Anda di halaman 1dari 9

Format Indikator Penilaian Kognitif Lansia

Oleh :
Nama : Vene Aulia Wulandari
Nim : 1710108
Kelas : S1 3B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2020
Format Penilaian Kognitif Lansia

The Mini Mental State Examination (MMSE)

Di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, psikogeriatris menggunakan the Mini


Mental State Examination (MMSE) sebagai instrumen untuk menilai kognitif pasien. Tes ini
meski paling sering digunakan, memiliki kelemahan pada waktu yang dibutuhkan untuk tes
tersebut. MMSE menggunakan instrumen penilaian 30 poin. Instrumen ini pertama
dikembangkan sebagai skrining kelainan kognitif untuk membedakan antara kelainan organik
dan non organik (misalnya schizophrenia). Pada saat ini, MMSE merupakan metode untuk
skrining dan monitoring perkembangan demensia dan delirium. MMSE berkorelasi baik
dengan skor tes skrining kognitif yang lain. Waktu yang dibutuhkan rata-rata 8 menit dengan
rentang 4-21 menit. Skor pada MMSE bisa bias karena pengaruh tingkat pendidikan,
perbedaan bahasa, dan hambatan budaya. Pasien dengan tingkat pendidikan lebih rendah
dapat keliru diklasifikasikan sebagai gila, dan pada pasien dengan tingkat pendidikan tinggi
bisa tidak terdeteksi. Skor MMSE umumnya menurun dengan bertambahnya usia. Beberapa
penulis menyarankan untuk menurunkan batas pada usia lanjut, yaitu <20 untuk indikasi
adanya kelainan. Meskipun rata-rata skor yang rendah pada usia lanjut dapat disebabkan
tingginya prevalensi demensia pada kelompok ini (Tangalos,1996; Parker,2004).

Skor 30 tidak selalu berarti fungsi kognitif normal dan skor nol bukan berarti tidak
ada kognisi secara absolut. Tes ini tidak punya kapasitas mencukupi untuk tes fungsi frontal/
eksekutif atau fungsi visuospasial (khususnya parietal kanan). Tugas segilima pada MMSE
memerintahkan pasien menirukan gambar dan tidak menilai kemampuan merencanakan.
Sebagai akibatnya tes ini mempunyai keterbatasan untuk mendeteksi demensia non
Alzheimer, seperti kelainan kognitif pasca stroke, dan demensia frontotemporal atau
subkortikal pada fase awal (Tangalos,1996).

Untuk mengurangi bias atau kelemahan MMSE, dikembangkan beberapa tes lain
seperti Standardized Mini-Mental State Examination (SMMSE) diperkenalkan sebagai upaya
menurunkan variasi skor inter rater (Parker,2004). The Abbreviated Mental Test (AMT),
Mini-Cog (dapat dikerjakan dalam 3 menit) dan Six-Item Screener (SIS) (mempunyai 6
pertanyaan) sehingga lebih memungkinkan penggunaan tes ini secara rutin pada pasien usia
lanjut di rumah sakit yang sibuk atau di UGD. Clock Drawing Test (CDT) mempunyai
keuntungan relatif terhindar dari bias karena faktor tingkat intelektual, bahasa, dan budaya.
The General Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG) digunakan untuk menguji
memori kejadian yang baru terjadi dan orientasi. Six-Item Cognitive Impairment Test (6CIT)
menggunakan beban skor yang berbeda pada masing-masing item (Holmes,1996;
Tangalos,1996; Swain,1999).

Nama
Nama Responden : Pewawancara :
Tanggal
Umur Responden : Wawancara :
Pendidikan : Jam mulai :
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Nilai Nilai
Maksimu Respon
m den  
    ORIENTASI
5   Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
5 Sekarang kita berada di mana?
(Nama rumah sakit atau instansi)
  (Instansi, jalan, nomor rumah, kota, kabupaten, propinsi)
    REGISTRASI
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, misalnya:
(bola, kursi, sepatu). Satu detik untuk tiap benda. Kemudian
mintalah responden mengulang ketiga nama benda tersebut.
Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, bila masih salah
ulangi penyebutan ketiga nama tersebut sampai responden
dapat mengatakannya dengan benar:
  Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah : ______ kali
    ATENSI DAN KALKULASI
5 Hitunglah berturut-turut selang 7 angka mulai dari 100 ke
bawah. Berhenti setelah 5 kali hitungan (93-86-79-72-65).
Kemungkinan lain ejaan kata dengan lima huruf, misalnya
'DUNIA' dari akhir ke awal/ dari kanan ke kiri :'AINUD'
  Satu (1) nilai untuk setiap jawaban benar.
    MENGINGAT
3 Tanyakan kembali nama ketiga benda yang telah disebut di
atas.
  Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
    BAHASA
9   a. Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil dan
arloji (2 nilai)
b. Ulangi kalimat berikut :"JIKA TIDAK, DAN
ATAU TAPI" (1 nilai)
c. Laksanakan 3 perintah ini :  
Peganglah selembar kertas dengan tangan kananmu,
lipatlah kertas itu pada pertengahan dan letakkan di
lantai (3 nilai)
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut  
"PEJAMKAN MATA ANDA" (1 nilai)
e. Tulislah sebuah kalimat ! (1 nilai)
f. Tirulah gambar ini ! (1 nilai)

Jam selesai :
Tempat
wawancara :
Gambar : Mini Mental State Examination (MMSE) (Setiati,2007).
Teknik pemakaian dan penilaian MMSE
MMSE menggunakan instrumen berbentuk berbagai pertanyaan. Daftar pertanyaan
terdapat pada gambar 1. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut (Folstein, 1975;
Setiati,2007):
a. Penilaian Orientasi (10 poin)
Pemeriksa menanyakan tanggal, kemudian pertanyaan dapat lebih spesifik jika ada
bagian yang lupa (misalnya :”Dapatkah anda juga memberitahukan sekarang musim
apa?”). Tiap pertanyaan yang benar mendapatkan 1 (satu) poin. Pertanyaan kemudian
diganti dengan ,”Dapatkah anda menyebutkan nama rumah sakit ini (kota, kabupaten,
dll) ?”. Tiap pertanyaan yang benar mendapatkan 1 (satu poin).
b. Penilaian Registrasi (3 poin).
Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda yang tidak berhubungan dengan jelas dan
lambat. Setelah itu pasien diperintahkan untuk mengulanginya. Jumlah benda yang
dapat disebutkan pasien pada kesempatan pertama dicatat dan diberikan skor (0-3).
Jika pasien tidak dapat menyebutkan ketiga nama benda tersebut pada kesempatan
pertama, lanjutkan dengan mengucapkan namanya sampai pasien dapat mengulang
semuanya, sampai 6 kali percobaan. Catat jumlah percobaan yang digunakan pasien
untuk mempelajari kata-kata tersebut. Jika pasien tetap tidak dapat mengulangi ketiga
kata tersebut, berarti pemeriksa harus menguji ingatan pasien tersebut. Setelah
menyelesaikan tugas tersebut, pemeriksa memberitahukan kepada pasien agar
mengingat ketiga kata tersebut, karena akan ditanyakan sebentar lagi.
c. Perhatian dan kalkulasi (5poin)
Pasien diperintahkan untuk menghitung mundur dari 100 dengan selisih 7. hentikan
setelah 5 angka. Skor berdasarkan jumlah angka yang benar. Jika pasien tidak dapat
atau tidak dapat mengerjakan tugas tersebut, maka dapat digantikan dengan mengeja
kata ”DUNIA” dari belakang. Cara menilainya adalah menghitung kata yang benar.
Contohnya jika menjawab “AINUD” maka diberi nilai 5, tetapi jika menjawab
“AINDU” diberi nilai 3.
d. Ingatan (3poin)
Pasien diperintahkan untuk mengucapkan 3 kata yang diberikan sebelumnya kepada
pasien dan disuruh mengingatnya. Pemberian skor dihitung berdasarkan jumlah
jawaban yang benar.
e. Bahasa dan praktek (9 poin)
Penamaan : Pasien ditunjukkan arloji dan diminta menyebutkannya. Ulangi dengan
menggunakan pensil. Skor 1 poin setiap nama benda yang benar (0-2).
Repetisi (pengulangan) : Pasien diminta untuk mengulangi sebuah kalimat yang
diucapkan oleh penguji pada hanya sekali kesempatan. Skor 0 atau 1.
Perintah 3 tahap : pasien diberikan selembar kertas kosong, dan diperintahkan, ”
Taruh kertas ini pada tangan kanan anda, lipat menjadi 2 bagian, dan taruh di lantai”.
Skor 1 poin diberikan pada setiap perintah yang dapat dikerjakan dengan baik (0-3).
Membaca : Pasien diberikan kertas yang bertuliskan ”Tutup mata anda” (hurufnya
harus cukup besar dan terbaca jelas oleh pasien. Pasien diminta untuk membaca dan
melakukan apa yang tertulis. Skor 1 diberikan jika pasien dapat melakukan apa yang
diperintahkan. Tes ini bukan penilaian memori, sehingga penguji dapat mendorong
pasien dengan mengatakan ”silakan melakukan apa yang tertulis” setelah pasien
membaca kalimat tersebut.
Menulis : Pasien diberikan kertas kosong dan diminta menuliskan suatu kalimat.
Jangan mendikte kalimat tersebut, biarkan pasien menulis spontan. Kalimat yang
ditulis harus mengandung subjek, kata kerja dan membentuk suatu kalimat. Tata
bahasa dan tanda baca dapat diabaikan.
Menirukan : pasien ditunjukkan gambar segilima yang berpotongan, dan diminta
untuk menggambarnya semirip mungkin. Kesepuluh sudut harus ada dan ada 2 sudut
yang berpotongan unruk mendapatkan skor 1 poin. Tremor dan rotasi dapat diabaikan.

Interpretasi penilaian MMSE


Setelah dilakukan penilaian, skor dijumlahkan dan didapatkan hasil akhir. Hasil yang
didapatkan diintrepetasikan sebagai dasar diagnosis. Ada beberapa interpretasi yang bisa
digunakan. Metode yang pertama hanya menggunakan single cutoff, yaitu abnormalitas
fungsi kognitif jika skor <24. metode lain menggunakan range. Jika skor <21 kemungkinan
demensia akan meningkat, sedangkan jika skor >25 kecil kemungkinan demensia.
Interpretasi lainnya memperhitungkan tingkat pendidikan pasien. Pada pasien dengan
tingkat pendidikan rendah (di bawah SMP) ambang batas abnormal diturunkan menjadi 21,
pada tingkat pendidikan setingkat SMA abnormal jika skor <23, pada tingkat perguruan
tinggi skor abnormal jika <24.
Berat ringannya gangguan kognitif dapat diperkirakan dengan MMSE. Skor 24-30
menunjukkan tidak didapatkan kelainan kognitif. Skor 18-23 menunjukkan kelainan kognitif
ringan. Skor 0-17 menunjukkan kelainan kognitif yang berat (Folstein, 1975).
Tabel Interpretasi MMSE (Folstein, 1975).

Metode Skor Interpretasi


Single Cutoff <24 Abnormal
Range <21 Kemungkinan demesia lebih besar
>25 Kemungkinan demesia lebih kecil
Pendidikan 21 Abnormal pada tingkat pendidikan kelas 2 SMP
<23 Abnormal pada tingkat pendidikan SMA
<24 Abnormal pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi
Keparahan 24-30 Tidak ada kelainan kognitif
18-23 Kelainan kognitif ringan
0-17 Kelainan kognitif berat

Abbreviated Mental Test Score (AMT)


Perkiraan penggunaan waktu pelaksanaan harus diperhatikan, karena waktu penilaian
lebih panjang pada penderita dengan kelainan kognitif daripada yang tidak. Oleh sebab itu,
dikembangkan beberapa instrumen untuk menilai fungsi kognitif pada penderita lanjut usia
dengan waktu yang lebih pendek daripada MMSE. Salah satu instrumen yang dikembangkan
adalah Abbreviated Mental Test Score (AMT) (MacKenzie,1996; Tangalos,1996). AMT
mempunyai sensitifitas dan spesivisitas yang lebih rendah dalam mendeteksi adanya kelainan
kognitif daripada MMSE. AMT tampaknya kurang menyenangkan, meskipun lebih mudah
dan cepat untuk digunakan. (Tombaugh,1992; MacKenzie,1996). Interpretasi skor pada AMT
adalah jika skor AMT <6 menunjukkan adanya demensia.
The Abbreviated Mental Test (AMT) lebih singkat, terdiri dari 10 soal yang
digunakan untuk skrining kelainan. Tes ini terdiri dari 10 pertanyaan yang diseleksi
berdasarkan nilai diskriminatif dari Mental Test Score yang lebih panjang. AMT termasuk
komponen-komponen yang mengikuti memori baru dan lama, atensi, dan orientasi. Skor <8
merupakan batas yang menunjukkan defisit kognitif yang bermakna. Tes ini menunjukkan
secara cepat penilaian beratnya penyakit dibandingkan tes yang lebih panjang. Tes ini mampu
mendeteksi perubahan kognisi yang berhubungan dengan perkembangan pasca operatif pada
delirium. Pada pasien usia lanjut, tes ini dapat dikerjakan dalam 3 menit.
Terdapat versi 4 pertanyaan AMT (AMT4), dengan pertanyaan tentang umur, tanggal
lahir, tempat, dan tahun saja. Tes ini lebih cepat, lebih mudah digunakan, dan lebih mudah
diingat oleh pemeriksa. Sehingga lebih meningkatkan kemungkinan penggunaan tes ini
secara rutin pada pasien usia lanjut di rumah sakit yang sibuk atau di UGD.

SETIAP JAWABAN BENAR MENDAPAT SKOR SATU POIN


1. Umur
2. Waktu (jam)
3. Alamat lengkap (pertanyaan diulang saat akhir wawancara)
4. Tahun
5. Nama rumah sakit, institusi atau alamat rumah (tergantung tempat wawancara)
6. Mengenal 2 orang (misalnya dokter, perawat, istri, dll)
7. Tanggal lahir
8. Tahun Perang Dunia I mulai
9. Nama raja sekarang
10. Menghitung mundur dari 20 ke 1
Total skor
SKOR KURANG DARI 6 MENUNJUKKAN ADANYA DEMENSIA

Gambar Daftar pertanyaan pada AMT


DAFTAR PUSTAKA

Setiati S, Laksmi PW, Sari NK. 2007. Usia Lanjut. Dalam : Kedokteran Peri Operatif,
Evaluasi dan Tata Laksana di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Editor : Mansjoer A,
Sudoyo AW, Alwi I, Rinaldi I, Harimurti K, Laksmi PW, dkk. Pusat Penerbitan
Penyakit Dalam Universitas Indonesia, Jakarta. Hlm 222-240
Tangalos EG, Smith GE, Ivnik RJ, et al. 1996.The Mini-Mental State Examination in
general medical practice: clinical utility and acceptance. Mayo Clin Proc 71:829–37
Tombaugh TN, McIntyre NJ, 1992. The Mini-Mental State Examination: a comprehensive
review. JAGS; 40:922–35.

Anda mungkin juga menyukai