Anda di halaman 1dari 28

CSL 6 | 2020

PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR


MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
dr. M Ricky Ramadhian M.Sc.; dr. Rizki Hanriko, Sp.PA
A. TEMA
Keterampilan prosedural pemeriksaan fungsi luhur/ Mini Mental State Examination
(MMSE)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi luhur kortikal.
• Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan fungsi
luhur kortikal.
• Mahasiswa mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan fungsi
luhur kortikal.

C. ALAT DAN BAHAN


• Blanko MMSE
• Pensil/pulpen, kertas

D. SKENARIO
PIKUN
Demi, wanita, 35 tahun datang ke klinik saudara.
Demi : “Dok, saya ini kadang-kadang gampang lupa. Kata suami, saya ini
mulai pikun, benar enggak sih dok?”
Saudara : (senyum)
“tenang ibu, nanti kita lakukan salah satu tes yaitu tes MMSE untuk
mengetahuinya”

E. DASAR TEORI
Pemeriksan fungsi luhur kortikal secara sederhana dapat dilakukan dengan pemeriksaan
status mental mini (MMSE). MMSE merupakan instrumen pengkajian sederhana yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam berpikir atau menguji aspek-aspek
kognitif. Pemeriksaan status mental merupakan evaluasi fungsi kognitif dan emosi yang harus
dilakukan secara runtut dan sitematis. Tes ini menilai orientasi waktu, tempat, ingatan segera,
memori jangka pendek dan pengurangan serial atau membaca terbalik, selain itu juga mengukur
kemampuan konstruksional dan pemakaian bahasa. Nilai MMSE dipengaruhi oleh usia dan
tingkat pendidikan. !
Setiap penilaian terdiri dari beberapa tes dan diberi skor untuk setiap jawaban yang
benar. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang tenang dan akomodatif agar klien
dapat mendengar dengan baik setiap perintah yang diberikan dan dapat menjawab sebisa dan
seakurat yang klien bisa.

F. PROSEDUR
1. PERSIAPAN
! !

• Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang.


• Perlihatkan sikap yang baik.
• Lakukan kontak mata sewajarnya.

113
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
• Tunjukkan sikap tubuh yang terbuka dapat ditunjukkan dengan adanya perhatian
dan melibatkan diri dalam percakapan.
• Hadapi pasien dengan tulus hati, wajah cerah dan ramah.
• Perlihatkan posisi wajar dan tenang.
2. ORIENTASI
• Minta pasien menyebutkan: tanggal, hari, bulan, tahun, musim
• Minta pasien menyebutkan: ruangan, rumah sakit/kampus, kota, propinsi, negara
3. REGISTRASI
• Minta pasien mengingat 3 kata: bola, mawar, kursi !
4. ATENSI/! KALKULASI
• Minta pasien mengurangi angka sebanyak lima seri: 100-7; atau menyebutkan
urutan huruf dari belakang kata: WAHYU
5. RECALL
• Minta pasien mengingat kembali ketiga kata tadi: bola, mawar, kursi
6. BAHASA
• Minta pasien menyebutkan kata: jam tangan (arloji), pensil
• Kemudian minta mengulangi kata yang kita ucapkan: namun atau dan atau tapi
• Menilai pengertian verbal dengan meminta klien untuk mengikuti perintah kita:
Ambil kertas ini dengan tangan kanan.
Lipatlah menjadi dua
Letakkan di lantai
• Pasien diminta membaca dan melakukan yang dibacanya: “pejamkan mata Anda”
• Lanjutkan dengan menulis kalimat lengkap
7. KONSTRUKSI
• Pasien diminta meniru gambar berikut ini

8. KESIMPULAN
Dari pemeriksaan, jumlahkan total skor jawaban benar yang didapat. Dari skor tersebut
didapatkan penilaian:
27 – 30: MMSE
22 – 26: curiga gangguan fungsi kognitif
≤ 21 : pasti gangguan fungsi kognitif

G. DAFTAR PUSTAKA
✓ Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
✓ Peter Duus. Diagnosis topik Neurologi, anatomi, fisiologi, tanda , gejala. EGC.
Jakarta: 1994
✓ SM Lumbantobing: Neurologi Klinik, Pemeriksaan fisik dan mental. BP FKUI.
Jakarta:2000

114
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
H. CEKLIS MMSE
No Aspek Feedback

INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (salam, perkenalan diri, sikap terbuka,ramah dan
kontak mata)
CONTENT
2 Menanyakan orientasi
3 Menanyakan registrasi
4 Menanyakan atensi dan kalkulasi
5 Menanyakan recall
6 Menanyakan bahasa
7 Meminta untuk menggambar pola
8 Menyimpulkan hasil penilaian
PROFESSIONALISM
9 Melakukan dengan penuh percaya diri
10 Melakukan dengan kesalahan minimal

115
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
Pemeriksaan Status Mini Mental "#$

Nama %&'
: ________________________ Tanggal Lahir $
()*&
:_______ +,-#
Pekerjaan : ________________________
++#. Tanggal Pemeriksaan :______

No Pertanyaan Nilai Max Nilai


ORIENTASI
/ !
1 Sekarang (tanggal), (hari), (bulan), (tahun), (musim) apa? 5 ,

2 Kita berada di (ruangan), (rumah sakit/kampus), (kota), (propinsi), 5 ,


(negara) mana?
REGISTRASI
! 0
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 3
detik (misal: bola, melati, kursi), pasien diminta mengulanginya. #
Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk setiap 5
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban (93, 86, 79, 72,
65) 12
Atau
Minta pasien mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai ! diberi pada
huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya uyahw: nilai 2)
RECALL!
5 Pasien diminta menyebutkan kembali 3 nama benda sebelumnya 3 3
BAHASA
6 Penyebutan: 2
Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjuk 4
(perlihatkan pensil dan jam tangan)
7 Pengulangan: 1 5
Pasien diminta mengulang “namun tanpa dan bila”
8 Pengertian verbal: 3
Pasien diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini dengan 4
tangan kanan, lipatlah menjadi dua, dan letakkan di lantai”
9 Membaca + pengertian bahasa tulisan: 1

/
Pasien diminta membaca dan melakukan yang dibacanya:
“pejamkanlah mata Anda”
10 Menulis: 1
Pasien diminta menulis kalimat lengkap (ada subjek + predikat)
11 Konstruksi: 1
Pasien diminta menyalin gambar

TOTAL 30
/
6
116
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020 ##+ 7
89:&; < ='>=
='>= =)'> ?9=>&;&<
@ ##2#$ 7 A)*;&=B> C
='>=
#- 2
4D 2- EEFG
CSL 6 | 2020

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

dr. Oktadoni Saputra, MMedEd

A. TEMA
Keterampilan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri dalam rangka penegakan
Diagnosis Gangguan Jiwa

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti CSL ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengenali tanda dan gejala gangguan jiwa mayor
2. Melakukan anamnesis psikiatri (allo- maupun auto-)
3. Melakukan pemeriksaan psikiatri (status mental) dan interpretasinya
4. Menegakkan diagnosis gangguan jiwa

C. LEVEL KOMPETENSI
Level
Jenis Keterampilan
Kompetensi
Anamnesis
Autoanamnesis dengan pasien 4A
Alloanamnesis dengan anggota keluarga/orang lain 4A
yang bermakna
Memperoleh data mengenai keluhan/masalah utama 4A
Menelusuri riwayat perjalanan penyakit 4A
sekarang/dahulu
Memperoleh data bermakna mengenai riwayat 4A
perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan,
kehidupan keluarga
Pemeriksaan Psikiatri
Penilaian status mental 4A
Penilaian kesadaran 4A
Penilaian persepsi orientasi intelegensi secara klinis 4A
Penilaian Orientasi 4A

117
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
Penilaian intelegensi secara klinis 4A
Penilaian bentuk dan isi pikir 4A
Penilaian mood dan afek 4A
Penilaian motorik 4A
Penilaian pengendalian impuls 4A
Penilaian kemampuan menilai realitas (judgement) 4A
Penilaian kemampuan tilikan (insight) 4A
Penilaian kemampuan fungsional 4A
(generalassessment of functioning)
Diagnosis dan Identifikasi Masalah
Menegakkan diagnosis kerja berdasarkan kriteria 4A
diagnosis multiaksial
Membuat diagnosis banding (diagnosis differensial) 4A

D. ALAT DAN BAHAN


1. Form rekam medis psikiatri
2. PPDGJ III
3. Alat tulis dan catatan

E. SKENARIO
Seorang pasien wanita, usia 18 tahun datang diantar keluarganya
karena percobaan bunuh diri. Pasien mencoba mengiris nadi pada tangannya
dengan pisau dapur namun berhasil digagalkan oleh keluarganya. Sejak 1
bulan ini pasien tampak sedih dan murung. Pasien adalah seorang pelajar
SMA dan baru saja diputus cinta oleh pacarnya sejak 1 bulan yang lalu.
Sejak seminggu terakhir pasien tidak mau makan, tidak bisa tidur serta
kehilangan semangat hidup. Setelah kejadian ini akhirnya keluarga
memutuskan memeriksakan pasien ke klinik saudara.

F. DASAR TEORI
Definisi Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa merupakan gangguan fungsi luhur otak oleh karena
faktor organik atau anorganik dengan gejala klinik nyata dan menimbulkan
distress serta ketidakmampuan dalam fungsi sosial. Gangguan jiwa

118
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
ditegakkan bilamana terdapat gejala klinis yang nyata berupa sindroma
perilaku dan psikologi (terdapat gangguan fungsi kognitif, afektif dan
psikomotor), ditemukan kondisi penderitaan atau distress berupa rasa nyeri,
tak nyaman, disfungsi organ dan lainnya serta timbulnya disabilitas/hendaya
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan,
pekerjaan, social, dan lainnya).
!

Anamnesis
Anamnesis dalam psikiatri terdiri dari 2 jenis : Alloanamnesis dan
Autoanamnesis. Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan
kepada keluarga, saudara atau teman dekat pasien. Sedangkan
autoanamnesis dilakukan untuk menilai tanda dan gejala gannguan jiwa
secara langsung pada pasien selain juga mengkonfirmasi beberapa data yang
didapatkan dari hasil alloanamnesis.
Alloanamnesis
Alloanamnesis !merupakan anamnesis yang dilakukan kepada orang
lain selain pasien. Alloanamnesis biasanya dilakukan kepada keluarga,
saudara, teman dekat atau pengantar pasien. Alloanamnesis penting
dilakukan dalam rangka menggali informasi mengenai riwayat psikiatri.
Penting dituliskan di dalam rekam medik identitas orang yang dilakukan
alloanamnesis, waktu dilakukan alloanamnesis serta hubungan orang yang
dilakukan alloanamnesis dengan pasien. Ada kalanya tilikan diri dari pasien
psikiatri buruk sehingga alloanamnesis ini menjadi penting dilakukan untuk
menggali riwayat psikiatri pasien.

Autoanamnesis
Autoanamnesis penting dilakukan dalam rangka menilai tanda dan
gejala gangguan jiwa pasien. Autoanamnesis merupakan suatu wawancara !

langsung pada pasien merupakan gold standar dalam penegakan diagnosis


gangguan
!0 psikiatri. Autoanamnesis juga diperlukan dalam rangka
mengkonfirmasi hasil alloanamnesis misalnya terkait stressor psikososial
penderita. Sebelum melakukan autoanamnesis perlu dilakukan pencatatan
identitas pasien serta waktu dan tempat dilakukannya anamnesis.
Autoanamnesis mungkin perlu dilakukan beberapa kali tergantung jenis dan
119
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
kondisi klinis pasien. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan antara lain
memastikan situasi saat dilakukan anamnesis aman buat pasien maupun buat
pemeriksa. Harus berhati-ati melakukan anamnesis pada pasien dengan
keluan gaduh gelisah ataupun pasien-pasien manik dengan aktivitas motoric
yang meningkat. Sebaliknya butuh kesabaran dan usaha lebih dalam
melakukan anamnesis pada pasien depresi. Pasien dengan waham curiga
juga perlu diperhatikan terutama saat kita melakukan alloanamnesis
terhadap keluarga. Tidak jarang pasien merasa pemeriksa bersekongkol
dengan keluarganya untuk mencederainya.
Baik alloanamnesis maupun autoanamnesis biasanya dilakukan
secara terpisah (tidak bersamaan). Keduanya perlu diberikan keterangan
kapan anamnesis tersebut dilakukan dan identitasnya (kepada siapa
anamnesis dilakukan). Keduanya dirangkum dalam satu kesatuan riwayat
psikiatri. Adapun riwayat psikiatri memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Keluhan Utama atau alasan yang mendorong keluarga membawa
pasien berobat (Gejala gangguan jiwa saat ini)
2) Riwayat Gangguan Sekarang! ; sejak kapan keluhan tersebut muncul
(onset), frekuensi keluhan, progresi (perjalanan keluhan), pengaruh
keluhan terhadap fungsi pribadi & sosial pasien (hendaya).
3) Riwayat gangguan sebelumnya ! ; riwayat penyakit organik yang
mungkin mempengaruhi emosi & perilaku seperti riwayat malaria
serebral, tumor otak, trauma kepala, riwayat penggunaan zat
psikoaktif, riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
4) Riwayat kehidupan pribadi
! ! ; riwayat persalinan dan tumbuh kembang

pasien, riwayat perkembangan mental saat anak, remaja, dewasa ;


riwayat pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kehidupan beragama,
militer, pelanggaran hukum, psikoseksual, aktivitas sosial dan
pergaulan pasien, kondisi sekarang di lingkungan tempat tinggal
5) Riwayat keluarga ; digambarkan family tree nya, ada tidaknya
gangguan jiwa pada keluarga, hubungan dan interaksi pasien dengan
anggota keluarga seperti apa.
6) Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya, begitu juga persepsi
keluarga teradap pasien serta impian dan harapan pasien

120
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
7) Stressor psikososial yang dialami terutama yang paling berdampak
sebelum munculnya keluhan ; ditinggal pasangan, ditinggal
anak/orang tua, masalah ekonomi, dll
Pemeriksaan Status Mental
Pada pemeriksaan status mental juga perlu diberikan keterangan
kapan pemeriksaan tersebut dialkukan.
A. Keadaan/ Deskripsi Umum
1. Penampilan
Kesan umum saat bertemu dengan pasien perlu dipaparkan.
Penampilan pasien apakah tampak rapih, sesuai usianya, menggunakan
pakaian seperti apa, dll. Hal ini memungkinkan kita menilai apakah pasien
tidak mengalami kendala dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (perawatan
diri) ataupun mengkonfirmasi data yang disampaikan dari aloanamnesis
terkait activity daily life pasien. Selain itu sikap pasien secara sepintas juga
bisa dinilai misalnya pada pasien dengan depresi akan tampak murung,
menundukkan wajah, tak bersemangat, dll. Sebaliknya, pasien manik akan
mengalami peningkatan mood, berpenampilan berlebihan (menor) bahkan
berpakaian yang cukup khas dan eksentrik seperti baju berwarna terang,
asesoris berlebihan, dll. Kesan umum ini membuat pemeriksa menilai secara
sekilas kondisi dan penampilan pasien.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Perilaku dan aktivitas motorik pasien dinilai saat pemeriksaan.
Apakah pasien terlihat tenang saat diwawancara. Kontak mata baik, dll.
Pasien psikotik kadang datang dengan kondisi gaduh gelisah (agitasi),
pasien manik juga kadang mengalami aktivitas psikomotor yang meningkat
sebaliknya pasien depresi malah lebih hipoaktif. Pada pasien psikotik
dikenal istilah katatonia. Katatonia merupakan gangguan psikomotor tanpa
kelainan organik. Gejala katatonia ada yang termasuk gejala psikotik dan
ada yang bukan. Beberapa gejala yang termasuk gejala psikotik antara lain :
a) Stupor : Aktivitas psikomotor yang sangat menurun sampai
2
imobilitas H'>;)I? JBI'; LBI1'* 1'&*:
HB& ': IB:8 9> .'>= :'>= >3BI&
2

K
C
K

b) Agitasi : gaduh gelisah hebat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi


oleh stimulus eksternal

121
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
c) Negativisme : Melawan tanpa tujuan setiap usaha atau instruksi
untuk menggerakkannya
d) Mutisme : membisu atau menetap dalam jangka waktu yang lama
e) Posturing : berada dalam sikap tubuh aneh yang dipertahankan
dalam jangka waktu yang lama

3. Sikap Terhadap Pemeriksa


Dinilai kooperatif tidaknya sikap pasien terhadap pemeriksa. Apakah
pasien memberikan keterangan secara jelas, terbuka, dan tidak berbelit-belit.

B. Mood dan Afek


1. Mood
Mood lebih ke arah kondisi internal perasaan pasien, apakah pasien
sedang sedih/tak bersemangat, euthym atau bahkan mood meningkat
(euphoria).

2. Afek
Afek merupakan suasana perasaan yang berkepanjangan dan
meresap. Afek lebih ke kondisi perasaan pasien yang tampak dari luar,
misalnya afek datar (kurang ekspresif) pada skizofrenia, afek meningkat
pada manik, afek luas, afek terbatas, dll.

3. Keserasian
Keserasian antara afek dan mood ; serasi

C. Pembicaraan
Apakah pasien dapat berbicara dengan lancar dan spontan saat
ditanya. Jumlah kata-kata yang dikeluarkan pasien apakah banyak
(produktivitas baik). Kontak mata dengan pemeriksa baik atau tidak. Pasien
yang bicara terlalu banyak contohnya pada pasien manik (logorrhea)
sebaliknya sangat minimal pada pasien depresi dengan intonasi lemah dan!
volume kurang kuras.
Perlu juga dinilai apakah pembicaraan sesuai dengan konteks/
nyambung (koheren). Pada pasien psikotik seringkali terjadi inkoherensi
dari pembicaraannya. Kualitas pembicaraan juga perlu dinilai, intonasinya
122
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
dan volume suaranya. Inkoherensi adalah pembicaraan atau tulisan yang
tidak bisa dimengerti, bukan karena kelainan organik. Pada inkoherensi
kata-kata dihubungkan secara tidak logis sehingga tidak dapat dimengerti.
Contoh inkoherensi : “Saya piring makan bakar nasi ikan”

D. Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi yang dinilai adalah ada tidaknya halusinasi, ilusi,
depersonalisasi ataupun derealisasi. Halusinasi adalah Persepsi panca indera
tanpa sumber rangsangan sensorik eksternal. Beberapa jenis halusinasi
diantaranya :
1. Halusinasi akustik : persepsi suara, biasanya pembicaraan
2. Halusinasi visual : Persepsi penglihatan berupa
! bayangan berbentuk
(orang) atau tak berbentuk seperti kilatan cahaya
3. Halusinasi Gustatorik : Persepsi pengecapan (biasanya rasa yang
tidak enak)
4. Halusinasi olfaktorik : persepsi bau, seperti bau karet, bau terbakar
atau bau-bauan busuk
5. Halusinasi taktil : persepsi rasa disentuh atau rasa sesuatu yang
berada di bawah kulit, misalnya sesnsasi shock listrik (kesetrum),
sensasi formikasi (sensasi adanya sesuatu yang merayap, berjalan
di bawah kulit)
Ilusi merupakan persepsi yang salah terhadap suatu benda/objek.
Misalnya : menanyakan apakah pasien tahu benda apa yang kita tunjukkan
(misalnya pulpen), dll.
Depersonalisasi merupakan persepsi yang salah tentang bagian dari
tubuhnya. Contoh : Perasaan bahwa lengan dan tungkainya berubah ukuran.
Derealisasi merupakan persepsi yang salah tentang lingkungan di
sekitarnya. Misalnya perasaan bahwa dirinya berada di dalam kayangan.

E. Pikiran
1. Proses Pikir/Bentuk Pikir
Pada penilaian proses pikir/arus pikir, yang dinilai adalah
produktivitas dari jawaban pasien, kontinuitasnya (lancar tidaknya jawaban
pasien) serta ada tidaknya hendaya dalam bahasa.

123
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
2. Isi Pikir
Pada penilaian isi pikir dinilai ada tidaknya waham. Waham adalah
Keyakinan menetap yang tidak sesuai dengan kenyataan dan selalu
dipertahankan
a) Waham Kejar : keyakinan bahwa dirinya atau orang dekatnya
dikejar-kejar, diserang, dilecehkan, ditipu, dimusuhi
b) Waham Cemburu : keyakinan bahwa pasangan hidupnya tidak setia
c) Waham curiga : keyakinan bahwa orang disekitarnya tidak dapat
dipercaya, berniat jahat terhadap dirinya dan patut dicurigai
d) Waham aneh : keyakinan bahwa pikirannya bisa dipancarkan, bisa
disiarkan (siar pikir), bisa disedot keluar (sedot pikir), bisa dimasuki
pikiran dari luar (sisip pikir), pikiran yang bergema (thought of echo)
e) Waham kebesaran : keyakinan bahwa dirinya sangat berkuasa,
berpengetahuan, mempunyai hubungan dengan orang besar atau
Tuhan
f) Waham somatik : keyakinan yang berkaitan dengan penampilan dan
fingsi tubuh

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Taraf Kesadaran dan Kesigapan
Taraf kesadaran apakah Kompos Mentis (sadar penuh), kesadaran
berkabut (kurangnya kejernihan kesadaran), apathia/apatis (acuh tak acuh),
somnolen (rasa mengantuk), spoor (reaksi sedikit terhadap rangsang yang
keras), koma tidak ada reaksi terhadap rangsang nyeri maupun verbal.
Kesan terhadap kesigapan misalnya pasien memiliki kesan sigap bila ada
bahaya yang akan datang pada pasien.

2. Orientasi
Pada penilaian orientasi, dinilai orientasi terhadap waktu, tempat,
orang dan kondisi. Gangguan terhadap penilaian orientasi dikenal sebagai
disorientasi. Jenis-jenis orientasi antara lain :
a) O. Waktu : Bisa tidaknya pasien menyebutkan hari, tanggal,
bulan, perkiraan jam, dll
b) O. Tempat : Bisa tidaknya pasien mengetahui tempat pasien
berada saat wawancara dan letak rumah pasien
124
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
c) O. Orang : Bisa tidaknya pasien menyebutkan nama orang-
orang di sekitar pasien, mengenali siapa

3. Daya Ingat
Jika pasien lupa akan hal-hal yang telah terjadi dikenal sebagai
gangguan daya ingat. Berdasarkan waktu kejadian, daya ingat dibagi
menjadi :
a) Jangka panjang (masa lampau) : pasien masih ingat masa
kecilnya ketika SD sampai SMP, pasien juga ingat
pengalaman-pengalamannya semasa kanak-kanak
b) Jangka sedang (minggu/bulan): pasien masih ingat hal-hal
yang membawa pasien datang ke rumah sakit dan orang-orang
yang mengantar pasien ke rumah sakit
c) Jangka pendek (hari itu) : pasien ingat akan menu makan
paginya dan nama pewawancara
d) Segera (baru saja diucapkan) : pasien dapat menyebutkan
empat macam benda/ angka yang disebutkan oleh pemeriksa

4. Konsentrasi dan Perhatian


Pasien dapat mempertahankan konsentrasinya saat diwawancarai .

5. Kemampuan Membaca dan Menulis


Pasien dapat membaca dan menulis sesuai permintaan.

6. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat menggambar jam dinding. Selain itu pasien juga dapat
menggambar segitiga dan persegi yang diminta pewawancara dengan baik

7. Pikiran Abstrak
Mislkan, pasien dapat menyebutkan persamaan bis dan sepeda
motor serta mengerti beberapa arti kiasan panjang tangan dan setali tiga
uang

8. Inteligensi dan Kemampuan Informasi


Pasien dapat menyebutkan kabar terbaru yang sedang hangat
125
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
dibicarakan di media massa

9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri


Pasien dapat makan, minum, mandi, dan mencuci baju sendir).

G.Pengendalian Impuls
Pasien tidak menujukkan agresivitas selama diwawancara. Pasien
dapat mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat wawancara.

H.Daya Nilai dan Tilikan


1. Daya Nilai Sosial: baik (pasien mengatakan tidak pernah ingin
menyusahkan orang lain).
2. Uji Daya Nilai: hal yang salah dan benar sesuai norma, misalkan
pasien akan mengembalikan barang yang tertinggal pada pemiliknya
jika tersedia keterangan yang jelas.
3. Penilaian Realita: baik (pasien menyadari kenyataan yang
sesungguhnya pada diri dan lingkungannya, tidak ada waham
maupun halusinasi lagi)
4. Tilikan: Derajat 6. Pasien sadar sepenuhnya bahwa dirinya sakit,
bahwa sakitnya adalah mendengar suara-suara tersebut, dan
ketakutan serta gelisah. Maka, pasien berobat ke Poli Psikiatri, mau
minum obat, melakukan relaksasi dan CBT.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Secara umum dapat dipercaya atau tidakn semua jawaban,
misalkan secara umum dapat dipercaya keterangan pasien walaupun kadang
suka berubah-rubah.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien psikiatri sama dengan pemeriksaan
fisik generalis pada umumnya. Keadaan umum, Vital sign dan pemeriksaan
head to toe. Perlu diberikan perhatian lebih terhadap tanda dan gejala pada
penyakit-penyakit yang menyebabkan gangguan atau mempengaruhi otak,
emosi dan perilaku. Pemeriksaan fisik juga diperlukan untuk
mengkonfirmasi pasien-pasien psikosomatis dimana pasien mengeluhkan
126
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
adanya gangguan fisik yang sebenarnya didasari oleh gangguan psikologis
pasien.

Pemeriksaan Kepribadian dan Pemeriksaan Penunjang lainnya


Beberapa pasien kadang memerlukan pemeriksaan tambahan
seperti tes kepribadian (level kompetensi 2 ~ SKDI: Keterampilan 2-18).
Untuk kasus-kasus seperti ini diperlukan rujukan ke dokter spesialis
kedokteran jiwa (Sp.KJ). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
penegakan diagnosis atau untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
penyakit organik yang mendasari juga perlu dilakukan, seperti pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologis, dll. Jensi pemeriksaan yang dilakukan
berbeda-beda tergantung jenis penyakit yang dikeluhkan.

Diagnosis
Diagnosis pada pemeriksaan psikiatri ditegakkan dengan
mengumpulkan/ merangkum temuan-temuan yang bermakna klinis dari
hasil allo-, autoanamnesis, pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik
diagnostik, pemeriksaan neurologi serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Kriteria diagnosis yang digunakan merujuk pada Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III di Indonesia, gangguan jiwa
dibagi menjadi :
a. Gangguan mental organik
b. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
c. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
d. Gangguan mood/afektif
e. Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan gangguan terkait
stress
f. Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa
g. Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis
dan faktor fisik
h. Retardasi mental
i. Gangguan perkembangan psikologis
j. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset usia anak dan
remaja
Penulisan diagnosis dikenal juga sebagai diagnosis multiaksial,
127
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
Diagnosis ini dibagi kedalam lima aksis sebagai berikut :
a) Aksis I : a. Gangguan klinis
b. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
b) Aksis II : a. Gangguan kepribadian
b. Retardasi mental
c) Aksis III : Kondisi medik umum
d) Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
e) Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF)
Alur berfikir dalam rangka penegakan diagnosis dimulai dari ada
tidaknya kelompok gejala gangguan jiwa yang cukup khas (kolom/kotak
‘selalu ingat’) kemudian dilanjutkan sesuai dengan skema/alur diagnosis
(Tim Medis RS Jiwa Pusat Jakarta, 1996). Semua temuan klinis dirangkum
dan ditegakkan kemungkinan diagnosis sesuai dengan PPDGJ III secara
lengkap terhadap kelima aksis. Setelah diagnosis ditegakkan, terapi dapat
diberikan berupa farmakoterapi, psikoterapi, terapi social, terapi
okupasional, dan lainnya.
Kelompok gejala gangguan jiwa yang perlu diingat terutama dapat
dilihat pada gambar kotak berikut:
SELALU INGAT!!!

M
1. Gejala Psikotik
(Waham, Halusinasi, Inkoherensi, Katatonia)
2. Gejala Non Psikotik
{Cemas, Depresi (Gangguan suasana perasaan; manik,
depresif, apektif bipolar), keluhan fisik}
3. Gangguan Fungsi (> 1 minggu)
(Gangguan fungsi social, pekerjaan dan penderitaan diri)

Catatan dan penjelasan gejala-gejala gangguan jiwa sebagai berikut :


1. WAHAM : Keyakinan menetap yang tidak sesuai dengan kenyataan
dan selalu dipertahankan
a. Waham Kejar : keyakinan bahwa dirinya atau orang dekatnya
dikejar-kejar, diserang, dilecehkan, ditipu, dimusuhi
b. Waham Cemburu : keyakinan bahwa pasangan hidupnya tidak
setia

128
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
c. Waham curiga : keyakinan bahwa orang disekitarnya tidak
dapat dipercaya, berniat jahat terhadap dirinya dan patut
dicurigai
d. Waham aneh : keyakinan bahwa pikirannya bisa dipancarkan,
bisa disiarkan, bisa disedot keluar, bisa dimasuki pikiran dari
luar
e. Waham kebesaran : keyakinan bahwa dirinya sangat berkuasa,
berpengetahuan, mempunyai hubungan dengan orang besar atau
Tuhan
f. Waham somatik : keyakinan yang berkaitan dengan penampilan
dan fingsi tubuh
2. HALUSINASI : Persepsi panca indera tanpa sumber rangsangan
sensorik eksternal
a. Halusinasi akustik : persepsi suara, biasanya pembicaraan
b. Halusinasi visual : Persepsi penglihatan berupa bayangan
berbentuk (orang) atau tak berbentuk seperti kilatan cahaya
c. Halusinasi Gustatorik
d. Halusinasi olfaktorik
e. Halusinasi taktil
3. INKOHERENSI : Pembicaraan atau tulisan yang tidak bisa
dimengerti, bukan karena kelainan organik
4. KATATONIA : Gangguan psikomotor tanpa kelainan organik
f) Stupor : Aktivitas psikomotor yang sangat menurun sampai
imobilitas N

g) Agitasi : gaduh gelisah hebat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi


oleh stimulus eksternal
h) Negativisme : Melawan tanpa tujuan setiap usaha atau instruksi
untuk menggerakkannya
i) Mutisme : membisu atau menetap dalam jangka waktu yang lama
j) Posturing : berada dalam sikap tubuh aneh yang dipertahankan
dalam jangka waktu yang lama
5. DETERIORASI : kemunduran progresif dari fungsi pekerjaan,
fungsi sosial, dan fungsi perawatan diri

129
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
6. KESADARAN MENURUN : ketidakmampuan mempertahankan
perhatian yang patologik ; Apatis, somnolen, sopor, koma,
kesadaran berkabut
7. DISORIENTASI : gangguan pemahaman terhadap lingkungan;
Disorientasi waktu, tempat, orang dan situasi
8. GANGGUAN DAYA INGAT : lupa akan hal-hal yang telah terjadi
9. FUNGSI INTELEKTUAL : kemampuan unutk menggunakan hal-hal
yang telah dipelajari
10. AFEK : Suasana perasaan yang berkepanjangan dan meresap seperti
cemas, depresi !

11. CEMAS : rasa khawatir yang berlebihan, disertai dengan ketegangan


motorik dan hiperaktivitas otonom
12. DEPRESI : Rasa sedih yang berlebihan dan berkepanjangan disertai
dengan gangguan fungsi pekerjaan, fungsi sosial dan perawatan diri.
a. Gejala Utama : Disforik, hilang minat, penurunan fungsi dan
energi
b. Gejala tambahan : berkurangnya konsentrasi dan perhatian,
hilangnya kepercayaan diri, rasa bersalah dan tak berguna, masa
depan suram/tidak ingin hidup lagi, tidur terganggu, nafsu makan
menurun
13. FOBIA : Ketakutan irasional dan menetap terhadap suatu obyek.
Dorongan untuk menghindari obyek dan sebagian disertai dengan
serangan panik
a. Agorafobia : fobia terhadap situasi keramaian dan kesendirian
b. Fobia sosial : fobia terhadap situasi sosial di luar rumah
c. Fobia simpleks : fobia terhadap ruang tertutup (klaustrofobia),
ketinggian (akrofobia) dan hewan
14. OBSESIF-KOMPULSIF :
a. Obsesi : pikiran yang berulang, tak bisa dihilangkan, tak
dikehendaki
b. Kompulsi : tingkah laku yang berulang, tak bisa dihilangkan dan
tidak dikehendaki
15. KELUHAN FISIK : Semua keluhan fisik dengan/tanpa kelainan
organik yang dilatarbelakangi oleh faktor psikologik

130
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
16. DEPERSONALISASI : persepsi yang salah tentang bagian dari
tubuhnya
17. DEREALISASI : Persepsi yang salah tentang lingkungan di
sekitarnya

131
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
Skema Diagnosis : ='8:
9>
8=9O
1. Psikotik P&=
GEJALA PSIKOTIK ='>=BO&
7
✓ Waham ✓ Inkoherensi
✓ Halusinasi ✓ Katatonia

TANDA ORGANIK
✓ Penurunan Kesadaran
✓ Disorientasi ='>=: )'> 8BO' Q'O'> 8'P' Q)=?)>= '>
✓ Gangguan daya ingat
✓ Gangguan fungsi intelektual
Ya Tidak

GANGGUAN MENTAL
ORGANIK Atau GANGGUAN PSIKOSIS
JIWA AKIBAT PENYAKIT FUNGSIONAL
UMUM

✓ Lebih dari 6
bulan
✓ Onset < 45 tahun
✓ Deteriorasi ='>= =)'> R)>=
7 :& ?B3 ''> K

Ya Tidak :9 :& '* 8B;' C S';'> *9*


K C ;&
! !

NON
SKIZOFRENIA
SKIZOFRENIA

132
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
2. Depresi

GEJALA DEPRESI
✓ Sedih >>>, murung, menangis
✓ Lesu, pesimis, aktivitas
menurun
✓ Gangguan makan dan tidur
✓ Menyendiri
✓ Ingin mati

< 2 thn
Stresor (+) Stresor (-)
D
> 2 thn

GANGGUAN GANGGUAN
PENYESUAIAN DEPRESI YANG NEUROSIS
DENGAN TAK DEPRESI
TERGOLONGKAN
AFEK
DEPRESIF

133
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
3. Cemas

CEMAS
✓ Khawatir/ Waspada Berlebihan
✓ Ketegangan Motorik
✓ Hiperaktif Autonom

< 1 bln
T
> 1 bln

Didahului stressor
NEUROSIS
yang bermakna

Ya Tidak
Gangguan Cemas
Menyeluruh

GANGGUAN GANGGUAN Gangguan fobik


PENYESUAIAN CEMAS YANG
DENGAN AFEK TAK
CEMAS TERGOLONGKAN
Gangguan
Obsesif
Kompulsif

Gangguan Panik

Gangguan Stres
Pasca Trauma

Gangguan Cemas
Tidak Khas

134
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
4. Gangguan Fungsi

GANGGUAN FUNGSI
✓ Fungsi Pekerjaan, atau
✓ Fungsi Sosial, atau
✓ Perawatan/ Penderitaan Diri

Kepribadian yang sangat kaku dan sulit


menyesuaikan diri sepanjang masa dewasa

Ya Tidak

Riwayat penggunaan zat secara


GANGGUAN KEPRIBADIAN
patologik

Ya Tidak

GANGGUAN GANGGUAN
PENGGUNAAN JIWA YANG
ZAT LAIN

Aneh
Eksentrik ✓ Gangguan Kepribadian Skizoid
✓ Gangguan Kepribadian Skizotipal
✓ Gangguan Kepribadian Paranoid

Dramatik/ ✓ Gangguan Kepribadian Histerionik


Emosional ✓ Gangguan Kepribadian Narsistik
✓ Gangguan Kepribadian Ambang
✓ Gangguan Kepribadian Antisosial

Khawatif / ✓ Gangguan Kepribadian Menghindar


Takut ✓ Gangguan Kepribadian Dependen
✓ Gangguan Kepribadian Anankastik
✓ Gangguan Kepribadian Pasif Agresif

135
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
G. PROSEDUR
Penegakan diagnosis gangguan jiwa umumnya seperti halnya
pemeriksaan medis yang lain, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikiatri dan penunjang. Namun wawancara langsung dalam pemeriksaan
psikiatri memegang peran penting dalam rangka penilaian dan penegakan
diagnosis gangguan jiwa. Adapun prosedur penegakan diagnosis gangguan
jiwa secara umum adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
2. Alloanamnesis
3. Autoanamnesis
4. Pemeriksaan status mental
5. Pemeriksaan Fisik
6. Pemeriksaan psikologis dan penunjang lainnya seperti
laboratorium, rontgent, ct scan, dll
7. Diagnosis

H. DAFTAR PUSTAKA
✓ Kaplan dan Sadock, 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh.
Binarupa Aksara, Jakarta
✓ Maslim R.1998. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan
Ringkas dari PPDGJ – III. Jakarta.
✓ Tim Medis RS Jiwa Pusat Jakarta, 1996. Buku Penuntun Praktis
Pelayanan Kesehatan Jiwa Dalam Pelayanan Kesehatan Umum di
Puskesmas DKI Jakarta : Metode Pendekatan Praktis. Depkes RI.
Dirjen Pelayanan Medik RS Jiwa Pusat Jakarta.
✓ Woro , SpKJ: Pemeriksaan Psikiatri Metode Dua Menit. Diklat RSJ
Lampung: 2009

136
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
I. EVALUASI
Ceklist Latihan
No Aspect Feed
Persiapan Back
1 Melakuakn persiapan pemeriksa, pasien dan keluarga pasien
serta mempersiapakan catatan/ lembar catatan medik
Alloanamnesis
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan dan mencatat identitas sumber informasi dan
hubungannya dengan pasien (keluarga, saudara, teman
dekat, dll)
4 Menanyakan keluhan utama (alasan pasien dibawa berobat)
5 Menanyakan Riwayat Gangguan Sekarang (onset, frekuensi,
progresi, hendaya).
6 Menanyakan riwayat gangguan sebelumnya ; riwayat
penyakit, riwayat penggunaan zat psikoaktif, riwayat
gangguan psikiatri sebelumnya
7 Menanyakan riwayat kehidupan pribadi ; persalinan, tumbuh
kembang, perkembangan mental saat anak, remaja, dewasa ;
riwayat pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kehidupan
beragama, militer, pelanggaran hukum, psikoseksual,
aktivitas sosial dan pergaulan pasien, kondisi sekarang di
lingkungan tempat tinggal
8 Menggali riwayat keluarga ; family tree, gangguan jiwa pada
keluarga, hubungan pasien dengan anggota keluarga.
9 Menggali Stressor psikososial yang dialami terutama yang
paling berdampak sebelum munculnya keluhan ; ditinggal
pasangan, ditinggal anak/orang tua, masalah ekonomi, dll
Autoanamnesis
10 Melakukan Autoanamnesis ; identitas, keluhan, stressor
psikososial, harapan, keinginan, dll
Pemeriksaan Status Mental
11 Menilai Keadaan Umum (Penampilan, Aktivitas
Psikomotor, Sikap Terhadap Pemeriksa)
137
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
T&8)BI''':>''>
12 Menilai Mood dan Afek
13 Menilai Pembicaraan 5A:Q BI9> F8'I;'> 5 '>B'I
U

K K

14 Menilai ada tidaknya gangguan persepsi (halusinasi, ilusi,


depersonalisasi ataupun derealisasi)
15 Menilai Proses Pikir dan Isi Pikir (ada tidaknya waham)
16 Menilai Kesadaran dan Kognisi (Kesadaran, Orientasi, Daya
:B>P&> X
0

Ingat, Konsentrasi dan Perhatian) V;&1'Q':' W 1&:9> E'?'>


2

='
K

17 Menilai Pengendalian Impuls ?98BO;&<


18 Daya Nilai dan Tilikan (Insight) EB>) Q&; 51) E'>A):& 1';Q
=
X
19 Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
20 Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
21 Pemeriksaan Penunjang* (jika diperlukan)
Diagnosis
22 Mengidentifikasi 3 kelompok gejala “SELALU INGAT” Y*9&:& ;Q): /

23 Menentukan gejala paling menonjol dari ketiga kelompok


gejala tersebut 5 ='>= =)'I
2

?B8>!1' P&'>
24 Mengikuti skema diagnosis yang benar sesuai dengan
@
temuan gejala
OB>;'*
25 Menentukan dugaan diagnosis pasien (sesuai kriteria
Z H9Q P&=& OB P&:
diagnosis) C [

P'
0

26 Menyesuaikan gejala dan kelengkapan kriteria diagnosis .)*)>


8<
C>

PPDGJ III
\ [ F9<&' 5 P 5 *Q=?);3':
27 Membuat Diagnosis Aksis I-V
PROFESSIONALISM

]
U M
28 Melakukan dengan penuh percaya diri
29 Melakukan dengan kesalahan minimal

138
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
J : ...... (menilai orientasi situasi pasien
Lampiran 1. Contoh Autoanamnesis
baik/tidak)
Psikiatrik
T : sekarang pagi siang atau malam
T : Perkenalkan pak/bu, saya dokter A, mas?
namanya siapa? J : ..... (menilai orientasi waktu pasien
J : ....... (Nilai apakah pasien baik/tidak)
benar/tidak menjawab namanya) T : Kira - kira jam berapa?
T : Umurnya berapa? J : ..... (menilai orientasi waktu
J : ..... (menilai daya ingat jangka baik/tidak)
panjang pasien baik/tidak) T : pernah ngedenger ada suara atau
T : Mas lahir tanggal berapa? bisikan tapi gak ada orangnya?
J : ...... (menilai daya ingat jangka J : .....( menilai ada / tidak halusinasi
panjang baik/tidak) auditorik)
T : Rumahnya dimana? T : pernah liat bayangan lewat-lewat
J : ..... (menilai daya ingat jangka tapi gak ada orangnya?
pendek baik/tidak) J : ...... (menilai halusinasi visual
T : Terakhir sekolah sampai apa? ada/tidak)
J : ..... (menilai daya ingat jangka T : ada nyium bau-bau wangi atau
panjang baik/tidak). busuk gak mas?
T : Tau gak sekarang kita lagi dimana? J : ..... (menilai halusinasi olfaktorik
J : ....(menilai orientasi tempat ada/tidak)
terganggu/tidak) T : kalo menelan ludah rasanya apa?
T : Mas tau gak saya (dokter –red) Manis, asin, apa pahit?
siapa? J : ..... (menilai halusinasi gustatorik
J : ..... (menilai orientasi orang ada/tidak)
terganggu/tidak) T : pernah merasa ada yang memegang-
T : yang di sebelah mas ini siapa? megang atau raba-raba?
(misal: penanya menunjuk ke sebelah J : ..... (menilai halusinasi taktil
kanan pasien) ada/tidak)
J : .... (menilai orientasi orang T : mas tau gak ini apa? (misal: dokter
terganggu/tidak) menunjuk pulpen)
T : Mas tau gak kenapa di bawa kesini? J : ... (menilai adanya ilusi)
J : .... (menilai insight pasien T : gunanya untuk apa ?
baik/tidak) J : ..... (menilai daya nilai pasien
T : Sekarang kita lagi ngapain mas? baik/tidak)
139
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020
CSL 6 | 2020
T : mas merasa punya kelebihan T : trus kalo mas dapet hadiah gimana
gak dibanding orang lain, misalnya rasanya?
lebih kebal atau bisa nyembuhin sakit J : .... (amati jawaban pasien dan
gitu? ekspresi mukanya sesuai atau tidak →
J : ..... (menilai waham kebesaran menilai afek pasien)
ada/tidak, waham rendah diri T : mas kan sekolah ya, tau gak 100-7
ada/tidak) berapa?
T : ada gak yang benci sama mas? J : ... (menilai daya konsentrasi)
J : .... (menilai waham curiga T : kalo 93-7?
ada/tidak). J : ... (menilai daya konsentrasi)
T : mas ngerasa di badan mas ada T : kalo 86-7?
penyakit? J : ... (menilai daya konsentrasi)
J : ....(menilai hipokondri/tidak) T : sekarang saya kasih nomer telpon,
T : mas agamanya apa? diinget-inget ya, 161871?
J : .... J : .....
T : kalo dalam agama mencuri itu boleh T : tadi pagi makan apa?
gak? J : ... (menilai daya ingat jangka
J : ..... (menilai daya nilai baik/tidak). pendek)
T : ngerasa gak ada dosa yang mas T : tadi nomer telpon yang saya kasih
punya trus gak di ampuni? berapa ya?
J : ..... (menilai waham berdosa J : .... ( menilai daya ingat segera
ada/tidak) baik/tidak)
T : kalau menemukan dompet di jalan,
trus ada uang sama KTP nya mau mas
apain?
J : .... (menilai skala diferensiasi luas/
sempit. Misal: pasien menjawab
dikembalikan → skala diferensiasi
luas).
T : mas kalo punya sodara yang sakit
gimana rasanya?
J : .... (amati jawaban pasien dan
ekspresi mukanya sesuai atau tidak →
menilai afek pasien)

140
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2020

Anda mungkin juga menyukai