TINJAUAN TEORI
3
4
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-
19. Bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir
sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran
parelmen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap negara
absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of Law merupakan konsep
tentang common law, dimana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta
seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun
di atas prinsip keadilan dan egalitarian.
merupakan jaminan seacra formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat dan
juga “keadialn sosial”, sehingga Pembukaan UUD 1945 bersifatt tetap dan
instruktif bagi penyelenggaraan negara. Dengan demikian inti dari rule of
law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadialn
sosial. Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar hukum pengambilan
kebijakna bagi penyelanggaraan negara/pemerintahan, baik di tingkat
pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas arasa keadilan
terutama keadilan sosial.
3. Strategi pelaksanaan (pengembangan) rule of law
a. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan
pada corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian
nasional masing-masing bangsa;
b. Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar
budaya yang tumbuh dan berkembang pada bnagsa;
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial,
gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara,
harus dapat ditegakkan secara adul, dan hanya memihak kepada
keadilan.
c. Asas perkawinan
Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang
memilkinasa kesatuan hukum, yaitu paradigma suami isteri atau ikatan
keluarga merupakann inti masyarakat yang mendambakan suasana
sejahtera, sehat dan bersatu.
d. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)
Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktit, yaitu seseorang yang dapat
menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak
untuk menjadi warga negara dari suatu negara.
2. Problem status kewarganegaraan
Dalam problem status kewarganegaraan seseorang, apabila asas
kewarganegaraan di atas diterapkan secara tegas dalam sebuah negara,
akan mengakibatkan status kewarganegaraan seseorang menjadi sebagai
berikut:
a. Apatride, yaitu seseorang tidak mendapat kewarganegaraan
disebabkan oleh orag tersebut lahir disebuah negara yang menganut
asas ius sanguinis;
b. Bipatride, yaitu seseorang akan mendapat dua kewarganegaraan,
apabila orang tersebut berasal dari orang tua yang mana negaranya
menganut sanguinis, sedangkan dia lahir di suatu negara yang
menganut asas ius soli;
c. Multipatride, yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal diperbatasan
antara dua negara.
Sedangkan cara untuk mendapat kewarganegaraan di Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Karena kelahiran;
b. Karena pengangkatan;
c. Karena dikabulkan permohonan;
d. Karena pewarganegaraan;
e. Karena perkawinan;
f. Karena turut ayah dan ibu
g. Karena pernyataan.
11