Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS

UPAYA KESEHATAN PERORANGAN


PUSKESMAS 9 NOPEMBER
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………..………………………………………1

B. TUJUAN …………….………………………………………………………… 2

C. SASARAN…………………………………………………………………….. 3

D. RUANG LINGKUP……………………………………………………………

E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………………. 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN 11

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA………………………………… 11

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN……………………………………………….. 15

C. JADWAL KEGIATAN………………………………………………………… 15

BAB III STANDAR FASILITAS 16

A. DENAH RUANG……………………………………………………………… 17

B. STANDAR FASILITAS……………………………………………………… 49

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN 50

A. LINGKUP KEGIATAN……………………………………………………….

B. METODE……………………………………………………………………… 78

C. LANGKAH KEGIATAN………………………………………………………

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


BAB IX PENYAKIT KLINIS DI PUSKESMAS

BAB X PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Pengembangan
kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan
nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara kesehatan untuk
jenjang tingkat pertama. Seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya
pendidikan masyarakat dalam era globalisasi ini Puskesmas dituntut untuk
menyediakan pelayanan bermutu.
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang
dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi
pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan.

B. Tujuan
Tujuan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal
melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

C. Sasaran
Sasaran pelayanan klinis ini adalah individu (pasien), keluarga, petugas
kesehatan dan non kesehatan di puskesmas dan masyarakat.
D. Ruang Lingkup
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana dimaksud
dilaksanakan dalam bentuk :
a. rawat jalan;
b. pelayanan gawat darurat;
c. home care
Kegiatan pelayanan tersebut mencakup:
1. Pelayanan pemeriksaan umum meliputi ruangan pemeriksaan MTBS, anak
dan remaja; ruangan pemeriksaan dewasa; ruangan pengobatan TB;
pelayanan kesehatan peduli remaja dan pelayanan terapi stop merokok.
2. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
3. Pelayanan KIA-KB yang bersifat perseorangan
4. Pelayanan gizi yang bersifat perseorangan
5. Klinik sanitasi
6. Pelayanan imunisasi
7. Pelayanan kefarmasian
8. Pelayanan laboratorium
9. Pelayanan gawat darurat
10. Home Care

E. Batasan Operasional
 Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
 Pelayanan pemeriksaan umum adalah pelayanan kedokteran umum berupa
pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan penyuluhan kepada pasien atau
masyarakat agar tidak terjadi penularan dan komplikasi penyakit serta
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam bidang
kesehatan.
 Upaya kesehatan anak adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan anak untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
memiliki kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual
melalui upaya pemenuhan, peningkatan, perlindungan hak anak, mulai dari
terwujudnya bayi lahir sehat dengan lahir normal, mempertahankan hidup,
tumbuh dan berkembang secara optimal sejak usia dini, usia sekolah, masa
pubertas sampai usia dewasa.
 Upaya kesehatan remaja adalah upaya pemerintah dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan,
sikap dan perilaku tentang kesehatan remaja.
 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah program pelayanan kesehatan
gigi dan mulut yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam
maupun diluar gedung (mengatasi kelainan atau penyakit rongga mulut dan
gigi yang merupakan salah satu penyakit terbanyak yang dijumpai di
Puskesmas.
 Upaya pelayanan KIA-KB upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan wanita yang berkaitan dengan fungsi keibuannya untuk mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan akselerasi penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) yang dimulai sejak usia periode usia subur, kehamilan,
persalinan, nifas, menyusui. Sedangkan upaya pelayanan Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya Pemerintah dalam mengendalikan laju
pertambahan penduduk dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
melalui pencegahan kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dengan
menggunakan kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi dan efek
samping.
 Upaya pelayanan gawat darurat adalah pelayanan medik dasar yang ditujukan
untuk membantu pasien mengatasi kegawatan jalan napas, pernafasan,
peredaran darah dan kesadaran.
 Upaya pelayanan gizi yang bersifat UKP dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 disebutkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan
untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain
melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi.
 Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
 Laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan
yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran
penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang
yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung
berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan
yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik
wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas.
B. Distribusi Ketenagaan
Berikut adalah keadaan tenaga di Puskesmas 9 Nopember pada tahun 2019 :
Tabel 2.1 Ketenagaan di Puskesmas 9 Nopember
SetatusKepegawaian Jumlah
No Profesi
PNS Kontrak Honor (orang)
1. Dokter Umum 3 1 0 4
2. Dokter Gigi 1 0 0 1
3. Sarjana Kesehatan/SKM 1 0 0 1
4. Apoteker 1 0 0 1
5. Tenaga Gizi
a. SPAG 0 0 0 0
b. D3 Gizi 2 0 0 2
c. D4/S1 0 0 0 0
6. Tenaga Keperawatan
a. SPK 2 0 0 2
b. D3 Perawat 5 0 0 5
c. D4/S1 Keperawatan 1 0 0 1
7. D3/ S1 Perawat Gigi 3 0 0 3
8. Asisten Apoteker 2 0 0 2
9. Tenaga Kebidanan
a. Kebidanan 1 0 0 1
b. D3 Kebidanan 6 0 0 6
c. D4/S1 Kebidanan 0 0 0 0
10. Tenaga Kesling
a. SPPH 0 0 0 0
b. D3 Kesling 1 0 0 1
c. D4/S1 Kesling 0 0 0 0
11. Tenaga Laboratorium
a. SMAK 0 0 0 0
b. D3 Analis 1 0 0 1
c. D4/S1 Analis 0 0 0 0
12. Verifikator 1 0 0 1
13. Prakarya 0 0 0 0
14. SMA 1 1 0 2
15. SMP 0 1 0 1
16 SD 0 1 0 1
Total 32 4 0 36

C. Jadwal Pelayanan
Puskesmas 9 Nopember melakukan pelayanan setiap hari Senin sampai
dengan Sabtu. Jam buka loket pelayanan Puskesmas 9 Nopember yaitu:
Senin – Kamis : Pukul 08.00 – 12.00 WITA
Jumat : Pukul 08.00 – 10.00 WITA
Sabtu : Pukul 08.00 – 11.30 WITA
Sedangkan untuk kasus gawat darurat ditangani sesuai dengan jam kerja
puskesmas yaitu:
Senin – Kamis : Pukul 08.00 – 15.00 WITA
Jumat : Pukul 08.00 – 11.00 WITA
Sabtu : Pukul 08.00 – 14.00 WITA
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Alur Kerja

B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas di Puskesmas 9 Nopember disesuaikan dengan ketentuan
dalam Permenkes 75 Tahun 2014.
Berikut ini standar fasilitas di Puskesmas 9 Nopember:

I. Fasilitas Sarana dan Prasarana


Data sarana dan Prasarana Puskesmas 9 Nopember, terdiri dari :
No Sarana dan Prasarana Kondis Jumlah
R.Ringan R.Berat Baik
1. Puskesmas 0 0 1 1
2. Pustu 1 0 1 2
3. Poskeskel 0 0 0 0
4. Rumah Dinas 1 0 1 2
5. Pusling Ambulance R4 0 0 2 2
6. Pusling Perahu Bermotor 0 0 0 0
7. Kendaraan R2 2 2 1 5
Total 4 2 6 12

II. Peralatan dan Perlengkapan


Peralatan yang tersedia di Puskesmas 9 Nopember mengacu kepada
Permenkes 75 Tahun 2014 (data dilampirkan)
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Jenis-jenis pelayanan yang tersedia di Puskesmas 9 Nopember meliputi
pelayanan administrasi dan pelayanan kesehatan terdiri dari :
a. Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
b. Pelayanan Pemeriksaan Umum meliputi pelayanan pemeriksaan MTBS, anak
dan remaja; pelayanan pemeriksaan dewasa; pelayanan pengobatan TB;
pelayanan kesehatan peduli remaja dan pelayanan terapi stop merokok.
c. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
e. Pelayanan Gawat Darurat
f. Pelayanan Gizi yang bersifat UKP
g. Klinik Sanitasi
h. Pelayanan Imunisasi
i. Pelayanan kefarmasian
j. Pelayanan Laboratorium
k. Pelayanan Home Care

B. Metode
a. Pendaftaran Pasien
Metode yang dilakukan pada pendaftaran pasien mengunakan Metode
antrian dan untuk rekam medis mengunakan metode pemberian nomor cara
unit dan juga mengunakan metode buku bantu berdasarkan tempat tinggal.
Metode antrian merupakan suatu garis tunggu dari satuan yang memerlukan
layanan dari satu atau lebih pelayanan (fasilitas layanan). Jadi teori atau
pengertian antrian adalah studi matematikal dari kejadian atau gejala garis
tunggu (P. Siagian, 1987, hal. 390). Kejadian garis tunggu timbul disebabkan
oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan
atau fasilitas layanan, sehingga pelanggan yang tiba tidak bisa segera
mendapat layanan disebabkan kesibukan pelayanan.
Metode pemberian nomor secara unit, pada pasien datang pertamakali
untuk berobat jalan maka pasien tersebut mendapat satu nomor rekam medis.
Yang mana pada nomor tersebut akan dipakai selamanya untuk melakukan
kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dan berkas rekam medis tersebut akan
tersimpan dalam satu berkas dengan satu nomor pasien berdasarkan per
tempat tinggal (RT) dan luar wilayah.

b. Metode Pengkajian, keputusan, rencana layanan klinis dan pelaksanaan


layananserta rencana rujukan dan pemulangan pada pasien meliputi :
1. Anamnesis
Hasil Anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang
sering disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat
penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor
risiko, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi
lainnya pada bagian ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat
informasi spesifik yang harus diperoleh dokter dari pasien atau keluarga
pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit (pathognomonis).
Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan
tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus dilakukan oleh
dokter layanan primer untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan
diagnosis banding.
3. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan
dengan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit
membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis
atau karena telah menjadi standar algoritma penegakkan diagnosis. Selain
itu, bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan
komplikasi penyakit.
4. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi
pada pasien (patient centered) yang terbagi atas dua bagian yaitu
penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi. Selain itu, bagian ini
juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga (family
focus), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta kapan dokter
perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria
“TACC” (Time-Age-Complication-Comorbidity) berikut:
Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis
atau melewati Golden Time Standard.
Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan
meningkatkan risiko komplikasi serta risiko kondisi penyakit lebih berat.
Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi
pasien.
Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien.
Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat
menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin
keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
BAB V
KESELAMATAN SASARAN / PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman, sistem tersebut meliputi :
 Assesmen risiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
Tujuan adanya keselamatan pasien adalah :
 Terciptanya budaya keselamatan di Puskesmas
 Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Puskesmas
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien


Standar keselamatan pasien meliputi :
1. Hak pasien
2. Pendidikan pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan keseimbangan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program dan peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Berikut berbagai macam kejadian dalam keselamatan pasien:


1. Kejadian Tidak Diharapkan
j. Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah
k. Unpreventable adverse event
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir
2. Kejadian Nyaris Cedera
Kejadian nyaris cederan terbagi tiga, yaitu
1. Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commision)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommision) yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi:
 Karena “keberuntungan”
 Karena “pencegahan”
 Karena “peringanan”
2. Medical errors
Adalah suatu kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
3. Sentinel event
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius,
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(seperti; amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang seris pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
A. Tatalaksana
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan di
Puskesmas perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan.
Peralatan perawatan pasien:
1. Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan
2. Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelum digunakan
3. Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelum ditangani untuk
menghindari kontaminasi
4. Area pemprosesan instrument meliputi area penerimaan, pembersihan dan
disinfeksi, persiapan dan pembungkusan, sterilisasi dan penyimpanan
5. Pakai sarung tangan rumah tangga untuk membersihkan instrument dan
prosedur disinfeksi
6. Pakai alat pelindung diri (APD) selama melakukan pembersihan peralatan
7. Gunakan system container atau pembungkus yang cocok dengan tipe
proses sterilisasi yang digunakan
Tatalaksana penanganan pasien di puskesmas 9 Nopember sesuai dengan standar
pencegahan dan pengendalian infeksi:
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Pakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker)
3. Berkumur antispetik sebelum diperiksa
4. Pemberian antiseptic pada daerah operasi untuk tindakan invasive
5. Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai)
6. Jumlah alat diagnose set yang tersedia minimal ½ jumlah rata-rata jumlah
kunjungan pasien perhari
7. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah disterilkan
dari bahan dan alat yang belum dibersihkan
8. Buat SOP untuk pemprosesan instrument, mulai dari penerimaan instrument
terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan penyimpanan
9. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum memulai
suatu perawatan
10. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan kerja
operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan di


Puskesmas perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas
sector terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Sarana pelayanan wajib memberikan jaminan keamanan kesehatan baik bagi
tenaga kesehatan baik bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat yang
dilayani.Penyebaran penyakit menular telah meningkatkan kekhawatiran masyarakat
maupun petugas kesehatan dalam beberapa dekade terakhir akibat munculnya
infeksi mematikan seperti infeksi HIV dan HBV.
Untuk melindungi operator dan pasien, maka operator harus memakai alat
pelindung diri (APD).APD adalah pakaian khusus atau alat yang digunakan petugas
untuk melindungi diri dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,
elektrik, mekanik, dan lainnya (Occupational Safety and Health Administration).
Untuk poli gigi, KIA, ruang tindakan di puskesmas diharapkan adanya bahan
antiseptic, bahan disinfeksi dan autoklaf.
Untuk Puskesmas 9 Nopember, alat-alat yang digunakan setelah
mengerjakan pasien langsung direndam dengan bahan disinfeksi (sodium chloride)
selama 10 menit, setelah itu dicuci dengan air sabun, dan dibilas dengan air bersih
mengalir.Kemudian alat-alat tersebut di keringkan dengan lap handuk bersih.Setelah
kering, alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam sterilisator selama satu jam.
Penerapan kewaspadaan isolasi:
i. Kewaspadaan standar
a. Kebersihan tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar
untuk pencegahandan pengendalian infeksi. Tenaga pelayanan kesehatan gigi
harus melakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir jika tangan terlihat kotor, terkontaminasi cairan tubuh, kontak
langsung dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam
ruang praktik termasuk peralatan dan lain-lain selama 40-60 detik.Jika tangan
tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan handrub.Cairan
berbasis alcohol lamanya 20-30 detik.
Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:
1. Sebelum kebersihan tangan: cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada
dipergelangan tangan harus dilepas
2. Kuku harus tetap pendek dan bersih
3. Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi
bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku
4. Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka menggunakan
ember berkeran yang tertutup atau ember dan gayung dimana seseorang
menuangkan air sementara yang lainnya mencuci tangan.
5. Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau
membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan.
b. Penggunaan alat pelindung diri
Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan sarung tangan ketika
melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau
cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus diganti tiap pasien, lepaskan sarung
tangan dengan benar setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan
tangan untuk menghindari transfer mikroorganisme ke pasien lain atau
permukaan lingkungan.
Selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis sarung
tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan permukaan
meja kerja, yaitu sarung tanganrumah tangga yang terbuat dari lateks atau vinil
yang tebal.
Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan masker pada saat
melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi
aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya.Masker
harus sesuai dan melekat dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut
dan hidung dengan baik.Ganti masker diantara pasien atau jika masker
lembab atau basah dan ternoda selama tindakan pasien.Lepaskan masker jika
tindakan selesai.
Kacamata pelindung digunakan untuk menghindari kemungkinan infeksi akibat
kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan darah.Kacamata ini harus di
dekontaminasi dengan air dan sabun kemudian di disinfeksi setiap kali berganti
pasien.
Baju pelindung digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan
melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh.Baju pelindung ini
harus dicuci setiap hari.Baju pelindung terbuat dari bahan yang dapat dicuci
dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi juga terbuat dari bahan kertas kedap air
yang hanya dapat sekali pakai (disposable).Lepaskan baju pelindung jika
tindakan telah selesai.
Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju pelindung, lalu
masker selanjutnya kacamata pelindung sebelum mencuci tangan.Setelah
tangan dikeringkan, ambil sarung tangan dan kenakan.
c. Manajemen limbah dan benda tajam
1. Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan local yang berlaku
2. Pastikan bahwa tenaga pelayan kesehatan yang menangani limbah medis
di training tentang penanganan limbah yang tepat, metode pembuangan
dan bahaya kesehatan
3. Gunakan kode warna dan label container, warna kuning untuk limbah
infeksius dan warna hitam untuk limbah non infeksius
4. Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel,ortodontik bands,
pecahan instrument metal dan bur
d. Manajemen lingkungan
1. Pakai alat pelindung diri saat melakukan pembersihan dan disinfeksi
permukaan lingkungan
2. Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaan klinik
terkontaminasi, khususnya yang sulit dibersihkan seperti switches on dental
chair dan ganti pelindung permukaan setiap saat
3. Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di lindungi
dengan pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan disinfeksi tingkat
sedang jika kontaminasi dengan darah
4. Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai, dinding, meja, trolley)
dengan detergen dan air atau disinfektan, tergantung dari permukaan, tipe
dan tingkat kontaminas
5. Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum
dipakai ulang, atau gunakan yang sekali pakai
6. Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiap hari
7. Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendela di area perawatan
pasien jika terlihat kotor, berdebu dan ternoda
8. Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya
menggunakan cairan disinfektan
9. Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang menyerap di
daerah kerja, laboratorium dan daerah pemerosesan instrumen
e. Perlindungan kesehatan karyawan
1. Imunisasi
2. Manajemen pasca pajanan
3. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya
4. Pencegahan kecelakaan kerja
5. Penyuntikan yang aman
6. Etika batuk
ii. Kewaspadaan berdasarkan transmisi
a. Transmisi airborne/udara
1. Gunakan masker N95/ respiratorik
2. Segera lepas selesai tindakan
b. Transmisi droplet/percikan
1. Gunakan masker bedah, pelindung mata dan wajah
2. Segera lepaskan selesai tindakan
c. Transmisi kontak
1. Gunakan sarung tangan dan baju pelindung
2. Segera lepaskan selesai tindakan
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip program kendali mutu adalah kepatuhan terhadap berbagai standar


dan pedoman pelayanan serta etika profesi, yang memuaskan pemakai jasa
pelayanan.(KMK NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004)
Kinerja pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas di monitor dan di
evaluasi dengan menggunakan indicator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Tercapainya indicator kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas
4. Permasalahan di bahas pada tiap pertemuan Lokakarya mini tiap triwulan

BAB VIII
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan dalam melakukan pelayanan klinis di Puskesmas


9 Nopember. Pelaksanaan dalam bentuk pelayanan kesehatan di Puskesmas 9
Nopember merupakan tanggung jawab dan tugas seluruh petugas kesehatan di
Puskesmas 9 Nopember.
Upaya-upaya yang paling penting dilaksanakan dalam rangka pelayanan
kesehatan di Puskesmas 9 Nopember adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik
pemeberdayaan terhadap pasien maupun terhadap individu/keluarga/masyarakat
yang sehat. Upaya-upaya tersebut akan lebih berhasil jika didukung oleh upaya-
upaya bina suasana dan advokasi serta memanfaatkan peluang pelayanan klinis di
dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas 9 Nopember.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan diharapkan sesuai dengan pedoman
sehingga dapat mengutamakan keselamatan pasien dan petugas. Keberhasilan
pendidikan pasien dan keluarga tergantung pada komitmen yang kuat dari semua
pihak yang terkait termasuk pemenuhan sumber daya sarana prasarana.

Anda mungkin juga menyukai