Anda di halaman 1dari 15

KEAMANAN PANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH GIZI

YANG BERDAMPAK PADA EKONOMI DI INDONESIA

Untuk memenuhi tugas matakuliah Ekonomi Pangan

Yang dibina oleh Ibu Ir. Astutik Pudjirahaju, M. Si.

DISUSUN OLEH :

Risa Mafaza (P17111171006)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI D-IV GIZI MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memeberikan kesempatan dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penulisan tugas Ekonomi Pangan ini dengan judul : “Keamanan Pangan Yang
Berhubungan Dengan Masalah Gizi Yang Berdampak Pada Ekonomi Di
Indonesia” sebagai syarat kelulusan mata kuliah. Sehubungan dengan
selesainya tugas ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ir. Astutik
Pudjirahaju, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Pangan
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk penyempurnaan tugas
ini.

Malang, Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... 2


Daftar Isi .............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum ...................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti ......................................................................................... 5
2. Bagi Masyarakat .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keamanan Pangan di Indonesia .............................................................. 6
2.1.1 Keamanan pangan ............................................................................. 6
2.1.2 Penyebab Rendahnya Keamanan Pangan di Indonesia ..................... 7
2.2 Hubungan Keamanan Pangan Dengan Masalah Gizi yang Berdampak
Pada Ekonomi di Indonesia ...................................................................... 7
2.2.1 Stunting .............................................................................................. 8
2.2.2 Gizi Buruk......................................................................................... 10
2.2.3 Hubungan Masalah Gizi Akibat Rendahnya Keamanan Pangan
dengan Ekonomi di Indonesia............................................................10
2.3 Peran Pemerintah dalam Keamanan Pangan di Indonesia .................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14
3.2 Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Makanan adalah hal yang vital di dalam suatu negara, Berbagai
kejadian di Indonesia menunjukkan bahwa masalah makanan dapat
menimbulkan dampak negatif, seperti keracunan akibat makanan.
Keracunan yang timbul akibat makanan menimbulkan biaya ekonomi
yang bersifat langsung dan tidak langsung. Biaya ekonomi yang bersifat
langsung seperti biaya rumah sakit dan obat-obat yang diperlukan untuk
masa penyembuhan, dan untuk biaya ekonomi yang tidak langsung
seperti kehilangan kesempatan bekerja atau sekolah dan kesakitan yang
timbul akibat keracunan. Berbagai biaya ekonomi ini menunjukkan
pentingnya pengawasan makanan yang ketat di Indonesia, atau dengan
kata lain pentingnya keamanan pangan (Chotimah. H. C dkk, 2017).
Penyakit yang ditularkan melalui makanan atau WHO
menyebutnya dengan penyakit bawaan pangan (Food Borne Diseases)
merupakan penyakit yang menular atau keracunan yang disebabkan oleh
mikroba atau agen yang masuk ke dalam badan melalui makanan yang
dikonsumsi (Depkes.co.id, 2018). Menurut Data Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2017 KLB-keracunan masih konsisten masuk sebagai 5
besar bencana non alam yang paling banyak menimbulkan krisis
kesehatan terbanyak yaitu 37%. Sedangkan pada Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2018 KLB-Keracunan juga masih menjadi 5 besar
bencana non alam yang paling banyak menimbulkan krisis.
Keracunan yang disebabkan oleh makanan dapat menimbulkan
masalah lain yaitu diare yang juka terus menerus terjadi akan
menimbulkan gizi buruk. Menurut data Riskesdas tahun 2018 kejadian
diare meningkat yang sebelumnya pada 2013 hanya mencapai angka
4,5% naik menjadi 6,8%.
Sementara itu, akses terhadap makanan yang aman dan bergizi
menjadi kunci penting untuk mendukung kehidupan dan menyokong
kesehatan yang baik sehingga keamanan pangan, gizi dan ketahanan
pangan mempunyai hubungan yang tak terpisahkan. Makanan yang tidak
aman menimbulkan lingkaran setan terjadinya penyakit malnutrisi,

4
khususnya pada anak dibawah lima tahun (Balita), anak-anak, remaja,
orang tua, dan orang sakit.
Selain itu penyakit akibat makanan juga mempengaruhi pertumbuhan
sosio-ekonomi dengan membebani APBN akibat anggaran kesehatan
yang semakin membengkak dan membahayakan ekonomi nasional,
pariwisata dan perdagangan (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana hubungan keamanan pangan dengan masalah gizi
yang berdampak pada ekonomi di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
keamanan pangan dengan masalah gizi yang berdampak pada
ekonomi di indonesia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui keamanan pangan di Indonesia
2. Untuk menganalisis hubungan keamanan pangan dengan
masalah gizi yang berdampak pada ekonomi di Indonesia
3. Untuk menganalisis peran pemerintah dalam keamanan
pangan di Indonesia
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan hubungan
keamanan pangan dengan masalah gizi yang berdampak pada
ekonomi di Indonesia serta peran pemerintah dalam dalam
keamanan pangan di Indonesia
1.4.2 Bagi Masyarakat
1. Untuk mengetahui keamanan pangan
2. Acuan untuk memperbaiki masalah gizi yang sedang terjadi
karena keamanan pangan yang rendah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEAMANAN PANGAN DI INDONESIA


2.1.1 Keamanan Pangan
Menurut Walandow, dkk (2016) Keamanan pangan adalah
suatu disiplin ilmu yang menjelaskan penanganan, persiapan, dan
penyimpanan makanan dengan cara yang mencegah penyakit
yang diakibatkan oleh makanan. Hal ini mencakup sejumlah
rutinitas yang harus diikuti untuk menghindari bahaya kesehatan
yang parah dari makanan. Pertimbangan keamanan pangan
meliputi asal-usul makanan termasuk praktik yang berkaitan
dengan pelabelan makanan, kebersihan makanan, makanan
tambahan dan residu pestisida, serta kebijakan tentang
bioteknologi dan makanan dan pedoman pengelolaan impor
pemerintah dan ekspor inspeksi dan sistem sertifikasi untuk
makanan.
Keamanan Pangan menjadi salah satu domain masalah
kesehatan khususnya di masyarakat yang konstan dilihat dari
kejadian penyakit akibat makanan atau foodborne disease yang
terus meningkat khususnya di negara-negara berkembang (Webb
and Morancie, 2015).
Masalah tentang keamanan pangan diatur dalam peraturan
terbaru dalam Undang-Undang No 12 Tentang Pangan Tahun
2012, Undang-Undang Kesehatan No 23/1992, Undang-Undang
nomor 7 Tentang pangan. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
942/MENKES/SK/VII/2003// tentang pedoman hygiene dan
sanitasi pada penjual makanan dan peraturan tentang keamanan
pangan diatur dalam Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004
(PERMENKES, 2003).
WHO (2015) menunjukkan bahwa saat ini masih terdapat
sekitar 2 juta korban meninggal dunia setiap tahunnya akibat
makanan dan minuman yang tidak aman. Korban pangan tidak
aman ini terutama adalah anak anak, yang mencapai angka 1,5

6
juta anak meninggal setiap tahunnya yang sebagian besar karena
makanan dan minuman yang tercemar (WHO, 2015). Di
Indonesia, menurut laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM RI,2016) pada tahun tahun 2016,
kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan panganyang
dilaporkantelah menyebabkan 5.673 terpapar, 3.351 orang sakit
dan 7 orang meninggal dunia. Insiden keracunan akibat pangan
berturut-turut disebabkan oleh pangan olahan jajanan (PKL)
sebanyak 6 insiden keracunan dengan jumlah korban 231 orang,
pangan olahan jasa boga sebanyak 7 insiden keracunan dengan
jumlah korban 403 orang, pangan olahan rumah tangga sebanyak
4 insiden keracunan dengan jumlah korban 183 orang dan 2
insiden keracunan akibat minuman ringan berupa susu dengan
jumlah korban 27 orang (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2017). Pada 2017, berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan
Lingkungan dan Public Health Emergency Operation Center
(PHEOC) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat KLB
keracunan pangan berjumlah 163 kejadian, 7132 kasus dengan
Case Fatality Rate (CFR) 0,1% (depkes.co.id, 2018).
2.1.2 Penyebab Rendahnya Keamanan Pangan di Indonesia
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
keracunan makanan di Indonesia, antara lain:
1. Hygiene perorangan yang buruk,
2. Cara penanganan makanan yang tidak sehat dan
perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih.
3. Kurangnya pengetahuan dalam memperhatikan kesehatan diri
dan lingkungannya dalam proses pengolahan makanan yang
baik dan sehat (Zulaikah, 2012; Musfirah, 2014).
2.2 Hubungan Keamanan Pangan Dengan Masalah Gizi Yang
Berdampak Pada Ekonomi Di Indonesia
Rendahnya keamanan pangan dapat menyebabkan berbagai masalah
gizi. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah stunting dan gizi
buruk.

7
2.2.1 Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita
akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama
kehidupan.Selain gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek,
kurus), kondisi kekurangan gizi kronis ini juga akan menyebabkan
hambatan perkembangan kognitif dan motorik serta gangguan
metabolik pada saat dewasa; sehingga mempunyai risiko lebih
tinggi terkena penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke,
penyakit jantung).
Terdapat beberapa faktor yang dapat dikelompokkan atau
dikategorisasikan sebagai bagian dari pilar keamanan dan mutu
pangan. Faktor-fator ini adalah (i) rendahnya keamanan pangan
dan air, (ii) rendahnya mutu pangan, dan (iii) tingginya kasus
infeksi. Pertama (i), faktor rendahnya keamanan pangan dan air
ini ditunjukkan dengan (a) masih banyaknya makanan dan air
yang terkontaminasi, (b) praktik kebersihan yang buruk, dan (c)
penyimpanan dan persiapan pangan yang kurang aman. Kedua
(ii), faktor rendahnya mutu pangan ini ditandai dengan (a)
rendahnya mutu zat gizi mikro, (b) redahnya keragaman diet dan
tingkat asupan pangan hewani, (c) tingginya kandungansenyawa
anti-gizi dan (d) rendahnya kandungan energi, khususnya pada
makanan pendamping ASI. Faktor ketiga (iii) yaitu tingginya kasus
infeksi, (a) infeksi enterik berupa penyakit diare, lingkungan
enteropati, dan cacing, (b) infeksi pernapasan, (c) malaria, yang
dapat menyebabkan (d) berkurangnya nafsu makan dan (e)
inflamasi.
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi
utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan
Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya
seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek
mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi
29,6% pada tahun 2017.

8
Namun, menurut data Riskesdas tahun 2018 yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Litbangkes) menunjukkan angka yang cukup menggembirakan
terkait masalah stunting. Angka stunting atau anak tumbuh
pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013 menjadi 30,8
persen pada Riskesdas 2018.

Hubungan keamanan pangan dengan stunting adalah jika


seorang anak mendapat makanan yang aman maka anak bisa
mendapatkan makanan yang berkualitas, memperbaiki nilai gizi
dan daya cerna, memperbaiki cita rasa maupun aroma, serta
memperpanjang daya simpan (Rahmawati, 2016). Hal itu dapat
menghindarkan anak dari penyakit-penyakit atau hal-hal yang
dapat menyebabkan anak stunting.

9
2.2.2 Gizi Buruk

Rendahnya keamanan pangan juga dapat menyebabkan


gizi buruk. Hal itu dapat terjadi karena makanan yang tidak
terjamin keamanannya akan menimbulkan berbagai penyakit
salah satunya diare. Diare yang tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan anak mengalami dehidrasi dan akhirnya lama
kelamaan akan menyebabkan gizi buruk. Anak menjadi sangat
kurus dan lemas.

Prevalensi diare menurut data Riskesdas tahun 2018


mengalami kenaikan drastis daripada tahun 2013. Pada tahun
2013 prevalensi diare pada balita adalah 2,4% sedangkan pada
tahun 2018 prevalensi diare balita menunjukkan angka 11%.

2.2.3 Hubungan Masalah Gizi Akibat Rendahnya Keamanan Pangan


dengan Ekonomi di Indonesia
Selain berkaitan erat dengan kesehatan, secara lebih
umum keamanan dan mutu pangan juga erat berkaitan dengan
kualitas sumber daya manusia dan daya saing bangsa. Karena itu,
upaya peningkatan penjaminan keamanan dan mutu panganerat
kaitannya dengan peningkatan daya saing bangsa.

10
Dari peta konsep diatas dapat dilihat bahwa peningkatan
dan penjaminan keamanan dan mutu pangan dapat meningkatkan
kinerja seseorang dalam banyak hal. Sehingga secara tidak
langsung akan meningkatkan manfaat ekonomi yang signifikan
melalui perbaikan kualitas sumber daya manusia.

Investasi untuk perbaikan gizi dapat membantu memutus


lingkaran kemiskinan dan meningkatkan Produk Domestik Bruto
(PDB) negara hingga 3% per tahun. Investasi $1 pada gizi dapat
menghasilkan kembalinya $30 dalam peningkatan kesehatan,
pendidikan dan produktivitas ekonomi. Melalui hasil analisis yang
dilaporkan dalam Global Nutrition Report 2014, disebutkan juga
lebih jelas bahwa setiap investasi 1 USD di Indonesia untuk
menurunkan stunting melalui intervensi spesifik dengan cakupan
minimal 90%, akan memberikan manfaat sebesar 48 kalinya (48
USD).
Selain itu hubungan masalah gizi dengan ekonomi adalah
jika masalah gizi di Indonesia meningkat maka pengeluaran
negara untuk kesehatan semakin besar. Keracunan makanan dan
keracunan obat jelas menimbulkan biaya ekonomi yang bersifat
langsung dan tidak langsung. Biaya ekonomi yang bersifat
langsung seperti biaya rumah sakit dan obat-obat yang diperlukan
untuk masa penyembuhan, dan untuk biaya ekonomi yang tidak
langsung seperti kehilangan kesempatan bekerja atau sekolah

11
dan kesakitan yang timbul karena keracunan. Berbagai biaya
ekonomi ini menunjukkan pentingnya pengawasan obat dan
makanan yang ketat di Indonesia, atau dengan kata lain
pentingnya keamanan pangan.
2.3 Peran Pemerintah dalam Keamanan Pangan di Indonesia
Peran pemerintah dalam keamanan pangan di Indonesia banyak
dituangkan dalam peraturan-peraturan pemerintah, antara lain:
1. UU No 18 tahun 2012 tentang Pangan, BAB I, Pasal 1, Angka 5
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia,
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk
dikonsumsi.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 2 Tahun
2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan.
3. Permenkes No. 1 Tahun 2013 tentang penanganan kasus KLB
Keracunan Pangan.
4. Peraturan Presiden No. 80 tahun 2017 tentang Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
5. Pada halnya pada BAB VII Pasal 69 keamanan pangan ini dapat
meliputi sanitasi pangan, BTP, Rekayasa genetik, iradiasi pangan,
jaminan produk halal, mutu pangan dan kemasan.
6. Pada UU no. 18 tahun 2012 Pasal 71 mengenai sanitasi berisi
tentang:
a. Setiap Orang yang terlibat dalam rantai Pangan wajib
mengendalikan risiko bahaya pada Pangan, baik yang berasal dari
bahan, peralatan, sarana produksi, maupun dari perseorangan
sehingga Keamanan Pangan terjamin.
b. Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau peredaran
Pangan wajib dalam memenuhi Persyaratan Sanitasi dan
menjamin Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia.
7. PP RI no. 28 Tahun 2004 Pasal 3 mengenai keamanan, mutu dan gizi
pangan” Pemenuhan persyaratan sanitasi di seluruh kegiatan rantai

12
pangan dilakukan dengan cara menerapkan pedoman cara yang baik,
meliputi: cara budidaya, cara budidaya pangan segar, cara budidaya
pangan olahan, cara distribusi, cara ritel pangan, cara produksi
pangan siap saji.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan di
Indonesia, antara lain adalah hygiene perorangan yang buruk, cara
penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan
pengolahan makanan yang tidak bersih. Kurangnya pengetahuan
dalam memperhatikan kesehatan diri dan lingkungannya dalam
proses pengolahan makanan yang baik dan sehat (Zulaikah, 2012;
Musfirah, 2014).
2. Rendahnya keamanan pangan dapat menyebabkan berbagai
masalah gizi. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah stunting
dan gizi buruk.
3. Selain berkaitan erat dengan kesehatan, secara lebih umum
keamanan dan mutu pangan juga erat berkaitan dengan kualitas
sumber daya manusia dan daya saing bangsa. Sehingga dengan
SDM yang berkualitas ekonomi di Indonesia juga meningkat.
4. Selain itu hubungan masalah gizi dengan ekonomi adalah jika
masalah gizi di Indonesia meningkat maka pengeluaran negara untuk
kesehatan semakin besar.
3.2 SARAN
Keamanan pangan yang terjamin akan menguntungkan bagi
aspek ekonomi negara. Sehingga tingkatkan keamanan pangan pada
negara supaya mendapat hasil yang maksimal untuk kemajuan bangsa.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. 2012. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta


2. BPOM. 2018. Balai Besar POM di Padang.
(https://www.pom.go.id/new/admin/dat/20190430/Laptah_BBPOMPDG_2
018.pdf), diakses pada diakses pada 5 agustus 2018.
3. Chotimah, H.C, dkk. 2017. Perkembangan Aspek Keamanan Ekonomi
dalam Konsep Human Security. Jurnal Transformasi Global. 4 (1). 66-76.
4. Depkes.go.id. 2018. Lebih dari 200 Penyakit dapat Menular melalui
Makanan, Keamanan Pangan Harus Diperhatikan.
(http://www.depkes.go.id/article/view/18092700003/more-than-200-
diseases-can-be-transmitted-through-food-food-safety-must-be-
considered.html), diakses pada 5 agustus 2018.
5. Hariadi. P, dkk. 2018. Peningkatan Penjaminan Keamanan Dan Mutu
Pangan Untuk Pencegahan Stunting Dan Peningkatan Mutu SDM Bangsa
Dalam Rangka Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
(https://wnpg.lipi.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Makalah-Bidang-3-
SECURED.pdf), diakses pada 4 Agustus 2019
6. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi Pangan Jajanan Anak Sekolah.
Pusat Data dan Informasi: Jakarta Selatan.
7. Kementrian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018.
8. Kementrian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di
Indonesia. Pusat Data dan Informasi: Jakarta Selatan.
9. Rahmawati, F. 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Pemberian
Makan, Dan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Desa
Pajerukan Kecamatan Kalibagor. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
10. Walandow, P. CK, dkk. 2017. Beban Ekonomi dari Risiko Keamanan
Pangan: Peran Pengawasan dan Penyuluhan Makanan di Indonesia. 1-
31.
11. Webb M, Morancie A. 2015. Food safety knowledge of food service works
at a university campus by educational level, experience, and food safety
training. Journal of Food Control50(2015):259-264

15

Anda mungkin juga menyukai