Disusun Oleh :
M0216049
AGUSTUS 2019
LAPORAN
KEGIATAN MAGANG MAHASISWA
Disusun Oleh :
M0216049
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala rahmat,
taufik, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) ini. Penulis mengucapkan
terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
dalam proses pembuatan laporan KMM ini, yaitu:
1. Kedua orang tua, keluarga, dan kerabat yang senantiasa memberikan doa
dan dukungan serta inspirasi kepada penulis.
2. Bapak Edy Slameto, ST., MT. M.Sc. selaku kepala Bidang Sumber Daya
Minyak dan Gas Bumi.
3. Bapak Dr. Andy Setyo Wibowo, S.T., M.T. selaku pembimbing lapangan
dari Eksplorasi Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi PSG.
4. Bapak Darsono S.Si., M.Si. selaku pembimbing KMM yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat melaksanakan KMM
dengan lancar.
5. Para staf PSG bidang MIGAS yang telah membantu dalam pelaksanaan
Kerja Praktek.
6. Teman-teman Kerja Praktek yang telah membantu selama proses
pembelajaran dan penyusunan laporan KMM ini.
Penulis menyadari bahwa laporan KMM ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mohon kritik serta saran yang membangun untuk menjadi
lebih baik lagi. Demikian laporan KMM ini penulis buat sebagai pedoman dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2.3.2. Gelombang Permukaan (Surface Wave) ....................................... 10
a) Gelombang Rayleigh ....................................................................... 10
b) Gelombang Love ............................................................................. 11
2.2.4 Seismik Refleksi .................................................................................. 11
2.2.5 Well Logging ........................................................................................ 11
2.2.5.1. Log Spontaneous Potensial (SP) .............................................. 12
2.2.5.2. Log Resistivity.......................................................................... 12
2.2.5.3. Log Radioaktif ......................................................................... 13
2.2.5.4. Log Gamma Ray ...................................................................... 13
2.2.5.5. Log Densitas ............................................................................ 14
2.2.5.6. Log Neutron ............................................................................. 14
2.2.5.7. Log Akustik ............................................................................. 15
2.2.5.8. Log Caliper .............................................................................. 16
2.2.6 Atribut Seismik .................................................................................... 16
2.2.7 Impedansi Akustik (IA) ........................................................................ 17
2.2.8 Well Seismic Tie ............................................................................. 17
METODE PELAKSANAAN................................................................................ 18
3.1. Tempat dan Waktu KMM .......................................................................... 18
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................... 19
3.3. Bagan Pengolahan Data Seismik ................................................................ 19
3.4.1 Pembuatan database ........................................................................ 20
3.4.2 Pembuatan Well log database ......................................................... 20
3.4.3 Input Data ........................................................................................ 21
3.4.4 Input Data Sumur ............................................................................ 22
3.4.4.1. Data Log .................................................................................. 22
3.4.4.2. Data Marker ............................................................................. 23
3.4.5 Input Data Seismik .......................................................................... 23
3.4.6 Convert Time to Depth.................................................................... 24
3.4.7 Plot data sumur ke data seismik ...................................................... 25
3.4.8 Picking Horizon .............................................................................. 26
3.4.9 Build Model .................................................................................... 27
3.4.10 Model Trace .................................................................................... 28
v
3.4.11 Tampilan E-log................................................................................ 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 30
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 34
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 34
5.2 Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.1 Tampilan Data Sumur terikat Data Seismik............................ 32
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
sementara IA dapat menggambarkan lapisan itu sendiri. Sehingga inversi
impedansi akustik sangat bagus untuk digunakan dalam interpretasi
sebaran reservoar hidrokarbon.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
penemuan lajur anomali gaya berat free air negatif, dan penemuan fosil
hominid oleh ilmuwan Belanda sekitar tahun 1850.
Pada tahun 1946, Direktorat Geologi memulai program
pemetaan geologi sistematik, eksplorasi mineral logam dan mineral
industri, survei hidrogeologi dan geologi teknik, penyelidikan dan
pemantauan gunung api. Pemetaan gaya berat sistematik dimulai
padatahun 1964.
Sejak tahun 1979 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
mulai merangkum berbagai hasil kegiatan yang telah dilakukan
sebelumnya menjadi paket-paket data dan informasi kebumian berupa
peta-peta geologi digital, serta paket data geologi Irian Jaya (Papua) dan
Kalimantan. Kegiatan litbang kebumian dimulai dengan penajaman
pada pencarian sumber-sumber baru energi dan mineral, serta aspek
lingkungan dan kebencanaan. Hasil-hasil litbang yang berupa data dan
informasi tentang potensi kebumian itu disebarluaskan kepada para
pemangku kepentingan (stakeholder), kalangan industri dan masyarakat
luas.
1) Visi
Visi dari Pusat Survei Geologi adalah Geologi untuk perlindungan
dan kesejahteraan masyarakat
2) Misi
Misi dari Pusat Survei Geologi antara lain sebagai berikut:
1. Mempromosikan geologi untuk kepentingan perencanaan dan
penataan wilayah
2. Mengungkap potensi geo-resources (sumber daya geologi):
migas, panas bumi, batubara, mineral dan air tanah serta potensi
geologi lainnya
3. Mengungkap potensi bencana geologi bagi kepentingan
perlindungan manusia dan potensi ekonomi
4
Mendorong penerapan geo-sciences bagi kepentingan
konservasi georesources dan potensi geologi lainnya serta
perlindungan lingkungan
3) Tugas
Tugas dari Pusat Survei Geologi adalah Melaksanakan penelitian
dan pelayanan di bidang geologi.
4) Fungsi
1. Perumusan kebijakan di bidang geologi
2. Perumusan rencana dan program penelitian dan pelayanan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan penelitian dan pelayanan;
4. Pelayanan survei geologi, serta penelitian dan pelayanan di
bidang sumber daya geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana
geologi, dan geologi lingkungan;
5. Pemberian rekomendasi serta penyajian informasi hasil survei,
penelitian dan pelayanan;
6. Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pelayanan bidang geologi;
7. Pelaksanaan urusan administrasi Badan Geologi.
5
Negara/Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Pemerintah Propinsi, Pemko, Pemkab serta lembaga-lembaga
pemerintahan yg menjalankan fungsi pemerintahan dengan
menggunakan APBN dan APBD.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral secara penuh
memegang 4 Direktorat, yaitu Direktorat Jenderal Minyak dan Gas
Bumi, Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Direktorat
Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi dan Direktorat Jenderal
Badan Geologi.
Direktorat Jenderal Badan Geologi memiliki 5 Divisi yang
bergerak dibawahnya, diantaranya Sekretariat Badan Geologi, Pusat
Sumber Daya Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
BencanaGeologi dan Pusat Survei Geologi. Setiap Divisi memiliki
tugas, pelayanan, visi, misi yang berbeda.Dan dalam melaksanakan
tugasnya satu divisi dengan yang lainnya tentu saling membutuhkan.
Tidak hanya data yang diperlukan tetapi laporan antar divisi juga sangat
dibutuhkan oleh satu sama lain..
6
Selain hal tersebut variabel lain yang dapat dimanfaatkan adalah
frekuensi, amplitudo, dan fasa gelombang. Penyelidikan seismik
dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu sumber getar.
Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah permukaan
sebagai gelombang getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-
lapisan batuan akan mengalami pemantulan, pembiasan, dan
penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang akan
berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas,
porositas, umur batuan, kepadatan, dan kedalaman batuan. Gelombang
yang dipantulkan akan ditangkap oleh geopon di permukaan dan
diteruskan ke instrumen untuk direkam. Hasil rekaman akan
mendapatkan penampang seismik (Munadi, 2000).
7
Gambar 2.1. Sketsa Hukum Snellius
8
Gambar 2.3. Sketsa Asas Fermat
9
b) Gelombang Sekunder (S Wave)
Gelombang Sekunder merupakan gelombang transversal
yang memiliki arah getar tegaklurus dengan arah rambatnya.
Gelombang sekunder memiliki kecepatan dibawah
gelombang primer yakni ± 4-7 km/detik. Gelombang ini tidak
dapat merambat pada medium cair.
a) Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh memiliki arah pergerakan partikel
berputar menyerupai ellips. Gelombang ini dihasilkan oleh
gelombang P dan gelombang S yang berinteraksi pada
permukaan bebas dan merambat sejajar dengan permukaan
tersebut.
10
b) Gelombang Love
Gelombang love merupakan gelombang transversal yang
merambat di permukaan bumi. Gelombang love memiliki
getaran secara lateral (mendatar).
11
sumur atau lubang bor untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri
batuan di bawah permukaan (Schlumberger, 1958).
12
dan matrik tidak konduktif, maka kemampuan batuan untuk
menghantarkan arus listrik tergantung pada fluida dan pori.
13
(Vsh), kandungan lempung, evaluasi mineral bijih yang
radioaktif, dan korelasi antar sumur.
14
listrik bersifat netral yang mempunyai massa hampir sama
dengan atom hidrogen. Partikel-partikel neutron memancar
dan menembus formasi sehingga akan bertumbukan dengan
material formasi, akibat dari tumbukan tersebut neutron
akan kehilangan energi. Energi yang hilang saat
berbenturan dengan atom di dalam formasi batuan disebut
sebagai porositas formasi. Hilangnya energi terbesar akan
terjadi bila neutron bertumbukan dengan sesuatu yang
mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya atom
hidrogen.
15
2.2.5.8. Log Caliper
Log Caliper adalah kurva yang digunakan sebagai indikator
untuk mengetahui adanya swelling di rongga atau di lapisan
shale yang akan berdampak pada hasil pengukuran alat.
Selain untuk mengetahui kondisi lubang bor, log caliper
juga dapat merefleksikan lapisan permeable dan lapisan
yang impermeable (Harsono, 1997). Pada lapisan yang
permeable ukuran diameter lubang bor akan semakin kecil
karena terbentukya kerak lumpur (mud cake) pada dinding
lubang bor Sedangkan pada lapisan impermeable ukuran
diameter lubang bor akan bertambah besar karena ada
dinding yang runtuh (vug).
16
2.2.7 Impedansi Akustik (IA)
Impedansi akustik (IA) adalah sifat batuan yang dipengaruhi
oleh jenis litologi, porositas, kandungan fluida, kedalaman tekanan dan
temperatur. IA dapat digunakan sebagai indikator litologi, porositas,
hidrokkarbon, pemetaan litologi, pemetaan saluran aliran sampai
dengan alat kuantifikaasi karakter reservoar. Impedansi Akustik
dirumuskan dengan:
IA = ρ.v ...............(2.1)
Dengan:
IA = Impedansi akustik
ρ = Densitas batuan (g/cc)
v = Kecepatan gelombang seismik (m/s)
Impedansi akustik sebagai hasil inversi akan melihat obyek
bawah permukaan tersebut sebagai lapisannya sendiri. Oleh karena itu
maka tampilan IA akan lebih mendekati dunia rill dan lebih mudah
dipahami. Harga kontras IA dapat diperkirakan dari amplitudo
refleksinya, semakin besar amplitudonya semakin besar refleksi dan
kontras IA-nya. (Sukmono dan Abdullah, 2001).
17
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu KMM
3. Studi Literatur
4.
Instalasi dan
Belajar Software
Hampson Russel
5. Input Data
6.
Pengolahan Data
7. Pembuatan
Laporan
8. Akusisi Data
Gravity
9.
Geoseminar PSG
10. Pengumpulan
Laporan
Gambar 3.1 Jadwal Harian Kegiatan Magang Mahasiswa
18
3.2. Alat dan Bahan
Start
Well Strata
Well Seismic
Tie
Picking Horizon
Build Model
P-impedance
Inversion
Model Trace
End
19
3.4. Langkah Kerja Processing Data
20
Gambar 3.3. Tampilan Well Log Database
21
3.4.4 Input Data Sumur
Data Sumur yang dimasukkan dalam proses input data sumur
berupa data log dan data marker.
22
3.4.4.2. Data Marker
Tahap data marker memberikan informasi batasan antar
litologi pada formasi batuan. Input data marker disini
berfungsi sebagai penanda kemenerusan lapisan pada saat
melakukan picking horizon nantinya. Data marker dibuat
berdasarkan umur lapisan disuatu tempat. Pada pengolahan
kali ini input data marker dilakukan secara manual.
23
Gambar 3.8. Tampilan Input Seismik
24
3.4.7 Plot data sumur ke data seismik
plot data sumur ke data seismik merupakan pengikatan antara data seismik
dengan data sumur. Karena data sumur dan data seismik sudah memiliki domain
(parameter) yang sama maka dapat langusng dilakukan proses pengikatan data
sumur dan data seismik. Pada pengolahan ini letak sumur diatur sesuai koordinat
(UTM) yang telah ada, kemudian akan diketahui letak sumur pada data seismik.
25
Gambar 3.11. Tampilan Seismik Amplitude
26
3.4.9 Build Model
Build model merupakan penyebaran nilai Impedansi akustik pada seismik
sebagai parameter fisis suatu batuan. Nilai ini didapatkan dari kurva kecepatan
batuan (P-Wave) yang dikalikan dengan nilai densitas yang berasal dari sumur,
kemudian diterapkan ke seluruh seismik. Warna pada build model mengartikan
besarnya nilai impedansi akustik. Pada kasus ini, khusunya daerah sumur terdapat
beberapa warna yaitu hijau, kuning, merah, biru muda, biru, serta sedikit warna
ungu.Warna ini menjadi dugaan awal untuk kualifikasi batuan yang berada
dibawah permukaan
27
3.4.10 Model Trace
Setelah penampang impedansi akustik dimodelkan selanjutnya adalah export
model trace. Export model trace digunakan untuk mendapatkan nilai impedansi
akustik pada sumur dari yang awalnya berupa gambar model berdasarkan warna
menjadi nilai impedansi akustik berupa angka disetiap kedalaman pada sumur.
nilai impedansi akustik didapatkan per 2 meter dengan maksimal kedalaman 12
km. Model data trace kemudian disimpan sebagai data well baru untuk
dikorelasikan dengan densitas.
28
Gambar 3.16. Tampilan Data Impedansi akustik
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Processing data seismik line “X“ dan well logging sumur datuk dilakukan
dengan menggunakan software Hampson Russel. Hasil yang diperoleh dari
pengolahan ini berupa penampang nilai impedansi akustik di sumur datuk. Tahap
processing data seismik dan well logging sumur ini meliputi pembuatan ruang
kerja, input data sumur, input data seismik, convert time to depth, well seismic tie,
picking horizon, based model, dan interpretasi impedansi akustik.
Pengolahan data ini menggunakan data well dan seismik. Data well terdiri dari
log gamma ray, log Spontaneous Potensial (SP), log P-Wave, log caliper. Data ini
didukung oleh data marker berupa umur batuan setiap lapisannya.
30
Lingkungan pengendapan batu pasir biasanya berada pada umur miosen
akhir/bawah. Lapisan terakhir yaitu crestaceous berada pada kedalaman 3864
sampai 3894 feet. Kala ini berlangsung sekitar 145.5 hingga 65.5 juta tahun yang
lalu. Pada periode ini juga sering disebut dengan periode kapur. Umur batuan ini
dibagi berdasarkan kedalaman sumur dengan mengambil sampel per 1 feet.
Kemudian dibandingkan dengan fossil yang sudah ada, sehingga didapatkan umur
batuannya.
31
terkosentrasi pada zona tersebut melainkan terkosentrasi pada zona yang
tidak memiliki permeabilitas ataupun permeabilitasnya kecil yang identik
dengan zona lempung ataupun serpih. Log Caliper biasanya digunakan
untuk mengukur diameter lubang bor dan dapat merefleksikan lapisan
permeabel dan non permeabel. Pada lapisan yang permeabel diameter
lubang akan semakin kecil dan pada lapisan non permeabel, lubang bor akan
semakin besar. Saat nilai log GR rendah maka kita perlu melihat log caliper.
Jika Log GR rendah dan caliper rendah maka dapat di interpretasikan
sebagai lapisan reservoir. Namun jika log GR rendah namun log caliper
tidak menunjukkan penurunan maka belum tentu itu lapisan reservoir. Zona
permeabel pada log SP ditunjukkan dengan grafik yang tidak mengalami
defeleksi atau nilai nya hampir konstan (garis lurus). Untuk log P-Wave
menunjukkan densitas pada lapisan tersebut dimana apabila log P-Wave
tinggi maka densitas lapisan tersebut rendah. Lapisan reservoir biasanya
memiliki densitas yang relatif rendah. Pada gambar 4.1. dapat dilakukan
pendugaan bahwa lapisan reservoir berada pada kedalaman 3000 – 3300 feet
dimana log gamma-ray mengalami penurunan, log SP tidak terjadi defleksi,
dan P-wave yang mengalami kenaikan.
32
sebagai dugaan awal nilai impedansi akustik sebelum mendapatkan
penampang impedansi akustik selanjutnya.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai impedansi akustik hasil processing data seismik dan data sumur
didapatkan berupa peta sebaran impedansi akustik dan nilai per 2 meter
seperti pada gambar 3.13, 3.14, 3.16, dan 3.17.
2. Processing atribut seimik dan well logging terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
1. Pembuatan database yaitu pembuatan folder baru digunakan untuk
membuat folder penyimpanan hasil pengolahan.
2. Input data merupakan tahap memasukkan data lapangan yang berupa
data sumur berformat LAS dan data seismik berformat SEG_Y.
3. Convert time to depth yaitu konversi data seismik yang berdomain
waktu ke domain depth agar dapat dikorelasi dengan data sumur.
4. Well seismik tie yaitu pengikatan data sumur ke data seismik dengan
mengetahui letak koordinat dari sumur yang akan diikat.
5. Picking horizon merupakan penarikan garis yang mengikuti
kemenerusan dari line seismik yang berdasarkan dari data marker.
6. Build model yaitu pemodelan penampang seismik menjadi
penampang lainnya seperti density, p-wave, atau impedansi akustik.
7. Interpretasi Impedansi Akustik yaitu pemodelan penampang
impedansi akustik yang dirange berdasarkan warna.
8. Export model trace merupakan konversi penampang impedansi
akustik yang berupa gambar menjadi nilai berdasarkan kedalaman.
9. E-log digunakan untuk menampilkan grafik impedansi akustik hasil
processing atribut seismik dan well logging sumur.
5.2 Saran
34
seismik refleksi dan software yang akan digunakan dalam pengolahan data
seismik agar menghasilkan hasil yang diharapkan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, A. (1999). Seismic Attributes Past, Present. and Future : 69th AnnualI
Internat. Mtg, Soc. Expl. Geophys.
Subiyanto, B., & Murhantoro, E. (2004). 2D, 3D, and 4D Seismic For Oil and
Gas Exploration-Workshop . Yogyakarta: Laboratorium Geofisika FMIPA
UGM.
36
37