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru?
6. Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenisasi
2. Untuk mengetahui jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari
media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan kebutuhan
oksigenisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi oksegenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel
B. Kebutuhan Oksigenasi

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara


fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu
tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan
pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

C. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi


Saluran Pernapasan bagian Atas :
1. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui
hidung.
2. esophagus.
3. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
4. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring
saat proses menutup.
Saluran pernapasan bagian bawah:
1. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.
2. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronchus kanan dan kiri.
3. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
4. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen
dengan karbondioksida.
5. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.
D. Proses Oksigenasi
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan
udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil
adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu
medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler
paru dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau
permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan
dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh
karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah
vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
3. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah,
latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
E. Jenis Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2
dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai
dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan
menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk
kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel
jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua hormon
termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.

F. Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat Spirometri


Respirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan
ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit
yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang
lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru.
Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri,
sedang hasil rekamannya disebut dengan spirogram.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi
sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang
sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70%
(350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus
alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang
sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead space).
Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute
volume of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini
didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal
permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan
permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh
dengan mengambil nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut
volume cadangan inspirasi (Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume
tidal sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.
Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan
tetapi sesungguhnya paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan
volume residu yang mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya
volume residu sekitar 1200 ml.
Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri :
a. Siapkan alat spirometri
b. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan
data seperti umur, seks, TB, BB.
c. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam
mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
d. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang
sebelum melakukan pemeriksaan.
e. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
f. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk
ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka
akan keluar data dan kurva pada layar monitor spirometri.
g. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan
ekspirasi maksimal.
h. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian
dilanjutkan dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat
spirometri).

G. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan,
emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.
Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan
penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan
oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian
tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen
juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi,
misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen
alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit.
Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang.
Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga
seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan
oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara
yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya
rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi
secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata
perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung
dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan
menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat.
Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan
dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
H. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun
fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat
disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem
kardiovaskuler.
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut
akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat.
Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
gangguan irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1. Gangguan irama pernapasan antara lain:
a) Pernapasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan
berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis
pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada orang di
ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi
saat tidur.
b) Pernapasan ‘Biot’ yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan
Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan
pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan ‘Kussmaul’ yaitu pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis metabolik
dan gagal ginjal.
2. Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya
meningkat di atas frekuensi pernapasa normal.
b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan
yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.
b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama
yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi
servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,
TBC dan lain-lain.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang,
misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3. Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan yaitu:
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia
untuk transpor oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin
menjadi tidak dapat mengankut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena
curah jantung yang rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat
daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.
1. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis
yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia
anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi
dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit.
Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida.
2. Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagn)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn
atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik
ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena
kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia
hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihanatau
abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan
terganggu, sehingga jarinagn kekurangan oksigen.
3. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
4. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun
sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam
jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
I. Masalah Keperawatan Berkaitan dengan kebutuhan oksigen
1. Tidak efektifnya jalan napas

Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak


bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan
napas oleh karena spasme bronkhus dan lain-lain.

2. Tidak efektifnya pola napas

Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas,
yaitu respirasi dan ekspirasi menunjukan tidak normal. Penyebabnya bisa karena
kelemahan neoromuskular, adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan dan
lain-lain.

3. Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi


ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang
dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena
perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit dan lain-lain.

4. Penurunan perfusi jaringan

Adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen.
Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipocolemia, hipervolemia, retensi
karbondioksida, penurunan cardiac output dan lain-lain

5. Intoleransi aktivitas

Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan


untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena
ketidakseimbanganantara suolai dan kebututhan oksigen, produksi energi yang
dihasilkan menurun dan lain-lain.

6. Perubahan pola tidur

Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu.


Kesulitan bernapas (sesak napas) menyebakan seseorang tidak bisa tidur pada jam
biasa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan
penyakit yang dideritanya.

7. Risiko terjadinya iskemik otak

Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang. Hal


tersebut disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak
berkurang, gangguan perfusi otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen
sehingga berisiko terjasi kerusakan jaringan otak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.

B. Saran
Dalam mempelajari materi ini, harusnya mahasiswa dan pembaca dapat
mencari berbagai referensi agar isi tidak menyimpang dari materi dan sesuai dengan
yang seharusnya pada BPKM.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai