Anda di halaman 1dari 17

Teori Ekologi Populasi

(Population Ecology Theory)

Theory of the Firm


Theory of the Firm adalah teori-teori yang dapat digunakan sebagai dasar pemikiran
untuk menjawab mengapa perusahaan ada, bagaimana perusahaan didirikan, dan
apa fungsi perusahaan lakukan. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan,
keputusan, dan kegiatannya adalah hasil dari kekuatan ekonomi mendasar. Untuk
menjelaskan peran ekonomi perusahaan, analisis ekonomi harus menurunkan
perusahaan secara endogen dari kondisi awal. ( Daniel F Spulber - The theory of the
firm _ microeconomics with endogenous enterprises, firms, markets and
organizations (2009, Cambridge University Press)
Pada dasarnya Theory of the Firm membantu menjawab kenapa sebuah perusahaan
itu ada ( eksis), bagaimana sebuah perusahaan dibangun/dikembangkan , kenapa
struktur dalam perusahaan demikian, apa yang membatasi perusahaan untuk
melakukan ekspansi (vertikal maupun horisontal ) serta perilaku perusahaan dalam
menghadapi pasar.
Teori adalah tentang hubungan antara fenomena, alasan di balik sebuah tindakan,
peristiwa, struktur, dan pemikiran yang terjadi. Teori yang kuat mendasari proses
terjadinya suatu kejadian tertentu dengan membangun logika kausal. Sehingga teori
terdiri atas serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antarvariabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah dan tentu dengan dasar asumsi-asumsi serta batasan tertentu.
Begitu juga theory of the firm.
Sehingga berdasarkan logika dasar kausalitas, asumsi-asumsi dan juga
analogikal/metafora-metafora kita dapat dibantu secara mudah memahami
fenomena yang ada, yaitu fenomena tentang keberadaan perusahaan, tingkah laku
perusahaan dan interaksi antar perusahaan dalam suatu industri.
Secara umum theory of the firm menggabungkan dua sisi yaitu economics dan
managerial. Dari sisi economics melihat bagaimana perusahaan berinteraksi di
pasar, sedangkan dari sisi managerial melihat bagaimana perusahaan dikembangkan
kemampuannya.
Terdapat beberapa theory of the firm yang mainstream dijadikan sebagai acuan yaitu
Agency Theory, Structural Contingency Theory, Resourced Dependency Theory,
Transactional Cost Theory, Institutionalism Theory, maupun Population Ecological
Theory, serta teori-teori lainnya.
Salah satu teori yang baru yang mencoba menjelaskan menjelaskan dan
memprediksi sifat perusahaan, perusahaan, atau korporasi, termasuk
keberadaannya, perilaku, struktur, dan hubungannya dengan pasar adalah
Population Ecology Theory. Teori ini mulai berkembang di akhir tahun 80-an.
Namun memang lebih dikenal sejak diajukan secara jelas sebagai teori oleh Hannan
dan Freeman melalui makalah yang dia tulis, The Population Ecology of
Organizations (1977)", yang kemudian diperkuat lagi di buku yang mereka tulis,
Organizational Ecology (1989).
Walaupun dalam beberapa literatur teori ini muncul lebih awal di akhir tahun 60-
an.Meskipun demikian, ada juga yang mengatakan bahwa Campbell (1969) dan
Weick (1969) adalah yang pertama memulai pembahasan ekologi populasi karena
mereka yang pertama mambahas sebuah konsep penting dalam teori Ekologi
Populasi: proses generik variasi (variation), seleksi (selection), dan retensi
(retention) dan aplikasinya dalam kehidupan organisasi.
Secara umum, teori yang menjelaskan tentang perusahaan ( theory of the firm )
terbagi dalam dua kelompok yaitu open system dan closed system. Teori yang
berbasis pada open system, melihat bahwa perkembangan organisasi dipengaruhi
oleh lingkungan secara signifikan. Teori-teori yan masuk dalam kategori ini
menekankan perlunya kesesuain organisasi dengan lingkungannya. Perubahan
lingkungan menjadi determinan perubahan organisasi. Teori yang termasuk dalam
open system ini adalah teori kontinjensi dan teori ekologi populasi.
Walaupun terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam mengartikan keseuaian
dengan lingkungan antara teori kontinjensi dan teori ekologi populasi. Dimana
keseuaian dengan lingkungan dilakukan adaptasi pada teori kontinjensi sedangkan
dalam teori ekologi populasi yang terjadi adalah terseleksi dengan kesesuaian
terhadap lingkungan. Dari sisi unit amatan, jika Teori Kontinjensi melihat per
individu organisasi, teori ini mengamati populasi dari semua organisasi
Teori Ekologi Populasi bukan sekedar perkembangan yang bersifat inkremental
dalam teori organisasi, melainkan sebuah paradigma baru dalam teori organisasi..
Para ahli ekologi populasi berpendapat bahwa adaptasi oleh sebuah organisasi
sangat terbatas dan seleksi merupakan proses penting dalam membentuk organisasi-
organisasi yang akan bertahan di pasar.
Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang Teori Ekologi Populasi baik dari sisi
historikal, konsep dasar teori, dan perbandingannya dengan teori-teori of the firm
lainnya. Sebagai bahan tambahan dalam tulisan ini adalah bagaimana analisis
industri 4.0 khususnya digital startup di lihat dari sudut pandang teori ekologi
populasi.

Perkembangan Teori Ekologi Populasi


Teori Ekologi Sosiologi
Selama empat puluh tahun terakhir, ekologi organisasi telah menggantikan ekologi
perkotaan sebagai bentuk teori ekologi yang paling umum dalam sosiologi. Turner
(2014) menjelaskan bahwa para siswa Amos Hawley yang merupakan penghubung
terakhir ke ekologi urban Chicago School mulai memperluas analisis ekologis ke
populasi organisasi yang mencari sumber daya di lingkungan mereka. Populasi
organisasi adalah sekumpulan organisasi yang mencari rangkaian sumber daya yang
sama dalam niche/ceruk sumber daya tertentu. Tujuan dari analisis ekologis
populasi organisasi adalah untuk memahami mengapa jumlah organisasi dalam
suatu ceruk tumbuh dan mengapa, di beberapa titik, banyak organisasi di ceruk
mulai gagal.
Pada awal 1850-an, Herbert Spencer melihat dunia sosial di mana "survival of the
fittest" adalah salah satu prinsip yang mengatur evolusi masyarakat. Spencer
mengenalkan hal tersebut sekitar sembilan tahun sebelum penerbitan Darwin's On
the Origins of Species, sebuah gagasan yang mendekati gagasan seleksi alam. Dalam
pandangan Spencer, evolusi masyarakat telah didorong oleh masyarakat yang lebih
besar, lebih produktif, dan lebih terorganisir untuk memenangkan perang atas
masyarakat yang lebih kecil, kurang produktif, dan terorganisir; masyarakat yang
lebih bugar akan selamat dari perang, dengan demikian, meningkatkan
kompleksitas masyarakat.
Sekitar dua puluh tahun kemudian, Emile Durkheim juga mengembangkan
pandangan ekologis masyarakat evolusi, tetapi dalam kasusnya, ia meminjam secara
eksplisit dari Darwin. Seperti halnya Darwin berpendapat bahwa spesiasi adalah
hasil seleksi alam terhadap varian bentuk kehidupan yang mendorong adaptasi,
maka spesialisasi (akar Latin yang sama dengan spesiasi) individu dan aktor kolektif
dalam suatu masyarakat didorong oleh proses seleksi. Ketika masyarakat menjadi
lebih padat secara materi dan terkonsentrasi di ruang tertentu, persaingan antar
individu dan unit sosial pun terjadi, dengan semakin banyak individu dan unit
korporasi yang bertahan dan semakin tidak cocok menemukan ceruk sumber daya
baru, dengan demikian, mengkhususkan diri dengan cara baru.

Figure 1 Model Awal Proses Ekologi Durkheim

Berawal dari model di atas, lalu perkembangan ilmu sosiologi mulai


mengembangkan model ekologi urban. Model ekologi yang menjelaskan bagaimana
masyarakat urban terseleksi oleh lingkungan. Lalu dari model ekologi urban tersebut
berkembang menjadi model ekologi organisasi.
Figure 2 Model Ekologi Organisasi

Inti dari model ekologi organisasi dimulai dengan jumlah organisasi dalam suatu
relung relatif terhadap tingkat sumber daya yang tersedia dalam relung ini. Ketika
jumlah organisasi dalam ceruk meningkat, ceruk menjadi lebih padat; dan dengan
meningkatnya kepadatan, persaingan di antara organisasi di ceruk juga meningkat.
Persaingan meningkatkan tingkat dan tingkat seleksi pada organisasi dalam
populasi, dan karena kompetisi dan seleksi meningkat, tingkat kegagalan organisasi
juga meningkat, sampai pada titik di mana kepadatan dalam ceruk menurun dan
dengan demikian memungkinkan organisasi yang ada di ceruk untuk bertahan hidup
, setidaknya untuk sementara waktu.

Teori Ekologi Populasi Hannan dan Freeman


Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Hannan dan Freeman melalui makalah
yang dia tulis, The Population Ecology of Organizations (1977)", yang kemudian
diperkuat lagi di buku yang mereka tulis, Organizational Ecology (1989).
Teori Ekologi Populasi berawal dari adanya pertanyaan "mengapa bentuk (populasi)
organisasi bermacam-macam?" dan "faktor apa yang mendorong variasi bentuk
tersebut?" Kata 'populasi' dalam Teori Ekologi Populasi biasanya merujuk pada
pasar atau sekelompok organisasi yang memiliki bentuk yang sama. Dunia organisasi
diisi oleh berbagai populasi organisasi yang masing-masing memiliki bentuk yang
berbeda-beda. Masing-masing populasi muncul karena lingkungan bisnis (pasar) di
mana organisasi tersebut hidup memiliki “ecological niche” yang bisa memberikan
sumber daya (resources) agar supaya populasi organisasi yang bisa beradaptasi
dengan niche lingkungan yang ada di situ bisa survive.
Dalam konteks ini kita bisa membayangkan lingkungan makro tidak lain adalah
kumpulan dari berbagai niche yang berbeda-beda (Hannan dan Freeman, 1989).
Adanya kaitan antara survavilitas dengan alam lingkungan di sini tidaklah
mengherankan karena teori ini memang diinspirasi oleh ilmu Biologi, khususnya
konsep 'seleksi' alamnya Charles Darwin.
Agar organisasi bisa memanfaatkan “ecological niche” tersebut, organisasi-organisasi
dalam suatu lingkungan akan berusaha meningkatkan kompetensi skill yang cocok.
Cara yang mereka lakukan misalnya dengan mengadopsi perilaku organisasi yang
efektif: teknologi produksi yang sesuai, training staf, mengubah perilaku dan budaya
organisasi, menerapkan sistem manajemen tertentu yang hanya sesuai dengar Niche
lingkungan tersebut. Organisasi yang bisa beradaptasi dengan lingkungan akan
terinstitusi (institutionalized), bisa bertahan (retained), dan bertambah banyak
(reproduced) yang akhirnya akan mendukung pertumbuhan mereka atau setidaknya
bertahan selama tidak ada perubahan drastis pada lingkungan (Donaldson, 2000).
Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa Teori Ekologi Populasi membahas
perubahan organisasi sebagai fungsi dari kekuatankekuatan lingkungan pada
populasi organisasi, khususnya pada proses pembentukan dan kegagalan organisasi.
Pandangan Ekologi Populasi tersebut menentang pendapat Teori Kontinjensi
Struktural yang menyatakan bahwa proses adaptasi dilakukan pada level individu
organisasi. Bagi Teori Ekologi Populasi adaptasi terjadi pada level populasi melalui
proses lahir (birth) dan mati (death). Oleh sebab itu proses adaptasi yang dijalankan
oleh organisasi sebetulnya lebih merupakan proses seleksi alam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Population Ecology Theory dibangun dengan
literatur yang isinya menggunakan bahasa tehnis tersendiri, dengan model
matematika dan prosedur statistikalnya pun khas. Hal ini membuat teori ekologi
populasi pada derajat tertentu berbeda dan tidak dapat dibandingkan dengan teori
organisasi yang lain. Teori ini berasumsi bahwa sumber daya pada lingkungan tidak
terdistribusi secara merata di pada relung/niche, oleh karenanya termanfaatkan atau
tidak termafaatkannya sumber daya, tergantung dari kemampuan sebuah organisasi
untuk memanfaatkannya atau tidak, hal ini merupakan indikasi berhasil atau
gagalnya organisasi.

Asumsi-asumsi Perspektif Ekologi-Populasi.


Ada beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam pembahasan-pembahasan Teori
Ekologi Populasi (Robbins,1990).
 Pertama, sebagaimana telah disebutkan, teori ini memusatkan kajiannya pada
kelompok atau populasi organisasi. bukan sebuah organisasi. Ini yang
membedakan teori ekologi populasi, dimana teori lain analisi
 Kedua, teori ini mendefinisikan efektivitas organisasi semata-mata sebagai
survival (mampu bertahan hidup)
 Ketiga, lingkungan sangat menentukan dan manajemen memiliki pengaruh
yang kecil terhadap kemampuan organisasi untuk bertahan hidup.
 Keempat, kapasitas (daya dukung/carrying capacity) lingkungan adalah
terbatas.
Untuk mengamati organisasi pada level populasi ada beberapa variabel yang lazim
ditemui dalam riset-riset yang memakai paradigma Teori Ekologi Populasi, misalnya
kepadatan populasi (population density), ukuran organisasi ataupun populasi (size),
dan tingkat kelahiran dan kematian. Teori ini menganggap adanya proses tiga tahap
yang bisa menjelaskan mengapa organisasi-organisasi yang beroperasi pada niche
lingkungan yang sama akhirnya memiliki dimensi struktural yang sama. Proses tiga
tahap tersebut adalah sebagai berikut: variasi -seleksi-retensi.
Menurut Robbins (1994), teori ekologi populasi mengasumsikan eksistensi dari
sebuah proses tiga tahap yang menjelaskan bagaimana organisasi yang beroperasi
pada ceruk lingkungan yang serupa akhirnya akan mendapatkan dimensi umum.
Proses tersebut mengingatkan kita bahwa kekuatan pengubah timbul dalam
lingkungan, bukan dari tindakan manajerial. Proses tiga tahap tersebut adalah
variasi, seleksi, retensi. Variasi adalah pengakuan akan adanya variasi pada dan
antara organisasi, seleksi adalah variasi yang paling sesuai dengan lingkungan
organisasi, dan retensi (retention) adalah proses yang menopang dan memproduksi
kembali variasi yang diseleksi secara positif.
Pada setiap populasi organisasi misalnya rumah makan fast foot, perusahaan kimia,
rumah sakit umum, dan perguruan tinggi swasta, akan terdapat variasi pada bentuk
organisasi. Ini dapat direncanakan atau merupakan variasi sembarang (random);
tetapi kunci utamanya adalah bahwa akan terdapat perbedaan. Tetapi beberapa
variasi akan lebih sesuai dengan lingkungan mereka daripada yang lain. Yang sesuai
akan bertahan hidup terus, sedangkan yang lain akan keluar dari kelompok dan
mati. Organisasi yang mempunyai bentuk yang cocok dengan lingkungannya telah
diseleksi secara positif dan akan hidup terus sedangkan yang lain akan gagal, atau
akan berubah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka. Hal ini akhirnya
akan menjurus pada mempertahankan variasi yang telah diseleksi secara positif.
Setelah beberapa waktu, bentuk organisasi yang diseleksi cenderung untuk
berkembang pada populasi yang mempunyai besaran yang sama untuk efisiensi,
tehnologi dan sistem kontrol.
Dengan mengikuti proses di atas, kita dapat mengharapkan untuk menemukan
praktrek orgaisasi dan karakteristik struktural yang umum dalam populasi umum.
Alasannya adalah bahwa organisasi yang berbeda kurang mampu untuk bersaing.
Tidak terdapat cukup sumber dalam tiap lingkungan untuk mendukung jumlah
organisasi yang tidak terbatas, dengan demikian terdapat seleksi alamiah yang
memproduksi kembali struktur organisasi yang paling sesuai dengan lingkungan
mereka. Setelah jangka waktu lama, tentunya variasi yang telah dipilih secara positif
sekalipun kemungkinan akan diseleksi keluar karena lingkungan berubah dan
karena perubahan itu, kumpulan variasi yang lain akan dipilih karena lebih disukai.
Selanjutnya Robbins (1994), menjelaskan bahwa setiap industri terdiri dari
kumpulan-kumpulan organisasi yang dapat dibagi menjadi populasi-populasi yang
mempunyai sumberdaya dan tehnologi yang sama. Tetapi ada keterbatasan jumlah
manusia, segmen pasar dan sumber daya lain yang tersedia di lingkungan.
Organisasi dapat dapat menetapkan satu ceruk bagi diri mereka sendiri, misalnya,
memberi penekanan pada biaya rendah, kualitas, lokasi yang nyaman, jumlah jam
kerja, dan sebagainya. Tetapi tetap ada persaingan, yang bisa bertahan hidup adalah
yang dapat menyesuaikan sumber daya internalnya dengan lingkungan mereka.
Ekologi populasi memberikan penjelasan tentang mengapa organisasi di masyarakat
umum cenderung mempunyai karakteristik struktur yang sama dan mengapa
beberapa jenis organisasi tertentu dapat melangsungkan hidupnya, sedangkan yang
lain mati. Teori ini dapat menjelaskan kenapa organisasi kecil seringkali gagal,
mengapa struktur divisi menjadi populer pada tahun 1960-an, dan mengapa struktur
organisi berkembang pada tahun 1980-an diantara perusahaan dengan tehnologi
tinggi. Mungkin yang terpenting dari semuanya, ekologi populasi dapat menjelaskan
timbul dan berkembang biaknya bentuk birokratik dan mengapa kebanyakan
organisasi saat ini pada umunya adalah birokrasi.
Ekologi populasi menurut Robbins (1994) juga mengatakan kepada kita bahwa
kelangsungan hidup organisasi secara mencolok dipengaruhi oleh kapasitas dan
stabilitas lingkungan organisasi tersebut. Apakah kapasitas lingkungan tersebut kaya
atau miskin?, makin kaya lingkungan, makin banyak pula organisasi yang bertahan
hidup. Pada pertengahan 1980-an, lingkungan industri peralatan pertanian lebih
miskin katimbang lingkungan para produsen pengolah kata (word processor). Selain
itu makin stabil suatu lingkungan, makin sukar pula organisasi baru masuk dan
bersaing. Lingkungan yang stabil dan pasti cenderung untuk mempertahankan
organisasi besar yang mempunyai pangsa pasar tinggi.

Konsep-konsep dalam Teori Ekologi Populasi.


Structural inertia.
Structural inertia adalah kecenderungan organisasi untuk mempertahankan struktur
internalnya apa pun yang terjadi pada faktor lain-Iainnya. Jadi, sebenarnya konsep
ini merujuk pada ketidakmampuan suatu organisasi untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Semakin kuat tekanan structural inertia, semakin rendah fleksibilitas
adaptif organisasi tersebut. Teori structural inertia menyatakan bahwa proses
perubahan akan menciptakan masalah reorganisasi internal dan legitimasi eksternal
(Hannan dan Freeman, 1984).
Liability of newness.
Liability of newness merujuk pada kenyataan bahwa risiko mati (bangkrut)
organisasi yang masih baru adalah tinggi dan risiko ini akan menurut sejalan dengan
bertambahnya usia perusahaan (Stinchcombe, 1965).
Liability of smallness.
Liability of smallness merujuk pada kecenderungan menurunnya tingkat kematian
(mortality rate) sejalan dengan semakin besarnya ukuran organisasi. Hal ini bisa
terjadi karena organisasi-organisasi besar umumnya memiliki akuntabilitas,
reliabilitas, dan legitimasi yang juga lebih besar.
Niche width theory.
Niche width theory menyatakan bahwa populasi organisasi menempati niche yang
sama dalam arti bahwa mereka tergantung pada sumber daya lingkungan yang
identik. Jika dua populasi organisasi menempati niche yang sama tapi berbeda
dalam hal karakteristik organisasi, maka populasi yang memiliki kecocokan yang
lebih kecil dengan karakteristik lingkungan akan dieliminasi.
Generalist population dan specialist population.
Terkait dengan niche width theory, Teori Ekologi Populasi menyatakan bahwa
generalist population tergantung pada rentangan niche yang lebar sumber daya
lingkungan. Keadaan ini akan memaksimal eksplorasi tetapi akan meningkatkan
risiko. Sebaliknya specialist population tergantung pada kondisi lingkungan yang
spesifik, atau rentangan niche yang sempit, dan hal tersebut akan memungkinkan
organisasi di dalamnya untuk makmur dari pemanfaatan niche khusus tersebut.
Perbedaan karakteristik keluasan rentangan niche ini akan berpengaruh pada
strategi organisasi yang ada di dalamnya.
Density dependence.
Density dependence menyatakan bahwa legitimasi dan kompetisi bergantung pada
tingkat kepadatan populasi. Pada waktu tingkat kepadatan rendah, proses legitimasi
mendominasi dan hal ini akan meningkatkan tingkat kelahiran dan menurunkan
tingkat kematian organisasi. Pada waktu tingkat kepadatan tinggi, kompetisi akan
mendominasi dan hal ini akan menurunkan tingkat kelahiran dan meningkatkan
tingkat kematian organisasi.
Strategi dalam Teori Ekologi Populasi
Walaupun pembahasan dalam teori ekologi populasi tidak menempatkan persaingan
ataupun kompetisi antar organisasi sebagai sentral pembahasan, strategi organisasi
tetap menjadi suatu bahasan utama. Strategi yang dimaksud disini tidak mengarah
pada strategi persaingan namun lebih mengarah pada strategi bertahan/survival.
Bagaimana organisasi mengeksploitasi karakteristik lingkungan agar dia bisa
bertahan (survive)? Menurut Teori Ekologi Populasi hal ini tergantung pada dari sisi
mana kita melihatnya. Ditinjau dari segi niche width maka ada dua opsi strategi yang
bisa dipilih:
(1) generalis, yang berarti beroperasi pada lebih dari satu niche, misalnya
lebih dari satu kelompok konsumen apabila niche lebih diarahkan pada satu
konsumen. Sehingga dalam strategi generalis produk lebih diarahkan bersifat
generik. Produk lebih menyasar pada market yang luas tidak spesifik. Atau
dari sisi lain perusahaan mampu bergerak dalam banyak pasar atau banyak
produk.
(2) spesialis, yang berarti beroperasi pada satu niche saja atau hanya menjual
barang dan jasa tertentu pada segmen market tertentu. Produk lebih
diarahkan terdiferensiasi untuk memenuhi satu segment tertentu. Atau di lain
sisi perusahaan mampu menguasai produk spesifik untuk memenuhi seluruh
segmen.
Biasanya spesialis akan mengalahkan generalis pada area pasar yang sempit di mana
di situ terjadi tumpang-tindih niche, karena dalam situasi demikian spesialis lebih
efisien. Walaupun demikian di sisi lain generalis memiliki kekuatan cadangan
(buffer) yang bisa digunakan untuk menghadapi ketidakpastian manakala terjadi
perubahan lingkungan.
Teori Ekologi Populasi juga mengamati tipe strategi menurut umur perusahaan di
dalam siklus industri saat organisasi tersebut beroperasi. Dalam hal ini pun strategi
terbagi menjadi dua, yaitu r-strategy, yang merupakan strategi untuk memasuki
suatu lingkungan pada tahap awal siklusnya, dan K-strategy, yang merupakan
strategi untuk memasuki suatu lingkungan belakangan setelah organisasi lain
menguji lingkungan tersebut.
 r-Strategy adalah strategi yang dipilih organisasi untuk memulai awal siklus
hidupnya dengan memasuki suatu lingkungan yang baru. Dalam kondisi ini
lingkungan yang dihadapi cenderung memiliki ketidakpastian/uncertain yang
tinggi yang mana juga akan meningkatkan tingkat resiko organisasi. Dalam
kondisi tersebut tingkat kegagalan cenderung tinggi. Di sisi lain populasi
masih sangat jauh dibawah kapasitas, sehingga memberikan ruang
pertumbuhan yang cukup luas. Maka pilihan strategi adalah mengutamakan
pertumbuhan yang tinggi dan berani mengambil resiko bisnis. Biasanya
organisasi cenderung fokus pada single produk dengan strategi inovasi dan
fokus pada produktivitas.
 k-Strategy adalah strategi yang dipilih organisasi untuk memasuki masa awal
siklus hidupnya pada lingkungan yang telah teruji oleh organisasi yang lain.
Sehingga kondisi lingkung lebih cenderung stabil dengan resiko yang lebih
rendah maka organisasi cenderung hati-hati mengambil tindakan yang
beresiko, cenderung memikirkan investasi jangka panjang mengutamakan
konsistensi internal dan mendukung hubungan jangka panjang.
Spesialis Generalis
(beroperasi pada (beroperasi pada
satu niche) beberapa niche)

r-Strategy r-Spesialis r-Generalis


K-Strategy K-Spesialis K-Generalis
pada umumnya akan r-specialist menuju k-generalist
Populasi tingkat kelahiran (birth rate) organisasi baru pada awal siklus (life-cycle)
lingkungan adalah tinggi, sedangkan tingkat kelahiran pada tingkat industri mature
cenderung mengecil. Jelas di sini bahwa tingkat kelahiran organisasi baru, yang
terjadi karena seorang wiraswastawan mendirikan organisasi baru setelah melihat
kesempatan yang diberikan oleh lingkungan, adalah fungsi waktu. Pada tahap awal
siklus industri tingkat kelahiran bisa tinggi karena masih tersedia sumber daya
dalam jumlah yang besar.

Teori Ekologi Populasi dibandingkan dengan Teori-Teori Lain


Bagi para peneliti teori organisasi, kontribusi ekologi populasi termasuk
mempertanyakan metode penilitian tradisional. Peneliti teori organisasi secara
tradisional melihat hubungan struktural yang berbeda dan mencoba
menghubungkan dengan tingkat keefektifan organisasi yang berbeda-beda. Para ahli
ekologi organisasi benar ketika mengatakan bahwa penilitian yang demikian adalah
terbias (biased). Penilitian itu tidak mensurvey semua organisasi, hanya organisasi
yang dapat bertahan hidup. Organisasi yang benar-benar tidak efektif tidak diakaji
karena mati terlalu cepat. Dengan demikian nilai dari penilitian tentang teori
organisasi akan lebih baik jika para peneliti meninjau organisasi yang gagal maupun
yang berhasil.
Ekologi populasi mungkin tidak akan diterima sebagai teori utama, paling tidak di
kalangan siswa manajemen dan bisnis, karena teori ekologi populasi berlawanan
dengan doktrin atribusi rasional. Hasil yang bersifat acak (random) yang mungkin
disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan, tidak dapat perdefinisi dikelola
(manage). Pandangan yang mengatakan bahwa keberhasilan organisasi adalah
peristiwa kebetulan, kemungkinan besar tidak akan diterima secara umum pada
sekolah bisnis dan manajemen yang kelangsungan hidupnya didasarkan atas
pandangan profesional para manajer.
Untuk itu perlu dilakukan beberap perbandingan sebagai berikut :
Dimensi Perbandingan Teori
Bersumber pada artikel “Central Perspectives and Debat in Organizational Theory”
Van de Ven dan astley (1983) bahwa dari sisi perspeftif terdapat dua dimensi yang
memisahkan paradigma teori dalam organisasi yaitu level analisis organisiasi dan
pandangan deterministik-voluntarisme dalam aktivitas organisasi.
Dimana ekologi populasi menempati titik ektrim kiri atas baik dari level analisis
pada populasi dan cara pandang deterministik.
Apabila dihubungkan dengan teori lainnya lebih mendalam maka dapat dilihat
sebagai berikut :
Isu Resource Dependency Transaction Cost Population Ecological

Eksistensi dan Memaksimalkan organizational Memaksimalkan Organizational survival


tujuan power organizational efficiency
perusahaan

Mekanisme Koalisi dalam memperoleh Memediasi antar pihak dalah Organizational form
mencapai tujuan resources transaksi ekonomi

Asumsi yang  Organisasi adalah  Mempelajari  Populasi dari


digunakan kumpulan dari koalisi bagaimana transaksi organisasi sebagai
antar pihak terjadi. batasan dan
 Lingkungan terdiri atas amatan.
sumberdaya yang  Mengidentifikasi
langka dan uncertain bagaimana alternatif  Mekanisme
meknisme governance seleksi terjadi
 Organisasi memperoleh pada populasi
power dari mengontrol  Menilai karakteristik
sumber daya sehingga transaksi  Perusahaan
juga dapat mengontrol bersifat pasif , dan
pihak lain yang  Mencari paling manajemen
membutuhkan rendah dari biaya memiliki peran
Isu Resource Dependency Transaction Cost Population Ecological

sumberdaya tersebut transaksi yang minim.

Ekologi Populasi vs Teori Kontinjensi.


Sampai dengan hari ini tidak sedikit para ahli teori organisasi yang tertarik untuk
mengamati kecocokan antara struktur dengan lingkungan. Dalam pola pikiran ahli
teori kontinjensi kecocokan tersebut dicapai melalui tahapan proses adaptasi
internal sebagai berikut: sifat lingkungan strategi yang harus dipiiih , struktur
organisasi yang harus dijalankan. Tahapan tersebut juga jelas dalam tahapan
penentuan strategi menurut madzabnya Michael Porter, atau madzab ‘competitive
advantage’. Dalam madzab porter penentuan strategi yang tepat akan diawali dengan
analisis lingkungan intern dan extern yang kemudian akan diringkas dalam bentuk
fitur SWOT. Berdasarkan SWOT yang ada kemudian dipilih strategi yang sesuai.”
Konsep 'adaptasi' sebagaimana dikemukakan oleh teori kontinjensi tersebut juga
sesuai dengan hasil beberapa riset empiris seperti Chandler (1962) yang menemukan
bahwa struktur haruslah mengikuti strategi yang dijalankan.
Walaupun sama-sama membahas kemampuan organisasi bertahan (survival), Teori
Ekologi Populasi tidak memiliki kaitan dengan teori kontinjensi dan sebetulnya
malah berseberangan. Teori Ekologi Populasi berpendapat bahwa agar bisa bertahan
organisasi harus melakukan 'adaptasi', namun adaptasi tersebut terjadi pada level
populasi dan terjadi dalam bentuk kelahiran (birth) dan kematian (death). Bukan
penyesuaian internal masing-masing individu organisasi.
Hannan dan Freeman (1989) setuju bahwa organisasi memang berubah. Namun,
biasanya terjadi maladaptation karena tingkat perubahan organisasi lebih lambat
dari tingkat perubahan lingkungan. Mengapa hal itu terjadi? Karena ada inertial
forces yang sebagian berupa resistensi internal yang menyebabkan organisasi tidak
bisa merespons ancaman dan kesempatan yang muncul dari lingkungan.
Kendati demikian, hasil riset empiris tidak selalu konsisten dengn pandangan Teori
Ekoiogi Populasi tersebut. Dalam kenyataannh perusahaan melakukan adaptasi
dalam bentuk, misalnya, perubahan struktur organisasi. Misalnya, sebagaimana
dijelaskan oleh Burn daStalker (1961), perusahaan yang memiliki kebutuhan besar
umu, berinovasi cenderung memilih struktur organik. Hal ini sesuai denga.
pandangan Teori Kontinjensi. Sayangnya, penjelasan mengenai konsep adaptasi
dalam Teori Kontinjensi tersebut hanya bisa digunakan untuk menjelaskan
perubahan-perubahan pada organisasi-organisasi yang sudah ada.
Teori kontinjensi tidak bisa menjelaskan perubahan melalui proses kelahiran (dan
kematian) organisasi-organisasi baru yang muncul serta pra-kondisi yang diperlukan
untuk melahirkannya. Oleh sebab itu, mungkin lebih tepatjika dikatakan bahwa
hubungan antara kedua teori tersebut bersifat komplemen (saling melengkapi) dan
bahwa keduanya diperlukan untuk menjelaskan fenomena yang tidak sama.
Ekologi Populasi vs Teori Keagenan.
Kajian dalam teori keagenan memusatkan pada masalah tata kelola (governance)
organisasi“, khususnya mengenai dampak negatif dari memburuknya tata kelola
yang terjadi karena pertentangan kepentingan antara agen dan prinsipal . Sama
halnya dengan Teori Kontinjensi yang diuraikan sebelumnya, Teori Keagenan
memusatkan analisisnya pada level individu organisasi. Untuk menghubungkan
Teori Ekologi Populasi dengan Teori Keagenan diperlukan titik temu dalam hal unit
kajian.
Sejauh manakah kita bisa menandai kepunahan ataupun kelahiran jenis organisasi
baru berdasarkan tatakelolanya, khususnya yang berdasarkan corak pertentangan
antara agen dengan prinsipal? Walaupun ini pertanyaan yang cukup menarik, saat
ini belum banyak bukti empiris untuk menjawabnya.
Selain masalah unit amatan, kedua teorijuga berbeda dari sudut asal usul. Teori
Ekologi Populasi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, berasal dari ilmu
Sosiologi dan Biologi, sedangkan Teori Keagenan berasal dari ilmu Ekonomi. Dari
segi sejarah Teori Keagenan berasal dari karya-karya Ronald H. Coase (tahun 1911
dan 1937) yang banyak membahas mengenai biaya transaksi (transaction cost
economic) dan Oliver E. Wiliamson (tahun 1967-an) mengenai perilaku manajer,
pasar, dan hierarki.
Berangkat dari perbedaan asal-usul keduanya juga menjadi berbeda pandangan
dalam mengamati sebuah fenomena, misalnya mengapa lahir organisasi, Bagi
pendukung teori keagenan, suatu organisasi akan muncul bilamana biaya (transaksi)
penyelenggaraan suatu kegiatan akan lebih murah jika dilakukan dalam organisasi
dibandingkan jika dikelola oleh masing-masing individu secara terpisah?
Sementara itu dari sudut Teori Ekologi Populasi kemunculan populasi organisasi
baru terjadi karena adanya ecological niche yang memberi banyak sumber daya.
Mereka yang berjiwa wirausahawanlah (entrepreneur) yang kemudian menangkap
peluang ini dengan mendirikan usaha (organisasi). Struktur masing-masing
organisasi baru tersebut mula-mula sangat bervariasi sampai kemudian alam
melakui; seleksi di mana organisasi dengan strukturyang kurang efisien danefe;
kemudian akan tersingkir atau punah. Tampak jelas di sini bukanlahh; yang mudah
untuk mengintegrasikan kedua teori tersebut.

Kelemahan Teori Ekologi Populasi


Kritik teori ekologi populasi dilakukan oleh Donaldson (1985), Scott (1992),
Woodward (1965), Pugh (1965), Child (1972), Perrow (1979), Simon (1965), Blau
(1964,1970,1972), Donaldson (1995). Donaldson (1995), melihat ada bagian yang
terbatas dalam mengunakan model biologis untuk menjelaskan struktur dan
perubahan organisasi, teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana
sebuah organisasi tumbuh. Ekologi populasi bukanlah teori umum untuk
menjelaskan mengapa dan bagaimana organisasi dapat melangsugkan hidup.
Teori populasi ekologi menggunakan teori biologi khususnya teori Darwin tentang
seleksi alam sebagai dasar penjelasan dan sumber analogi, akan tetapi organisasi
terlihat tidak dapat dikendalikan dengan aturan biologi, misalkan penciptaan
kehidupan organisme yang menentukan lahirnya seorang anak adalah gen bawaan
tidaklah dapat untuk diadopsi pemahaman demikian pada penjelasan struktur
organisasi karena perusahaan sebenarnya dapat memulai (lahir) secara independen,
atau mencipta tanpa perlu terlibat dalam sebuah konglomerasi. Dengan demikian
organisasi tidak secara tepat dibahas dengan penjelasan suksesnya sebuah organisasi
yang tercipta karena organisasi memiliki keturunan yang baik.
Inkonsistensi teori ini juga dilihat oleh Donaldson (1995) dalam hal penjelasan
Darwin tentang subyek biologi adalah lahir dan mati, sementara organisasi dapat
digabungkan menjadi satu dan tidak mati. Jika organisasi kecil dapat tumbuh
menjadi besar atau menjadi besar sebagai hasil merger dua perusahaan. Hannan dan
Freeman (1977) menyatakan bahwa seleksi alam akan mengeluarkan organisasi kecil
tetapi kemudian akan lahir organisasi besar. Donaldson (1995) tidak melihat hal ini
terjadi terjadi dalam realitas organisasi.
Dengan memusatkan analisis pada level populasi Teori Ekologi Populasi
menyulitkan penggunaannya untuk menjelaskan perilaku sebuah organisasi. Oleh
sebab itu, kemampuan eksplanatoris teori tersebut menjadi terbatas dan bagi
manajer yang menjalankan praktk bisnis teori tersebut kurang bermanfaat. Hannan
dan Freeman (1939) tidak menawarkan solusi yang sifatnya intra-organizational dan
hal ini semakin menyulitkan manajer untuk memastikan variabel manakah yang
harus dikendalikan agar kinerja organisasi menjadi baik. Beberapa peneliti
mengkritik pandangan Hannan dan Freeman tersebut. Dua di antara pengkritik
tersebut adalah Petersen dan Koput (1991) yang menyatakan bahwa penurunan
mortalitas organisasi pada awal siklus industri bukan karena faktor eksternal tapi
sering karena faktor atau variabel internal organisasi.
Sebagai teori yang pada mulanya menggabungkan penjelasan dari ilmu Biologi dan
Sosiologi pada kematian dan kelahiran kelompok organisasi, teori ekologi populasi
cenderung bersifat ex-post(posteriori) dan bukannya ex-ante (priori). Maksudnya
adalah bahwa teori ini kebanyakan digunakan untuk menjelaskan kejadian kelompok
organisasi yang sudah mati atau lahir. Dengan kata lain memberi penjelasan atas
sesuatu yang sudah lewat atau bersifat historis.
Young (1988) dalam artikel “Is Population Ecology a Useful Paradigm for the Study
of Organizations?” bahkan mengkritisi lebih dalam teori ekologi populasi ini. Sebagai
teori yang diturunkan atau dianalogikan dari teori biologi, teori ekologi populasi
organisasi justru keluar jalur berbeda jauh dari teori yang diturunkan. Banyak
konsep dan mekanisme dalam teori ekologi populasi biologi yang tidak dapat
diturunkan dalam teori ekologi populasi organisasi. Tidaklah bisa dipungkiri adanya
pengaruh ilmu Biologi, khususnya aliran Darwinisme, dalam Teori Ekologi Populasi.
Hal itu terlihat dari beberapa istilah ataupun pendekatan yang diambil dari ilmu
Biologi, misalnya ekologi populasi, lingkungan, kepadatan penduduk, seleksi alam,
dan model dinamika populasi biologi. Kendati demikian, perlu diketahui bahwa
pengaruh ilmu Biologi tersebut mula-mula pada anahsis sosiologis yang merupakan
'asalnya' Teori Ekologi Populasi. Perkembangan berikutnya Hannan dan Freeman
kemudian mengambil jarak dengan Darwinisme. Buku mereka yang berikutnya
diberi judul Organizational Ecology, bukan lagi Population Ecology. Hal ini
menunjukkan upaya Hannan dan Freeman untuk menjadi lebih dekat pada ilmu
sosiologi.
Young (1988) mengatakan bahwa meskipun tema utama dari Biologi dgunakan
dalam Teori Ekologi Populasi, pandangan Hannan dan Freeman banyak mengambil
dari ilmu Sosiologi. Tema utama dari ilmu Biologi yang dimaksud adalah bahwa
seleksi adalah lebih penting de-adaptasi dan seleksi telah lama diabaikan dalam
kajian organisasi. Dalam kenyataannya beberapa konsep penting dalam ilmu Biologi
Darwinisme seperti reproduksi biologis, mutasi random, genetic inheritance, dan
organisme diskrit tidaklah mudah untuk dicari padanannya dalam kehidupan
organisasi. Misalnya mengenai konsep organisme diskrit yang dilahirkan dan akan
mati dalam konsep seleksi alamnya Darwin. Dalam kenyataannya organisasi tidak
perlu mati benar karena bisa diakuisisi“ atau merger dan bertahan dalam wujud
organisasi 'baru'. Sebaliknya, organisme wanita mungkin memiliki anak yang
merupakan organisme yang betul-betul baru (organisme yang terpisah dari ibunya),
namun pemisahan sebuah divisi oleh induk perusahaan biasanya tidak betuI-betul
terpisah melainkan masih menjadi milik (bagian) induk perusahaan. Organisasi
mungkin melaku-kan spin-off atau divestasi sebagian dari asetnya, tapi organisme
hidup tidak melakukan pelepasan organ-organ penting seperti kepala,jantung, atau
paru-paru.
Kritik lain adalah kaitannya dengan Kompetisi. Kompetisi sangat penting bagi teori.
Namun Hannan dan Freeman belum menawarkan tes tunggal atau bukti apa pun
bahwa persaingan untuk sumber daya tersebut terjadi atau menjelaskan
kelangsungan hidup spesies organisasi. Selain itu, disiplin ilmu ekonomi juga
memberikan tempat sentral untuk kompetisi antar organisasi dalam teorinya.
Daftar Referensi
Astley, W.G. & Van de ven, A. 1983. Central perspectives and debates in organization theory.
Administrative Science Quarterly, 28: 245-273.
Aldrich, H. E., & Wiedenmayer, G. 1993. From traits to rates: An ecological perspective
organizational foundings. In J. Katz & R. Brockhaus (Eds.). Advances in entrepreneurship,
firm emergence and growth, vol. 1: 145-195. JAI Press: Greenwich, CT.
Amburgey, T. L., Dacin, T., & Kelly, D. 1994. Disruptive selection and population
Interpopulation competition as a segregation process. In J. A. C. Baum & J. V. Evolutionary
dynamics of organizations: 240-245. New York: Oxford
Bacharach, S. B. 1989. Organization theory: Some criteria for evaluation. Academy of
Management Review, 14: 496-515.
Carroll, G. R. 1984. Organizational ecology. In R. H. Turner & J. F. Short, Jr. (Eds.), Annual
review of sociology, vol. 10: 71-93. Palo Alto, CA: Annual Reviews.
Carroll, G. R. 1985. Concentration and specialization: Dynamics of niche width in
populations of organizations. American Journal of Sociology, 90: 1262-1283.
Carroll, G. R. 1988. Ecological models of organizations. Cambridge, MA: Ballinger.
Carroll, G. R., & Hannan, M. T. 1989. On using institutional theory in studying
organizational populations: Reply to Zucker. American Sociological Review, 54: 545-548.
Gudono,2017.Teori Organisasi.Penerbit Andi dan BPFE.Yogyakarta
Hannan, M. T. 1980. The Ecology of National Labor Unions: Theory andResearch Design,
Tech. Rep. No. 1. Org. Stud. Sect., Inst. Math. Stud. Soc. Sci., Stanford Univ.,Calif.
Hannan, M. T., Freeman, J. 1977. The population ecology of organizations. Am. J. Sociol.
82:929-64
Hannan, M. T., Freeman, J. 1978. Internal politics of growth and decline. In Environments
and Organizations, ed. M. Meyer, pp. 177-99. San Francisco: Jossey-Bass
Hannan, M. T., Freeman, J. 1983. Structural inertia and organizational change, Tech. Rep.
No. 5, Organ. Stud. Sect., Inst. Math.
Ulrich, D., & Barney, J. B. 1984. Perspectives in organizations: Resource dependence,
efficiency, and population. Academy of Management Review, 9: 471-481.
Levins, R. 1968. Evolution in Changing Environments. Princeton, NJ: Princeton Univ. Press

Anda mungkin juga menyukai