Persiapan Pasien
1. Inform consent
2. Jelaskan tujuan
3. Berikan sikon senyaman mungkin mengurangi stres
Posisi Pasien
1. duduk berhadapan dengan pemeriksa,
sehingga pasien bisa dengan jelas
melihat dan mendengar perintah dari
pemeriksa.
2. lakukan penilaian singkat apakah
pasien bisa melihat dan mendengar
pemeriksa dengan jelas, misalnya
dengan menanyakan nama pasien.
Pastikan apakah pasien menggunakan
alat bantu dengar atau kacamata.
3. Perkenalkan diri dan sampaikan
bahwa pemeriksa akan melakukan
pemeriksaan memori dan kognisi. Hal
ini untuk menghindari timbulnya
resistensi selama pemeriksaan.
Prosedur Pemeriksaan
Molloy DW. Standardised Mini-Mental State Examination (SMMSE) – Guidelines for administration and scoring instructions. Australia: Independent
Hospital Pricing Authority (IHPA) Australia; 2014
Orientasi
Untuk orientasi waktu, tanyakan tanggal hari ini.
Minta pasien menyebutkan hari, tanggal, bulan,
tahun, dan musim. Tanyakan kembali informasi
yang belum pasien sebutkan. Berikan skor 1
untuk setiap jawaban benar. Skor maksimal
adalah 5.
Bila pasien tidak mampu berhitung, minta pasien mengeja dari belakang kata yang terdiri
dari 5 huruf. Misalnya WAHYU, dieja menjadi U-Y-H-A-W. Skor sesuai dengan jumlah
huruf yang ditempatkan secara benar.
Recall
Minta pasien mengulang kembali nama 3 benda yang disebutkan pada saat pemeriksaan
registrasi.
Bahasa
Minta pasien untuk menyebutkan dua nama benda yang ditunjukkan, misalnya pensil dan
arloji. Berikan skor sesuai dengan jawaban yang benar.
Pengulangan
Minta pasien untuk mengulangi kalimat “tanpa kalau dan atau tetapi”. Berikan skor 1 bila
pasien mampu mengulangi kalimat dengan benar.
Menulis
Berikan selembar kertas kosong dan alat tulis, kemudian minta pasien untuk
menulis sebuah kalimat. Berikan skor 1 bila kalimat yang ditulis mengandung
subjek dan predikat.
Meniru Gambar Segilima
Tunjukan gambar dua buah segilima yang saling berpotongan, kemudian minta
pasien untuk menyalinnya. Skor 1 diberikan bila pasien bisa menggambar 2
segilima dengan benar dan keduanya saling berpotongan.
Skoring
Skor dihitung berdasarkan jawaban yang
sebenarnya dari pasien.
Pemeriksa tidak boleh memberikan skor
berdasarkan asumsi atau mengoreksi
jawaban pasien berdasarkan asumsi
tersebut. Misalnya pada pasien yang
mengalami depresi, pemeriksa tidak
boleh berasumsi bahwa pada depresi
terjadi penurunan konsentrasi sehingga
pasien kesulitan menghitung, kemudian
hal ini mempengaruhi skor yang diberikan
kepada pasien.
Bila pasien mempunyai keterbatasan fisik yang menghalanginya untuk melakukan
salah satu komponen pemeriksaan, maka perlu dilakukan penyesuaian skor
maksimal yang bisa dicapai pasien. Contoh:
• Seorang pasien yang mengalami kebutaan, maka dia tidak bisa membaca
perintah, menulis kalimat, dan meniru gambar. Maka skor maksimal yang bisa
dicapai adalah 27
• Bila dalam pemeriksaan pasien ini mendapat skor 15, maka skor penyesuaian
didapatkan dengan cara mengalikan skor pasien dengan 30, kemudian dibagi
dengan skor maksimal yang bisa dicapai, yaitu 27
Rentang skor MMSE adalah 0 – 30. Skor kurang dari 24 mengindikasikan adanya
hendaya kognitif, misalnya ada delirium, amnesia, atau dementia. Namun untuk pasien
yang pendidikannya lebih rendah dari SMA, sering kali digunakan cut off yang lebih
rendah, yaitu skor 21.
Skor 21-23 menunjukkan adanya hendaya kognitif ringan. Skor antara 17-23 juga disebut
sebagai probable dementia, sedangkan skor < 17 disebut sebagai definitif dementia.
Sebuah tinjauan oleh Arevalo-Rodriguez (2015) menyebutkan bahwa cut off untuk MMSE
sebaiknya disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien, yaitu :
• Pasien dengan pendidikan kurang dari 6 tahun, cut off yang digunakan adalah < 17
• Pendidikan 7-8 tahun, menggunakan cut off < 20
• Cut off < 23 untuk pendidikan yang lebih tinggi
Edukasi Pasien MMSE
Edukasi mini mental state examination (MMSE) diberikan bahkan sebelum pemeriksaan dilakukan. Sebelum
pemeriksaan, pasien perlu mendapatkan edukasi bahwa hasil dari pemeriksaan ini akan digunakan sebagai data
penunjang untuk penanganan gangguan kognitif yang dialami, sehingga pasien tidak perlu menyembunyikan
ketidakmampuannya dalam mengerjakan pemeriksaan.
Edukasi yang perlu diberikan setelah penggunaan MMSE adalah terkait dengan hasil pemeriksaannya. Perlu
dijelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa MMSE hanyalah alat bantu untuk menegakkan adanya
gangguan kognitif. Hasil yang jelek pada pemeriksaan MMSE tidak berarti bahwa pasien pasti menderita dementia.
Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat penting menjaga rapport yang baik
sebelum dan selama pemeriksaan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin
Simpulan
Yang penting diingat pemeriksa adalah untuk melakukan skoring sesuai jawaban pasien sebenarnya.
Pemeriksa tidak boleh membantu atau membuat asumsi terkait jawaban pasien. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah :
• Pemeriksaan MMSE dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis Namun, perlu diingat
walaupun hasil MMSE yang buruk menunjukkan adanya gangguan kognitif, tapi hasil yang baik
tidak menyingkirkan kemungkinan gangguan kognitif
• Hasil pemeriksaan MMSE juga dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan pasien
• Kemampuan kognitif sebelum sakit juga mempengaruhi hasil pemeriksaan MMSE. Pasien dengan
tingkat kognitif yang tinggi bisa memenuhi kriteria diagnosis untuk dementia, namun masih
mempunyai skor MMSE yang tinggi
• MMSE mempunyai angka positif palsu yang tinggi bila digunakan di layanan primer, sehingga tidak
bisa digunakan sebagai alat tunggal untuk penegakan diagnosis
• Pemeriksaan MMSE hanya bisa dilakukan pada subjek yang mampu menulis, membaca, dan
berhitung
• Hasil pemeriksaan MMSE juga berhubungan dengan stress yang dirasakan oleh pasien ketika
menjalani pemeriksaan. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga kenyamanan pasien dan
melakukan edukasi sebelum pemeriksaan
Terima
Kasih