NIM : 1610313005
TERMINOLOGI
1. GCS: Skala Koma Glasgow adalah skala neurologi yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran. Skala ini umumnya digunakan untuk menilai kesadaran setelah cedera
kepala. Ada tiga komponen yang dinilai dalam skala ini yaitu mata, verbal, dan motorik.
2. Apatis: merupakan kondisi di mana seseorang tidak peduli atau merasa segan terhadap
lingkungan sekitarnya. Nilai GCS untuk apatis adalah 13-12.
3. Status lokalis: pemeriksaan setempat.
4. Luka bakar: Suatu trauma panas yang disebabkan oleh air / uap panas, arus listrik, bahan
kimia, radiasi dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
kerusakan/ kehilangan kulit
5. Luka bakar derajat 2:
Derajat ii (derajat bullosa) dibagi :
derajat ii a (dangkal)
derajat ii b (dalam)
klinis :
- kerusakan mencapai dermis,
- terdapat lepuh (bulla)
pada derajat ii a, penyembuhan ± 2 minggu tanpa jaringan parut (bila tidak ada infeksi)
pada derajat ii b, penyembuhan agak lama, bila luas perlu skin graft
6. Luka bakar derajat 3:
Mengenai seluruh tebal kulit, otot dan tulang kulit nampak hitam dan kering
7. Malpraktek: melalaikan kewajiban, berarti tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan
Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan:
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap
tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai
berikut:
a. melalaikan kewajiban;
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai
tenaga kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.
8. Amputasi: tindakan memisahkan sebagian atau seluruh bagian tubuh atau ekstremitas.
Tindakan ini menjadi pilihan terakhir karena pasien akan mengalami gangguan mobilitas,
produktivitas, dan dapat menyebabkan gangguan psikologis.
9. Komite etik RSUD: Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) dapat dikatakan
sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin
perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai
masalah etik yang timbul dalam rumah sakit.
Unsur organisasi nonstruktural yang membantu kepala atau direktur rumah sakit untuk
penerapan etika rumah sakit dan hukum perumahsakitan. (peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 42 tahun 2018 tentang komite etik dan hukum rumah sakit,
pasal 1 ayat 1)
10. SPM: Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat SPM
Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43
TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
KESEHATAN pasal 1)
11. MKDKI: Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah lembaga
yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter/dokter
gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.1
Dalam hal ini menyangkut kompetensi seorang dokter/dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran/kedokteran gigi. MKDKI hanya menangani di bidang ruang lingkup
dugaan pelanggaran disiplin kedokteran4,5, sedangkan bila menyangkut hal etika
kedokteran akan ditangani oleh organisasi profesi (dalam hal ini MKEK/G)6 dan bila
menyangkut adanya dugaan tindak pidana dan/atau menyangkut gugatan kerugian
perdata dilaksanakan oleh pihak yang berwenang ke pengadilan.7 Setiap orang yang
mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter/ dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.8
12. MKEK: Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) ialah badan otonom Ikatan
Dokter Indonesa (IDI) yang bertanggung jawab mengkoordinasi kegiatan internal
organisasi dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan
penerapan etika kedokteran, yang dibentuk secara khusus di tingkat Pusat, Wilayah dan
Cabang untuk menjalankan tugas kemahkamahan profesi, pembinaan etika profesi dan
atau tugas kelembagaan dan ad hoc lainnya dalam tingkatannya masing-masing.
ANALISIS MASALAH
1. Apa makna bami datang dengan penurunan kesadaran dan luka bakar?
Penurunan kesadaran sebagai akibat dari berbagai macam gangguan atau penyakit yang
masing-masing pada akhirnya mengacaukan fungsi reticular activating system secara
langsung maupun tidak langsung. Derajat kesadaran itu sendiri ditentukan oleh banyak
neuron penggerak atau neuron pengemban kewaspadaan yang aktif. Unsur fungsional
utama neuron-neuron ialah kemampuan untuk dapat digalakkan sehingga menimbulkan
potensial aksi. Selain itu juga didukung oleh proses-proses yang memelihara kehidupan
neuron-neuron serta unsur-unsur selular otak melalui proses biokimiawi, karena derajat
kesadaran bergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut yang aktif. Adanya gangguan
baik pada neuron-neuron pengemban kewaspadaan ataupun penggerak kewaspadaan akan
menimbulkan gangguan kesadaran.
Gangguan sirkulasi darah di otak (serebrum, cerebellum, atau batang otak). Hal ini
bisa terjadi akibat perdarahan, trombosis maupun emboli.
Infeksi seperti ensefalomeningitis yaitu meningitis, ensefalitis, cerebritis, atau abses
otak. Mengingat infeksi seperti yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur
merupakan penyakit yang sering dijumpai di Indonesia, maka pada setiap gangguan
kesadaran yang disertai suhu tubuh meninggi perlu dicurigai adanya
ensefalomeningitis.
Gangguan metabolisme. Penyakit hepar, gagal ginjal, dan diabetes melitus juga
kerap menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran seseorang.
Tumor. Tumor otak, baik primer maupun metastatik, sering dijumpai. Tumor lebih
sering dijumpai pada golongan usia dewasa dan lanjut usia. Kesadaran menurun
umumnya timbul berangsur-angsur tetapi bersifat progresif atau tidak akut.
Trauma kepala. Trauma kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas.
Epilepsi. Gangguan kesadaran terjadi pada kasus epilepsi umum dan status
epileptikus.
Intoksikasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh obat, racun (percobaan bunuh diri),
makanan tertentu, dan bahan kimia lainnya.
Gangguan elektrolit dan endokrin. Gangguan ini sering kali tidak menunjukkan
gejala yang jelas. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang khusus untuk
mengenali gangguan tersebut.
2. Bagaimana menatalaksana kasus tersebut?
I. Primary survey : pemeriksaan seperti pada trauma yang lain.
A. Airway dan cervical spine proteksi
b. Breathing dan ventilasi
c. Circulasi dan kontrol perdarahan
d. Disability – pemeriksaan neurologis
e. Exposure
II. Secondary Survey
A. History / anamnesa
b. Pemeriksaan fisik / lengkap mulai kepala – kaki
c. Prinsip penanganan :
1. Hentikan proses yang menyebabkan luka bakar
2. Universal precaution, hiv, hepatitis
3. Fluid resuscitation : 2-4 cc rl x bb x luas lb.
4. Vital sign
5. Pemasangan nasogastric tube
6. Pemasangan urine kateter
7. Assessment perfusi ekstrimitas
8. Continued ventilatory assessment
9. Paint management
10.psychosocial assessment
11.pemberian tetanus toksoid
12.timbang berat badan
13.pencucian luka di kamar operasi (bius total)
14.escharotomy dan fasciotomy
Pemeriksaan laboratorium luka bakar dapat menyebabkan gangguan fungsi organ.
Laboratorium dasar (baseline laboratory test) 1. Hematocrit 2. Darah lengkap (hb) 3.
Albumin 4. Rft dan lft 5. Elektrolit, na, k, cl, hco3 6. Blood urea nitrogen 7. Urinalysis 8.
Foto thorak 9. Arterial blood gases (trauma inhalasi) 10.carboxy hemoglobin 11.ecg
(trauma listrik)
Monitoring resuscitation/ resusitasi cairan 1. Urine produksi setiap jam. Dewasa: 0,5
cc/kg/jam (30-50 cc/jam) anak : 1 cc/kg/jam 2. Oligo-uria berhubungan dengan systemik
vaskular resistance dan reduksi cardiac output) 3. Haemochromogenuria (red pigmented
urine) 4. Blood pressure 5. Heart rate 6. Hematoctrit dan haemoglobin.
Penatalaksanaan Awal Segera dinginkan dengan air selama kurang lebih 10 menit
Bersihkan dengan kain yang bersih Bila punya boleh diolesi dengan salep Silver
Sulfadiazine. Jangan diolesi dengan kecap, odol, mentega, kopi, dll. Segera bawa ke
rumah sakit.
1. Dead limb; anggota tubuh sudah mati akibat kelainan vaskuler, trauma, luka bakar.
2. Dangerous; anggota tubuh membahayakan karena menjadi sumber infeksi,
3. Damn nuisance; anggota tubuh mengganggu bila dipertahankan, misalnya pada
kelainan kongenital dengan deformitas berat, nyeri, atau infeksi kronis berulang.
11. Apakah terdapat kondisi yang memperbolehkan tidak dilakukannya informed consent?
Pada Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 pasal 4 ayat (1) dijelaskan dengan lugas
dan tegas bahwa “Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran”. Selain ketentuan
yang telah diatur pada UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan
Menteri Kesehatan No.209/Menkes/Per/III/2008, apabila pasien dalam keadaan gawat
darurat sehingga dokter tidak mungkin mengajukan informed consent, maka berdasarkan
KUH Perdata pasal 1354 tindakan medis tanpa izin pasien diperbolehkan. Tindakan ini
dinamakan zaakwaarnerningatau perwalian sukarela yaitu “Apabila seseorang secara
sukarela tanpa disuruh setelah mengurusi urusan orang lain, baik dengan atau tanpa
sepengetahuan orang itu, maka secara diam-diam telah mengikatkan dirinya untuk
meneruskan mengurusi urusan itu sehingga orang tersebut sudah mampu mengurusinya
sendiri”. Dalam keadaan yang demikian perikatan yang timbul tidak berdasarkan suatu
persetujuan pasien, tetapi berdasarkan suatu perbuatan menurut hukum yaitu dokter
berkewajiban untuk mengurus kepentingan pasien dengan sebaik-baiknya. Maka dokter
berkewajiban memberikan informasi mengenai tindakan medis yang telah dilakukannya
dan mengenai segala kemungkinan yang timbul dari tindakan itu