Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ainani Tajrian

NIM : 1610313005

SKENARIO 3: AMPUTASI JARI BARNI

Barni, laki-laki berusia 15 tahun dibawa keluarganya ke IGD Puskesmas dengan


penurunan kesadaran dan luka bakar. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan patent airway,
tingkat kesadaran apatis dengan GCS 13, frekuensi nadi 120 kali per menit, frekuensi nafas 27
kali per menit, tekanan darah 90/60 mmHg. Pada pemeriksaan status lokalis ditemukan luka
bakar derajat 2 didaerah dada, perut, selangkangan, kedua tungkai atas dan bawah serta luka
bakar derajat 3 di kedua kaki. Dokter memasang oksigen, infus dan merawat luka bakar pasien,
kemudian segera menyiapkan rujukan ke RSUD. Sebelum merujuk pasien, dokter Puskesmas
memberikan penjelasan kondisi pasien dan meminta persetujuan keluarga pasien untuk rujukan
serta menuliskan semua hasil pemeriksaan pasien kedalam rekam medis dengan lengkap
Sesampainya di RSUD, dokter IGD mengkonsulkan pasien ke dokter spesialis bedah
yang piket jaga saat itu. Dokter bedah kemudian melakukan operasi amputasi jari-jari kaki kiri
pasien tanpa memberikan penjelasan dan meminta persetujuan (informed consent) kepada
keluarga pasien. Pasien dan keluarganya tidak terima dan melaporkan kasus ini ke pihak
kepolisian dengan tuduhan malpraktek. Komite etik RSUD memanggil dokter bedah tersebut.
Pada saat pemeriksaan, dokter bedah beralasan bahwa luka bakar di jari-jari kaki kiri pasien
merupakan luka bakar derajat 4 yang sudah tidak bisa diselamatkan dan menurutnya operasi
sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan standar pelayanan medis (SPM).
Kasus ini kemudian dilimpahkan ke IDI. IDI melalui Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) dan Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) melakukan
pemeriksaan kasus tersebut. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa surat izin praktek (SIP)
dokter bedah tersebut sudah kadaluarsa, sehingga membuat kasus yang menimpa dokter bedah
tersebut semakin kompleks.
Bagaimanakah Saudara menjelaskan kasus di atas?

TERMINOLOGI

1. GCS: Skala Koma Glasgow adalah skala neurologi yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran. Skala ini umumnya digunakan untuk menilai kesadaran setelah cedera
kepala. Ada tiga komponen yang dinilai dalam skala ini yaitu mata, verbal, dan motorik.
2. Apatis: merupakan kondisi di mana seseorang tidak peduli atau merasa segan terhadap
lingkungan sekitarnya. Nilai GCS untuk apatis adalah 13-12.
3. Status lokalis: pemeriksaan setempat.
4. Luka bakar: Suatu trauma panas yang disebabkan oleh air / uap panas, arus listrik, bahan
kimia, radiasi dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
kerusakan/ kehilangan kulit
5. Luka bakar derajat 2:
Derajat ii (derajat bullosa) dibagi :
derajat ii a (dangkal)
derajat ii b (dalam)
 klinis :
- kerusakan mencapai dermis,
- terdapat lepuh (bulla)
 pada derajat ii a, penyembuhan ± 2 minggu tanpa jaringan parut (bila tidak ada infeksi)
 pada derajat ii b, penyembuhan agak lama, bila luas perlu skin graft
6. Luka bakar derajat 3:
 Mengenai seluruh tebal kulit, otot dan tulang  kulit nampak hitam dan kering
7. Malpraktek: melalaikan kewajiban, berarti tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan
Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan:
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap
tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai
berikut:
a. melalaikan kewajiban;
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai
tenaga kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.

8. Amputasi: tindakan memisahkan sebagian atau seluruh bagian tubuh atau ekstremitas.
Tindakan ini menjadi pilihan terakhir karena pasien akan mengalami gangguan mobilitas,
produktivitas, dan dapat menyebabkan gangguan psikologis.
9. Komite etik RSUD: Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) dapat dikatakan
sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin
perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai
masalah etik yang timbul dalam rumah sakit.
Unsur organisasi nonstruktural yang membantu kepala atau direktur rumah sakit untuk
penerapan etika rumah sakit dan hukum perumahsakitan. (peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 42 tahun 2018 tentang komite etik dan hukum rumah sakit,
pasal 1 ayat 1)
10. SPM: Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat SPM
Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43
TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
KESEHATAN pasal 1)
11. MKDKI: Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah lembaga
yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter/dokter
gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.1
Dalam hal ini menyangkut kompetensi seorang dokter/dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran/kedokteran gigi. MKDKI hanya menangani di bidang ruang lingkup
dugaan pelanggaran disiplin kedokteran4,5, sedangkan bila menyangkut hal etika
kedokteran akan ditangani oleh organisasi profesi (dalam hal ini MKEK/G)6 dan bila
menyangkut adanya dugaan tindak pidana dan/atau menyangkut gugatan kerugian
perdata dilaksanakan oleh pihak yang berwenang ke pengadilan.7 Setiap orang yang
mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter/ dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.8
12. MKEK: Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) ialah badan otonom Ikatan
Dokter Indonesa (IDI) yang bertanggung jawab mengkoordinasi kegiatan internal
organisasi dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan
penerapan etika kedokteran, yang dibentuk secara khusus di tingkat Pusat, Wilayah dan
Cabang untuk menjalankan tugas kemahkamahan profesi, pembinaan etika profesi dan
atau tugas kelembagaan dan ad hoc lainnya dalam tingkatannya masing-masing.

ANALISIS MASALAH
1. Apa makna bami datang dengan penurunan kesadaran dan luka bakar?
Penurunan kesadaran sebagai akibat dari berbagai macam gangguan atau penyakit yang
masing-masing pada akhirnya mengacaukan fungsi reticular activating system secara
langsung maupun tidak langsung. Derajat kesadaran itu sendiri ditentukan oleh banyak
neuron penggerak atau neuron pengemban kewaspadaan yang aktif. Unsur fungsional
utama neuron-neuron ialah kemampuan untuk dapat digalakkan sehingga menimbulkan
potensial aksi. Selain itu juga didukung oleh proses-proses yang memelihara kehidupan
neuron-neuron serta unsur-unsur selular otak melalui proses biokimiawi, karena derajat
kesadaran bergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut yang aktif. Adanya gangguan
baik pada neuron-neuron pengemban kewaspadaan ataupun penggerak kewaspadaan akan
menimbulkan gangguan kesadaran.
 Gangguan sirkulasi darah di otak (serebrum, cerebellum, atau batang otak). Hal ini
bisa terjadi akibat perdarahan, trombosis maupun emboli.
 Infeksi seperti ensefalomeningitis yaitu meningitis, ensefalitis, cerebritis, atau abses
otak. Mengingat infeksi seperti yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur
merupakan penyakit yang sering dijumpai di Indonesia, maka pada setiap gangguan
kesadaran yang disertai suhu tubuh meninggi perlu dicurigai adanya
ensefalomeningitis.
 Gangguan metabolisme. Penyakit hepar, gagal ginjal, dan diabetes melitus juga
kerap menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran seseorang.
 Tumor. Tumor otak, baik primer maupun metastatik, sering dijumpai. Tumor lebih
sering dijumpai pada golongan usia dewasa dan lanjut usia. Kesadaran menurun
umumnya timbul berangsur-angsur tetapi bersifat progresif atau tidak akut.
 Trauma kepala. Trauma kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas.
 Epilepsi. Gangguan kesadaran terjadi pada kasus epilepsi umum dan status
epileptikus.
 Intoksikasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh obat, racun (percobaan bunuh diri),
makanan tertentu, dan bahan kimia lainnya.
 Gangguan elektrolit dan endokrin. Gangguan ini sering kali tidak menunjukkan
gejala yang jelas. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang khusus untuk
mengenali gangguan tersebut.
2. Bagaimana menatalaksana kasus tersebut?
I. Primary survey : pemeriksaan seperti pada trauma yang lain.
A. Airway dan cervical spine proteksi
b. Breathing dan ventilasi
c. Circulasi dan kontrol perdarahan
d. Disability – pemeriksaan neurologis
e. Exposure
II. Secondary Survey
A. History / anamnesa
b. Pemeriksaan fisik / lengkap mulai kepala – kaki
c. Prinsip penanganan :
1. Hentikan proses yang menyebabkan luka bakar
2. Universal precaution, hiv, hepatitis
3. Fluid resuscitation : 2-4 cc rl x bb x luas lb.
4. Vital sign
5. Pemasangan nasogastric tube
6. Pemasangan urine kateter
7. Assessment perfusi ekstrimitas
8. Continued ventilatory assessment
9. Paint management
10.psychosocial assessment
11.pemberian tetanus toksoid
12.timbang berat badan
13.pencucian luka di kamar operasi (bius total)
14.escharotomy dan fasciotomy
Pemeriksaan laboratorium luka bakar dapat menyebabkan gangguan fungsi organ.
Laboratorium dasar (baseline laboratory test) 1. Hematocrit 2. Darah lengkap (hb) 3.
Albumin 4. Rft dan lft 5. Elektrolit, na, k, cl, hco3 6. Blood urea nitrogen 7. Urinalysis 8.
Foto thorak 9. Arterial blood gases (trauma inhalasi) 10.carboxy hemoglobin 11.ecg
(trauma listrik)

Monitoring resuscitation/ resusitasi cairan 1. Urine produksi setiap jam. Dewasa: 0,5
cc/kg/jam (30-50 cc/jam) anak : 1 cc/kg/jam 2. Oligo-uria berhubungan dengan systemik
vaskular resistance dan reduksi cardiac output) 3. Haemochromogenuria (red pigmented
urine) 4. Blood pressure 5. Heart rate 6. Hematoctrit dan haemoglobin.

Penatalaksanaan Awal  Segera dinginkan dengan air selama kurang lebih 10 menit 
Bersihkan dengan kain yang bersih  Bila punya boleh diolesi dengan salep Silver
Sulfadiazine.  Jangan diolesi dengan kecap, odol, mentega, kopi, dll.  Segera bawa ke
rumah sakit.

3. Apa makna dari pemeriksaan tanda vital?


a. Patent airway: tidak ada sumbatan pada jalur nafas
b. TD: menurun
c. GCS: menurun
d. Nadi: takikardi
e. RR: takipnea
Kompensasi tubuh untuk memaksimalkan perfusi ke tubuh akibat dehidrasi.
4. Apa makna status lokalis?
Luka bakar derajat II (di definisi)
Luka bakar derajat III (di definisi)
Luas luka bakar derajat II sebesar 18x3=54% (Rule of nine)
Luas luka bakar derajat III sebesar 6% (?)
Luka termasuk luka berat (LB II>25%, LB III>10%)

5. Bagaimana menentukan luas luka bakar?


Rule of nine

6. Bagaimana menentukan kriteria berat luka bakar?


Kriteria berat ringannya (american burn association)
1. Luka bakar ringan - luka bakar derajat ii < 15% - luka bakar derajat ii < 10% pada
anak-anak - luka bakar derajat iii < 1%
2. Luka bakar sedang - luka bakar derajat ii 15-25% pada orang dewasa - luka bakar
derajat ii 10-20% pada anak-anak - luka bakar derajat iii < 10%
3. Luka bakar berat - lb. Derajat ii 25% atau lebih pada orang dewasa - lb. Derajat ii 20%
atau lebih pada anak-anak - lb. Derajat iii 10% atau lebih - lb. Mengenai tangan, wajah,
telinga, mata, kaki dan genetalia/perineum. - lb. Dengan cedera inhalasi, listrik, disertai
trauma lain
7. Bagaimana perhitungan pemberian cairan pada luka bakar?
RESUSITASI CAIRAN Dewasa : (Baxter) RL 4cc/kg BB/ % LB/ 24 jam + dextran 500
– 1000 ml(sth 18 jam) Anak : 2 cc x BB x luas Luka Bakar (%) + kebutuhan faali (RL :
Dextran = 17 : 3)
<1tahun: BBx100cc
1-3tahun: BBx75cc
3-5tahun: BBx50cc
8 jam pertama ½, 16 jam berikutnya ½

8. Apakah kewenangan MKEK?


Kewenangan MKEK Yurisdiksi MKEK adalah kewenangan MKEK untuk meneliti,
menyidangkan pengaduan dan menjatuhkan sanksi etik bagi dokter yang diadukan sesuai
dengan lokasi/tempat terjadinya kasus atau wilayah terdekat terjadinya kasus.

9. Apa indikasi dilakukan amputasi?


Apley (1993) menyatakan bahwa indikasi amputasi antara lain adalah 3D :

1. Dead limb; anggota tubuh sudah mati akibat kelainan vaskuler, trauma, luka bakar.
2. Dangerous; anggota tubuh membahayakan karena menjadi sumber infeksi,
3. Damn nuisance; anggota tubuh mengganggu bila dipertahankan, misalnya pada
kelainan kongenital dengan deformitas berat, nyeri, atau infeksi kronis berulang.

10. Apa landasan hukum yang mengatur informed consent?


Persetujuan tindakann kedokteran telah diatur dalam pasal 45 Undang-Undang No.29
tahun 2004tentang praktek kedokteran. Sebagaimana dinyatakan setiap tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter terhadap 3 pasien harus
mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengakap,sekurang-kurangnya mencakup : diagnosis dan tata
cara tindakan medis,tujuan tindakan medis dilakukan, alternatif tindakan lain dan
resikonya, resiko dan kolplikasi yang munkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan. Persetujuan tersebut dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.
Desebutkan didalamnya bahwa setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan pesetujuan.

11. Apakah terdapat kondisi yang memperbolehkan tidak dilakukannya informed consent?
Pada Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 pasal 4 ayat (1) dijelaskan dengan lugas
dan tegas bahwa “Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran”. Selain ketentuan
yang telah diatur pada UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan
Menteri Kesehatan No.209/Menkes/Per/III/2008, apabila pasien dalam keadaan gawat
darurat sehingga dokter tidak mungkin mengajukan informed consent, maka berdasarkan
KUH Perdata pasal 1354 tindakan medis tanpa izin pasien diperbolehkan. Tindakan ini
dinamakan zaakwaarnerningatau perwalian sukarela yaitu “Apabila seseorang secara
sukarela tanpa disuruh setelah mengurusi urusan orang lain, baik dengan atau tanpa
sepengetahuan orang itu, maka secara diam-diam telah mengikatkan dirinya untuk
meneruskan mengurusi urusan itu sehingga orang tersebut sudah mampu mengurusinya
sendiri”. Dalam keadaan yang demikian perikatan yang timbul tidak berdasarkan suatu
persetujuan pasien, tetapi berdasarkan suatu perbuatan menurut hukum yaitu dokter
berkewajiban untuk mengurus kepentingan pasien dengan sebaik-baiknya. Maka dokter
berkewajiban memberikan informasi mengenai tindakan medis yang telah dilakukannya
dan mengenai segala kemungkinan yang timbul dari tindakan itu

12. Apa saja jenis-jenis malpraktek?


Adapun jenis-jenis malpraktek ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum dapat
dibedakan menjadi dua bentuk yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek
yuridis (yuridical malpractice).
a. Malpraktek Etik
Yaitu tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika
profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang bidan yang melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika kebidanan. Etika kebidanan yang
dituangkan dalam Kode Etik Bidan merupakan seperangkat standar etis, prinsip,
aturan atau norma yang berlaku untuk seluruh bidan.
b. Malpraktek Yuridis
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu
malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal malpractice) dan
malpraktek administratif (administrative malpractice).
1) Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak
terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga
kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad),
sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien. Dalam malpraktek perdata yang
dijadikan ukuran dalam melpraktek yang disebabkan oleh kelalaian adalah
kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis). Karena apabila yang terjadi adalah
kelalaian berat (culpa lata) maka seharusnya perbuatan tersebut termasuk dalam
malpraktek pidana.12 Contoh dari malpraktek perdata, misalnya seorang dokter
yang melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa perban didalam tubuh si
pasien. Setelah diketahui bahwa ada perban yang tertinggal kemudian dilakukan
operasi kedua untuk mengambil perban yang tertinggal tersebut. Dalam hal ini
kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat diperbaiki dan tidak menimbulkan
akibat negatif yang berkepanjangan terhadap pasien.
2) Malpraktek Pidana
Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat
akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang cermat dalam melakukan
upaya perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat tersebut.
Malpraktek pidana ada tiga bentuk yaitu:
a. Malpraktek pidana karena kesengajaan (intensional),tenaga medis tidak
melakukan pertolongan pada kasus gawat padahal diketahui bahwa tidak ada orang
lain yang bisa menolong, serta memberikan surat keterangan yang tidak benar.
Contoh : melakukan aborsi tanpa tindakan medis
b. Malpraktek pidana karena kecerobohan (recklessness), misalnya melakukan
tindakan yang tidak lege artis atau tidak sesuai dengan standar profesi serta
melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan medis. Contoh : Kurang hati-
hatinya perawat dalam memasang infus yang menyebabkan tangan pasien
membengkak karena terinfeksi
c. Malpraktek pidana karena kealpaan (negligence), misalnya terjadi cacat atau
kematian pada pasien sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan yang kurang hati-
hati.Contoh : seorang bayi berumur 3 bulan yang jarinya terpotong pada saat perawat
akan melepas bidai yang dipergunakan untuk memfiksasi infus
3) Malpraktek Administratif
Malpraktek administrastif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan pelanggaran
terhadap hukum administrasi negara yang berlaku, misalnya menjalankan praktek
bidan tanpa lisensi atau izin praktek, melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
lisensi atau izinnya, menjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa, dan
menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.

Anda mungkin juga menyukai