Anda di halaman 1dari 119

BUKU PANDUAN MAHASISWA

KETERAMPILAN KLINIK
SISTEM
GAWAT DARURAT DAN TRAUMATOLOGI

Disajikan pada Mahasiswa Semester VII


Fakultas Kedokteran UMI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
MANUAL CSL

SISTEM
KEGAWATDARURATAN
DAN TRAUMATOLOGI

Disusun oleh
Prof dr A Husni Tanra, PhD, SpAn, KIC, KMN
Tim Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi

Manual CSL ini untuk dipergunakan oleh


Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

1 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb,
Alhamdulillah....Segala puji bagi Allah atas rahmat dan hidayah Nya juga
serta salam dan shalawat atas junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Buku Manual CSL ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa Program


Studi Kedokteran dalam cara berpikir ilmiah, sistematis, dan juga dalam
keterampilan medis sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
2012.
Di dalamnya terdapat manual CSL meliputi mengelola jalan napas,
krikotiroidotomi, pemberian nafas bantu, torakosintesis dengan jarum,
resusitasi jantung paru, kanulasi vena perifer, resusitasi bayi baru lahir,bayi
dan anak, trauma kepala dan leher, mass disaster management, stabilisasi
dan transportasi,penanganan trauma muskuloskeletal ( pemasangan bidai )
dan diagnosis dislokasi serta penanganan luka (hecting).

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tim Pelaksana
Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi UMI

2 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


VISI :

“Menjadi Fakultas Kedokteran yang Unggul dalam Pendidikan


dokter dan Pengembangan Ilmu kedokteran yang Menghasilkan
Dokter yang Bermutu dan Islami melalui Penerapan Prinsip Tata
Kelola yang BaikMenuju World Class University”

MISI :
1) Menyelenggarakan program pendidikan kedokteran dengan
penguatan kedokteran komunitas yang bermutu dan bercirikan
keIslaman.
2) Menyelenggarakan program penelitian kedokteran yang
berkualitas dan terpublikasi nasional maupun internasional.
3) Melakukan pengabdian masyarakat di bidang kesehatan demi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus
menjalankan fungsi dakwah.
4) Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia yang
berbasis kinerja
5) Melakukan pengembangan program studi pendidikan dokter
menuju world class university.

DAFTAR ISI

3 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Kata Pengantar ………………..……………………………………………….. 1
Daftar Isi…………………………………………………………………………. 2
Tata tertib CSL……………………………………………………………….…. 3
Manual CSL 7
 Pengelolaan jalan napas............................................................. 8
 Pemberian nafas bantu............................................................... 18
 Intubasi Orotrakea …………………………………………………. 23

 Krikotiroidotomi............................................................................ 26
 Torakosintesis dengan jarum ..................................................... 31
 Resusitasi Jantung Paru ............................................................ 35
 Resusitasi Cairan ….................................................................. 40
 Resusitasi Bayi Baru Lahir, bayi dan anak ................................ 50
 Trauma Kepala Dan Leher ......................................................... 67
 Stabilisasi Dan Transportasi ....................................................... 74
 Mass Disaster Management .......................................................
 Penanganan trauma muskuloskeletal ( pemasangan bidai) 84
dan diagnosis dislokasi......
 Penanganan luka (hecting) ………………………………………… 99

 Radiology Emergency ……………………………………………….

4 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


TATA TERTIB UMUM

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK-UMI harus


mematuhi tata tertib seperti di bawah ini :
1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan
layaknya seorang dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian
ketat, berbahan jeans, baju kaos (dengan/tanpa kerah), dan sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih.
3. Mahasiswi diwajibkan memakai jilbab dan busana muslimah di setiap
kegiatan berlangsung.
4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan FK-UMI
5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan FK-UMI.
6. Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang
akan berjalan.
7. Memakai papan nama resmi yang dikeluarkan dari FK-UMI di setiap
kegiatan akademik kecuali perkuliahan. Jika papan nama rusak atau
dalam proses pembuatan, maka mahasiswa wajib membawa surat
keterangan dari bagian pendidikan.
8. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib
memberitahu bagian pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa
lampiran keterangan bukti diagnosis dari dokter (diterima paling lambat
3 hari setelah tanggal sakit).
TATA-TERTIB KEGIATAN ALIH KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL
SKILL LABORATORY (CSL)
Sebelum pelatihan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik
Sistem yang bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang
keterampilan yang akan dilakukan.
Pada saat pelatihan
1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal
rotasi yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
5 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih
pada setiap kegiatan CSL. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya
harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas,
batang korek api, dan sebagainya) pada tempat sampah non medis.
Sampah yang telah tercemar (sampah medis), misalnya kapas lidi
yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah
tajam dimasukan pada tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau
bagian tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau
meminjam tanpa ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan
kembali alat dan bahan yang telah digunakan.
11. Pengulangan CSL dapat dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Membuat surat permohonan pengulangan CSL ke bagian
pendidikan tembusan ke bagian CSL dengan melampirkan materi
yang akan diulang dan jumlah peserta yang akan ikut paling
lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Pengulangan CSL dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal
perkuliahan dengan atau tanpa pendamping dari instruktur.
c. Pengulangan CSL dilaksanakan sampai maksimal pukul 21.00
WIB.
Tata tertib ujian alih keterampilan klinik / clinical skill laboratory (CSL)
1. Mengikuti kegiatan CSL dengan kehadiran adalah 100%.
2. Mengikuti brifing pelaksanaan ujian CSL bersama koordinator CSL dan
atau sekretaris sistem.
3. Wajib membawa kartu kontrol yang diberi stempel asli UMI.
4. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.

6 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


5. Mengenakan jas laboratorium yang bersih selama proses ujian
berlangsung. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus
dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
6. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang
korek api, dan sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah
yang telah tercemar (sampah medis), misalnya kapas lidi yang telah
dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian
tubuh manusia
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Mengikuti ujian CSL sesuai daftar urut, penguji dan waktu yang telah
ditentukan.
SANKSI-SANKSI
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB UMUM
1. Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat
mengikuti setiap kegiatanakademik.
2. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak
memperoleh pelayanan akademik.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program
studinya (mengisi KRS) pada waktu yang telah ditentukan sesuai
kalender akademik tidak boleh mengikuti segala aktifitas perkuliahan.
4. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap
kegiatan.
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL & PRAKTIKUM
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi
tertentu, maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan CSL pada jadwal berikutnya untuk materi tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL dan praktikum tidak
sesuai dengan jadwal rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 100% dari
seluruh jumlah tatap muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat
mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum
yang terjadi karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh
mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam
tanpa ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan
praktikum akan mendapatkan sanksi tegas sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
6. Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran praktikumnya <
100% dari seluruh jumlah tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti
ujian praktikum/ OSCE.

7 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENGELOLAAN JALAN NAPAS

SKDI 2012 : Kompetensi 4A


Pengelolaan Jalan Napas
Pengertian : Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara
secara normal baik dengan manual maupun menggunakan alat.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan


mampu :
1. Mampu mengenal adanya gangguan jalan napas
2. Mampu membebaskan atau membuka jalan napas tanpa
menggunakan alat
3. Mampu membebaskan jalan napas dengan menggunakan alat
4. Mampu membersihkan jalan napas
5. Mampu mengatasi sumbatan jalan napas baik yang parsial maupun
yang total.

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergensi dan traumatologi
2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas
3. Boneka manikin dewasa dan anak.
4. Pipa orofaring berbagai ukuran
5. Pipa nasofaring berbagai ukuran
6. Sarung tangan
7. Gause kering
8. Suction
9. Pipa suction kaku dan lentur.

Indikasi
1. Dilakukan pada penderita tidak sadar apapun sebabnya

8 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


2. Pada penderita adanya sumbatan jalan napas parsial atau total.

Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar
Deskripsi kegiatan pengelolaan jalan napas
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk
Mahasiswa
2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja,
peran masing-masing mahasiswa dan
alokasi waktu.
3. Setiap memulai tindakan pengelolaan jalan
napas diawali dengan ucapan Basmalah
dan diakhiri dengan ucapan Hamdalah
2. Demonstrasi singkat 10 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi
tentang cara cara pengelolaan jalan napas oleh
pengelolaanjalan Instruktur pada model
napas oleh instruktur. 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang
dimengerti.
3. Praktek cara 10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten
pengelolaan jalan membantu menyiapkan seluruh alat. Satu
napas. orang mahasiswa mempraktekkan cara
pengelolaan jalan napas. Mahasiswa
lainnya menyimak dan mengoreksi bila
ada yang kurang.
2. Instruktur memperhatikan dan
memberikan bimbingan bila mahasiswa
kurang sempurna melakukan praktek.
3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
ceklis/daftar tilik.
4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa
terhadap praktek cara pengelolaan jalan
napas : apa yang dirasa mudah, apa yang
9 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
sulit.
2. Mahasiswa memberikan saran atau
koreksi tentang jalannya praktek hari itu.
Instruktur mendengar dan memberikan
jawaban.
3. Instruktur mejelaskan penilaian umum
tentang jalannya praktek tindakan
pengelolaan jalan napas : apakah secara
umum berjalan baik, apakah ada
sebagaian mahasiswa yang masih kurang.
Bila perlu mengumumkan hasil masing-
masing mahasiswa.
Total waktu 35 menit

10 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PENGELOLAAN JALAN NAPAS
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
Diagnosis terhadap adanya gangguan jalan napas Instruktur menjelaskan
1.Look (lihat) dan memperagakan
Melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan bagaimana menilai
adanya retraksi sela iga tanda-tanda adanya
2. Listen (dengar) gangguan jalan napas.
Mendengar aliran udara pernapasan
3. Feel
Merasakan adanya aliran udara pernapasan
Membuka jalan napas tanpa alat Teknik ini digunakan
Head-tilt (dorong kepala ke belakang) pada penderita sumbatan
Cara : jalan napas akibat lidah
Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan yang jatuh ke belakang
ke bawah, sehingga kepala menjadi tengadah
sehingga penyangga lidah terangkat ke depan. Pada pasien curiga
Chin lift cedera servikal head tilt
Cara : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk tidak dilakukan dan harus
memegang tulang dagu pasien, kemudian angkat dan dengan dua orang
’dorong tulangnya ke depan penolong sebelum
Jaw thrust terpasang servikal collars
Cara : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah
depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan
barisan gigi atas. Atau gunakan ibu jari ke dalam mulut
dan bersama dengan jari-jari lain tarik dagu ke depan.
Pengelolaan jalan napas dengan alat
A. Pipa orofaring
Cara pemasangan :
1. Pakai sarung tangan
2. Buka mulut boneka/pasien dengan cara chin lift
atau gunakan ibu jari dan telunjuk
11 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
3. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya
4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin
dan mudah dimasukkan
5. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit
(ke palatal)
6. Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah
ke bawah lidah.
7. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa
orofaring dengan melihat pola napas, rasakan dan
dengarkan suara napas pasca pemasangan.
B. Pipa Nasofaring
1. Pakai sarung tangan
2. Nilai besarnya lubang hidung dengan besarnya
pipa nasofaring yang akan dimasukkan.
3. Nilai adakah kelainan di cavum nasi
4. Pipa nasofaring diolesi dengan jeli, demikian juga
lubang hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu
dapat diberikan vasokonstriktor hidung.
5. Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa sehingga
ujungnya menghadap ke telinga.
6. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk,
sambil menilai adakah aliran udara di dalam pipa.
7. Fiksasi dengan plester.
Membersihkan jalan napas Dilakukan bila ada benda
1. Sapuan jari asing di dalam mulut
Cara :
a. Pasang sarung tangan
b. Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan
tekan dagu ke bawah
c. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari
tengah yang bersih atau dibungkus dengan
sarung tangan /kassa untuk membersihkan dan

12 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


mengorek semua benda asing dalam mulut.
2. Dengan suction
Pengelolaan jalan napas akibat sumbatan benda
asing padat
A. Tersedak ( CHOKING )
BACK BLOW / BACK SLAPS
Korban dewasa sadar
1. Bila korban masih sempoyongan. Rangkul dari
Belakang
2. Lengan menahan tubuh, lengan yang lain
melalukan BACK-BLOW / BACKSLAPS
Pertahankan korban jangan sampai tersungkur
3. Berikan pukulan / hentakan keras 5 kali, dengan
kepalan ( genggaman tangan ). Pada titik silang
garis imaginasi tulang belakang dan garis antar
belikat.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal
thrust.
ABDOMINAL THRUST
Korban berdiri/Korban dewasa sadar
1. Rangkul korban yang sedang sempoyongan
dengan kedua lengan dari belakang
2. Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan menarik
kedua lengan penolong bertumpuk pada kepalan
kedua tangannya tepat di titik hentak yang terletak
pada pertengahan pusar dan titik ulu hati korban.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal
thrust.

ABDOMINAL THRUST
Korban terbaring /Korban dewasa tidak sadar

13 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


1. Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan
terlentang
2. Penolong mengambil posisi seperti naik kuda
diatas tubuh korban atau disamping korban
sebatas pinggul korban.
3. Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan
menggunakan kedua lengan penolong bertumpu
tepat diatas titik hentakan ( daerah epigastrium ).
Yakinkan benda asing sudah bergeser atau sudah
keluar dengan cara :
- Lihat ke dalam mulut korban, bila terlihat
diambil
- Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut
kemulut, sampil memperhatikan bila tiupan
dapat masuk paru-paru ,Dada mengembang
artinya, jalan napas telah terbuka
- Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya
jalan napas masih tersumbat ,segera lakukan
ABDOMINAL THRUST LAGI ,dan seterusnya
Bila tidak berhasil pikirkan siapkan krikotiroidotomi
kemudian disusul trakeostomi.

14 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Gambar 1 : Look, Listen and Feel

Gambar 2 : Head tilt, chin lift dan jaw thrust

15 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Gambar 3 : Tindakan Chin lift dan Jaw Trust pada pasien curiga fraktur
servikal

Gambar 4: Pemasangan pipa orofaring dan pipa nasofaring

16 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Gambar 5: Tindakan Back blow dan Heimlich manuver

Gambar 6: Bantuan napas mulut ke mulut

17 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PEMBERIAN NAPAS BANTU
SKDI 2012 : Kompetensi 4A
Pengertian : Memberikan napas bantu dengan atau tanpa alat bantu pada
penderita gagal napas apapun penyebabnya.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan :


1. Mampu menyiapkan alat yang diperlukan untuk memberikan napas
bantu
2. Mampu memberikan napas bantu pada penderita gagal napas
tanpa alat
3. Mampu memberikan napas bantu pada penderita gagal napas
dengan menggunakan alat .

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergensi dan traumatologi
2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas
3. Boneka manikin intubasi dewasa dan anak.
4. Pipa orofaring berbagai ukuran
5. Pipa nasofaring berbagai ukuran
6. Pipa orotrakea berbagai ukuran
7. Bag-valve-mask atau Jackson Reess
8. Slang oksigen dan tangki oksigen
9. Pegangan laringoskop dan baterai
10. Daun laringoskop berbagai ukuran dan lampu cadangan
11. Plester
12. Stetoskop
13. Pelumas pipa endotrakea
14. Semprotan anestetik lokal untuk nasal
15. Semirigid cervical collar
16. Magill forcep
17. Stylet (introducer) pipa endotrakea yang dapat dibengkokkan
18. Sarung tangan
18 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
19. Gause kering
20. Suction
21. Pipa suction kaku dan lentur

Indikasi
 Dilakukan pada`penderita gagal napas

Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar
Deskripsi kegiatan pengelolaan jalan napas
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk
mahasiswa
2. Penjelasan singkat tentang prosedur
kerja, peran masing-masing mahasiswa
dan alokasi waktu.
3. Setiap memulai tindakan pemberian
napas bantu diawali dengan ucapan
Basmalah dan diakhiri dengan ucapan
Hamdalah
2. Demonstrasi singkat 10 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi
tentang cara cara Pemberian napas bantu oleh
pemberian napas Instruktur pada model
bantu oleh instruktur. 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang
dimengerti.
3. Praktek cara 10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten
pemberian napas membantu menyiapkan seluruh alat.
bantu. Satuorang mahasiswa mempraktekkan
carapemberian napas bantu. Mahasiswa
lainnya menyimak dan mengoreksi bila
ada yang kurang.
2. Instruktur memperhatikan dan
memberikan bimbingan bila mahasiswa
kurang sempurna melakukan praktek.
19 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
ceklis/daftar tilik.
4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa
terhadap praktek cara pemberian napas
bantu: apa yang dirasa mudah, apa yang
sulit.
2. Mahasiswa memberikan saran atau
koreksi tentang jalannya praktek hari itu.
Instruktur mendengar dan memberikan
jawaban.
3. Instruktur mejelaskan penilaian umum
tentang jalannya praktek tindakan
pemberian napas bantu : apakah secara
umum berjalan baik, apakah ada
sebagaian mahasiswa yang masih
kurang. Bila perlu mengumumkan hasil
masing-masing mahasiswa.
Total waktu 35 menit

20 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMBERIAN NAPAS BANTU
SKDI 2012 : Kompetensi 4A
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
Ventilasi bag-valve-mask
1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita
2. Hubungkan selang oksigen dengan alat bag-valve-mask
dan atur aliran oksigen sampai 12 L/menit.
3. Pastikan jalan napas penderita bebas dan tetap
dipertahankan dengan teknik yang telah dijelaskan pada
bab lain.
4. Pasang pipa orofaring
5. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga
masker rapat ke wajah penderita dan pastikan tidak ada
udara yang keluar dari sisi masker pada saat bag
dipompa. Tangan kanan memegang bag dan memompa
sampai dada penderita (boneka) terlihat mengembang.
6. Bila dilakukan oleh dua orang : satu orang memegang
masker dengan kedua tangan dan satu orang lagi
memegang bag (kantong) dan memompa dengan kedua
tangan.
7. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada
penderita (boneka).
8. Ventilasi diberikan tiap 5 detik.

.......................................

21 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Gambar 1: Teknik ventilasi dengan bag valve mask

Gambar 2: teknik memegang masker

22 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN INTUBASI OROTRAKEA

SKDI 2012 : Kompetensi 3

Intubasi orotrakea
1. Persiapan alat memulai intubasi dengan STATICS :
Scope, Tube (ETT), Airway devices, Tape (plester),
Introducer (stylet), Connector, Suction.
2. Pasikan bahwa jalan napas tetap bebas dan oksigenasi
tetap berjalan.
3. Bila penderita sementara diberikan napas bantu dengan
bag-valve-mask, berikan preoksigenasi yang cukup
sebelum dilakukan intubasi.
4. Kembangkan pipa endotrakea untuk memastikan bahwa
balon tidak bocor. Bila tidak bocor dikempiskan kembali
5. Sambungkan daun laringoskop pada pemegangnya
kemudian periksa terangnya lampu.
6. Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
7. bila terpasang pipa orofaring sebelumnya, maka segera
dilepaskan
8. Masukkan laringoskop pada bagian kanan mulut
penderita dan menggeser lidah ke sebelah kiri.
9. Secara visual identifikasi epiglottis kemudian pita suara.
10. Dengan hati-hati masukkan pipa endotrakea ke dalam
trakea tanpa menekan gigi atau jaringan di mulut.
11. Kembangkan balon dengan udara dari spoit secukupnya
sampai tidak terdengar udara dari sela pipa endotrakea
dan trakea.
12. Sambungkan pipa endotrakea dengan bag-valve
kemudian pompa sambil melihat pengembangan dada.
23 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
13. Auskultasi dada kiri-kanan apakah bunyi pernapasan
sama. Auskultasi abdomen untuk memastikan pipa
terpasang dengan benar.
14. Pasang pipa orotrakea kemudian pipa endotrakeadifiksasi
dengan plaster ke mulut.
Melakukan tindakan insersi LMA:
1. Operator berdiri di bagian kepala tempat tidur dan tempat
tidur pada posisi datar
2. Menentukan ukuran LMA sesuai berat badan pasien
3. Memegang LMA pada tangan kangan
4. Memposisikan kepala pasien pada posisi ekstensi
5. Meminta asisten untuk membuka mulut pasien
6. Masukkan LMA
Pastikan posisi LMA:
 Pasang bag-valve-mask atau Jackson reese melalui
konektor
 Inspeksi dan auskultasi dada untuk mendengarkan
suara napas yang simetris
 Perhatikan pengembunan yang terjadi pada pipa
LMA saat ekshalasi napas
7. Fiksasi posisi LMA plester di bagian tengah bibir

Langkah-langkah intubasi

24 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Teknik Insersi LMA

KRIKOTIROIDOTOMI
25 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
SKDI 2012 : Kompetensi 2
Pengertian
Melakukan penusukan pada membrana krikotiroid dengan jarum berukuran
besar sebagai jalan pintas untuk melakukan oksigenasi dan ventilasi pada
penderita gagal napas akibat sumbatan jalan napas atas.

Tujuan pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan melihat :
1. Tindakan penusukan di membran krikotiroid
2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan
krikotiroidotomi
3. Tindakan penangan jalan napas darurat pasca penusukan membrana
krikotiroid

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergensi dan traumatologi
2. Video dan slide krikotiroidotomi
3. Boneka manikin
4. Meja atau tempat instrumen
5. Sarung tangan
6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas
7. Spoit 12 cc 2 buah
8. Lidokain 2 %
9. Perlengkapan Jet insufflasi : Pipa berbentu Y , dimana satu lubangan
dihubungkan dengan oksigen dan tabung oksigen
10. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah
11. Gause steril atau pembalut steril
12. Salep antibiotik
13. Plester atau pita kain
14. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.

26 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Indikasi
1. Bila ada sumbatan jalan napas atas yang nyata
2. Bila usaha memberikan napas bantu (ventilasi ) dengan bag-valve-
mask gagal dilakukan.

Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan krikotiroidotomi


Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk
Mahasiswa
2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja,
peran masing-masing mahasiswa dan
alokasi waktu.
3. Setiap memulai tindakan krikotiroidotomi
diawali dengan ucapan Basmalah dan
diakhiri dengan ucapan Hamdalah
2. Demonstrasi singkat 5 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat
tentang tindakan demonstrasi tindakan krikotiroidotomi oleh
krikotiroidotomi oleh Instruktur oleh instruktur pada model
Instruktur. 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang
dimengerti.
3. Praktek tindakan 10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten
krikotiroidotomi membantu menyiapkan seluruh
perlengkapan tindakan krikotiroidotomi.
Satu orang mahasiswa mempraktekkan
tindakan krikotiroidotomi. Mahasiswa
lainnya menyimak dan mengoreksi bila
ada yang kurang.
2. Instruktur memperhatikan dan memberikan
bimbingan bila mahasiswa kurang
sempurna melakukan praktek.
3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa
27 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
dan melakukan supervisi menggunakan
ceklis/daftar tilik.
4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap
praktek tindakan krikotiroidotomi : apa yang
dirasa mudah, apa yang sulit.
2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi
tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur
mendengar dan memberikan jawaban.
3. Instruktur mejelaskan penilaian umum
tentang jalannya praktek tindakan
krikotiroitomi : apakah secara umum
berjalan baik, apakah ada sebagaian
mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu
mengumumkan hasil masing-masing
mahasiswa.
Total waktu 30 menit

28 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN KRIKOTIROIDOTOMI

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal prapemasangan
1. Periksa semua kelengkapan alat
Hubungkan selang oksigen dengan salah satu lubang
pipa Y dan pastikan oksigen mengalir dengan lancar
melalui selangnya
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc
Tindakan krikotiroidotomi
3. Desinfeksi daerah leher dengan antiseptik
4. Palpasi membrana krikotiroid, sebelah anterior antara
kertilago tiroid dan krikoid. Pegang trakea dengan ibu
jari dan telunjuk dengan tangan kiri agar trakea tidak
bergerak ke lateral pada waktu prosedur.
5. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk kulit pada garis
tengah (midline) di atas membran krikoidea dengan
jarum besar ukuran 12 sampai 14 yang telah dipasang
pada semprit. Untuk memudahkan masuknya jarum
maka dapat dilakukan incisi kecil di tempat yang akan
ditusuk dengan pisau ukuran 11.
6. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah kaudal,
kemudian dengan hati-hati tusukkan jarum sambil
mengisap semprit.
Bila teraspirasi udara atau tampak gelembung udara
pada semprit yang terisi aquades menunjukkan
masuknya jarum ke dalam lumen trakea.
7. Lepas semprit dengan kateter IV, kemudian tarik
mandrin sambil dengan lembut mendorong kateter ke
arah bawah.
8. Sambungkan ujung kateter dengan salah satu ujung
slang oksigen berbentuk Y
9. Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan menutup salah
satu lubang selang oksigen berbentuk Y yang terbuka
dengan ibu jari selama 1 detik dan membukanya selama
29 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
4 detik.
Tindakan seperti ini dapat bertahan selama 30 sampai 45
menit.

TORAKOSTOMI DENGAN JARUM


(needle thoracocenthesis)
30 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
SKDI 2012 : Kompetensi 4A
Pengertian
Melakukan penusukan pada dinding dada di interkostal dua dengan maksud
mengeluarkan udara di pleura pada kasus tension pneumotoraks

Tujuan pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mampu melakukan tindakan penusukan jarum di interkostal dua
2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan
torakostomi jarum

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergensi dan traumatologi
2. Video dan slide torakostomi jarum
3. Boneka manikin
4. Meja atau tempat instrumen
5. Sarung tangan
6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas
7. Spoit 12 cc 2 buah
8. Lidokain 2 %
9. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah
10. Gause steril atau pembalut steril
11. Cairan nacl 0,9 % steril
12. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.

Indikasi
 Pada kasus tension pneumotoraks.

Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan torakostomi jarum


Kegiatan Waktu Deskripsi
31 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk
Mahasiswa
2. Penjelasan singkat tentang prosedur
kerja, peran masing-masing
mahasiswa dan alokasi waktu.
3. Setiap memulai tindakan needle
thoracosintesis diawali dengan
ucapan Basmalah dan diakhiri
dengan ucapan Hamdalah
2. Demonstrasi singkat 5 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat
tentang demonstrasi tindakan torakostomi
tindakantorakostomi jarum oleh Instruktur oleh
jarum oleh Instruktur. instruktur pada model
2. Diskusi singkat bila ada yang kurang
dimengerti.
3. Praktek tindakan 10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai
torakostomi jarum asisten membantu menyiapkan
seluruh perlengkapan tindakan
torakostomi jarum. Satu orang
mahasiswa mempraktekkan
tindakan torakostomi jarum.
Mahasiswa lainnya menyimak dan
mengoreksi bila ada yang kurang.
2. Instruktur memperhatikan dan
memberikan bimbingan bila
mahasiswa kurang sempurna
melakukan praktek.
3. Instruktur berkeliling diantara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan ceklis/daftar tilik.
4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa
terhadap praktek tindakan
torakostomi jarum: apa yang dirasa
mudah, apa yang sulit.
32 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
2. Mahasiswa memberikan saran atau
koreksi tentang jalannya praktek hari
itu. Instruktur mendengar dan
memberikan jawaban.
3. Instruktur mejelaskan penilaian
umumtentang jalannya praktek
tindakan torakostomi jarum: apakah
secara umum berjalan baik, apakah
ada sebagaian mahasiswa yang
masih kurang. Bila perlu
mengumumkan hasil masing-
masing mahasiswa.
Total waktu 30 menit

33 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN TORAKOSTOMI JARUM

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal prapemasangan
1. Periksa semua kelengkapan alat
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc
yang telah diisi air kira-kira 5 ml.
Tindakan torakostomi jarum
3. Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk dengan
antiseptik
4. Identifikasi daerah sela iga dua di daerah
pertengahan clavicula.. Bila pasien sadar bisa
disuntikkan anestesi local.
5. Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dengan
spoit di bagian atas dari kosta tiga hingga keluar
udara ditandai dengan adanya gelembung pada air
di spoit.
6. Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada
perbaikan atau tidak.

34 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


RESUSITASI JANTUNG PARU
SKDI 2012 : Kompetensi 4A
Pengertian : Melakukan pijatan jantung luar untuk mengatasi henti napas
dan henti jantung.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan


mampu :
1. Mampu melakukan resusitasi pada penderita dengan henti
napas sesuuai panduan AHA 2015
2. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada penderita henti
jantung sesuai panduan AHA 2015

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergensi dan
traumatologi
2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas
3. Boneka manikin dewasa dan anak.

Indikasi
 Dilakukan pada`penderita henti napas dan atau henti jantung apapun
sebabnya.

35 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan resusitasi jantung paru (RJP).


Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk
mahasiswa
2. Penjelasan singkat tentang prosedur
kerja, peran masing-masing mahasiswa
dan alokasi waktu.
3.Setiap memulai tindakan RJP diawali dengan
ucapan Basmalah dan diakhiri dengan ucapan
Hamdalah
2. Demonstrasi singkat 10 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi cara
tentang cara RJP RJP oleh Instruktur pada model
oleh instruktur. 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang
dimengerti.
3. Praktek cara RJP. 10 menit 1. Satu orang mahasiswa mempraktekkan
caraRJP. Mahasiswa lainnya menyimak dan
mengoreksi bila ada yang kurang.
2. Instruktur memperhatikan dan memberikan
bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna
melakukan praktek.
3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan
melakukan supervisi menggunakan
ceklis/daftar tilik.
4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap
praktek cara RJP: apayang dirasa mudah,
36 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
apa yang sulit.
2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi
tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur
mendengar dan memberikan jawaban.
3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang
jalannya praktek RJP : apakah secara umum
berjalan baik, apakah ada sebagaian
mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu
mengumumkan hasil masing-masing
mahasiswa.
Total waktu 35 menit

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
Tindakan oleh satu orang penolong
1. Atur posisi pasien dan letakkan pada dasar yang keras.
2. Pada korban tidak sadar pastikan penderita tidak sadar
dengan cara memanggil, menepuk punggung,
menggoyang atau mencubit.
3. Minta segera pertolongan dengan cara berteriak tanpa
meninggalkan pasien.
4. Raba denyut karotis (evaluasi tidak lebih dari 10 detik)
5. Bila tidak teraba lakukan pijatan jantung dari luar 30 kali
pada titik tumpu yaitu 2 jari diatas processus
xyphoideus.
6. Letakkan satu tangan pada titik tekan, tangan lain di
atas punggung tangan pertama.
7. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum.
Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel bahu
korban.

37 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


8. Tekan ke bawah 5 - 6 cm pada orang dewasa , dengan
cara menjatuhkan berat badan ke sternum korban .
9. Kompresi secara ritmik & teratur sedikitnya100 – 120
kali/menit
10. Buka dan bebaskan jalan napas dengan tekhnik Head
tilt, chin lift atau Jaw trust ( hati-hati pada pasien dengan
cedera servikal, cukup melakukan Jaw trust )
11. Bila tidak bernapas, berikan napas buatan dua kali,
pelan dan penuh sambil melihat pengembangan dada.
12. Satu kali hembusan lakukan dalam waktu 1 detik
dengan jeda sekitar 3 – 4 detik untuk melakukan
hembusan berikutnya.
13. Bantuan napas dapat diberikan melalui mouth to mouth
atau mouth to mask.
14. Lakukan evaluasi tiap akhir siklus kelima ( ± 2 menit )
terhadap napas, denyut jantung, kesadaran dan reaksi
pupil.
15. Bila napas dan denyut belum teraba lanjutkan RJP
hingga datang penolong atau bantuan yang lebih
definitif.
Tindakan oleh dua orang penolong
1. Langkah 1- 15 diatas tetap dilakukan oleh penolong
pertama hingga penolong kedua datang
2. Saat penolong pertama melakukan evaluasi kesadaran
dan meraba denyut karotis, penolong kedua mengambil
posisi untuk menggantikan pijat jantung.
3. Bila denyut nadi belum teraba, penolong kedua
memberikan pijat jantung sebanyak 30 kali dan disusul
penolong pertama memberikan napas buatan dua kali
sampai dada terlihat pengembang.
4. Bantuan napas dapat diberikan melalui ventilasi Bag-
mask.

38 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


.......................................

ALGORITMA SERANGAN JANTUNG PADA PASIEN DEWASA (AHA 2015)

39 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


40 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
RESUSITASI CAIRAN

SKDI 2012 : Kompetensi 4A


Pengertian
Resusitasi cairan dilakukan denganmembuat penusukan pada vena yang
letaknya superficial di lengan, tungkai, leher atau kepala dengan kateter
intravena sesuai dengan indikasi.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan


mampu :
1. Mengetahui indikasi pemasangan kateter intravena (infuse)
2. Mampu menentukan jenis cairan yang digunakan pada saat melakukan
resusitasi cairan
3. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan
infus
4. Mampu melakukan penusukan vena dengan benar
5. Mampu melakukan fiksasi kateter vena dengan benar.

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergensi dan traumatologi
2. Video dan slide kanulasi intravena
3. Boneka manikin dan vein replacement kit dan advanced veni puncture
and injection arm.
4. Torniket
5. Sarung tangan
6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine)
7. Spoit 1 cc
8. Lidokain 2 %
9. Infus set atau transfusi set
10. Larutan intravena (RL ,NS 0,9 %, D5%, Koloid)
11. Kateter IV polyurethane protective (berbagai ukuran untuk dewasa dan
anak)
41 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
12. Gause steril atau pembalut steril
13. Salep antibiotik
14. Plester
15. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.

Indikasi
1. Untuk pemberian cairan
2. Sebagai akses untuk obat-obat intravena
3. Bagian dari tindakan resusitasi
4. Akan dilakukan operasi
5. Pemberian nutrisi parenteral perifer

Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan kanulasi vena perifer


Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk
mahasiswa
2. Penjelasan singkat tentang prosedur
kerja, peran masing-masing mahasiswa
dan alokasi waktu.
3.Setiap memulai tindakan resusitasi cairan
diawali dengan ucapan Basmalah dan diakhiri
dengan ucapan Hamdalah
2. Demonstrasi singkat 5 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat
tentang pemasangan demonstrasi pemasangan infuse oleh
infuse oleh Instruktur. instruktur pada model
2. Diskusi singkat bila ada yang kurang
dimengerti.
3. Praktek Pemasangan 15 menit 1. Satu orang mahasiswa bertindak sebagai
Infus asisten membantu menyiapkan seluruh
perlengkapan pemasangan infuse dan
42 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
memfiksasi lengan pasien/model. Satu
orang mahasiswa mempraktekkan
pemasangan infuse. Mahasiswa lainnya
menyimak dan mengoreksi bila ada yang
kurang.
2. Instruktur memperhatikan dan
memberikan bimbingan bila mahasiswa
kurang sempurna melakukan praktek.
3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervise menggunakan
ceklis/daftar tilik.
4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa
terhadap praktek pemasangan infuse : apa
yang dirasa mudah, apa yang sulit.
2. Mahasiswa memberikan saran atau
koreksi tentang jalannya praktek hari itu.
Instruktur mendengar dan memberikan
jawaban.
3. Instruktur mejelaskan penilaian umum
tentang jalannya praktek pemasangan
infuse : apakah secara umum berjalan
baik, apakah ada sebagaian mahasiswa
yang masihkurang.
Bila perlu mengumumkan hasil masing-
masing mahasiswa.
Total waktu 35 menit

43 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
RESUSITASI CAIRAN
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan tambahan
Persiapan awal prapemasangan
1. Melakukan evaluasi Airway
dan Breathing.
2. Memeriksa semua Periksa apakah infus/transfuse set
kelengkapan alat sudah dihubungkan dengan cairan
Pastikan bahwa dalam selang
tersebut tidak terdapat udara
Siapkan 3 nomor kateter IV yang
diperkirakan mampu dipasang
Tindakan pemasangan kateter IV
Identifikasi dan melakukan Pilihlah tempat yang paling distal
penilaian terhadap vena yang untuk menjaga potensial yang lebih
akan dipilih proximal.
Lebih baik memilih ekstremitas yang
non-dominan
Pilih daerah dorsal manus
Jangan menginsersi daerah
pergelangan atau antekubiti
3. Cuci tangan dengan sabun
antimikroba
4. Memakai sarung tangan
5. Memasang torniket Bila diperlukan, asisten dapat
diperbantukan untuk imobilisasi
pasien
Pertama-tama aliran darah vena
diperas terlebih dahulu ke bagian
distal atau dapat pula dengan cara
lengan diletakkan lebih rendah di
bawah level jantung.
Tempat pemasangan torniket
sebaiknya pada pertengahan lengan (

44 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


antara pergelangan tangan dan siku )
atau pertengahan tungkai bawah
sedikit dibawahnya.
Pemasangan torniket jangan terlalu
kuat tapi juga jangan terlalu lunak.
Apabila menggunakan slang karet
sebagai torniket, tidak boleh diikat
dengan simpul mati tetapi harus
dengan simpul hidup agar lebih
mudah dilepaskan .
Bila torniket sudah dipasang tetapi
vena belum terbendung, dapat
dilakukan tepukan pada vena dengan
telapak tangan atau dilakukan
pemanasan/penghangatan vena
dengan menggunakan has/handuk
hangat yang telah direndam dalam air
hangat supaya terjadi vasodilatasi
vena.
6. Membersihkan tempat insersi Setelah kulit dibersihkan, harus
dengan desinfektan (alcohol) dan diterapkan “no-touch”
biarkan sampai kering
7. Tangan kiri menggenggam Bila yang diinsersi daerah dorsal
area di bawah tempat manus penderita dapat disuruh untuk
penusukan, gunakan ibujari menggenggam tangannya.
untuk menstabilisasi vena dan
jaringan lunak.
8. Lakukan anestesi local di
daerah insersi dengan
menggunakan jarum halus (spoi
1 cc). Bila tersedia sebelumnya
diberikan anestesi local
berbentuk krem (EMLA)
9. Memposisikan bevel kateter IV
45 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
menghadap ke atas, pegang
diantara ibu jari dan jari telunjuk
10. Memegang kateter dengan Pendekatan yang dapat dilakukan
membentuk sudut 45 diatas dalam menusuk vena yaitu :
permukaan kulit dan jaringan  Secara sentral : tusukan langsung
dibawahnya menuju vena tapi mengenai vena .
tidak menembus vena Cara ini tidak terlalu baik
karena apabila tusukan terlalu dalam
dapat mengenai jaringan di bawah
vena dan menyebabkan ekstravasasi
apabila vena bocor.

 Secara paravena : tusukan dari


samping vena dulu, baru
kemudian jarum di arahkan masuk
kedalam vena.
Cara ini merupakan cara yang
terbaik untuk mencapai vena.
11. Posisikan kateter lebih rendah
hingga hampir sejajar dengan
permukaan kulit dan gerakkan
ujung jarum melewati vena
secara langsung
12. Dorong kateter memasuki Apabila terasa sensasi resistensi
vena dengan pelan, pastikan yang segera diikuti oleh penetrasi
adanya aliran balik vena. yang mulus, maka hal itu
menandakan kateter telah memasuki
vena.
13. Dorong kateter beserta Jauhnya dorongan yang dilakukan
mandrinnya kira-kira sejauh 3-5 bergantung pada ukuran dan
mm lagi untuk memastikan kateter kedalaman vena dan ukuran kateter.
telah memasuki lumen vena
14. Tarik mandrin keluar, dorong Jangan memasukkan kembali
kateter sampai pangkalnya mandrin ke dalam kateter karena
menyentuh kulit dapat merobek kateter tersebut
46 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
15. Buang mandrin bekas pakai ke Pastikan mandrin tersebut telah
dalam pembungkus kateter tadi masuk ke dalam pembungkus kateter
sampai terdengar bunyi ”klik” dan
buang di tempat yang aman
16. Lepaskan torniket
17. Hubungkan kateter dengan Bila tersedia dapat dihubungkan
infuse/transfuse set dengan ”Threeway stop cock”
18. Bilas dengan saline/cairan IV
dan bersihkan bila ada sisa darah,
kemudian keringkan dengan gaus
steril agar plester dapat melekat
dengan baik
19. Fiksasi kateter IV
Rekatkan 1 plester lebar 5 mm Gunakan 2 lembar plester , satu
secara menyilang sedemikian untuk fiksasi kateter I.V dan yang
rupa sehingga berbentuk huruf V satunya untuk fiksasi slang infus set.
di bawah pangkal kateter hingga Panjang plester yang digunakan
menutupi tempat insersi kateter ukurannya sekitar 15-20 cm, jangan
tersebut. terlalu lebar atau terlalu kecil
( lebarnya sekitar 0,5 mm ).
Bentuk fiksasi dibuat seperti bentuk V
, agar keduanya tidak mudah lepas .
20. Rekatkan 1 plester untuk Selang infus jangan dilengkungkan
memfiksasi infuse/transfuse set baru difiksasi ke kulit karena akan
secara menyilang berbentuk huruf membatasi kita bila akan menambah
V suntikan ke dalam vena melalui karet
infus.
21. Tindakan pascapemasangan
22. Imobilisasi ekstremitas dengan Jangan gunakan gause atau bahan
papan pengalas bila ada indikasi lainnya sebagai pembalut di atas
Misalnya : bila diinsersikan di daerah tempat insersi
sendi, pada anak-anak/bayi
23. Instruksi pada pasien :
a. Hindari gerakan-
gerakan lengan yang tidak

47 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


perlu
Segera beritahu perawat/ dokter bila
lengan membengkak, nyeri, atau
jika terjadi kebocoran dari tempat
insersi
b. Label bahan pembalut
dengan tanggal, ukuran
kateter dan inisial yang
memasang infuse.
24. Tulis juga distatus penderita
tentang:
a. tanggal pemasangan,
b. ukuran kateter
c. inisial yang memasang
infuse.
d. Tempat insersi
25. Toleransi pasien dan respon
terhadap terapi.

48 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Perhitungan kebutuhan cairan selama resusitasi syok
hipovolemik pada pasien Trauma

Kasus :
Laki – laki umur 25 tahun masuk Unit Gawat Darurat RS
dengan luka pada kepala dan perut setelah dibacok parang
sekitar 1 jam yang lalu, pada pemeriksaan tanda vital
diperoleh TD 70/40 mmHg, nadi radialis lemah sulit diraba,
frekuensi pernapasan 30x/menit, akral dingin dan hanya
terdengar suara mendengkur…….(BB 70 kg)

49 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Respon Hemodinamik terhadap pemberian resusitasi cairan

50 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR
SKDI 2012 : Kompetensi 3
Pengertian : Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir akibat gangguan
pernapasan dan sirkulasi.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan :


1. Mampu melakukan resusitasi pada bayi lahir yang mengalami
gangguan pernapasan yang mengancam jiwa
2. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada bayi baru
lahir.
3. Mampu memberikan napas bantu pada bayi yang tidak bisa
bernapas/apnu.
4. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada bayi yang mengalami
henti jantung.

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi
2. Video dan slide cara resusitasi bada bayi baru lahir
3. Boneka manikin bayi.
4. Jalan napas orofaring bayi aterm dan prematur.
5. Kateter pengisap
6. Sungkup muka bayi aterm dan prematur
7. Ambu bag bayi
8. Mesin penghisap + manometer
9. Pipa endotrakeal no. 2.5, 3.0, 3.5, 4.0
10. Stilet
11. Laringoskop + daun lurus no. 0 dan 1
12. Obat –obatan resusitasi : adrenalin, naloxon, Nabikarbonat
13. Kanula IV no. 24 atau wing needle.
14. Cairan RL dll

51 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Indikasi
1. Dilakukan pada`bayi baru lahir yang mengalami gangguan jalan napas
2. Dilakukan pada bayi baru lahir yang tidak bernapas/apnu.
3. Dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami henti jantung.
4. Diberikan pernapasan buatan dengan ventilasi positip bila pernapasan
tersengal atau apnu, denyut jantung < 100 x/mnt, sianosis sentral
menetap meskipun telah diberikan oksigen 100 %.
5. Dilakukan pijatan jantung luar bila denyut jantung tetap < 60 x/mnt

Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
Langkah awal
1. Letakkan bayi di bawah pemancar panas yang
telah dinyalakan sebelumnya.
2. Letakkan bayi dengan kepala sedikit
tengadah/sedikit ekstensi.
3. Hisap mulut kemudian hidung
4. Keringkan tubuh dan kepala dari cairan amnion
5. Singkirkan kain basah.
6. Perbaiki posisi kepala bayi agar leher agak
tengadah.
Buka jalan napas
1. Bersihkan mulut dan hidung bayi dengan
penghisap.
2. Posisikan bayi terlentang, kepala posisi
tengadah jangan melakukan ekstensi yang
berlebihan
3. Berikan ganjal punggung dengan kain setebal
52 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
2.5 cm bila kepala bayi besar atau occiputnya
menonjol.
4. Jika pernapasan dangkal atau tersengal-sengal
segera hisap lendir mulai dari mulut kemudian
hidung. Pengisapan jangan terlalu lama (6 detik).
5. Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung, dan
warna kulit.
6. Jika ketuban keruh atau bercampur meconium
kental bila bayi menunjukkan usaha napas yang
baik, tonus otot yang baik, dan frekuensi jantung
lebih dari 100 kali/menit, anda cukup
membersihkan sekret dan mekonium dari mulut
dan hidung dengan menggunakan balon
penghisap yang biasa digunakan atau kateter
penghisap berukuran 12F atau 14F.
Rangsangan taktil
Cara rangsang taktil yang aman :
1. Menepuk / menyentil telapak kaki
2. Menggosok punggung/perut/dada/ekstremitas
Evaluasi kondisi bayi
1. Nilai pernapasan bayi dengan melihat
pengembangan dada dan warna kulit. Dengaran
suara napas di seluruh lapangan paru dengan
stetoskop.
2. Nilai denyut jantung dengan mendengar irama
jantung dengan stetoskop. Hitung frekwensi
denyut jantung
3. Nilai warna kulit apakah kemerahan/sianosis
perifer atau sianosis sentral.
Pemberian napas bantu
1. Jika pernapasan tetap tersengal atau apnu
setelah rangsangan singkat, segera berikan
pernapasan buatan atau ventilasi tekanan positif
dengan oksigen 100 %.
53 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau
ganjal bahu
3. Bersihkan sekret terlebih dahulu dan pastikan
jalan napas bersih.
4. Pasang pipa orofaring
5. Letakkan sungkup di wajah bayi dengan rapat
agar tidak bocor melalui sisi sungkup
6. Berikan tekanan positip melalui bag-valve-mask
(ambubag) dengan lembut sambil melihat
pengembangan dada bayi.
7. Selanjutnya evaluasi lagi pernapasan dan denyut
jantung secara simultan.
8. Bila ventilasi tekanan positip tidak efektif dapat
dilakukan intubasi endotrakeal.
Pijat Jantung (penekanan dada)
1. Indikasi pijat jantung bila setelah 30 detik dilakukan
VTP dengan 100% O2 , FJ tetap < 60 kali / menit
2. Diperlukan 2 orang : 1 orang yang melakukan pijat
jantung dan 1 orang yang terus melanjutkan
ventilasi.
Pelaksana kompresi : menilai dada & menempatkan
posisi tangan dengan benar
Pelaksana ventilasi : menempatkan sungkup wajah
secara efektif & memantau gerakan dada.
3. Penekanan dada dilakukan pada sepertiga bagian
tengah sternum, dibawah garis imajiner yang
menghubungkan papilla mammae.
4. Teknik ibu jari :
1.Kedua ibu jari menekan tulang dada
2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan
menopang bagian belakang bayi
5. Teknik dua jari :
1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis

54 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


dari satu tangan digunakan untuk menekan tulang
dada
2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang
bagian belakang bayi.
6. Lokasi untuk kompresi dada :
• Gerakkan jari sepanjang tepi bawah iga sampai
mendapatkan sifoid
• Letakkan ibu jari atau jari-jari lain pada tulang
dada, tepat diatas sifoid dan pada garis yang
menghubungkan kedua puting susu.
7. Tekanan saat kompresi dada :
• Kedalaman + 1/3 diameter antero-posterior dada
• Lama penekanan lebih singkat dari pada lama
pelepasan
• Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan
dari dada di antara penekanan.
8. Frekuensi : ”satu-dua-tiga-pompa-...”
Satu siklus kegiatan terdiri atas tiga kompresi +
satu ventilasi.
Rasio 3 :1 →1 siklus ( 2detik)
à 1½ detik : 3 kompresi dada
à ½ detik : 1 ventilasi
à 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1
menit
9. Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi ,
periksa frekuensi jantung. Jika frekuensi jantung
:
a. Lebih dari 60 kali/menit, hentikan kompresi dan
lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali
pompa/menit.
b. lebih dari 100 kali/menit, hentikan kompresi dada
dan hentikan ventilasi secara bertahap jika bayi
bernapas spontan.
55 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
c. kurang dari 60 kali/menit, lakukan intubasi pada
bayi jika belum dilakukan, dan berikan epinefrin,
lebih disukai dengan cara intravena. Intubasi
menyediakan cara yang lebih terpercaya untuk
melanjutkan ventilasi

56 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


57 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
RESUSITASI BAYI DAN ANAK
SKDI 2012 : Kompetensi 3
Pengertian : Melakukan resusitasi bayi dan anak akibat gawat napas dan
sirkulasi.
Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan :
1. Mampu melakukan penilaian kegawatan napas dan sirkulasi
2. Mampu melakukan resusitasi bayi dan anak yang mengalami
gangguan pernapasan yang mengancam jiwa
3. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada bayi dan
anak.
4. Mampu memberikan napas bantu pada bayi dan anak yang tidak bisa
bernapas/apnu.
5. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada bayi dan anak yang
mengalami henti jantung.
Media dan alat pembelajaran:
1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi
2. Boneka manikin bayi dan anak.
3. Pipa orofaring ukuran bayi dan anak.
4. Kateter penghisap
5. Masker resusitasi
6. Balon resusitasi tipe mengembang sendiri
7. Balon resusitasi tipe tidak mengembang sendiri
8. Pipa lambung (gastric tube)
9. Pipa endotrakeal no. 3.0 – 7,0
Indikasi
1. Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami sumbatan jalan napas
2. Dilakukan pada bayi dan anak yang tidak bernapas/apnu.
3. Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung.

Metode Pembelajaran
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

58 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN RESUSITASI PADA BAYI DAN ANAK

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
RESUSITASI Instruktur menjelaskan
Pendekatan ’SAFE’ dan memperagakan
Shout for help ( minta tolong) bagaimana menilai tanda-
Approach with care (dekati dengan hati-hati) tanda adanya gangguan
Free from danger (jauhkan dari bahaya) sistem kardio vaskuler.
Evaluate ABC (nilai jalan nafas, pernafasan, sirkulasi)

SAFE approach

Are you alright?

Airway opening manoeuver

Look, listen, feel

Up to 5 breaths

Check pulse

Start CPR
1 minute

Call emergency services

Tatacara meminta pertolongan:


1. Bila hanya 1 org penolong, lakukan bantuan hidup
dasar dulu, baru kemudian meminta bantuan
2. Bila penolong tidak dapat meminta pertolongan,
teruskan resusitasi sampai tiba penolong lain atau
sampai kelelahan.
3. Bila ada 2 penolong, penolong pertama melakukan

59 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


resusitasi, penolong kedua mencari bantuan
4. Yang meminta bantuan menyebut lokasi, nomor
telpon, jenis kejadian, jumlah korban, pertolongan yg
telah diberikan dan informasi lain yg dibutuhkan.
Penilaian sistem kardiovaskuler
A. Airway = jalan nafas
– Dapat dipertahankan tanpa alat atau memerlukan
alat bantu jalan nafas
B. Breathing = Pernafasan
- Frekwensi
- Gerak nafas (retraksi, merintih, cuping hidung, otot
bantu nafas)
- Aliran udara pernafasan (pengembangan dada,
suara nafas, stridor, wheezing/mengi, gerakan
paradoks)
– Warna kulit (ada atau tidaknya sianosis)
C. Circulation = sirkulasi
- Frekwensi jantung, denyut sentral, denyut perifer
tekanan darah.
- Perfusi kulit (capillary refill time, suhu, warna kulit,
kulit berbercak (mottling)
- Perfusi SSP
- Reaksi Kesadaran (AVPU= Alert, Respon to
Verbal, Respon to Pain, Unresponsive) (mengenal
org tua, tonus otot, ukuran pupil, postur
(dekortikasi/deserebrasi)
Penilaian dilakukan tidak lebih dari 30 detik

60 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


JALAN NAFAS (AIRWAY)
1. Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas
a. Periksa tanda cedera kepala, leher, kesulitan
pernafasan & kesadaran. Bila ada cedera kepala
jangan mengguncang bayi atau anak karena dapat
merusak medula spinalis.
b. Bila bayi dan anak tidak sadar tapi bernafas baik,
letakkan pada posisi pulih (recovery position)
c. Bayi dan anak sadar dengan kesulitan bernafas,
letakkan pada posisi senyaman mungkin yg
memudahkan bernafas.
2. Mintalah bantuan
3. Atur posisi korban
a. Letakkan dengan posisi terlentang diatas dasar yg
rata dan keras
b. Bila ada cedera kepala/leher pertahankan posis
tubuh-leher-kepala dalam satu garis. Hindari
ekstensi, fleksi dan rotasi kepala karena dapat
mencederai medula spinalis.
c. Memindahkan ke tempat lain, posisi tubuh-leher-
kepala, harus dalam satu garis kesatuan
4. Membuka jalan nafas
- Bila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt
atau chin lift
Head-tilt/chin lift
Cara melakukan:
1. Letakkan satu tangan pada dahi tekan perlahan ke
posterior, sehingga kemiringan kepala menjadi normal
atau sedikit ekstensi (hindari hiperekstensi karena
dapat menyumbat jalan napas).
2. Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada
tulang rahang bawah tepat di ujung dagu dan dorong
ke luar atas, sambil mempertahankan cara 1.
61 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
- Bila tidak sadar dan ada cedera kepala dengan
cara jaw thrust
Cara melakukannya:
1. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala
2. Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-
masing sudut posterior bawah kemudian angkat dan
dorong keluar.
3. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku
penolong diletakkan pada lantai atau alas dimana
korban diletakkan.
4. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi
dengan head tilt dan membuka mulut (metode gerak
triple)
5. Untuk cedera kepala/ leher lakukan jaw thrust dengan
immobilisasi leher.
PERNAFASAN ( BREATHING)
1. Nilai usaha nafas dengan melihat gerak nafas, dengar
desah nafas, dan rasakan aliran udara pernafasan
2. Caranya
a. Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur
sehingga menutup mulut dan hidung, lalu rapatkan
b. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas)
lakukan tiupan nafas buatan dengan mulut atau
balon (bag) resusitasi.
c. Bila dgn mulut, tarik nafas dalam, tiup dan liat
pengembangan dada. Bila tetap tdk mengambang
kemungkinan obstruksi jalan nafas.
3. Frekuensi nafas buatan yg dilakukan:
- Bayi - < 8 thn : 20 kali permenit
- Neonatus : 30 – 60 kali permenit
SIRKULASI DARAH (Circulation)
Penilaian sirkulasi : setelah 2-5 kali nafas buatan
Tempat penilaian : bayi baru lahir : arteri umbilikus

62 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


bayi : arteri brakhialis
anak : arteri karotis
Indikasi pijat jantung : bradikardia ( <60x/m atau henti
jantung )
Lokasi pemijatan : 1/3 bagian bawah tulang dada
(sternum) dengan kedalaman pijatan 1/3 tebal dada.
Cara :
- Bayi: pijatan dilakukan dengan teknik ibu jari atau
dua jari (telunjuk dan jari tengah)
Teknik ibu jari :
1.Kedua ibu jari menekan tulang dada
2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan
menopang bagian belakang bayi
Teknik dua jari :
1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari
satu tangan digunakan untuk menekan tulang dada
2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian
belakang bayi.
- Anak < 8 tahun : dengan pangkal telapak tangan
- Anak > 8 tahun : pangkal telapak tangan terbuka dan
dibantu dengan tangan yang satu diatasnya.
Frekuensi pemijatan :
- Bayi dan anak : 100 kali permenit
- Neonatus : 120 kali permenit
Koordinasi antara pijat jantung dan nafas buatan:
- Neonatus : 3:1
- Bayi – anak < 8 thn : 5 : 1
- > 8 tahun : Satu penolong : 15 : 2,
Dua penolong : 5 : 1
SUMBATAN JALAN NAFAS
Teknik pukulan dan hentakan
Bayi dan anak kecil
1. Letakkan bayi dengan posisi tertelungkup kepala lebih
63 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
rendah. Diatas lengan bawah, topang dagu dan leher
dengan lengan bawah dan lutut penolong. Teknik ini digunakan pada
2. Tangan lainnya melakukan pukulan punggung diantara penderita sumbatan jalan
kedua tulang belikat secara hati-hati dan cepat napas akibat lidah yang
sebanyak 5 kali pukulan. jatuh ke belakang
3. Balikkan dan lakukan hentakan pada dada
sebagaimana melakukan pijat jantung luar sebanyak 5
kali.
4. Pada neonatus tidak boleh melakukan cara diatas,
hanya dilakukan dengan alat penghisap (suction)
Pada anak lebih besar :
1. Pukulan punggung dilakukan 5 kali dengan pangkal
tangan diatas tulang belakang diantara kedua tulang
belikat. Jika memungkinkan rendahkan kepala di
bawah dada.
2. Hentakan perut (Heimlich maneuver dan abdominal
thrust).
Cara: Penolong berdiri di belakang korban, lingkarkan
kedua lengan mengitari pinggang, peganglah satu
sama lain pergelangan atau kepalan tangan
(penolong), letakkkan kedua tangan (penolong) pada
perut antara pusat dan prosessus sifoideus, tekanlah
ke arah abdomen atas dengan hentakan cepat 3-5
kali. Hentakan perut tidak boleh dilakukan pada
neonatus dan bayi.

Pediatric Resuscitation
64 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
Maneuver Dewasa dan Anak kecil Bayi Neonatus CPR/Resc
anak besar Breathing
> 8 tahun 1-8 tahun < 1 tahun Bayi baru lahir
Airway Head tilt-chin Head tilt-chin Head tilt-chin Head tilt-chin Check responnya
lift (jika trauma lift (jika trauma lift (jika trauma lift (jika trauma Buka jalan nafas
jaw thrust) jaw thrust) jaw thrust) jaw thrust)
Breathing 2-5 nafas kira- 2-5 nafas kira- 2-5 nafas kira- 2-5 nafas kira- Activate EMS
kira 1 ½ detik kira 1 ½ detik kira 1 ½ detik kira 1 detik Check breathing, if
tiap nafas tiap nafas tiap nafas tiap nafas victim breathing:
recovery position.
Jumlah nafas ± 12 kali/min ± 20 kali/min ± 20 kali/min ±30–60 kali/min If no chest rise :
reposition and
Obstruksi benda Abdominal Abdominal Back blows Suction (jangan reattempt up to 5
asing thrusts atau thrusts atau atau chest abdominal times
back blows back blows atau thrust (jangan thrust atau
chest thrust abdominal back blows)
thrust)
Cek nadi Carotis Carotis Brachial Umbilical Assess for sign of
life, if pulse present
Titik kompressi 1/3 bgn bawah 1/3 bgn bawah 1 jari dibawah 1 jari dibawah but breathing
sternum sternum garis inter- garis inter- absent: provide
mammary mammary rescue breath
If pulse not
Metode Pangkal telapak 1 pangkal 2 atau 3 jari 2 jari atau confidently felt
Kompressi tangan dan tgn telapak tangan teknik ibu jari > 50/min and poor
satu diatasnya perfusion: chest
compression
Kedalaman ± 1/3 tebal dada ± 1/3 tebal dada ± 1/3 tebal dada ± 1/3 tebal dada
kompressi

Frekuensi ± 100/min ± 100/min ± 100/min ± 120/min


kompressi

Rasio Kompressi 15 : 2 (1rescuer) 5:1 5:1 3:1


ventilation 5 : 1 ( 2 rescuer)

ILCOR Advisory Statements : Pediatric Resuscitation Figures


Maneuver Adult and older Young child Infant Newborn CPR/Resc
child Breathing
65 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
 8 year 1-8 year < 1 year Newly born
Airway Head tilt-chin Head tilt-chin Head tilt-chin Head tilt-chin Check
lift (if trauma lift (if trauma lift (if trauma lift (if trauma responsiveness
use jaw thrust) use jaw thrust) use jaw thrust) use jaw thrust) Open airway
Breathing Initial 2-5 breaths at 2-5 breaths at 2-5 breaths at 2-5 breaths at Activate EMS
approximately 1 approximately 1 approximately 1 approximately 1 Check breathing, if
½ s per breath ½ s per breath ½ s per breath s per breath victim breathing:
Subsequent recovery position.
12 breath/min 20 breath/min 20 breath/min 30–60 breath/mi If no chest rise :
(approximate) (approximate) (approximate) (approximate) reposition and
Foreign body reattempt up to 5
airway Abdominal Abdominal Back blows or Suction (no times
obstruction thrusts or back thrusts or back chest thrust (no abdominal
blows blows or chest abdominal thrust or back
thrust thrust) blows)
Pulse check Carotid Carotid Brachial Umbilical Assess for sign of
life, if pulse present
Compression Lower half of Lower half of 1 finger’s width 1 finger’s width but breathing
landmark sternum sternum below inter- below inter- absent: provide
mammary line mammary line rescue breath
If pulse not
Compression Heel of open Heel of 1 hand 2 or 3 finger 2 finger or confidently felt
methods hand, other encircling > 50/min and poor
hand on top thumbs perfusion: chest
compression
Compression Approximately Approximately Approximately Approximately
depth 1/3 depth of 1/3 depth of 1/3 depth of 1/3 depth of
chest chest chest chest

Compression Approximately Approximately Approximately Approximately


rate 100/min 100/min 100/min 120/min

Compression 15 : 2 (1rescuer) 5:1 5:1 3:1


ventilation ratio 5 : 1 ( 2 rescue)

66 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


67 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
TRAUMA KEPALA DAN LEHER
Pemeriksaan dan Tatalaksana

SKDI 2012 : Kompetensi 4A


Pengertian : Untuk melakukan pertolongan pertama dan secondary survey
pada penderita trauma kepala dan leher.

Tujuan :
Setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu :
1.1 Melepas helm penderita cedera kepala dan leher dengan cara yang
aman, serta memasang servical collar
1.2 Melakukan pemeriksaan fisis kepala dan leher
1.3 Menghitung Glasgow Coma Scale (GCS)
1.4 Mengidentifikasi scan kepala yang normal
1.1 Melakukan primary survey secara cepat.
1.2 Menghitung GCS
1.3 Melakukan secondary survey
1.4 Identifikasi epidural hematoma pada CT scan
1.1 Menghitung penurunan GCS
1.2 Menangani trauma kepala berat
1.3 Mendemonstrasikan secondary survey pada kepala dan leher
1.4 Mengidentifikasi kemungkinan konsultasi bedah saraf

Media dan alat pembelajaran :


1. Buku panduan peserta skill-lab system emergensi dan traumatologi
2. Manikin “Mr. Hurt”
3. Helm
4. Servical collar
5. Print out scan kepala normal, epidural, subdural dan contusion dan
intracranial hematoma

68 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Metode pembelajaran :
Skenario oleh instruktur dan demonstrasi oleh mahasiswa.
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit 1. Skenario
2. Penjelasan singkat tentang
prosedur skenario masing-
masing peran mahasiswa dan
alokasi waktu
3. Setiap memulai tindakan
pengelolaan trauma kepala dan
leher diawali dengan ucapan
Basmalah dan diakhiri dengan
ucapan Hamdalah
2. Melepas helm dan 10 menit 1. Seorang mahasiswa bertindak
memasang collar sebagai pasien dan mahasiswa
brase lain berperan bergantian
sebagai penolong.
2. MenghitungGCS
3. Penanganan cedera 5 menit 1. Menghitung GCS
kepala berat 2. Mengetahui tanda-tanda
peningkatan tekanan
intracranial
4. Penanganan cedera 10 menit 1. Primary survey ulang
kepala sedang yang 2. Menghitung GCS
memburuk 3. Membedakan penanganan
cidera kepala sendan dan
cidera kepala sedan yang
memburuk
5. “Mr. Hurt: 10 menit 1. Melakukan secondary survey
head and neck
6. CT scan 5 menit 1. Penjelasan tentang CT scan

GLASGOW COMA SCALE


Variabel Nilai
69 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
Respon Buka Mata (M) Spontan 4
Terhadap suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
Respon Motorik Terbaik (M) Menuruti perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Fleksi normal (menarik dari nyeri) 4
Fleksi abnoramal (dekortifikasi) 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada 1
Respon Verbal (V) Berorientasi 5
Bicara membingungkan 4
Kata-kata tidak teratur 3
Suara tak jelas 2
Tidak ada 1
Nilai GCS = (M + M + V ), nilai terbaik = 15, nilai terburuk = 3

70 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
Trauma Kepala dan Leher
Langkah-langkah / Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
I. PRIMARY SURVEY
A. ABCDE
B. Imobilisasi dan stabilisasi servikal
C. Pemeriksaan Neurologis singkat
1. Reaksi Cahaya Pupil
2. Menilai kesadaran dengan GCS

II. SURVEY SEKUNDER DAN PENATALAKSANAAN


A. Inspeksi keseluruhan kepala, termasuk wajah
1. Laserasi
2. Kebocoran CSS dari lubang hidung dan telinga
à Halo test
3. Jaringan otak
4. Fraktur depresi pada tulang kepala
5. Fraktur tulang wajah – deformitas, edema,
hematom
6. Korpus alienum

B. Pemeriksaan vertebra servikalis


1. Inspeksi untuk menilai ada tidaknya jejas atau
luka > 10 cm yang tampak diatas clavicula,
2. Palpasi untuk menilai adanya nyeri dan
aplikasikan kolar semirigid.
3. Pemeriksaan foto rontgen vertebra servikalis
proyeksi lateral bila perlu
C. Pemeriksaan ulang head to toe dan observasi
ABCD secara kontinyu

71 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


III. CARA MELEPAS HELM
Penderita yang memakai helm dan memerlukan
penatalaksanaan jalan napas harus dijaga kedudukan
kepala dan leher dalam posisi netral dan melepas helm
oleh 2 penolong.
Seorang mahasiswa berbaring terlentang sebagai pasien
atau manikin yang telah memakai helm. Kemudian
mahasiswa lainnya bertindak sebagai penolong dengan
melakukan tindakan sebagai berikut :
1. Satu orang menstabilkan kepala dan leher
penderita dengan meletakkan masing-masing
tangan pada helm dan jari-jari pada rahang
bawah penderita sambil menilai dan
memastikan jalan napas pasien tetap terbuka.
Posisi ini mencegah tergelincirnya helm bila tali
pengikat lepas
2. Penolong kedua memotong atau melepaskan
tali helm pada cincin D-nya
3. Penolong kedua berada di samping kanan atau
kiri pasien dengan meletakkan satu tangan
pada angulus mandibula dengan ibu jari pada
satu sisi dan jari-jari lainnyapada sisi lain.
Sementara tangan yang lain melakukan
penekanan dibawah kepala pada regio
oksipitalis. Dengan demikian penolong kedua
mengambil alih tugas immobilisasi kepala dan
leher.
4. Penolong pertama kemudian melebarkan helm
ke lateral untuk membebaskan kedua daun
telinga dan secara hati-hati melepas helm. Bila
helm yang digunakan mempunyai penutup
wajah, maka penutup ini harus dilepaskan
dulu. Bila helm yang dipakai mempunyai
72 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
penutup wajah yang sangat lengkap, maka
hidung penderita dapat terhimpit dan
menyulitkan melepaskan helm. Untuk
membebaskan hidung, helm harus dilipat ke
belakang dan dinaikkan ke atas melalui hidung
penderita.
5. Selama tindakan ini penolong kedua harus
tetap mempertahankan imobilisasi dari bawah
guna menghindarkan menekuknya kepala
pasien.
6. Setelah helm terlepas, imobilisasi lurus manual
dimulai dari atas, kepala dan leher penderita
diamankan selama penatalaksanaan
pertolongan jalan napas.
7. Bila upaya melepaskan helm menimbulkan
rasa nyeri dan parestesia maka helm harus
dilepas dengan menggunakan gunting gips.
Bila dijumpai tanda-tanda cedera vertebra
servikalis pada foto rontgen, maka melepaskan
helm harus menggunakan gunting gips. Pada
kepala dan leher tetap dilakukan imobilisasi
dan stabilisasi selama prosedur ini, yang
biasanya dikerjakan dengan memotong helm
pada bidang koroner melewati kedua telinga.
Lapisan luar yang kaku dapat dilepaskan
dengan mudah dilapisan dalam yang terbuat
dari syrofoam kemudian disayat dan
dilepaskan dari depan. Sementara kepala dan
leher tetap dipertahankan dalam posisi netral,
bagian posterior helm dilepaskan.
8. Setelah helm dapat dilepaskan segera pasang
cervical collar. Dilanjutkan dengan
pemeriksaan primary survey.
73 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
Sumber : American college of surgeons, Advance Trauma Life Support
Program for Doctors, 8th edition, USA, 2008.

74 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


STABILISASI DAN TRANSPORTASI
SKDI 2012 : Kompetensi 4A
Pengertian :1. Persiapan pemindahan pasien dengan cara yang aman.
2. Untuk melakukan pertolongan pertama dan secondary
survey pada penderita trauma medula spinalis
Tujuan :
Setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mendemonstrasikan tehnik penilaian untuk memeriksa penderita yang
mungkin mendapat cedera tulang belakang / medula spinalis.
2. Mendiskusikan prinsip untuk melakukan imobilisasi dan tindakan log roll
pada penderita dengan cedera tulang leher/ cedera medula spinalis dan
juga indikasi untuk melepas alat proteksi.
3. Melakukan pemeriksaan neorologis dan melakukan level cedera medula
spinalis.
4. Menentukan perlunya transfer intra/ antar rumah sakit dan bagaimana
cara penderita dilakukan imobilisasi secara benar untuk transfer.
5. Mengurangi resiko penderita menjadi lebih buruk dengan jalan mobilisasi
yang benar
6. Menyiapkan penderita untuk transportasi yang aman
Media dan alat pembelajaran :
1. Buku panduan peserta skill lab system emergensi dan traumatologi
2. Video dan slide
3. Model penderita (mahasiswa dapat menjadi penderita)
4. Kolar servikal Semi rigid
5. Meja, tandu atau brankar.
6. Handuk yang dibulatkan untuk menyangga atau bahan lain.
7. Selimut atau alas
8. Balutan
9. Plester
10. Scoop stretcher (tandu sekop)
11. Long spine board.
12. Vacuum mattress

75 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


13. KED (Kendrick Extrication Device)

Metode pembelajaran :
 Skenario oleh instruktur dan demonstrasi oleh mahasiswa

Deskripsi kegiatan :
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit 1. Pengenalan alat
2. Skenario penilaian primary suvery
dan secondary
3. Setiap memulai tindakan stabilisasi
dan transportasi diawali dengan
ucapan Basmalah dan diakhiri
dengan ucapan Hamdalah
2. Skenario I 10 menit 1. Memberikan pertolongan ditempat
kejadian hanya dengan bantuan
long spine board dan cervical collar
2. Log Roll
3. Skenario II 10 Menit 1. Menolong penderita ditempat
kejadian dengan bantuan servical
collar, scoop stretcher dan long
spine board
4. Skenario III 10 menit 1. Evakuasi penderita dengan
menggunakan vacuum matras
5. Skenario IV 10 menit 1. Ekstrikasi penderita dengan KED

76 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILANSTABILISASI DAN TRANSPORTASI
Langkah-langkah / Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
I. PRIMARY SURVEI RESUSITASI – PENILAIAN CEDERA
TULANG BELAKANG
A. Airway/Jalan napas
Nilai jalan napas sewaktu mempertahankan posisi tulang
leher. Buka dan bersihkan jalan napas, lakukan jaw
thrust, pasang pipa oropharing, bila perlu lakukan
tindakan intubasi.

B. Breathing
Menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan
bila perlu berikan bantuan ventilasi.

C. Circulation
1. Nilai sirkulasi dengan memeriksa nadi, tekanan
darah dan perfusi perifer. Bila terdapat
hipotensi, harus dibedakan antara syok
hipovolemik (penurunan tekanan darah,
peningkatan denyut jantung, ekstreminitas
hangat),
2. Penggantian cairan untuk menanggulangi
hipovolemia

D. Disability- Pemeriksaan neurologis singkat


1. Tuntutan tingkat kesadaran dan menilai pupil.
2. Tentukan Glasgow Coma Scale
3. Kenali paralisis / paresis.

II. SURVEY SEKUNDER – PENILAIAN NEUROLOGIS


77 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
A. Memperoleh anamnesis AMPLE
1. Anamnesis dan mekanisme trauma
2. Riwayat medis
3. Identifikasi dan mencatat obat yang diberikan
kepada penderita sewaktu datang dan selama
pemeriksaan dan penatalaksanaan.
B. Penilaian ulang Tingkat Kesadaran dan Pupil
C. Penilaian ulang Skor GCS
D. Head to Toe Examination terutama Tulang
Belakang
1. Inspeksi
Lihat adanya perubahan warna, luka,
deformitas dan hematoma pada regio tulang
belakang
2. Palpasi
Rabalah seluruh bagian posterior tulang
belakang dengan melakukan log roll
penderita secara hati-hati. Yang dinilai :
a. Deformitas dan / atau
bengkak
b. Krepitus
c. Peningkatan rasa nyeri
sewaktu dipalpasi
d. Konstusi dan laserasi / luka
tusuk.
e. step off

3. Sensasi
Tes pinprick atau light touch untuk
mengetahui sensasi, dilakukan pada
seluruh dermatom dan dicatat bagian paling
kaudal dermatom yang memberikan rasa
4. Fungsi Motoris
78 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
Cek kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah

III. PRINSIP MELAKUKAN IMOBILISASI TULANG


BELAKANG DAN LOG ROLL
A. Log roll:
1. Satu orang di daerah kepala (leader)
memegang kepala dan leher untuk
mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan
leher penderita.
2. Satu orang di daerah samping tubuh untuk
memegang badan (termasuk pelvis dan
panggul).
3. Satu orang lagi untuk pelvis dan tungkai.
4. Dengan komando dari yang di daerah kepala,
penderita dimiringkan secara bersamaan dengan
perlahan.
5. Orang keempat memeriksa tulang belakang atau
memasang long spine board.
B. Meletakkan (Immobilisasi penderita pada long spine board )
1. Pertahankan kesegarisan kepala dan leher
penderita sewaktu orang kedua memegang
penderita pada daerah bahu dan pergelangan
tangan. Orang ketiga memasukkan tangan dan
memegang panggul penderita dengan satu
tangan dengan tangan lain memegang plester
yang mengikat ke dua pergelangan kaki.
2. Dengan komando dari penolong yang
mempertahankan kepala dan leher, dilakukan
log roll sebagai satu unit ke arah kedua
penolong yang berada pada sisi penderita,
hanya diperlukan pemutaran minimal untuk
meletakkan spine board di bawah penderita.
Kesegarisan badan penderita harus
79 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
dipertahankan sewaktu menjalankan prosedur
ini.
3. Spine board terletak di bawah penderita, dan
dilakukan log roll ke arah spine board.
4. Long spine board dengan tali pengikat ini
dipasang pada bagian toraks, diatas krista iliaka,
paha, dan diatas pergelangan kaki. Tali pengikat
atau plester dipergunakan untuk memfiksir
kepala dan leher penderita ke long spine board.
5. Dilakukan in line imobilisasi kepala dan leher
secara manual, kemudian dipasang kolar
servikal semirigid.
6. Luruskan dan letakkan lengan penderita di
samping badan.
7. Luruskan tungkai penderita secara hati- hati
dengan diletakkan dalam posisi kesegarisan
netral sesuai dengan tulang belakang. Kedua
pergelangan kaki diikat satu sama lain dengan
plester.
8. Letakkan bantalan di bawah leher penderita
untuk mencegah terjadinya hiperekstensi leher
dan kenyamanan penderita.
9. Bantalan, selimut yang dibulatkan atau alat
penyangga lain ditempatkan di kiri dan kanan
kepala dan leher penderita, dan kepala penderita
diikat ke long board.
10. Pasang plester diatas kolar servikal untuk
menjamin tidak adanya gerakan pada kepala
dan leher.
C. Tandu Sekop (Scoop Stretcher)
1. Siapkan tandu skop
2. Buka kunci agar skop terpisah dua
3. Atur sedemikian rupa agar panjang tandu skop sesuai
80 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
dengan tinggi penderita. Panjang skop dapat
dipanjangkan atau dipendekkan sesuai kebutuhan.
4. Masukkan Scoop stretcher secara perlahan dibawah
penderita
5. Scoop stretcher bukanlah alat untuk imobilisasi
penderita.
6. Scoop stretcher bukanlah alat transport, dan jangan
mengangkatscoop stretcher hanya pada ujung-
ujungnya saja, karena akanmelekuk di bagian tengah
dengan akibat kehilangan kesegarisan dari tulang
belakang.

81 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN STABILISASI DAN TRANSPORTASI

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1. Menyiapkan alat
Melakukakan primary suyvey dan penilaian cedera tulang belakang :
2. Airway/Jalan napas. Menilai jalan napas sewaktu mempertahankan
posisi tulang leher. Mmembuka dan bersihkan jalan napas,
melakukan jaw thrust, memasang pipa oropharing, bila perlu
lakukan tindakan intubasi
3. Breathing, menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan
bila perlu berikan bantuan ventilasi
4. Circulation, menilai sirkulasi dengan memeriksa nadi, tekanan
darah dan perfusi perifer.
5. Disability- Pemeriksaan neurologis singkat, menentukan tingkat
kesedaran dan menilai pupil, an AVPU atau GCS, mengenali
adanya paralisis / paresis.
Melakukan secundary survey
6. Memperoleh anamnesis AMPLE, anamnesis dan mekanisme
trauma, riwayat medis, identifikasi dan mencatat obat yang
diberikan kepada penderita sewaktu datang dan selama
pemeriksaan dan penatalaksanaan.
7. Menilai ulang tingkat kesadaran dan pupil
8. Menilai ulang Skor GCS
9. Menilai tulang belakang
Palpasi : Meraba seluruh bagian posterior tulang belakang dengan
melakukan log roll penderita secara hati-hati. Menilai deformitas
dan / atau bengkak, krepitus, peningkatan rasa nyeri sewaktu
dipalpasi, kontusi dan laserasi / luka tusuk.
10 Menilai Sensasi : melakukan Tes pinprick untukmengetahui
. sensasi, dilakukan pada seluruh dermatom dan dicatat bagian
paling kaudal dermatom yang memberikan rasa
11. Menilai Fungsi Motoris
Melakukan imobilisasi tulang belakang dan log roll
A. Log roll:
13 Satu orang di daerah kepala memegeng kepala dan leher untuk

82 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


. mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan leher penderita.
14 Satu orang di daerah samping tubuh untuk memegang badan
. (termasuk pelvis dan panggul).
15 Satu orang lagi untuk pelvis dan tungkai.
.
16 Dengan komando dari yang di daerah kepala, penderita dimiringkan
. secara bersamaan dengan perlahan.
17 Orang keempat memeriksa tulang belakang atau memasang long
. spine board.
B. Meletakkan (Immobilisasi penderita pada long spine board )
18 Mempertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita sewaktu
. orang kedua memegang penderita pada daerah bahu dan
pergelangan tangan. Orang ketiga memasukkan tangan dan
memegang panggul penderita dengan satu tangan dengan tangan
lain memegang plester yang mengikat ke dua pergelangan kaki
19 Dengan komando dari penolong yang mempertahankan kepala dan
. leher, dilakukan log roll sebagai satu unit ke arah kedua penolong
yang berada pada sisi penderita, hanya diperlukan pemutaran
minimaluntuk meletakkan spine board di bawah penderita.
Kesegarisan badan penderita harus dipertahankan sewaktu
menjalankan prosedur ini.

20 Spine board terletak di bawah penderita, dan dilakukan log roll ke


. arah spine board.
21 Long spine board dengan tali pengikat ini dipasang pada bagian
. toraks, diatas krista iliaka, paha, dan diatas pergelangan kaki. Tali
pengikat atau plester dipergunakan untuk memfiksir kepala dan
leher penderita ke long spine board.
22 Melakukan in line imobilisasi kepala dan leher secara manual,
. kemudian mepasang kolar servikal semirigid.
23 Meluruskan dan meletakkan lengan penderita di samping badan.
.
24 Meluruskan tungkai penderita secara hati- hati dengan diletakkan
dalam posisi kesegarisan netral sesuai dengan tulang belakang.
Kedua pergelangan kaki diikat satu sama lain dengan plester.
25 Meletakkan bantalan di bawah leher penderita untuk mencegah
. terjadinya hiperekstensi leher dan kenyamanan penderita.
83 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
26 Bantalan, selimut yang dibulatkan atau alat penyangga lain
. ditempatkan di kiri dan kanan kepala dan leher penderita, dan
kepala penderita diikat ke long board.
27 Memasang plester diatas kolar servikal untuk menjamin tidak
. adanya gerakan pada kepala dan leher.
Tandu Sekop (Scoop Stretcher)
28 Menyiapkan tandu skop
.
29 membuka kunci agar skop terpisah dua
.
30 Mengatur sedemikian rupa akar panjang tandu skop sesuai dengan
. tinggi penderita.
31 Memasukkan Scoop stretcher secara perlahan dibawah penderita
.

PEMASANGAN BIDAI
(IMMOBILISASI EKSTREMITAS) DAN PENGELOLAAN
TRAUMA MUSKULOSKELETAL

SKDI 2012 : Kompetensi 4A

84 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Pengertian : Untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita trauma
muskuloskeletal.
Tujuan :
Setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan identifikasi dan pemeriksaan cepat pada penderita trauma
muskuloskeletal terutama pasein dengan fraktur
2. Mengenal masalah life dan limb threatening pada trauma
muskuloskeletal.

Media dan alat pembelajaran :


1. Buku panduan
2. Model hidup (dapat digunakan mahasiswa sebagai penderita)
3. Leg traction splint
4. Mitella
5. Bidai

Metode pembelajaran :
Skenario oleh instruktur dan demonstrasi oleh mahasiswa.

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN MUSKULOSKELETAL

A . IDENTIFIKASI TRAUMA MUSKULOSKELETAL


Look : lihat adanya perubahan warna, deformitas, hematoma dan
luka
85 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
Feel : periksa suhu dan adanya nyeri tekan
Move : cek ROM pada sendi yang regionya dicurigai adanya fraktur,
bila nyeri jangan diperiksa
NVD :
Ekstremitas atas
- Nervus radialis : sensoris , cek sensibilitas di daerah web space jari
1 dan jari 2, motorik, cek extend thumb
- Nervus ulnaris : sensoris, cek sensibilitas di daerah volar jari 5,
motorik, cek abduksi dan adduksi fingers
- Nervus medianus,sensorik, cek sensibilitas di volar jari II, cek
motorik, instrukdiksn pasien untuk OK sign
- Cek vaskuler, arteri radialis dan arteri ulnaris
Ekstermitas bawah
- Nervus peroneus , sensoris , cek di dorsal kaki, motorik, instruksikan
pasien untuk extend big toe vaskuler, cek arteri tibialis posterior dan
arteri dorsalis pedis
B. PRINSIP IMOBILISASI EKSTREMITAS (PEMASANGAN
BIDAI)
1. Periksa ABCDE dan terapi keadaan yang mengancam nyawa
terlebih dahulu
2. Buka semua pakaian seluruhnya termasuk ekstremitas.
3. Lepaskan jam, cincin, kalung, dan semua yang dapat menjepit.
4. Periksa keadaan neurovaskular sebelum memasang bidai. Periksa
pulsasi perdarahan eksternal yang harus dihentikan, dan periksa
sensorik dan motorik dari ekstremitas
5. Bila ada luka maka ditutup dengan balutan steril
6. Pilih jenis dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas yang
trauma.
7. Pasang bidai harus mencakup sendi di atas dan di bawah
ekstremitas yang trauma.
8. Pasang bantalan di atas tonjolan tulang
9. Bidai ekstremitas pada posisi yang ditemukan jika pulsasi distal
ada. Jika pulsasi distal tidak ada, coba luruskan ekstremitas. Traksi
secara hati-hati dan pertahankan sampai bidai terpasang
10. Bidai dipasang pada ekstremitas yang telah lurus, jika belum lurus
coba luruskan
86 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1. Menyiapkan alat
IMOBILISASI EKSTREMITAS (PEMASANGAN BIDAI)
2. Memeriksa ABCDE dan terapi keadaan yang mengancam nyawa
terlebih dahulu
3. Membuka semua pakaian seluruhnya termasuk ekstremitas.
4. Melepaskan jam, cincin, kalung, dan semua yang dapat menjepit.
5. Memeriksa keadaan neurovaskular sebelum memasang bidai.
Periksa pulsasi perdarahan eksternal yang harus dihentikan, dan
periksa sensorik dan motorik dari ekstremitas
6. Bila ada luka, ditutup dengan balutan steril
7. Memilih jenis dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas
yang trauma.
8. memasang bidai harus mencakup sendi di atas dan di bawah
ekstremitas yang trauma.
9. Memasang bantalan di atas tonjolan tulang
10 Bidai ekstremitas pada posisi yang ditemukan jika pulsasi distal
. ada. Jika pulsasi distal tidak ada, coba luruskan ekstremitas. Traksi
secara hati-hati dan pertahankan sampai bidai terpasang
11. Bidai dipasang pada ekstremitas yang telah lurus, jika belum lurus
coba luruskan

KETERAMPILAN KLINIK
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASI

87 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


SKDI 2012 : Kompetensi 2,3 dan 4A
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dislokasi secara baik dan benar,
dan melakukan reposisi dislokasi akut secara tepat dan cepat.

SASARAN PEMBELAJARAN :
Setelah mendapat pelatihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu menyebutkan tanda-tanda dislokasi pada shoulder, elbow, dan
hip joint
2. Mampu melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan dislokasi
shoulder joint
3. Mampu melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan dislokasi elbow
joint
4. Mampu melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan dislokasi hip
joint

MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN :


1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergency dan traumatology
2. Boneka manikin dewasa
3. Mitella
4. Elastic bandage

INDIKASI :
1. Pada penderita yang mengalami keterbatasan ROM akibat trauma
2. Pada penderita yang mengalami deformitas pada sendi akibat trauma

DESKRIPSI KEGIATAN :
KEGIATAN WAKTU DESKRIPSI
1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk
mahasiswa
2. Penjelasan singkat tentang prosedur

88 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


kerja, peran masing-masing mahasiswa
dan alokasi waktu
3. Setiap memulai tindakan penatalaksanaan
dislokasi diawali dengan ucapan Basmalah
dan diakhiri dengan ucapan Hamdalah
2. Demonstrasi singkat 15 menit 1. Instruktur mendemostrasikan anamnesa
tentang pemeriksaan dan analisa mekanisme trauma pada
dan penatalaksanaan dislokasi shoulder,elbow,dan hip joint
2. Instruktur menjelaskan tentang
dislokasi
pemeriksaan fisik dan penunjang pada
shoulder,elbow,dan
dislokasi shoulder,elbow dan hip joint
hip joint
3. Instruktur menjelaskan tentang reposisi
pada dislokasi shoulder,elbow dan hip
joint
4. Instruktur menjelaskan tentang
penatalaksanaan setelah reposisi pada
dislokasi shoulder,elbow dan hip joint
5. Diskusi singkat bila ada yang kurang
dimengerti
3. Praktek anamnesa, 20 menit 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesa
pemeriksaan fisik dan pada dislokasi shoulder joint
2. Mahasiswa mempraktekkan
penunjang serta
pemeriksaan fisik dislokasi shoulder joint
penatalaksanaan
3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaan
dislokasi shoulder joint
penunjang dislokasi shoulder joint
4. Mahasiswa mempraktekkan reposisi
dislokasi shoulder joint
5. Mahasiswa mempraktekkan
penatalaksaan lanjut setalah reposisi
dislokasi shoulder joint
6. Instruktur memperhatikan dan
memberikan bimbingan pada mahasiswa
4. Praktek anamnesa, 20 menit 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesa
pemeriksaan fisik dan pada dislokasi elbow joint
2. Mahasiswa mempraktekkan
penunjang serta
pemeriksaan fisik dislokasi elbow joint
penatalaksanaan
3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaan
dislokasi elbow joint
penunjang dislokasi elbow joint
89 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
4. Mahasiswa mempraktekkan reposisi
dislokasi elbow joint
5. Mahasiswa mempraktekkan
penatalaksaan lanjut setelah reposisi
dislokasi elbow joint
6. Instruktur memperhatikan dan
memberikan bimbingan pada mahasiswa
5. Praktek anamnesa, 20 menit 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesa
pemeriksaan fisik dan pada dislokasi hip joint
2. Mahasiswa mempraktekkan
penunjang serta
pemeriksaan fisik dislokasi hip joint
penatalaksanaan
3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaan
dislokasi hip joint
penunjang dislokasi hip joint
4. Mahasiswa mempraktekkan reposisi
dislokasi hip joint
5. Mahasiswa mempraktekkan
penatalaksaan lanjut setalah reposisi
dislokasi hip joint
6. Instruktur memperhatikan dan
memberikan bimbingan pada mahasiswa
Total waktu 80 menit

PENUNTUN PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN DAN


PENATALAKSANAAN DISLOKASI
PADA SHOULDER, ELBOW, DAN HIP JOINT
(Digunakan oleh peserta)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria


sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan
benar atau tidak sesuai dengan urutannya
2. Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya tapi tidak efisien
3. Mahir : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya dan efisien
TS : Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan

90 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


NO LANGKAH KLINIK KASUS

A. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN


DISLOKASI SHOULDER
1. Melakukan Anamnesis
a. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada
klien
b. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan
c. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan
utamanya
d. Tanyakanlah mekanisme trauma
- Dislokasi anterior : Trauma tidak langsung pada
ekstremitas atas dengan shoulder pada posisi
abduksi, ekstensi, dan rotasi eksternal. Trauma
langsung dari arah posterior.
- Dislokasi Posterior: Trauma tidak langsung pada
shoulder dalam posisi adduksi, fleksi, dan rotasi
internal. Trauma langsung dari arah anterior.
2 Melakukan pemeriksaan inspeksi pada shoulder
a. Membandingkan shoulder kanan dan kiri
b. Menilai adanya deformitas pada shoulder yang mengalami
dislokasi
- Dislokasi Anterior : Abduksi dan rotasi external
- Dislokasi Posterior : Adduksi dan rotasi internal
3 Melakukan pemeriksaan palpasi pada shoulder
a. Menilai nyeri dan spasme otot
b. Melakukan palpasi di axilla untuk menilai letak caput
humerus.
Biasanya letak caput humerus berada di bagian proximal.
Pada dislokasi posterior biasanya teraba massa di belakang
bahu sedangkan bagian depan rata.
c. Menilai axillary nerve injury, menilai sensasi dengan pin
prick test di daerah deltoid
4 Menilai ROM secara aktif dan pasif
a. Menilai gerak flexi 0 o -180o dan extensi 0 o -60o
b. Menilai gerak rotasi eksternal dan internal 0-90 o
c. Menilai gerak abduksi 0-180o dan adduksi 0-30o
5. Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan
penunjang
Pada kecurigaan dislokasi shoulder joint, permeriksaan yang
perlu dilakukan adalah X-Ray Shoulder Antero-Posterior
91 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
6 Reposisi pada dislokasi anterior pada shoulder
a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan
klinis yang adekuat dan telah diberikan analgetik ,
sedatif, dan muscle relaxant
b. Hippocratic Technique : Efektif hanya dengan satu
orang untuk melakukan reduksi dengan satu kaki
ditempatkan diantara dinding axilla dan dinding dada
dengan rotasi internal dan external secara hati-hati,
disertai traksi axial.
c. Traction – Counter Traction: merupakan modifikasi dari
Hippocratic Technique dengan menggunakan sabuk
sekitar daerah dada untuk memberikan gaya
countertraction.
d. Stimson’s Technique : pasien dalam posisi prone
dengan bantalan di area clavicula di atas tempat tidur
diberikan beban 2,5-4 kg yang diikat pada wrist joint.
Persendian akan tereduksi secara spontan dalam waktu
15-20 menit.
e. Milch’s Technique : pasien dalam posisi supine,
kemudian ekstremitas atas di posisikan abduksi dan
rotasi eksternal, kemudian caput humerus di tekan ke
tempatnya semula dengan bantuan ibu jari.
f. Kocher’s maneuver : caput humerus ditarik hingga
anterior glenoid untuk memberikan efek reduksi.
7 Reposisi pada dislokasi Posterior pada shoulder
a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan
klinis yang adekuat dan telah diberikan analgetik ,
sedatif, dan muscle relaxan
b. Pasien dengan posisi supine traksi dilakukan dengan
adduksi dari lengan yang segaris dengan deformitas,
dengan cara mengembalikan secara hati-hati caput
humerus ke dalam fossa glenoid.
8 Post-reposisi pada dislokasi pada shoulder
a. Immobilisasi selama 2 – 5 minggu
b. Immobilisasi dengan Velpeau sling
c. Pemeriksaan X-Ray Shoulder AP untuk menilai hasil
reduksi
92 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
B. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN
DISLOKASI ELBOW
1. Melakukan Anamnesis
a. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada
klien
b. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan
c. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan
utamanya
d. Tanyakanlah mekanisme trauma
- Dislokasi Posterior : kombinasi dari hiperekstensi
elbow, valgus stress, lengan atas abduksi, dan lengan
bawah supinasi
- Dislokasi Anterior : gaya langsung pada bagian
belakang lengan bawah dengan elbow dalam posisi
fleksi.
2 Melakukan pemeriksaan inspeksi pada elbow
a. Membandingkan elbow kanan dan kiri
b. Menilai adanya edema dan instabilisasi dari elbow
3 Melakukan pemeriksaan palpasi pada elbow
a. Menilai nyeri dan spasme otot
b. Menilai status neurovaskular
4 Menilai ROM secara aktif dan pasif
a. Menilai gerak flexi (Normal = 145o , Fungsional = 30o -
130o)
b. Menilai gerak ekstensi (Normal = 0o laki-laki, 15o
perempuan)
c. Menilai gerak supinasi (Normal = 90o , fungsional = 50o)
d. Menilai gerak pronasi (Normal = 90o , fungsional = 50o)
5. Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan
penunjang
Pada kecurigaan dislokasi shoulder joint, permeriksaan yang
perlu dilakukan adalah X-Ray Elbow Antero-Posterior dan
Lateral
6. Reposisi dislokasi posterior pada elbow
a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan
klinis yang adekuat dan telah diberikan analgetik dan
sedatif.
b. Parvin’s method : pasien dalam posisi prone diatas

93 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


tempat tidur, kemudian melakukan traksi wrist ke arah
bawah dalam beberapa menit. Ketika olecranon bergeser
ke arah distal, angkat lengan atas.
c. In Meyn and Quigley’s method : lengan bawah
tergantung disamping tempat tidur, lakukan traksi ke arah
bawah pada wrist, reduksi olecranon
denganmenggunakan tangan lainnya.
7 Post-reposisi pada dislokasi pada elbow
a. Immobilisasi selama 2 –3 minggu
b. Immobilisasi dengan crepe bandage dan sling
c. Pemeriksaan X-Ray Elbow AP dan lateral untuk menilai
hasil reduksi

C. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN


DISLOKASI HIP
1. Melakukan Anamnesis
a. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada klien
b. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan
c. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan
utamanya
d. Tanyakanlah mekanisme trauma
- Dislokasi Posterior : akibat “dashboard injury” dimana hip
dan knee joint dalam keadaan fleksi.
- Dislokasi Anterior : berasal dari eksternal rotasi dan
abduksi hip joint. Derajat dari fleksi hip mempengaruhi
terjadinya tipe superior atau inferior dari dilokasi anterior
hip joint.
 Dislokasi Inferior (dislokasi obturator) timbul akibat
gerakan simultan abduksi, rotasi eksternal, dan fleksi
hip.
 Dislokasi Superior(dislokasi iliac) timbul akibat
gerakan simultan abduksi, rotasi eksternal, dan
ekstensi hip.
2 Melakukan pemeriksaan inspeksi pada hip
a. Membandingkan hip kanan dan kiri
b. Menilai adanya edema dan deformitas dari hip
- Dislokasi posterior :hip dalam posisi fleksi, rotasi
internal, dan adduksi.
- Dislokasi anterior : ditandai dengan rotasi eksternal,

94 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


sedikit fleksi, dan abduksi.
3 Melakukan pemeriksaan palpasi pada hip
a. Menilai nyeri dan spasme otot
- Pasien tidak bisa menggerakkan ekstremitas bawah dan
terasa sangat tidak nyaman.
b. Menilai status neurovaskular
- Cedera pada nervus sciatic atau neurovascular dari
femur dapat terjadi pada disokasi hip
4 Menilai ROM secara aktif dan pasif
a. Menilai gerak flexi (Normal = 90o - 120o)
b. Menilai gerak ekstensi (Normal = 10o - 15o)
c. Menilai gerak adduksi (Normal = 30o)
d. Menilai gerak abduksi (Normal = 45o)
e. Menilai gerak external rotation (Normal = 45 o)
f. Menilai gerak internal rotation (Normal = 35 o)
g. Menilai gerak retroversion (Normal = 15o)
h. Menilai gerak anteroversion (Normal = 15o)
5. Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan
penunjang
Pada kecurigaan dislokasi hipr joint, permeriksaan yang perlu
dilakukan adalah X-Ray Pelvis Antero-Posterior
6. Reposisi pada dislokasi hip
a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis
yang adekuat dan telah diberikan analgetik, sedatif, dan
muscle relaxan
b. Allis method : pasien dalam posisi supine, pemeriksa
berada diatas pasien kemudian melakukan in-line traction,
sementra assisten melakukan counter traction sambil
menstabilkan pelvis pasien. Ketika traksi di tingkatkan,
operator mengurangi fleksi sekitar 70 o, kemudian lakukan
gerakan rotasi dari hip seperti melakukan adduksi, hal ini
akan membantu caput femur terbebas dari lip of
acetabulum. Penekanan dari lateral ke arah proksimal
femur akan membantu reduksi. Bunyi “clunk” merupakan
tanda berhasilnya reduksi tertutup.
d. Stimson gravity technique : pasien di posisikan prone,
dengan kaki yang cedera tergantung di samping tempat
tidur akan membuat hip fleksi dan knee fleksi masing-
masing 90o, dalam posisi ini assisten mengimobilisasi pelvis

95 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


sementara operator melakukan dorongan secara langsung
pada proksimal betis, rotasi dari tungkai bawah akan
membantu reduksi.
e. Bigelow and reverse bigelow manuvers : Pasien dalam
posisi supine, sementara operator melakukan traksi
longitudinal pada tungkai, Femur yang dalam posisi adduksi
dan rotasi internal kemudian difleksikan 90 o , caput femur
bergeser ke acetabulum dengan melakukan abduksi, rotasi
eksternal, dan ekstensi dari hip. Pada reverse bigelow
manuver dilakukan pada dislokasi anterior dari hip, traksi
dilakukan in-line dengan deformitas , kemudian hip di
adduksikan secara tajam kemudian di ekstensikan.
7 Post-reposisi pada dislokasi pada hip
a. Bedrest dilanjutkan dengan weight bearing protected
selama 4-6 minggu
b. Jika reduksi tidak berhasil maka dilakukan reduksi
terbuka
c. Pemeriksaan X-Ray Pelvis AP untuk menilai hasil reduksi
\

96 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


PENATALAKSANAAN PENANGANAN LUKA
SKDI 2012 : Kompetensi 4A
Pengertian
Tingkat kecelakaan dan frekuensi bencana yang tinggi dengan
mengakibatkan banyaknya masyarakat mendapatkan cedera seperti luka
robek atau luka tusuk, membuat institusi pendidikan dokter FKK UMJ
mengharuskan penatalaksanaan kegawatdaruratan khususnya penaganan
luka diajarkan pada mahasiswa .
Tingkat morbiditas dan mortalitas dapat ditekan dengan tindakan
penanganan luka yang cepat dan tepat, sehingga lulusan Prodi kedokteran
FKK UMJ harus sudah terampil dan mahir saat menagani bencana dan
kegawatdaruratan khususnya keterampilan dalam penaganan luka.
Dengan mengacu pada daftar keterampilan klinik bagi seorang dokter
umum yang tertuang pada Standart kompetensi dokter Indonesia yang
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia 2007, pembuatan manual
keterampilan klinik penanganan luka dihasilkan oleh Prodi kedokteran FKK
UMJ dibawah bimbingan FK UNHAS yang berguna untuk membantu
mahasiswa untuk memahami, memperaktekkan dan melatih tentang
penanganan luka.

97 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Luka adalah hilang atau rusaknya sebagain jaringan tubuh . Terjadinya
luka dapat diakibatkan oleh banyak faktor, seperti benturan, tersayat dan
tertusuk benda tajam, luka ledakan, perubahan suhu, gigitan hewan dan
sengatan listrik.(1)

Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ketrampilan klinik ini mahasiswa dapat
dengan terampil melakukan tindakan penjahitan dan penutupan luka jahitan
dengan steril dan sesuai standart Evidance Base Medicine yang berlaku saat
ini

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan keterampilan klinik ini mahasiswa terampil
melakukan
1. komunikasi antara dokter dan pasien tentang identitas dan inform
consent
2. persiapan alat dan bahan untuk penjahitan
3. tindakan disinfeksi daerah luka
4. tindakan beberapa tehnik anastesi local
5. tindakan pembersihan luka dan pengendalian perdarahan
6. penilaian jenis luka dan pemilahan tehnik penjahitan luka
7. tindakan beberapa tehnik penjahitan luka
8. tindakan penutupan luka

Alat dan Bahan


1. Alat cukur
2. Wadah betadine dan wadah alcohol
3. Korentang
4. Pinset bergigi Giller (Chirurgis)
5. Pinset anatomi
6. Needle Holder (Mayo Hegar, Nievert, dan French eye)
98 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
7. Gunting Lurus runcing untuk kulit
8. Gunting Perban
9. Gunting Diseksi (mayo)
10. Gunting benang
11. Klem arteri lengkung
12. Klem arteri lurus
13. Jarum taper cut untuk kulit
14. Jarum tumpul berujung taper untuk otot
15. Doek steril
16. Benang jahit ukuran 1.0 (cut gut atau siede)
17. Kassa steril
18. Betadine
19. Alcohol
20. Salep antibiotik, Supratules
21. Spuit 3 ml dengan 22/23 gauge
22. Spuit 1 ml
23. H2O2 3 %
24. Lidocaine
25. NaCl 0,9 %
26. Obat anastesi local, lidocaine, pehacaine
27. Obat anafilaktik syok, adrenaline, ephinefrine dan dexametasone

DESKRIPSI KEGIATAN
KEGIATAN WAKTU DESKRIPSI
Pengantar 5 menit 1. Menjelaskan tujuan umum dan
khusus pembelajaran
keterampilan klinik penanganan
luka, menjelaskan langkah-
langah penanganan luka
2.Setiap memulai tindakan
penanganan luka diawali
dengan ucapan Basmalah dan
diakhiri dengan ucapan

99 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


Hamdalah
Demonstrasi singkat 15 menit Seluruh mahasiswa melihat dengan
tentang penanganan seksama pelaksanaan langkah-
luka hingga penutupan langkah Penanganan luka yang
luka jahitan dikerjakan oleh instruktur dimulai
saat instruktur melakukan
anamnesa, inform consent,
persiapan alat dan bahan, tehnik
disinfeksi, debridement, anastesi
local, menempatkan jarum pada
needle holder, cara memegang
instrument, penjahitan dan tehnik
menjahit seperti, jahitan terputus,
matras horizontal dan vertical, serta
subkutikular ,pengendalian
perdarahan, tehnik menyimpul
benang jahit dengan jari dan
penutupan luka jahitan
Latihan keterampilan 60 menit 1. Mahsiswa dibagi menjadi
penanganan luka beberapa pasangan, dengan
setiap 2 pasangan diamati oleh
1 instruktur
2. Setiap pasangan saling
bergantian melakukan latihan
penanganan dengan salah satu
anggota memperhatikan daftar
tilik saat temannya melakukan
latihan
Refleksi dan diskusi 20 menit 1. Melakukan penilaian objektif
dari hasil evaluasi setiap teman
pasangan mahasiswa terhadap
pasangan teman kelompoknya
2. Instruktur memperlihatkan
langkah-langkah penanganan
100 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
luka yang mahasiswa belum
kuasai
3. Mahasiswa kembali melatih
keterampilan yang telah
dicontohkan oleh instruktur
Total Waktu 100 menit

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PENATALAKSANAAN
PENANGANAN LUKA
Langkah-Langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal Penanganan
I. Persiapan alat
1. Tentukan dan pilih alat-alat sesuai dengan
sterilitas
2. Pastikan Spuit 3cc dan jarum no.22/23
gauge untuk anastesi ditempatkan ke
dalam wadah steril
3. Persiapkan obat-obat anastesi local,
lidocaine, pehacaine
4. Persiapkan obat –obat anafilaktik syok,
adrenalin, Dexametasone
II. Sambung rasa
1. Dokter mengucapkan salam dan Bila pasien datang
memperkenalkan diri serta dalam kondisi tidak bisa
mempersilahkan pasien untuk duduk atau duduk dipersilahkan
berbaring sesuai kondisi pasien, jenis dan pasien langsung ke
lokasi luka. tempat tidur.
101 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
2. Dokter menanyakan identitas pasien
3. Dokter menanyakan keluhan yang diderita
pasien

III. Medical Consent


1. Penjelasan prosedur tindakan penanganan Dokter mejelaskan
luka dan inform consent prosedur kerja sejak
2. Dokter menjelaskan secara rinci tentang pembersihan luka,
indikasi tindakan penanganan luka, dan anastesi local hingga
komplikasi yang dapat timbul berikan waktu tehnik penjahitan yang
pada pasien untuk berpikir dan bertanya. akan digunakan
3. Dokter menjelaskan hak menolak tindakan Tanyakan dengan jelas
dan surat persetujuan tindakan pada riwayat alergi
pasien, dan kembali menanyakan pada khususnya penggunaan
pasien apakah sudah jelas tentang tindakan obat-obat anti nyeri
dokter yang akan dilakukan
4. Dokter menanyakan tentang riwayat
penyakit lain yang diderita, riwayat penyakit
terdahulu, dan apakah ada riwayat alergi
Langkah-Langkah/Kegiatan Keterangan
IV. Penanganan luka
1. Desinfeksi dokter/ cuci tangan steril Pembilasan sebaiknya
1.1 Tangan dan lengan dicuci dan dilakukan setelah tangan
dihilangakan lemaknya dan didesinfeksi dan lengan digosok
hingga siku. Kotoran yang melekat dengan larutan antiseptik
diujung kuku dicungkil keluar, punggung selama 2 menit.
tangan dan lengan yang berkulit lembut
jangan disikat
1.2 Posisi tangan harus lebih tinggi dari siku
sehingga air mengalir dari ujung jari ke
siku.
1.3 Tangan kemudian dikeringkan dengan kain
kering steril.
102 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
2. Pemasangan sarung tangan steril
3. Isolasi dan desinfeksi luka Sebaiknya daerah sekitar
Disinfeksi pada penanganan luka luka dicukur terlebih
biasanya dilakukan dengan memakai dahulu apabila banyak
kassa yang dijepit dengan cunam bulu atau rambut
Rampley atau korentang. Bila luka yang telah
Kassa dicelupkan pada wadah larutan didisinfeksi sangat kotor
antiseptik. Larutan antiseptik atau berlumuran minyak
disapukan mulai dari tempat luka maka harus dibersihkan
sampai keluar dari luka secara terlebih dahulu dengan
sentrifugal searah jarum jam, sabun, bahkan jika perlu
diupayakan agar larutan anti septik menggunakan sikat
tidak tergenang dicekungan-cekungan
tubuh atau dibawah tubuh penderita.
Proses ini dilakukan 2 kali
4. Pemasangan kain penutup/ doek steril Lubang doek dipilih sesuai
Kain penutup steril diusahakan menutupi besarnya luka agar luka
seluas mungkin area disekitar luka dapat ditangani dengan
leluasa.
5. Anastesia lokal Penyuntikan obat – obat
5.1 Dokter menyiapkan spuit 3 cc / 5 cc dan anastesi lokal pada
mengisi spuit dengan lidocaine 2 % daerah yang infeksi dapat
5.2 Dipilih jarum suntik steril pakai yang menyebabkan
berdiameter 25G atau 23G. peneyabaran infeksi.
5.3 Pasien diberitahukan saat akan Infiltrasi lokal merupakan
menyuntikkan obat anastesi, penyuntikan anastesi lokal yang paling
langsung dilakukan pada jaringan sederhana , tehnik ini
subdermal dari dalam luka. dapat digunakan pada
5.4 Setelah penderita diberitahu, jarum semua permukaan kulit.
ditusukkan menembus kulit dengan sudut Penyuntikan obat anastesi
45 derajat, sampai mencapai jaringan ke dalam jaringan subkutis
lemak subkutis. Jarum spuit didorong , saraf-saraf kulit yang
masuk hingga jarum masuk sekitar 2/3 kecil dan bertugas

103 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


panjang jarum dengan sudut sekitar 35 menerima rangsangan
derajat ke dalam subdermal kulit pasien dapat terblokir namum
5.5 Saat obat anastesi akan disuntikkan, lama kerja sangat cepat
dokter melakukan tindakan aspirasi,
setelah itu dokter menyuntikan obat
anastesi.
5.6 Sementara obat disuntikan, jarum ditarik
perlahan searah horizontal kearah daerah
tusukan jarum.
5.7 Sebelum jarum sampai ke ujung diubah
arahnya atau ditusukkan kembali pada
daerah yang belum teranastesi.
5.8 Apabila jarum telah tercabut diusahakan
penyuntikan kembali didaerah yang telah
teranastesi
6. Konfirmasi kerja anastesi lokal  Waktu dan lama
Dilakukan tes dengan menjepit kulit yang reaksi obat anastesi
telah disuntikkan obat anastesi menggunakan berbeda-beda
pinset
7. Tindakan pembersihan luka dan pengendalian 1. Luka dibersihkan
perdarahan dengan cairan steril
(seperti Nacl 0,9%) .
2. Bila perlu
dilakukan anestesi lokal
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pembersihan
luka (debridemen),
benda-benda asing
(seperti pasir, tanah,
kerikil dsb) harus
disingkirkan secara hati-
hati. Partikel yang agak
besar dapat dijepit

104 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


dengan pinset atau
diangkat dengan lidi
kapas, sedangkan
untuk partikel kecil yang
ingin disingkirkan dari
luka maka dapat
dilakukan dengan irigasi
larutan garam fisiologis
menggunakan spuit 10
cc, kemudian ujung
spuit diposisikan tetapt
diatas luka lalu
semprotkan larutan
garam fisiologis dengan
high flow atau low flow
agar partikel kecil yang
melekat pada luka
dapat terlepas.
3. Setelah itu tepi
luka digosok dengan
kasa yang telah
dibasahi larutan garam
fisiologis.
4. Bila tampak ada
jaringan mati/nekrotik
maka dilakukan dieksisi
menggunakan gunting
jaringan, atau bila tepi
luka compang camping
maka dirapikan dengan
merefresh tepi luka
menggunakan gunting
jaringan (sekaligus
105 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
dasar luka diekplorasi).
5. Lanjutkan dengan
penjahitan luka
(dijelaskan pada tabel
berikutnya)
6. Diberikan larutan
antiseptik Povidone
iodine 1% .
7. Jika terdapat
perdarahan, lakukan
balut tekan .
8. Luka kemudian
dibalut, lapisan bawah
diberikan sofratule /
kasa yang dibasahi
dengan larutan
antiseptik .
9. Lapisan atasnya
diberikan kasa kering.
Penderita diberikan obat
antibiotika dan analgetika.
8. Tehnik penjahitan : Tehnik yang atraumatis
a. Jahitan terputus sederhana dengan menggunakan
b. Jahitan matras Horisontal pinset yang bergerigi
c. Jahitan jelujur sederhana halus atau menggunakan
pengait untuk memegang
a. Jahitan terputus sederhana tepi kulit yang akan dijahit.
1. Dengan menggunakan pinset diseksi
yang bergerigi halus tepi luka diangkat
sedikit, pergelangan tangan pronasi Memegang jarum dengan
penuh, siku membentuk sudut 90 derajat klem needle holder harus
dan bahu abduksi, jarum ditusukkan ke dengan tepat agar tidak
kulit secara tegak lurus. menyebabkan jarum

106 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


2. Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka mudah rusak atau tumpul,
didekat tempat yang dijepit dengan pinset. jarum dijepit dibatas
3. Kulit ditegangkan atau diangkat sedikit antara 2/3 depan dan 1/3
dengan halus, dan dengan gerakan belakang, jangan terlalu
supinasi pergelangan tangan serta belakang karena bagian
adduksi bahu yang dilakukan secara yang menjepit benang
serentak, jarum didorong maju dalam arah yang paling lemah dan
melengkung sesuai lengkungan jarum . jangan terlalu kedepan
4. Jika jarum masuk terlalu dangkal maka karena dapat merusak
akan terbentuk rongga mati. Setelah struktur jarum (tapercut)
jarum muncul dibalik kulit, jarum dijepit atau menjadi tumpul.
dengan klem pemegang jarum dan ditarik
keluar dari luka.
5. Penjepitan tidak boleh dilakukan pada
ujung jarum yang dapat berakibat jarum
patah atau tumpul. Benang ditarik
terus hingga ujungnya tersisa 3-4 cm dari
kulit. Dengan cara yang sama jarum
ditusukkan dari arah dalam tepi luka
dengan kedalamam dan banyak jaringan
yang sama dengan sisi sebelahnya, jika
tidak sama maka tepi luka akan tumpang
tindih.
6. Simpul dibuat dengan pola 2-1-1.
7. Ikatan pertama ditalikan untuk menilai
ketatnya ikatan, simpul kemudian
diarahkan kesatu sisi luka dengan
menggeser ujung yang lebih panjang
kearah yang lebih pendek. Simpul harus
diletakkan pada sisi luka jangan diatas
garis luka agar terjadi vaskularisasi yang
baik.
8. Ikatan kedua dibuat dengan cara yang
107 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
sama namum saat mengikat kedua
benang ditarik keatas. Ikatan ketiga tidak
akan memperketat simpul. Jika simpul
terlalu ketat luka akan terasa nyeri dan
jahitan akan meninggalkan bekas yang
buruk.

9.Jahitan matras (didemonstrasikan)


Vertikal Matras vertical digunakan
untuk merapatakan tepi
luka dengan tepat

Jahitan matras vertikal (donati)


1. Pasangkan benang sutera (silk) pada jarum
berpinggir tajam yang telah diposisikan pada
pemegang jarum (needle holder) dengan
menjepitnya pada 1/3 bagian ekor jarum.
2. Tembuskan jarum pada kulit di satu sisi kira-
kira 5-6 mm dari pinggir luka (sisi-I) yang
akan dijahit sambil menahannya dengan
pinset jaringan.
3. Tembuskan jarum menuju kulit sisi
kontralateral (sisi-II) kira-kira 5-6 mm dari
pinggir luka sambil menahannya dengan
pinset jaringan
4. Tarik benang pada pangkal jarum dengan
tangan kiri hingga menyisakan 2-3 cm pada
sisi yang pertama selanjutnya arah mata
jarum diputar 180 derajat dengan memakai
pinset anatomis.
5. Tembuskan jarum pada sisi yang sama (sisi-
II) kira-kira 1-2 mm dari pinggir luka.
6. Tembuskan jarum menuju kulit pada sisi
kontralateral (sisi-I) kira-kira 1-2 mm dari
pinggir luka.
7. Lilitkan benang dua kali pada ujung needle
holder ke arah dalam kemudian jepit ujung
sisa benang lalu tarik benang ke arah kiri

108 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


sehingga terbentuk simpul pertama.
8. Ulangi poin (7) untuk membentuk simpul
kedua dengan 1 kali lilitan benang lalu
menarik benang ke arah kanan hingga
terbentuk simpul yang kuat. (dilakukan
sebanyak 2 kali)
9. Gunting benang dengan menyisakan kira-
kira 1 cm dari simpul.
10. Lakukan penjahitan yang sama hingga
seluruh panjang luka tertutup.
11. Pantau aproksimasi kulit dan hindari tension
(ditandai dengan warna kulit sama dengan
sekitarnya).

Jahitan Matras Horisontal Matras Horizontal dipakai

1. Salah satu sisi fasia yang robek diangkat untuk menyambung fascia
namun tidak digunakan
dengan pinset yang bergerigi atau
untuk menjahit lemak
chirurgis tusukkan jarum sekitar 1 cm dari subcutis

pinggir fasia yang robek.

2. Jarum akan timbul atau tembus disebelah

dalam fasia kemudian jarum ditarik

dengan needle holder hingga jarum keluar

seluruhnya atau sebagian saja.

3. Tusukkan kembali melalui fasia

sebelahnya dengan mengambil dari arah

dalam dan jarum tembus pada fasia

109 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


bagian luar . Tarik jarum hingga benang

tersisa 2-3 cm pada facia

4. Jarum kembali ditusukkan melalui sisi 1

cm dari fasia yang tembus jarum

5. Jarum akan timbul atau tembus disebelah

dalam fasia kemudian jarum ditarik

dengan needle holder hingga jarum keluar

seluruhnya atau sebagian saja.

6. Tusukkan kembali melalui fasia

sebelahnya dengan mengambil dari arah

dalam dan jarum tembus pada fasia

bagian luar.

7. Buat Simpul antara benang yang keluar

dari fasia dengan sisa benang yang ada di

tempat pertama tusukan jarum dimulai

8. Buat simpul 2-1-1


10. Subkutikuler
10.1 Jahitan dimulai dengan memasukkan Jahitan ini disebut juga
jarum ke kulit 1 cm dari ujung luka sebagai jahitan
sebelah kanan , sampai keluar tepat intradermal.
dibagian dalam luka. Sangat menguntungkan
10.2 Jarum kemudian ditusukkan mendatar
dari segi kosmetik karena
mengambil 5 mm jaringan dermis.
jahitan cukup kuat dengan
10.3 Benang ditarik terus sampai ujungnya
luka parut minimal tanpa
yang terjepit dengan klem, tersisa 5 cm
bekas, namum benang
di atas kulit.,
yang digunakan harus
10.4 Tusukkan ditepi yang lain dilakukan
satu tingkat lebih kuat dari
tepat diseberang tempat keluarnya
benang jahitan biasa.

110 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


benang. Eversi tepi luka yang dicapai Benang yang digunakan
dengan jepitan pinset disisi dokter dan adalah prolene 3/0
tarikan benang disisi asisten dapat dengan jarum yang
sangat menolong. berujung cutting
10.5 Benang hanya perlu ditarik pada saat Kulit harus merapat tanpa
jarum dijahitkan disisi asisten. Jika tepi membentuk gelombang.
luka segaris atau tidak compang Menggunakan plester
camping maka benang tidak perlu untuk mengurangi
ditarik tegang agar luka dapat merapat. tegangan didaerah luka
10.6 Saat jarum telah mencapai ujung dan dapat menfikasasi
jarum dilepaskan, benang dijepit kedua ujung benang
dengan klem dan kemudian ditarik ke Benang dapat juga
kiri dan kanan untuk mengetatkan difiksasi dengan ikatan tie
jahitan serta memastikan bahwa benang over
dapat bergerak bebas. Bila luka terlalu panjang
maka setiap 5 cm benang
dijahitkan keluar agar bisa
terpotong ketika akan
diangkat
Bila jahitan terlalu dalam
dan bidang gerak jarum
tidak tepat berada
dilapisan dermis maka
kedua tepi kulit tidak akan
terkatup
Jika jahitan terlalu dekat
ke permukaan kulit akan
bergelombang dan
benang akan sulit digeser.
11. Pembuatan simpul Menggunakan klem
V. Penutupan Luka Penutupan luka dengan

111 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


1. Sebelum kassa penutup dipasang sisa- kassa digunakan untuk
sisa darah harus dibersihkan dengan melindungi luka dari
cairan antiseptik dan kulit harus kontaminasi dan trauma
dikeringkan. mekanis, penutupan ini
2. Cukup menutup luka dengan kassa kering juga harus mampu
3. Kassa paraffin atau sufratule dapat memberikan lingkungan
digunakan pada luka yang terkontaminasi mikro yang optimal untuk
atau infeksi. penyembuhan luka
4. Penutupan luka dengan kassa tidak perlu Penutupan luka harus
penekanan yang kuat karena dapat sesederhan
menggangu vaskularisasi pembuluh darah mungkin,kondisi dermatitis
di luka, yang berakibat proses kontak dapat timbul akibat
penyembuhan lebih lama. kassa yang diberi
5. Penambahan kassa hingga 3-4 lapis perlu beberapa bahan bahan
dilakukan agar mencegah kassa mudah tambahan
basah Bila darah sulit
6. Kassa difiksasi dengan plester atau kain dibersihakan dan
pembalut panjang, dengan arah plester dikeringkan maka dapat
menyilang dari alur kulit. digunakan larutan
7. Daerah yang diplesterpun harus bersih hydrogen peroksida 3%
dan kering agar mudah melekat Kapas TIDAK
DIGUNAKAN untuk
menutup luka
Pemilihan plester harus
diperhatikan mengingat
beberapa orang yang
alergi bahan tertentu
VI . Cuci Tangan Asepsis
VIII. Melepas sarung Tangan
IX. Pengangkatan Benang
1. Saat pemotongan benang jahitan Di daerah muka dan leher,
diusahan agar bagian benang yang luka menyembuh dengan
tertarik masuk melalui dalam luka cepat dan jahitan dapt

112 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


sesedikit mungkin untuk mencegah infeksi diangkat setelah 3-5 hari
bagian dalam luka akibat kontaminasi dari Pada lengan dada,
benang punggung dan perut
2. Salah satu ujung dijepit dengan pinset setelah 7-10 hari
dan ditarik sedikit terutama pada benang Tungkai setelah 12-14 hari
disisi yang berseberangan dengan simpul, Pada luka yang lama
kemudian benang dipotong rata dengan sembuhnya, jahitan dapat
kulit menggunakan gunting khusus atau dibiarkan lebih lama
scalpel no 11.
3. Setelah tergunting, benang didekat simpul
dijepit dengan pinset dan ditarik hingga
benang jahit terlepas

DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PENATALAKSANAAN
PENANGANAN LUKA

NILAI
0 1 2
N ASPEK YANG DINILAI
O
1 Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan keluhan utama
4 Menjelaskan prosedur penanganan luka dan menjelaskan
inform consent
5 Menanyakan riwayat alergi atau penyakit terdahulu
6 Mempersiapkan penderita dan persiapan alat
7 Melakukan cuci tangan steril
8 Mengunakan sarung tangan steril
9 Disinfeksi daerah luka
10 Memasang penutup steril
11 Menyuntikkan obat anastesi local pada daerah luka
12 Konfirmasi obat anastesi local telah bekerja
13 Melakukan debridement luka ,menilai jenis dan kedalaman
luka
14 Memilih klem dan jarum serta benang yang tepat sesuai jenis

113 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


luka
15 Menjepit jarum dengan klem
16 Menjahit luka dengan tehnik terputus
17 Menjahit luka dengan tehnik matras horisontal
18 Menjahit luka dengan tehnik jelujur
19 Menjahit luka dengan tehnik subkutikuler
20 Melakukan penilaian dan tindakan bila ada perdarahan
21 Melakukan simpul 2-1-2 menggunakan klem
22 Membersihkan dan mengeringkan daerah penjahitan luka
23 Penutupan luka
24 Melepas sarung tangan
25 Cuci tangan asepsis
26 Pengangkatan benang jahitan
Total
Petunjuk :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan namum kurang sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna dan terampil
Referensi
Saleh, M. Sodera, Vija , Ilustrasi Ilmu bedah Minor, terjemahan, Binapura
Aksara, Jakarta 1991
Sjamsuhidajat. R, Jong Wim de, Buku Ajar Ilmu Bedah, penerbit buku
Kedokteran EGC, Jakarta
19

114 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


CLOSED EYE NEEDLE COMPOTENTS

FRENCH EYE

115 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


INTERLOCKING STITCH INTERRUPTED VERTICAL
MATTRESS

OVER AND OVER RUNNING BURIED SUTURED


STICH INTERRUPTED TECHNIQUE

INTERRUPTED HORIZONTAL SUBCUTICULAR SUTURES


MATTRESS

116 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019


DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PENATALAKSANAAN PENANGANAN LUKA

NILAI
0 1 2
NO ASPEK YANG DINILAI
1 Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan keluhan utama
4 Menjelaskan prosedur penanganan luka dan menjelaskan
inform consent
5 Menanyakan riwayat alergi atau penyakit terdahulu
6 Mempersiapkan penderita dan persiapan alat
7 Melakukan cuci tangan steril
8 Mengunakan sarung tangan steril
9 Disinfeksi daerah luka
10 Memasang penutup steril
11 Menyuntikkan obat anastesi local pada daerah luka
12 Konfirmasi obat anastesi local telah bekerja
13 Melakukan debridement luka ,menilai
RETENTION jenis dan kedalaman
SUTURES
luka THROUGH AND THROUGH
14 Memilih klem dan jarum serta benang yang tepat sesuai
jenis luka
15 Menjepit jarum dengan klem
16 Menjahit luka dengan tehnik terputus
17 Menjahit luka dengan tehnik matras horisontal
18 Menjahit luka dengan tehnik jelujur
19 Menjahit luka dengan tehnik subkutikuler
20 Melakukan penilaian dan tindakan bila ada perdarahan
21 Melakukan simpul 2-1-2 menggunakan klem
22 Membersihkan dan mengeringkan daerah penjahitan luka
23 Penutupan luka
24 Melepas sarung tangan
25 Cuci tangan asepsis
26 Pengangkatan benang jahitan
Total

Petunjuk :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan namum kurang sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna dan terampil

Makassar, .................2010
Nilai = ------------------- X 100% = %
117 52Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019
Instruktur

118 Sistem Kegawatdaruratan dan Traumatologi_Angkatan 2016_September 2019

Anda mungkin juga menyukai