PENDAHULUAN
Berkinerja tinggi adalah salah satu tuntutanutama dalam dunia industri modern.
Perusahaandituntut untuk berkinerja tinggi agar mampumempertahankan eksistensinya dan
bersaingdalam kancah global yang semakin ketat.Namun, perusahaan tidak akan
mencapaikinerja yang tinggi tanpa didukung olehkaryawan yang berkinerja tinggi
pula.Sementara itu, hanya dengan memiliki motivasikerja yang tinggilah, karyawan
mampumenghasilkan kinerja tinggi.
Pada ilmu manajemen pembahasan mengenai motivasi memiliki posisi yang penting.
Hal ini dikarenakan konsep motivasi dapat memberi pengaruh dan dampak yang besar bagi
kemajuan serta pergerakan suatu perusahaan atau sebuah organisasi di masa depan. Pada
awal berdirinya sebuah organisasi atau perusahaan atau bahkan di saat organisasi/perusahaan
tersebut mengalami permasalahan maka motivasi memiliki kedudukan yang penting dan
dibutuhkan sebagai bagian yang mampu mengatasi semua itu.1
Tingkah laku manusia itu hakikatnya adalah berorientasi pada sebuah tujan dengan
kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dipacu oleh keinginan untuk mencapai
beberapa tujuan. Suatu dasar dari dari setiap perilaku adalah kegiatan. Sehingga dengan
demikian semua perilaku itu adalah serangkaian aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan.
1
1.2.4Bagaimana desain tugas dan motivasi dalam sebuah perusahaan melalui hierarki
kebutuhan dan penelitian internasional?
1.3 Tujuan
1.3.4 Untuk memahami desain tugas dan motivasi dalam sebuah perusahaan melalui
hierarki kebutuhan dan penelitian internasional
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manajer adalah sosok yang sangat penting untuk menyatukan semua potensi dan
melakukan pekerjaan melalui kerja sama yang solid. Bila manajer hanya mengkritik tanpa
mencarikan jalan keluar atau solusi yang tepat, maka keberadaan manajer hanya akan
menjadi beban untuk organisasi dan bisnis. Hal ini hanya akan menciptakan organisasi
dengan koordinasi yang lemah. Dimana, setiap karyawan akan membangun tembok
pertahanan diri untuk menghindari kritik. Di sini, bukannya produktivitas dan kreatifitas yang
akan meningkat, tapi karyawan akan fokus kepada kritik dan mencoba keluar dari kritik,
tanpa berupaya memikirkan tujuan akhir dari pekerjaan yang dilakukan. Manajer sebagai
motivator selain mengkritik, manajer harus bisa menjadi pendorong yang membesarkan cara
kerja karyawannya (djajendra, 2011).
2.2Teori Motivasi
2.2.1Teori Konten
3
pada suatuperingkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada
peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting:
4
Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan
bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka
manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari
waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi (Widayat, 2015).
7
yang menginginkan untuk memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan (Birnberg dalam Mahennoko, 2011).
Menurut teori ini salah satu dari karakteristik perilaku yang mempunyai tujuan yang
umum diamati ialah bahwa perilaku tersebut terus berlangsung sampai perilaku itu mencapai
penyelesaiannya, sekali seseorang mulai sesuatu (seperti suatu pekerjaan, sebuah proyek
baru), ia terus mendesak sampai tujuan tercapai. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku
individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai
tujuan atau tingkat kerja yang ingin dicapai oleh individu. Goal setting theory
mengisyaratkan bahwa seorang individu berkomitmen pada tujuan (Robbins, 2007). Jika
seorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan mempengaruhi
tindakannya dan mempengaruhi konsenkuensi kinerjanya.
Kerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam
arti sempit,istilah kerja digunakan untuk suatu tugas atau kegiatan yang menghasilkan uang
bagi seseorang. Menurut pemerintah Belanda Perncanaan Wetboek van Koophandel
,pekerjaan itu perbuatan perbuatan yang dilakukan tidak terputus putus,secara terang terangan
dan dalam kedudukan tertentu. Jadi,laba tidak merupakan unsur mutlak.
Akar budaya,social dan aturan public yang ada di tiap negara secara tak langsung
membentuk budaya kerja kepada tiap penduduknya. Hal ini pun akan tetap mereka bawa
meski bekerja di negara lain. Sebenarnya perbedaan budaya kerja adalah hal biasa selama kita
mampu beradaptasi dengan hal tersebut. Karena jika kita memahami budaya kerja di banyak
negara,maka itu salah satu kesiapan diri menghadapi medan kerja,terlebih di era MEA yang
menuntut kompetisi serius. Perusahaan perusahaan Multinasional diberbagai negara memiliki
budaya kerja yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya karena adanya
latar belakang budaya yang berbeda.
Gagasan budaya dan nilai-nilai yang terkait menjadi subjek interaksi timbal balik mereka
menerima pertimbangan yang semakin meningkat. Søderberg dan Holden memandang
budaya sebagai berbagi dari 'pola makna dan interpretasi' (2002: 112). Terdapat komunitas
8
budaya yang stabil, ada kelompok yang berbagi pola ketika berinteraksi dengan orang lain
yang polanya dapat diidentifikasikan dan membawanya baik diadaptasi membentuk, dan atau
menegosiasikan makna dan interpretasi bersama. Dalam pandangan mereka, manajer yang
terlibat dalam globalisasi yang berhubungan dengan konsep ini jauh lebih mudah daripada
dengan dimensi budaya yang tetap seperti yang dijelaskan dalam bagian pertama. Mereka
akan melihat peran mereka lebih berkaitan dengan memastikan bahwa interaksi dalam tim
multikultural efektif dan menuai rewards yang sinergis. Alih-alih menjadi masalah berurusan
dengan budaya dalam isolasi, pekerjaan mereka adalah ‘pengelolaan berbagai budaya
'(Søderberg dan Holden, 2002: 110), dengan demikian memastikan bahwa ‘pengetahuan,
nilai, dan pengalaman ditransfer ke dalam domain multikultural dari implementasi '(idem:
113).
9
mengacu pada kemampuan seseorang untuk beradaptasi ketika berinteraksi dengan orang-
orang dari konteks budaya yang berbeda. Salah satu dari tiga unsur atau 'aspek motivasi'
kecerdasan budaya terdiri dari nilai-nilai seperti kepercayaan diri, kegigihan, dan, paling
tidak, tingkat afinitas dengan budaya baru. Memiliki kepercayaan diri, kegigihan, dan
afinitas yang diperlukan dapat meningkatkan efektivitas kinerja manajer dalam konteks
internasional, meskipun manajer tersebut mempertahankan etnosentrisme yang tidak disadari.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasakan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajer adalah sosok yang
sangat penting untuk menyatukan semua potensi dan melakukan pekerjaan melalui kerja
sama yang solid. Manajer sebagai motivator harus bisa menjadi pendorong yang
membesarkan cara kerja karyawannya. Teori isi (content theory) menekankan pada teori
kebutuhan – kebutuhan manusia, menjelaskan berbagai kebutuhan manusia mempengaruhi
kegiatannya dalam organisasi. Dalam teori isi terdapat tiga teori motivasi antara lain, teori
Hierarki Kebutuhan, teori ERG dan teori Dua Faktor. ini menekankan bagaimana dan
dengan apa setiap individu dimotivisir
Pada teori proses, terdapat dua teori motivasi yang terpusat pada bagian para
anggota organisasi mencari pengahrgaan dalam keadaan bekerja, termasuk dalam kelompok
ini : teori keadilan dan teori harapan. Teori penetapan tujuan yaitu model individual yang
menginginkan untuk memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan
3.2 Saran
Besar harapan kami paper ini dapat bermanfaat pagi pembaca. Karena masih terdapat
banyak kesalahan serta keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari bahwa
paperini jauh dari sempurna. Penulis akan memperbaiki paper ini dengan berpedoman pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar paper ini dapat disusun menjadi lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Browaeys, Marie-Joëlle., dan Roger Price. 2015. Understanding Cross-Cultural Management
Third Edition. UK : Pearson.
Sugiantara Ketut. (2016). Motivasi dan Kepemimpinan Dalam Bisnis Internasional. Dikutip
28 September 2019 dari Academia
https://www.academia.edu/34881080/MANAJEMEN_LINTAS_BUDAYA
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, (Bandung : CV. Alfabeta, 2012), hlm
142
Mahennoko, Anandhika Angga. 2011. Pengaruh Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Pegawai Bidang Keuangan Pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Demak. Skripsi Progam Sarjana Fakultas EkonomiUniversitas Diponegoro.
Prihartarta, Widayat. 2015. Teori- teori Motivasi. Jurnal Adabiya. 1 (83). ISSN 2549-3124Â
E-ISSN 2549-1776
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 1, Edisi
8, Prenhallindo, Jakarta
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
Seyler, D. L., Holton III, E. F., Bates, R. A., Burnett, M. F., & Carvalho, M. A. (1998).
Factors Affecting Motivation to Transfer Training. International Journal of Training and
Development.
Toha,Miftah. Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 207
12