Oleh :
Laksmita Herdianingrum
40617003
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan, sumbangan pemikiran, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab
1. Drg. Indah Nur Evi., Sp.Ort yang dengan sabar membimbing dan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis masih mengharapkan kritik dan saran, dari semua pihak guna
kesempurnaan proposal skripsi ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Kediri, 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang tidak lengkap, kebiasaan bernafas melalui mulut, ukuran lidah yang
abnormal, kebiasaan menjulurkan lidah saat berbicara, kebiasaan menggunakan
dot, dan pola menelan yang abnormal secara terus menerus pada anak. Terlepas
dari jari yang digunakan selama menghisap, durasi, intensitas, dan frekuensi,
dikombinasikan dengan pola wajah pasien, dan kemauan dan kepatuhan untuk
menghilangkan kebiasaan tersebut harus dievaluasi (Tanaka, 2004). Selain itu,
awal fase gigi geligi campuran merupakan fase yang cocok untuk mengkoreksi
gigitan terbuka (Klocke, 2003).
Tindakan mengisap jempol bisa timbul karena berbagai alasan, dari
masalah psikologis hingga cara untuk mencapai kesenangan. Namun, jika
tindakan tersebut tetap dilakukan untuk waktu yang lama, dapat menjadi
kebiasaan yang merusak. Jika kebiasaan tersebut dihentikan sebelum masa erupsi
gigi permanen, hal tersebut tidak akan memberikan efek jangka panjang. Namun
jika kebiasaan tersebut berkelanjutan maka dapat terjadi keadaan openbite
anterior, posterior crossbites, dan maloklusi kelas II (Sonis, 2003).
Beberapa maloklusi terkoreksi ketika kebiasaan mengisap berhenti, karena
polanya normal dan kelainan bentuk tulangnya ringan. Tetapi dalam banyak
kasus, hal ini tidak terjadi dan diperlukan koreksi ortodontik dan bahkan sebuah
operasi ortognatik. Tidak ada resep siap pakai yang digunakan untuk
menghilangkan kebiasaan mengisap jari,. Penggunaan plester perekat yang
diletakkan pada jari-jari anak, piranti yang bisa dilepas atau cekat, dan bahkan
saran dapat dianjurkan untuk menanggulangi kebiasaan tersebut (Tanaka, 2013).
Penggunaan kawat gigi dapat dipilih karena tidak memerlukan kolaborasi, dan
kekurangan kepatuhan penggunaannya adalah bagian dari masalah (Ferrari, 2011).
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses pertumbuhan dan
perkembangan mandibula. Gambaran normalisasi gigitan terbuka ketika kebiasaan
mengisap jempol kambuh dan juga pentingnya kerja sama pasien untuk
menghilangkan kebiasaan tersebut dan perhatian pada pendekatan multidisiplin
juga dicantumkan dalam makalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kartilago dan tulang mandibula dibentuk dari sel embrio neural crest yang
berasal dari otak bagian tengah dan belakang dari neural folds. Sel-sel ini
bermigrasi ke ventral untuk membentuk tonjolan mandibula dan maksila pada
wajah, dimana mereka berdiferensiasi menjadi tulang dan jaringan ikat (Proffit,
2007).
Struktur pertama yang dibuat pada regio rahang bawah yaitu cabang
nervus mandibula dari nervus trigeminus yang mengawali kondensasi
ektomesenkim membentuk lengkung faring (mandibula) pertama. Adanya nervus
6
ini diduga sebagai syarat terjadinya induksi osteogenesis oleh produksi faktor
neurotropik. Mandibula dihasilkan dari osifikasi membran osteogenik yang
dibentuk dari kondensasi ektomesenkim pada pembentukan hari ke 36-38.
Ektomesenkim mandibula ini harus berinteraksi pertama kali dengan epitelium
lengkung mandibula sebelum osifikasi primer terjadi; tulang hasil osifikasi
intramembran terletak lateral dari kartilago Meckel’s dari lengkung pertama
faringeal (mandibula) (Proffit, 2007).
Pada saat lahir, tulang mandibula walaupun terdeteksi dengan jelas, sangat
berbeda pada berbagai aspek dari tulang dewasa. Perbedaan utamanya terletak
pada sudut mandibula yang tumpul, ramus yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan korpus. Pada saat organ-organ benih gigi susu mulai berdiferensiasi,
9
mandibula akan mulai membentuk hubungan dengan benih gigi tersebut. Keadaan
ini dapat berlangsung melalui perluasan ke atas pada kedua sisi benih gigi, dari
lamina lateralis dan lamina medialis mandibula, setinggi nervus Incisivus dan
nervus Alveolaris inferior, untuk membentuk lamina alveolaris lateral dan
medial.Melalui proses pertumbuhan ini gigi-gigi yang sedang berkembang akan
terletak di dalam saluran tulang (Enlow, 1996).
Bentuk dan ukuran mandibula pada janin yang kecil menjalani
transformasi selama pertumbuhan dan perkembangan. Ramus ascendens
mandibula neonatal rendah dan lebar, proses koronoideus relatif besar dan jauh di
atas kondilus. Pemisahan awal dari korpus mandibula kanan dan kiri bawah di
midline simfisis secara bertahap dieliminasi di antara bulan 4 dan 12 setelah
kelahiran, ketika proses osifikasi mengubah syndesmosis menjadi synostosis,
menyatukan dua bagian (Enlow, 1996).
Meskipun mandibula muncul sebagai single bone pada orang dewasa,
secara perkembangan dan fungsional dibagi menjadi beberapa subunit rangka.
Tulang basal tubuh membentuk satu unit, yang melekat ke alveolar, koronoideus ,
sudut , dan prosesus condylaris dan dagu. Pola pertumbuhan masing-masing sub-
unit tulang dipengaruhi oleh matriks fungsional yang bertindak pada tulang: gigi
bertindak sebagai matrik fungsional untuk unit alveolar, kerja otot temporalis
mempengaruhi proses koronoideus; masseter dan otot pterygoideus medial
bekerja pada sudut dan ramus mandibula; dan otot pterygoideus lateral yang
memiliki pengaruh pada prosesus condylaris. Fungsi yang berkaitan dengan lidah
dan otot perioral dan perluasan rongga mulut dan faring memberikan rangsangan
bagi pertumbuhan mandibula yang optimal. Dari semua tulang wajah, mandibula
mengalami sebagian besar pertumbuhan postnatal dan memberikan bukti-bukti
variasi yang banyak dalam hal morfologi (Proffit, 2007).
Pertumbuhan terbatas berlangsung di mental simfisis sampai fusi terjadi.
lokasi utama pertumbuhan mandibula postnatal berada di kartilago condylar, yang
posterior berbatasan dengan ramus, dan alveolar ridge. Daerah deposisi tulang
yang luas sebagian besar memperhitungkan untuk peningkatan tinggi, panjang,
dan lebar mandibula. Namun, pada pertumbuhan inkremental dasar banyak
10
remodelling regional pada fungsi lokal yang melibatkan resorpsi selektif dan
perpindahan elemen mandibula (Proffit, 2007).
Kartilago condylar mandibula berfungsi baik sebagai (1) kartilago artikular
pada sendi temporomandibular, ditandai dengan selapis permukaan fibrokartilago,
dan (2) pertumbuhan kartilago analog menjadi plat epiphysial pada tulang
panjang, ditandai oleh hipertropi lapisan tulang yang lebih dalam (Enlow, 1996).
terbentuk jika gigi tidak ada dan mengalami resorbsi yang dikarenakan oleh
ekstraksi gigi (Proffit, 2007).
Dagu dibentuk pada bagian dari ossicles mental dari kartilago aksesori dan
ujung ventral kartilago Meckel, sangat kurang berkembang pada bayi, yang
terbentuk sebagai sub-unit yang independen pada mandibula, dipengaruhi oleh
oleh faktor seksual dan faktor genetik yang spesifik.. perbedaan jenis kelamin
pada daerah symphyseal mandibula tidak signifikan hingga terbentuk karakteristik
seksual sekunder. Dengan demikian, dagu menjadi signifikan hanya pada masa
remaja, dari perkembangan tonjolan mental dan tuberkel. Sedangkan dagu yang
kecil ditemukan pada orang dewasa pada kedua jenis kelamin, dagu yang sangat
besar memiliki karakteristik maskulin. "Unit" kerangka dagu muncul sebagai
ekspresi dari kekuatan fungsional yang diberikan oleh otot-otot pterygoideus
lateral, dalam menarik mandibula ke depan, secara tidak langsung menekan
daerah symphyseal mental. Bone buttressing untuk menahan tekanan otot, yang
lebih kuat pada pria, terlihat dalam dagu laki-laki lebih menonjol. Dagu yang
menonjol adalah keunikan manusia,tidak ada pada primata lain (Enlow, 1996).
12
Selama hidup janin, ukuran relatif dari rahang atas dan rahang bawah
bervariasi. Awalnya, mandibula yang jauh lebih besar dari rahang atas, yang
kemudian terlihar bahwapertumbuhan maksila lebih besar; sekitar 8 minggu pasca
konsepsi, pertumbuhan maksila overlap dengan mandibula. Pertumbuhan yang
lebih besar pada mandibula menghasilkan ukuran yang hampir sama antara rahang
atas dan rahang bawah pada minggu ke 11. Pertumbuhan mandibula lebih lambat
dari perumbuhan maksila antara minggu ke 13 dan 20 karena adanya peralihan
dari kartilago Meckel ke kartilago sekunder kondilus sebagai penentu utama
pertumbuhan pada mandibula. Saat lahir, mandibula cenderung lebih retrognati
daripada maksila walaupun kedua rahang dapat saja berukuran sama. Kondisi
retrognati ini biasanya terkoreksi dengan sendirinya pada awal kehidupan
postnatal oleh pertumbuhan mandibula yang sangat cepat dan perpindahan ke arah
depan untuk mencapai hubungan maksilomandibula kelas I Angle. Pertumbuhan
mandibula yang tidak adekuat akan menghasilkan hubungaan kelas II Angle
(retrognati), dan pertumbuhan mandibula yang sangat berlebih menghasilkan
hubungan kelas III (prognati). Mandibula dapat tumbuh lebih panjang
dibandingkan maksila (Proffit, 2007).
diperoleh data bahwa hubungan bagian bukal yaitu molar pertama antara
maksila dan mandibular dalam arah sagital pada remaja yang mempunyai
hubungan biologis lebih serupa, daripada remaja yang tidak ada hubungan
biologis
2. Lingkungan
Faktor lingkungannya termasuk kebiasaan oral, malnutrisi dan fisik.
a. Kebiasaan Oral
Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain menghisap
ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas melalui mulut, dan
penjuluran lidah. Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karaktristik
lengkung gigi tergantung dari frekuensi, intensitas dan lama durasi
(Rahardjo, 2009).
b. Malnutrisi
Nutrisi yang baik penting pada waktu remaja untuk memperoleh
pertumbuhan oral yang baik. Nutrisi atau energi yang kurang dapat
mempengaruhi pertumbuhan sehingga membatasi potensi pertumbuhan
seseorang. Malnutrisi dapat mempengaruhi ukuran tubuh sesorang,
sehingga terjadi perbandingan bagian yang berbeda-beda dan kualitas
jaringan yang berbeda-beda dan kualitas jaringan yang berbeda-beda
sehingga seperti kulitas gigi dan tulang. Adanya malnutrisi dapat
memberikan efek langsung terhadap organ-organ dalam tubuh (Rahardjo,
2009).
c. Fisik
Perubahan dalam kebiasaan diet seperti tekstur makanan yang lebih halus
menyebabkan penggunaan otot dan gigi berkurang. Akibat dari
pengurangan pengunyahan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
perkembangan fasial sehingga maksila menjadi lebih sempit. Pada
penelitian lain didapati anak-anak pada zaman sekarang memiliki
lengkung gigi atas yang lebih kecil dari subjek yang diteliti 40 tahun yang
lalu (Kamdar, 2015).
14
tidak nyaman, yang dapat dilakukan dengan memberikan perasa yang tidak
enak/pahit pada jari anak,memasang plester pada jari, memberikan sarung tangan
atau membungkus tangan dan jari. Kebiasaan menghisap jari juga dapat
menimbulkan luka pada jari. Keadaan ini dapat diatasi dengan member pelindung
jari (thumb guard atau finger guard) yang bisa terbuat dari plastik atau dari akrilik
yang diikatkan ke pergelangan tangan (silva, 2014).
Cara lain adalah dengan membatasi gerakan tangan, misalnya dengan
memakai pelindung siku/ elbow guard atau perban pada siku. Untuk membuat
pelindung siku diperlukan model kerja yang didapat dari mencetak siku dengan
bahan cetak polyvinylsiloxane. Selanjutnya elbow guard dibuat dari akrilik dan
pada bagian luar dapat diberi diberi chip music dan pengeras suara. Pada
permukaan bagian dalam diberi saklar dan dilapisi spons sebagai bantalan untuk
kenyamanan pemakaian. Ketika anak mencoba untuk menghisap jari maka saklar
akan tertekan oleh gerakan sendi siku dan music akan berbunyi sebagai pengingat
bagi anak untuk menghentikan tindakannya. Perban pada siku tangan adalah
sebuah cara alternatif untuk menangani anak usia sekolah yang mempunyai
kebiasaan buruk menghisap jari. Perban menjadi pengontrol atas usaha menghisap
jari dengan membuat gerakan tangan ke arah mulut menjadi sedikit terhambat
(Silva, 2014).
Apabila usia anak lebih dari 7 tahun dan masih melakukan kebiasaan ini,
sebaiknya orangtua bekerjasama dengan dokter gigi untuk menghentikan
kebiasaan buruk tersebut, terutama bila metode pendekatan psikologis tidak
berhasil. Peranti ortodonti yang dibutuhkan dalam menangani kasus ini biasanya
berupa peranti cekat ataupun peranti lepas yang dilengkapi dengan taju-taju/crib.
Taju-taju dapat berupa lup multipel, spur, maupun bentukan lain sejenis
(Goenharto, 2016).
Laporan kasus menunjukkan berbagai peranti dapat dipakai untuk
menghentikan kebiasaan menghisap jari, diantaranya penggunaan peranti Haas
sebagai pengingat (reminder) untuk mencegah kebiasaan menghisap jari. Taju-
taju juga bisa diganti dengan bead. Variasi peranti dapat dibuat dari kawat baja nir
karat 0.9 mm yang membentang dari band pada molar pertama permanen kanan
19
dan kiri. Pada kawat diberi bead akrilik dan saat ingin menghisap jari, pasien
diminta memutar bead dengan lidahnya (Goenharto, 2016).
Gambar 2.4 Foto intraoral pasien sebelum dilakukan perawatan, tracing sefalometri, dan
radiografi.
Dari hasil foto radiografi panoramic, diketahui bahwa gigi molar ke 2
tidak ada. Pengukuran sefalometri menunjukkan hubungan yang baik antara
maxilla dan mandibula (ANB = 2o), proklinasi insisivus rahang atas (NA=32o),
dan sudut insisivus rahang bawah (NB=21o), pertumbuhan kea rah vertical lebih
baik daripada anteroposterior (Y axis=61o) dan kecembungan sepertiga wajah (Z
angle = 67o). Dari hasil anamnesa, kebiasaan buruk menghisap jempol tangan
kanan dan penderita mengatakan bahwa bersemangat untuk menghentikan
kebiasaan buruk tersebut.
20
Gambar 2.5 Posisi menghisap jempol sebelum dan sesudah fiksasi expander.
Pada fase awal, dijelaskan kepada pasien dan orang tua pasien bahwa
kekooperatifan menghentikan kebiasaan menghisap jempol adalah sesuatu yang
sangat penting. Dijelaskan juga bagaimana alat ini berfungsi membantu
menghentikan kebiasaan buruk menghisap jempol. Alat Haas dipasang untuk
mengekspansi palatal secara cepat dan sebagai pengingat untuk menghentikan
kebiasaan menghisap jempol, serta secara tidak langsung memperpendek jarak
gigitan terbuka anterior. Perawatan orotdonti dimulai dengan fiksasi piranti palatal
pada molar pertama dengan perlekatan pada permukaan palatal gigi molar dan
kaninus desidui.
21
Gambar 2.6 Progress setelah ekspansi palatal selama 3 minggu. Alat berfungsi sebagai pengingat
dan membatasi kebiasaan buruk menghisap jempol.
Gambar 2.8 9 bulan setelah melepas palatal expander dan berhenti menghisap jempol.
Gambar 2.9 18 bulan setalah melepas palatal expander. Relaps pada gigitan terbuka anterior dan
kebiasaan menghisap jempol. Ditemukan kalus pada jempol kanan pasien.
BAB III
PEMBAHASAN
22
23
yang berfungsi sebagai penahan atau penghambat jari masuk ke rongga mulut.
Taju-taju membuat anak tidak lagi merasa nyaman saat menghisap jari dan
akhirnya malas atau enggan untuk melakukannya. Penggunaan peranti lepasan
dikombinasi dengan taju-taju terbukti dapat dipakai untuk mengatasi kebiasaan
jelek menghisap jari dan memperbaiki susunan gigi. Pada peranti cekat,
pemakaian taju-taju kadang dikombinasikan dengan peranti quad helix, sehinga
dapat memperbaiki tumpang gigit dan inklinasi gigi anterior rahang atas. Pada
umumnya anak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap peranti yang digunakan
meski awalnya merasa kurang nyaman (Shah, 2014).
Pada kasus di atas, oklusi normal dapat dicapai dengan expansi rahang atas
dan penghentian kebiasaan menghisap jempol. Namun setelah piranti Haas dilepas
dari rongga mulut, kembali terjadi relaps yang diakibatkan karena kambuhnya
kebiasaan menghisap jempol. Oleh karena itu, setelah piranti Haas dilepas, kita
harus selalu melakukan observasi apakah kebiasaan buruk tersebut kembali. Harus
dijelaskan kepada pasien, orang tua, maupun pengasuh anak bahwa penggunaan
alat ortodonti saja tidak cukup untuk memperbaiki maloklusi, pasien harus
menghentikan kebiasaan buruknya agar maloklusi terkoreksi (Tanaka, 2016).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pertumbuhan kepala kondilus terjadi dalam arah atas dan belakang,
Pertumbuhan mandibula yaitu pergeseran ke arah bawah dan ke depan,
sebagai contoh dari translasi primer
2. Kepatuhan menghentikan kebiasaan menghisap jempol secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan.
3. Kebiasaan buruk menghisap jempol dapat dihentikan dengan pendekatan
psikologis, penggunaan alat ortodonti intra oral cekat maupun lepasan,
penggunaan finger guard dan pembatasan pergerakan siku.
4.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui proses pertumbuhan
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Aznar, A. C. Braga, and A. P. Ferreira. 2006. “Oral habits as risk factors for
anterior open bite in the deciduous and mixed dentition—cross-sectional
study,” European Journal of Paediatric Dentistry. 14: 4, pp. 299–302.
Ferrari, D. F., Leao, J.C., dkk. 2011. Double helicoidal palatal arch. The
undesirable arch for thumb sucking habit. Orthodontic Science and
Practice. 5 : 17.
Kamdar JR, Al- Shahram I. 2015. Damaging oral habits. J Int Oral Health 2015;
7(4): 85-7.
Shah F.A ., Batra, M., Kumar R. 2014. Oral habits and their implications. Annals
Medicus. 1(4): 179-86.
Silva M, Manton D. 2014. Oral habits--part 1: the dental effects and management
of nutritive and non-nutritive sucking. J Dent Child (Chic). 81(3): 133-9.
Srinath KS, Satish R. 2013. Management of thumb sucking habit in a 8 year old
child – A case report. International Journal of Science and Research.
4(3).
Tanaka, O.M., Kreia, T.B., dkk. 2004. Malocclusion and thumb sucking habbit.
Journal Brasileiro de Ortodontia Ortopedia Facial. 9
Tanaka, O.M., Wagner, O., dkk. 2016. Breaking the Thumb Sucking Habbit :
When Complience is Essential. Hindawi Publishing Coorporation Jornal.