Anda di halaman 1dari 12

PEMERIKSAAN MINI MENTAL STATUS

EXAMINATION (MMSE)

SITI SARAH S (1310070100061)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara alamiah, setiap manusia akan menjadi tua. Seiring dengan
penambahan usia, proses penuaan juga terjadi pada otak sehingga terjadi
perubahan dalam kemampuan kognitif. Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa
mudah lupa (forgetfulness) yaitu bentuk gangguan kognitif yang paling ringan,
gangguan kognitif ini diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia berusia 50-59
tahun, meningkat lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Mudah lupa ini
bisa berlanjut menjadi Gangguan Kognitif Ringan (Mild Cognitive Impairment -
MCI) sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling buruk.
Secara klinis munculnya demensia pada seorang usia lanjut sering
tidak disadari karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan penyakit
yang progressif namun perlahan. Selain itu, pasien dan keluarga juga
sering menganggap bahwa penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada
awal demensia (biasanya ditandai dengan berkurangnya fungsi memori)
merupakan suatu hal yang wajar pada seseorang yang sudah menua.
Akibatnya, penurunan fungsi kognitif terus akan berlanjut sampai
akhirnya mulai mempengaruhi status fungsional pasien dan pasien akan
jatuh pada ketergantungan kepada lingkungan disekitarnya.
Selain peran pasien dan keluarga dalam pengenalan gejala-gejala
penurunan fungsi kognitif dan demensia awal, dokter dan tenaga
kesehatan lain juga mempunyai peran yang besar dalam deteksi dini dan
terutama dalam pengelolaan pasien dengan penurunan fungsi kognitif
ringan.
Kemampuan berpikir ini dapat di periksa dengan berbagai
pemeriksaan. Pemeriksaan yang cepat dan praktis namun nilainya
tinggi adalah pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) .
Mini Mental State Examination menjadi suatu metode pemeriksaan
status mental yang paling banyak digunakan di dunia. Tes ini telah
diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai
instrumen skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi
skala besar demensia (Zulsita 2010).
Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tekhnik pemeriksaan MMSE
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui atensi (pemusatan perhatian) pada lansia dalam pemeriksaan
MMSE
Untuk mengetahui orientasi (orang, tempat dan waktu) pada lansia dalam
pemeriksaan MMSE
Untuk mengetahui kemampuan berbahasa (bicara spontan, komprehensi,
menamai, repetisi/ mengulang, membaca, menulis) pada lansia dalam
pemeriksaan MMSE
Untuk mengetahui memori (segera, jangka pendek, jangka panjang) pada lansia
dalam pemeriksaan MMSE
Untuk mengetahui kemampuan berhitung pada lansia dalam pemeriksaan MMSE
Untuk mengetahui praksia pada lansia dalan pemeriksaan MMSE
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi MMSE
Mini Mental Status Examination merupakaan pemeriksaan status mental
singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang
dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan
gangguan kognitif yang berkaitan dengan neurodegeneratif.

2.2. Pemeriksaan Status Mental


2.2.1. Atensi (Pemusatan Perhatian) dan Konsentrasi
Atensi merupakan kemampuan untuk memfokuskan (memusatkan) perhatian
pada masalah yang dihadapi
Pemeriksaan :
Tes mengulang angka
Contoh: 2-5-9; 1-4-6-7; 1-4-5-7-8; 1-3-4-7-8-9; 1-3-5-7-8-9.
Orang dewasa normal dapat mengulangi sampai 6-7 angka. Bila orang yang normal
tidak mampu mengulangi lebih dari 5 angka, perhatiannya mungkin kurang.

2.2.2 Orientasi
Pemeriksaan
a) Orientasi terhadap orang
Siapa nama anda? Berapa usia anda? Kapan anda dilahirkan? Apakah ia
mengenal orang lain disekitarnya serta pemeriksa sebagai dokter.
b) Orientasi tempat
Dimana kita sekarang berada? Apa nama tempat ini? Di kota mana anda
sekarang berada?
c) Orientasi waktu
Hari apa sekarang? Hari ini tanggal berapa? Bulan apa? Tahun berapa? Kira-
kira jam berapa sekarang?

2.2.3. Berbahasa

Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan


a) Konversasi (mengajak pasien bercakap-cakap dapat dinilai kemampuannya
memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan pemeriksa)
b) Suruhan (pemeriksa mengeluarkan beberapa benda misalnya kunci, duit,
arloji, vulpen.Suruh pasien menunjukkan salah satu benda disebut, misalnya
arloji. Kemudian suruhan dipersulit, misalnya: jendela, setelah itu arloji,
kemudian vulpen). Pasien tanpa afasia dengan dengan tingkat inteligensi
yang rata-rata mampu menunjukkan 4 atau lebih objek pada suruhan yang
beruntun. Pasein dengan afasia hanya dapat menunjuk 1 sampai 2 objek saja.
c) Pemeriksaan repetisi (Pasien disuruh mengulang apa yang diucapkan
oleh pemeriksa dimulai dari yang mudah ke sulit, contoh: map, bola,
kereta, rumah sakit, sungai barito, lapangan latihan, kereta api
malam, besok aku pergi dinas, rumah ini selalu rapi, seandainya si
Amat tidak terkena influenza. Orang normal umumnya mampu
mengulang kalimat yang mengandung 19 suku kata.)

2.2.4. Memori
Pemeriksaan
a) Memori segera
Pemerikaan daya ingat belum lama dapat dilakukan dengan sejumlah
cara. Beberapa pemeriksa memberikan pasien nama tiga benda pada
awal wawancara dan meminta pasien untuk mengingatnya kemudian.
b) Memori Baru (recent), jangka pendek.
Pemeriksaan memori baru mencakup memori verbal dan memori visual.
Pemeriksaan memori verbal dengan menilai memori baru tentang orientasi,
Orientasi pasien terhadap individu, waktu dan tempat merupakan
informasi pendahulu yang penting dan harus dievaluasi dini pada
pemeriksaan fungsi memori.Orang yang normal biasanya dapat melakukan
tes ini, namun ada juga yang kurang baik dalam hal orientasi waktu, yaitu
hari dan tanggal. Kinerja berkaitan dengan tingkat edukasi. Orang tamatan
universitas bila tidak tahu tanggal yang tepat biasanya meleset hanya satu
hari. Orang yang buta huruf dapat meleset dalam menerka bulan dan tahun.
2.2.5. Berhitung
Menghitung dan berhitung dapat diuji dengan meminta pasien mengurangi 7 dari
100 dan terus mengurangi 7 dari hasil tersebut sampai dicapai angka 2. Pemeriksa
mencatat respons sebagai dasar untuk pengujian selanjutnya. Pemeriksa juga
dapat meminta pasien untuk memghitung mundur dari 20 ke 1, mencatat waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan ujian.

2.2.6. Praksis
Praksis merupakan integrasi motorik yang digunakan untuk melakukan gerakan
kompleks yang bertujuan. Tugas konstruksional seperti menggambar garis dan
bangunan balok sangat berguna dalam mendeteksi penyakit otak organik.7
Cara Pemeriksaan
Meniru gambar

Kemampuan konstruksional merupakan fungsi kortikal yang terintegrasi tinggi


yang primer dilaksanakan oleh lobus parietal. Menggambar dan membangun
bangunan dari balok merupakan tes yang mudah diberikan untuk
mengevaluasinya. Gangguan kinerja konstruksional biasanya mensugestikan
penyakit pada bagian posterior dari hemispher serebral, walaupun daerah lain
dari korteks mungkin ikut terlibat.

Anda mungkin juga menyukai