Anda di halaman 1dari 20

Pemeriksaan

Mini Mental State


Examination
Siti Hanifatun Fajria, S.Kep., Ns., M.K.M
PENDAHULUAN
Mini Mental State
Examination (MMSE)

Mini mental state examination (MMSE)


adalah pemeriksaan kognitif yang menjadi
bagian rutin pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis dementia.

MMSE adalah alat deteksi dan penunjang


diagnostik, namun tidak bisa digunakan
sebagai kriteria tunggal untuk penegakan
diagnosis dementia

Pemeriksaan ini diindikasikan terutama


pada pasien lanjut usia yang mengalami
penurunan fungsi kognitif, kemampuan
berpikir, dan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
MMSE merupakan
pemeriksaan yang terdiri
dari 11 item penilaian yang
digunakan untuk menilai :
1. Orientasi
2. Registrasi
3. Atensi dan kalkulasi
4. Recall
5. Bahasa
6. Pengulangan: secara
verbal dan tertulis
7. Menulis &
Menggambar poligon
kompleks
Indikasi Pemeriksaan MMSE

Indikasi penggunaan Mini Mental State Examination (MMSE)


adalah pada pasien-pasien dengan kecurigaan dementia.

Diagnosis dementia dicurigai bila ada dua atau lebih domain


kognitif yang mengalami penurunan.

MMSE juga digunakan untuk melakukan follow up klinis pada


pasien dengan gangguan kognitif (misalnya untuk menilai
respon terhadap terapi), menilai derajat keparahan dan
perburukan dementia, untuk mengambil keputusan inisiasi
atau penghentian obat antidementia, untuk membuat
perkiraan terkait prognosis, dan karakterisasi beban akibat
dementia di populasi.
Kontraindikasi MMSE
Khusus : Tidak ada kontraindikasi

Namun MMSE tidak bisa digunakan pada


pasien dengan kondisi yang menghalanginya
untuk melakukan tugas-tugas yang diperlukan
saat pemeriksaan.antara lain :
1. afasia dan kebutaan atau gangguan
penglihatan (katarak).
2. Pasien yang memiliki keterbatasan fisik
yang menghalanginya untuk menulis atau
menggambar (pasien dengan hemiparesis
akibat stroke.)
Teknik Mini Mental State Examination (MMSE)
Teknik penggunaan mini mental state examination (MMSE) adalah dengan
wawancara langsung dengan pasien. Pasien akan ditanya dan diminta
mengikuti instruksi pemeriksa.

Persiapan Pasien
1. Inform consent
2. Jelaskan tujuan
3. Berikan sikon senyaman mungkin  mengurangi stres
Posisi Pasien
1. duduk berhadapan dengan pemeriksa,
sehingga pasien bisa dengan jelas
melihat dan mendengar perintah dari
pemeriksa.
2. lakukan penilaian singkat apakah
pasien bisa melihat dan mendengar
pemeriksa dengan jelas, misalnya
dengan menanyakan nama pasien.
Pastikan apakah pasien menggunakan
alat bantu dengar atau kacamata.
3. Perkenalkan diri dan sampaikan
bahwa pemeriksa akan melakukan
pemeriksaan memori dan kognisi. Hal
ini untuk menghindari timbulnya
resistensi selama pemeriksaan.
Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan mini mental state examination (MMSE) umumnya


dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami dementia.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter, perawat, atau asisten
terlatih. Pasien sering kali malu mengakui gangguan kognitif yang
dialaminya sehingga pemeriksa perlu menyadari dan
mengantisipasi hal ini.

Pemeriksa tidak boleh melakukan hal-hal yang mungkin menjadi


petunjuk bagi pasien untuk menjawab atau memperbaiki jawaban,
misalnya menggelengkan kepala ketika jawaban pasien salah.

Molloy DW. Standardised Mini-Mental State Examination (SMMSE) – Guidelines for administration and scoring instructions. Australia: Independent
Hospital Pricing Authority (IHPA) Australia; 2014
Orientasi
Untuk orientasi waktu, tanyakan tanggal hari ini.
Minta pasien menyebutkan hari, tanggal, bulan,
tahun, dan musim. Tanyakan kembali informasi
yang belum pasien sebutkan. Berikan skor 1
untuk setiap jawaban benar. Skor maksimal
adalah 5.

Untuk orientasi tempat, tanyakan mengenai


tempat pasien berada saat ini (negara, provinsi,
kota atau kabupaten, rumah sakit, serta ruang
atau lantai). Berikan skor 1 untuk setiap
jawaban benar. Skor maksimal adalah 5.
Registrasi
Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa akan menyebutkan 3 buah benda dan
minta pasien untuk mengingatnya. Kemudian sebutkan 3 nama benda pelan-pelan
dengan jarak 1 detik. Skor ditentukan berdasarkan jumlah benda yang bisa disebutkan
pada percobaan pertama. Ulangi tahap ini sampai 6 kali, nilai apakah pasien bisa
menyebutkan ke tiga nama benda. Beri skor 1 untuk setiap nama benda yang benar.

Atensi dan Kalkulasi


Minta pasien untuk melakukan pengurangan mulai dari 100 dikurangi 7, dan seterusnya
sampai 5 kali operasi pengurangan. Skor sesuai dengan jumlah jawaban yang benar.

Bila pasien tidak mampu berhitung, minta pasien mengeja dari belakang kata yang terdiri
dari 5 huruf. Misalnya WAHYU, dieja menjadi U-Y-H-A-W. Skor sesuai dengan jumlah
huruf yang ditempatkan secara benar.
Recall
Minta pasien mengulang kembali nama 3 benda yang disebutkan pada saat pemeriksaan
registrasi.

Bahasa
Minta pasien untuk menyebutkan dua nama benda yang ditunjukkan, misalnya pensil dan
arloji. Berikan skor sesuai dengan jawaban yang benar.

Pengulangan
Minta pasien untuk mengulangi kalimat “tanpa kalau dan atau tetapi”. Berikan skor 1 bila
pasien mampu mengulangi kalimat dengan benar.

Perintah Tiga Langkah


Berikan secarik kertas pada pasien, kemudian katakan, “Ambil kertas ini dengan tangan
kanan, lipat dua, dan letakkan di lantai”. Berikan skor 1 untuk setiap tahapan yang benar.
Membaca
Siapkan selembar kertas yang tertulis perintah dalam huruf besar “ANGKAT
TANGAN KIRI ANDA”. Minta pasien untuk membaca perintah dan melakukannya.
Berikan skor 1 bila pasien mampu melakukan perintah dengan benar.

Menulis
Berikan selembar kertas kosong dan alat tulis, kemudian minta pasien untuk
menulis sebuah kalimat. Berikan skor 1 bila kalimat yang ditulis mengandung
subjek dan predikat.
Meniru Gambar Segilima
Tunjukan gambar dua buah segilima yang saling berpotongan, kemudian minta
pasien untuk menyalinnya. Skor 1 diberikan bila pasien bisa menggambar 2
segilima dengan benar dan keduanya saling berpotongan.
Skoring
Skor dihitung berdasarkan jawaban yang
sebenarnya dari pasien.
Pemeriksa tidak boleh memberikan skor
berdasarkan asumsi atau mengoreksi
jawaban pasien berdasarkan asumsi
tersebut. Misalnya pada pasien yang
mengalami depresi, pemeriksa tidak
boleh berasumsi bahwa pada depresi
terjadi penurunan konsentrasi sehingga
pasien kesulitan menghitung, kemudian
hal ini mempengaruhi skor yang diberikan
kepada pasien.
Bila pasien mempunyai keterbatasan fisik yang menghalanginya untuk melakukan
salah satu komponen pemeriksaan, maka perlu dilakukan penyesuaian skor
maksimal yang bisa dicapai pasien. Contoh:

• Seorang pasien yang mengalami kebutaan, maka dia tidak bisa membaca
perintah, menulis kalimat, dan meniru gambar. Maka skor maksimal yang bisa
dicapai adalah 27

• Bila dalam pemeriksaan pasien ini mendapat skor 15, maka skor penyesuaian
didapatkan dengan cara mengalikan skor pasien dengan 30, kemudian dibagi
dengan skor maksimal yang bisa dicapai, yaitu 27

• Hasilnya adalah 16,6. Skor penyesuaian harus dibulatkan karena hasil


penilaian MMSE selalu bulat. Maka skor penyesuaian pasien ini adalah 17
Setiap item pemeriksaan ditanyakan maksimal 3 kali. Bila pasien tidak merespon setelah
3 kali ditanyakan, berikan nilai nol. Bila pasien memberikan jawaban yang salah, maka
berikan nilai nol dan pertanyaan tidak perlu diulang.

Rentang skor MMSE adalah 0 – 30. Skor kurang dari 24 mengindikasikan adanya
hendaya kognitif, misalnya ada delirium, amnesia, atau dementia. Namun untuk pasien
yang pendidikannya lebih rendah dari SMA, sering kali digunakan cut off yang lebih
rendah, yaitu skor 21.
Skor 21-23 menunjukkan adanya hendaya kognitif ringan. Skor antara 17-23 juga disebut
sebagai probable dementia, sedangkan skor < 17 disebut sebagai definitif dementia.

Sebuah tinjauan oleh Arevalo-Rodriguez (2015) menyebutkan bahwa cut off untuk MMSE
sebaiknya disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien, yaitu :

• Pasien dengan pendidikan kurang dari 6 tahun, cut off yang digunakan adalah < 17
• Pendidikan 7-8 tahun, menggunakan cut off < 20
• Cut off < 23 untuk pendidikan yang lebih tinggi
Edukasi Pasien MMSE
Edukasi mini mental state examination (MMSE) diberikan bahkan sebelum pemeriksaan dilakukan. Sebelum
pemeriksaan, pasien perlu mendapatkan edukasi bahwa hasil dari pemeriksaan ini akan digunakan sebagai data
penunjang untuk penanganan gangguan kognitif yang dialami, sehingga pasien tidak perlu menyembunyikan
ketidakmampuannya dalam mengerjakan pemeriksaan.

Edukasi yang perlu diberikan setelah penggunaan MMSE adalah terkait dengan hasil pemeriksaannya. Perlu
dijelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa MMSE hanyalah alat bantu untuk menegakkan adanya
gangguan kognitif. Hasil yang jelek pada pemeriksaan MMSE tidak berarti bahwa pasien pasti menderita dementia.

Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat penting menjaga rapport yang baik
sebelum dan selama pemeriksaan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin
Simpulan
Yang penting diingat pemeriksa adalah untuk melakukan skoring sesuai jawaban pasien sebenarnya.
Pemeriksa tidak boleh membantu atau membuat asumsi terkait jawaban pasien. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah :

• Pemeriksaan MMSE dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis Namun, perlu diingat
walaupun hasil MMSE yang buruk menunjukkan adanya gangguan kognitif, tapi hasil yang baik
tidak menyingkirkan kemungkinan gangguan kognitif
• Hasil pemeriksaan MMSE juga dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan pasien
• Kemampuan kognitif sebelum sakit juga mempengaruhi hasil pemeriksaan MMSE. Pasien dengan
tingkat kognitif yang tinggi bisa memenuhi kriteria diagnosis untuk dementia, namun masih
mempunyai skor MMSE yang tinggi
• MMSE mempunyai angka positif palsu yang tinggi bila digunakan di layanan primer, sehingga tidak
bisa digunakan sebagai alat tunggal untuk penegakan diagnosis
• Pemeriksaan MMSE hanya bisa dilakukan pada subjek yang mampu menulis, membaca, dan
berhitung
• Hasil pemeriksaan MMSE juga berhubungan dengan stress yang dirasakan oleh pasien ketika
menjalani pemeriksaan. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga kenyamanan pasien dan
melakukan edukasi sebelum pemeriksaan
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai