Dalam tahapan VCT, konseling dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah tes
HIV. Pada tahap pre konseling dilakukan pemberian informasi tentang HIV dan AIDS,
cara penularan, cara pencegahan dan periode jendela. Kemudian konselor melakukan
penilaian klinis. Pada saat ini klien harus jujur menceritakan kegiatan yang beresiko
HIV/AIDS seperti aktivitas seksual terakhir, menggunakan narkoba suntik, pernah
menerima produk darah atau organ, dan sebagainya. Konseling pra testing
memberikan pengetahuan tentang manfaat testing, pengambilan keputusan untuk
testing, dan perencanaan atas issue HIV yang dihadapi.
Setelah tahap pre konseling, klien akan melakukan tes HIV. Pada saat melakukan tes,
darah akan diambil secukupnya dan pemeriksaan darah ini bisa memakan waktu
antara setengah jam sampai satu minggu tergantung metode tes darahnya. Dalam tes
HIV, diagnosis didasarkan pada antibodi HIV yang ditemukan dalam darah. Tes
antibodi HIV dapat dilakukan dengan tes ELISA, Westren Blot ataupun Rapid.
Setelah klien mengambil hasil tesnya, maka klien akan menjalani tahapan post
konseling. Apabila hasil tes adalah negatif (tidak reaktif) klien belum tentu tidak
memiliki HIV karena bisa saja klien masih dalam periode jendela, yaitu periode
dimana orang yang bersangkutan sudah tertular HIV tapi antibodinya belum
membentuk sistem kekebalan terhadap HIV. Klien dengan periode jendela ini sudah
bisa menularkan HIV. Kewaspadaan akan periode jendela itu tergantung pada
penilaian resiko pada pre konseling. Apabila klien mempunyai faktor resiko terkena
HIV maka dianjurkan untuk melakukan tes kembali tiga bulan setelahnya. Selain itu,
bersama dengan klien, konselor akan membantu merencanakan program perubahan
perilaku.
Provider-Initiated Testing and Counselling (PITC) adalah konseling dan tes HIV yang
disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan kepada seseorang yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai suatu komponen standard dari pelayanan medis.
Seseorang yang datang ke pelayanan kesehatan dengan tanda dan gejala terinfeksi
HIV, merupakan tanggung jawab penyelenggara pelayanan kesehatan untuk
merekomendasikan kepada orang tersebut untuk melakukan tes dan konseling sebagai
bagian dari standar rutin dari manajemen klinis, termasuk penyaranan konseling dan
tes pada pasien TB dan seseorang yang dicurigai TB atau penyakit penularan seksual.
PITC juga bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi HIV terhadap klien yang tidak
dikenali dan tidak dicurigai datang ke pelayanan kesehatan. Tes dan konseling HIV
disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan
yang diberikan kepada seluruh pasien selama interaksi-interaksi klinis yang dilakukan
di pelayanan kesehatan
Mengapa perlu PITC?, penyebabnya adalah VCT tidak dapat diimplementasikan pada
skala besar dalam komunitas dan negara yang memiliki pendapatan rendah. Salah satu
alasan bahwa VCT mahal dan sulit diimplementasikan dikarenakan VCT memerlukan
infrastruktur substansial, waktu dan staf yang terlatih. Alasan lainnya adalah fakta
ketika seseorang tidak ingin memeriksakan status HIV-nya.
Indonesia harus menerapkan pola provider initiated testing and counseling (PITC)
dalam strategi penemuan kasus orang yang terpapar HIV/AIDS di Indonesia. Pola itu
harus diterapkan lantaran tingkat penemuan kasus orang terkena HIV/AIDS di
Indonesia masih rendah..
Flu singapur
Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada
nafsu makan, pilek, gejala seperti flu pada umumnya yang tak mematikan. Timbul
vesikel yang kemudian pecah menjadi ulkus dengan dasar eritem, ukuran 4-8 mm
yang kemudian menjadi krusta, ada 3-10 ulkus di mulut ( lidah, gusi, pipi sebelah
dalam ) seperti sariawan terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/ blister yang
kecil dan rata berwarna putih keabu-abuan, berukuran 3-7 mm), papulovesikel yang
tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada
dibokong. Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari. Lesi dapat berulang
beberapa minggu setelah infeksi, jarang menjadi bula dan biasanya asimptomatik,
Lesi menghilang tanpa bekas.Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau
komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat
H7n9 di cina
H7N9 adalah serotipe dari spesies influenza A (virus avian influenza atau virus flu
burung). H7 biasanya beredar di antara populasi burung dengan beberapa varian yang
dikenal untuk sesekali menginfeksi manusia. Sebuah virus H7N9 pertama kali
dilaporkan terjadi pada manusia yang terinfeksi pada tahun 2013 di Cina
Sebagian besar orang yang diidentifikasi dengan flu burung baru memiliki gejala
pneumonia berat seperti sesakdada, sesak napas, demam, dan batuk yang parah.
Gejalanya meliputi demam, batuk dan sesak napas.
11. Bagaimana program pemrintah untuk penanganan penyakit tersebut?
12. Bagaimana peran karantina untuk skrining dan observasi kasus yang dicurigai?
13. Bagaimana pencegahan flu burung tersebut dengan imunisasi aktif?
Vaksin yang digunakan pada penelitian ini adalah vaksin inaktif karena dianggap
lebih aman daripada vaksin hidup. Vaksin ini tidak dapat bereplikasi dalam tubuh
hospes dan bersifat non infeksius. Akan tetapi vaksin inaktif juga memiliki kelemahan
yaitu kurang efektif dalam menginduksi tanggap kebal dibandingkan dengan vaksin
hidup. Oleh karena itu, dalam meningkatkan imunogenitas bagi vaksin inaktif
diperlukan suatu tambahan yaitu adjuvant (Zhailyubay et al., 2010). Vaksinasi yang
digunakan dalam penelitian sudah dalam bentuk suspensi yang telah ditambahkan
adjuvant. Adjuvant diperlukan dalam kegiatan vaksinasi karena dapat meningkatkan
reaksi tangggap kebal.Adjuvant bekerja dengan cara memperlambat pengeluaran
antigen ke dalam tubuh, sehingga menyediakan rangsangan antigenik yang lebih lama
(Sufriyanto dan Indradji, 2007).