Anda di halaman 1dari 7

A.

MMSE ( Mini Mental State Examination )


1. Pengertian
Mini mental state examination (MMSE) adalah pemeriksaan kognitif yang
menjadi bagian rutin pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dementia.
Pemeriksaan ini diindikasikan terutama pada pasien lanjut usia yang mengalami
penurunan fungsi kognitif, kemampuan berpikir, dan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Proses deteriorasi ini umumnya disertai dengan perubahan status
mental (mood dan emosi) dan perilaku.
MMSE adalah alat deteksi dan penunjang diagnostik, namun tidak bisa digunakan
sebagai kriteria tunggal untuk penegakan diagnosis dementia. MMSE merupakan
pemeriksaan yang terdiri dari 11 item penilaian yang digunakan untuk menilai atensi
dan orientasi, memori, registrasi, recall, kalkulasi, kemampuan bahasa, dan
kemampuan untuk menggambar poligon kompleks. Rentang skor MMSE adalah 1-30,
dengan cut off 24. Skor yang lebih rendah dari 24 menunjukkan adanya gangguan
kognitif.
Prosedur pemeriksaan MMSE dilakukan dengan wawancara langsung pada
pasien. Urutan pemeriksaan adalah :
a. Orientasi : dengan menanyakan waktu dan tempat secara spesifik
b. Registrasi : meminta pasien untuk mengingat tiga benda yang disebutkan dan
mengulangnya kembali
c. Atensi dan kalkulasi : meminta pasien melakukan pengurangan dari 100
dikurangi 7 sampai 5 kali atau mengeja satu kata yang terdiri dari 5 huruf
secara terbalik
d. Recall : dengan meminta pasien menyebutkan kembali 3 benda pada tahap
registrasi,
e. Bahasa : meminta pasien menyebutkan nama benda
f. Pengulangan : meminta pasien mengulang kalimat yang disebutkan pemeriksa
g. Meminta pasien melakukan perintah kompleks secara verbal dan tertulis.
Perintah tertulis untuk menilai kemampuan membaca.
h. Menulis : meminta pasien menulis sebuah kalimat
i. Meniru gambar kompleks

MMSE adalah instrumen yang paling banyak digunakan untuk skrining dementia.


MMSE dilaporkan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik, yaitu 77% dan 90%
pada populasi dengan prevalensi dementia tinggi, serta 81% dan 87% pada populasi
dengan prevalensi rendah.

2. Teknik
Teknik penggunaan mini mental state examination (MMSE) adalah dengan
wawancara langsung dengan pasien. Pasien akan ditanya dan diminta mengikuti
instruksi pemeriksa.
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus sebelum melakukan pemeriksaan mini mental
state examination (MMSE). Namun selalu minta persetujuan pasien sebelum
melakukan pemeriksaan dan jelaskan tujuan dilakukannya pemeriksaan.
Situasi pemeriksaan dibuat senyaman mungkin bagi pasien untuk
meminimalkan stress.
b. Peralatan
Alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan mini mental state
examination (MMSE) adalah instrumen MMSE, selembar kertas kosong,
selembar kertas dengan tulisan perintah “Angkat Tangan Kiri Anda!”, dan dua
macam objek misalnya pensil dan jam tangan.
c. Posisi Pasien
Tidak ada posisi khusus untuk pemeriksaan mini mental state
examination (MMSE). Pasien hanya diminta untuk duduk berhadapan dengan
pemeriksa, sehingga pasien bisa dengan jelas melihat dan mendengar perintah
dari pemeriksa. Kemudian, lakukan penilaian singkat apakah pasien bisa
melihat dan mendengar pemeriksa dengan jelas, misalnya dengan
menanyakan nama pasien. Pastikan apakah pasien menggunakan alat bantu
dengar atau kacamata.
d. Perkenalkan diri dan sampaikan bahwa pemeriksa akan melakukan
pemeriksaan memori dan kognisi. Hal ini untuk menghindari timbulnya
resistensi selama pemeriksaan.

3. Prosedural
Pemeriksaan mini mental state examination (MMSE) umumnya dilakukan pada
pasien yang dicurigai mengalami dementia. Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh
dokter, perawat, atau asisten terlatih. Pasien sering kali malu mengakui gangguan
kognitif yang dialaminya sehingga pemeriksa perlu menyadari dan mengantisipasi hal
ini.
Pemeriksa tidak boleh melakukan hal-hal yang mungkin menjadi petunjuk bagi
pasien untuk menjawab atau memperbaiki jawaban, misalnya menggelengkan kepala
ketika jawaban pasien salah.

MMSE mencakup 11 item penilaian yang digunakan untuk menilai atensi dan
orientasi, memori, registrasi, recall, kalkulasi, kemampuan bahasa, dan kemampuan
untuk menggambar poligon kompleks.
a. Orientasi.

1) Untuk orientasi waktu, tanyakan tanggal hari ini. Minta pasien


menyebutkan hari, tanggal, bulan, tahun, dan musim. Tanyakan kembali
informasi yang belum pasien sebutkan. Berikan skor 1 untuk setiap
jawaban benar. Skor maksimal adalah 5
2) Untuk orientasi tempat, tanyakan mengenai tempat pasien berada saat ini
(negara, provinsi, kota atau kabupaten, rumah sakit, serta ruang atau
lantai). Berikan skor 1 untuk setiap jawaban benar. Skor maksimal adalah
5.

b. Registrasi

Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa akan menyebutkan 3 buah


benda dan minta pasien untuk mengingatnya. Kemudian sebutkan 3 nama
benda pelan-pelan dengan jarak 1 detik. Skor ditentukan berdasarkan jumlah
benda yang bisa disebutkan pada percobaan pertama. Ulangi tahap ini sampai
6 kali, nilai apakah pasien bisa menyebutkan ke tiga nama benda. Beri skor 1
untuk setiap nama benda yang benar.

c. Atensi dan Kalkulasi

1) Minta pasien untuk melakukan pengurangan mulai dari 100 dikurangi 7,


dan seterusnya sampai 5 kali operasi pengurangan. Skor sesuai dengan
jumlah jawaban yang benar.
2) Bila pasien tidak mampu berhitung, minta pasien mengeja dari belakang
kata yang terdiri dari 5 huruf. Misalnya RUMAH, dieja menjadi H-A-M-
U-R. Skor sesuai dengan jumlah huruf yang ditempatkan secara benar.

d. Recall

1) Minta pasien mengulang kembali nama 3 benda yang disebutkan pada saat
pemeriksaan registrasi.
2) Bahasa Minta pasien untuk menyebutkan dua nama benda yang
ditunjukkan, misalnya pensil dan arloji. Berikan skor sesuai dengan
jawaban yang benar.

e. Pengulangan

1) Minta pasien untuk mengulangi kalimat “tanpa kalau dan atau tetapi”.
Berikan skor 1 bila pasien mampu mengulangi kalimat dengan benar.
2) Berikan secarik kertas pada pasien, kemudian katakan, “Ambil kertas ini
dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakkan di lantai”. Berikan skor 1
untuk setiap tahapan yang benar.
3) Membaca siapkan selembar kertas yang tertulis perintah dalam huruf besar
“Angkat Tangan Kiri Anda”. Minta pasien untuk membaca perintah dan
melakukannya. Berikan skor 1 bila pasien mampu melakukan perintah
dengan benar.
4) Menulis berikan selembar kertas kosong dan alat tulis, kemudian minta
pasien untuk menulis sebuah kalimat. Berikan skor 1 bila kalimat yang
ditulis mengandung subjek dan predikat.
5) Meniru gambar segilima tunjukan gambar dua buah segilima yang saling
berpotongan, kemudian minta pasien untuk menyalinnya. Skor 1 diberikan
bila pasien bisa menggambar 2 segilima dengan benar dan keduanya
saling berpotongan.

f. Skoring
Skor dihitung berdasarkan jawaban yang sebenarnya dari pasien.
Pemeriksa tidak boleh memberikan skor berdasarkan asumsi atau mengoreksi
jawaban pasien berdasarkan asumsi tersebut. Misalnya pada pasien yang
mengalami depresi, pemeriksa tidak boleh berasumsi bahwa pada depresi
terjadi penurunan konsentrasi sehingga pasien kesulitan menghitung,
kemudian hal ini mempengaruhi skor yang diberikan kepada pasien.
Bila pasien mempunyai keterbatasan fisik yang menghalanginya untuk
melakukan salah satu komponen pemeriksaan, maka perlu dilakukan
penyesuaian skor maksimal yang bisa dicapai pasien. Contoh:
1) Seorang pasien yang mengalami kebutaan, maka dia tidak bisa
membaca perintah, menulis kalimat, dan meniru gambar. Maka skor
maksimal yang bisa dicapai adalah 27
2) Bila dalam pemeriksaan pasien ini mendapat skor 15, maka skor
penyesuaian didapatkan dengan cara mengalikan skor pasien dengan
30, kemudian dibagi dengan skor maksimal yang bisa dicapai, yaitu 27
3) Hasilnya adalah 16,6. Skor penyesuaian harus dibulatkan karena hasil
penilaian MMSE selalu bulat. Maka skor penyesuaian pasien ini
adalah 17

Setiap item pemeriksaan ditanyakan maksimal 3 kali. Bila pasien tidak


merespon setelah 3 kali ditanyakan, berikan nilai nol. Bila pasien memberikan
jawaban yang salah, maka berikan nilai nol dan pertanyaan tidak perlu diulang.
Rentang skor MMSE adalah 0 – 30. Skor kurang dari 24 mengindikasikan adanya
hendaya kognitif, misalnya ada delirium, amnesia, atau dementia. Namun untuk
pasien yang pendidikannya lebih rendah dari SMA, sering kali digunakan cut
off yang lebih rendah, yaitu skor 21. Skor 21-23 menunjukkan adanya hendaya
kognitif ringan. Skor antara 17-23 juga disebut sebagai probable dementia,
sedangkan skor < 17 disebut sebagai definitif dementia. Sebuah tinjauan oleh
Arevalo-Rodriguez (2015) menyebutkan bahwa cut off untuk MMSE sebaiknya
disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien, yaitu :

1) Pasien dengan pendidikan kurang dari 6 tahun, cut off yang digunakan


adalah < 17
2) Pendidikan 7-8 tahun, menggunakan cut off < 20
3) Cut off < 23 untuk pendidikan yang lebih tinggi [5]

4. Pedoman klinis mini mental state examination (MMSE)


pemeriksa adalah untuk melakukan skoring sesuai jawaban pasien sebenarnya.
Pemeriksa tidak boleh membantu atau membuat asumsi terkait jawaban pasien. Hal
lain yang harus diperhatikan adalah :
a. Pemeriksaan MMSE dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis Namun,
perlu diingat walaupun hasil MMSE yang buruk menunjukkan adanya gangguan
kognitif, tapi hasil yang baik tidak menyingkirkan kemungkinan gangguan
kognitif
b. Hasil pemeriksaan MMSE juga dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat
pendidikan pasien
c. Kemampuan kognitif sebelum sakit juga mempengaruhi hasil pemeriksaan
MMSE. Pasien dengan tingkat kognitif yang tinggi bisa memenuhi kriteria
diagnosis untuk dementia, namun masih mempunyai skor MMSE yang tinggi
d. MMSE mempunyai angka positif palsu yang tinggi bila digunakan di layanan
primer, sehingga tidak bisa digunakan sebagai alat tunggal untuk penegakan
diagnosis
e. Pemeriksaan MMSE hanya bisa dilakukan pada subjek yang mampu menulis,
membaca, dan berhitung
f. Hasil pemeriksaan MMSE juga berhubungan dengan stress yang dirasakan oleh
pasien ketika menjalani pemeriksaan. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga
kenyamanan pasien dan melakukan edukasi sebelum pemeriksaan
5. Indikasi
Indikasi penggunaan mini mental state examination (MMSE) adalah pada pasien-
pasien dengan kecurigaan dementia. Dementia adalah sindrom yang menggambarkan
sekelompok gangguan akibat proses neurodegeneratif, ditandai oleh penurunan fungsi
kognitif dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang terjadi secara
progresif. Kondisi ini bisa disertai berbagai gejala neuropsikiatri dan gangguan
perilaku. Diagnosis dementia dicurigai bila ada dua atau lebih domain kognitif yang
mengalami penurunan.
MMSE juga digunakan untuk melakukan follow up klinis pada pasien dengan
gangguan kognitif (misalnya untuk menilai respon terhadap terapi), menilai derajat
keparahan dan perburukan dementia, untuk mengambil keputusan inisiasi atau
penghentian obat antidementia, untuk membuat perkiraan terkait prognosis, dan
karakterisasi beban akibat dementia di populasi

6. Komplikasi
pada mini mental state examination (MMSE) jarang ditemukan. Pemeriksaan ini
dilakukan melalui wawancara pada pasien yang dicurigai mengalami gangguan
kognitif, misalnya dementia, sehingga risiko secara fisik pada pasien tidak ada. Pada
pemeriksaan MMSE, ada 11 item yang dinilai, yaitu atensi dan orientasi, memori,
registrasi, recall, kalkulasi, kemampuan bahasa, dan kemampuan untuk menggambar
poligon kompleks. Pemeriksaan ini bisa membuat pasien stress, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport  yang baik sebelum dan selama pemeriksaan, serta menjaga
pasien agar senyaman mungkin
7. Kontraindikasi
Pemeriksaan ini secara umum aman dan tidak menimbulkan risiko gangguan fisik.
Walaupun tidak ada kontraindikasi khusus, MMSE tidak bisa digunakan pada pasien
dengan kondisi yang menghalanginya untuk melakukan tugas-tugas yang diperlukan saat
pemeriksaan. Contoh kondisi ini antara lain afasia dan kebutaan atau gangguan penglihatan
seperti pada katarak. Pasien yang memiliki  keterbatasan fisik yang menghalanginya untuk
menulis atau menggambar juga tidak dapat menjalani pemeriksaan MMSE, misalnya
pasien dengan hemiparesis akibat stroke.
8. Edukasi 
mini mental state examination (MMSE) diberikan bahkan sebelum pemeriksaan
dilakukan. Sebelum pemeriksaan, pasien perlu mendapatkan edukasi bahwa hasil dari
pemeriksaan ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk penanganan gangguan
kognitif yang dialami, sehingga pasien tidak perlu menyembunyikan
ketidakmampuannya dalam mengerjakan pemeriksaan.
Edukasi yang perlu diberikan setelah penggunaan MMSE adalah terkait dengan
hasil pemeriksaannya. Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa MMSE
hanyalah alat bantu untuk menegakkan adanya gangguan kognitif. Hasil yang jelek
pada pemeriksaan MMSE tidak berarti bahwa pasien pasti menderita dementia

Anda mungkin juga menyukai