Anda di halaman 1dari 10

PT.

KALIMANTAN MEDIKA NUSANTARA


RUMAH SAKIT PARINDU

LAPORAN
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

Jl. Raya Desa Binjai


Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau
Email : rsu.parindu@yahoo.com
Telp. 0823-5789-8811
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit.Limbah yang
dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari yang tidak berbahaya
hingga yang berbahaya. Limbah dari rumah sakit dapat berupa limbah patologis, seperti (limbah jaringan
tubuh, darah, dan organ tubuh yang lain), limbah radioaktif, limbah farmasetikal dan limbah kimiawi.
Limbah tersebut dapat dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya, sementara limbah yang kurang
berbahaya misalnya limbah dari dapur, kertas,gelas dan lain-lain.Dapat dikatakan bahwa rumah sakit
mempunyai karakteristik limbah yang berbeda dengan limbah rumah tangga atau industri (Khusnuryani,
2008).
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi sebagai upaya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat
praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi,
administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan. Rumah sakit memberikan dampak positif bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat
penyembuhan orang sakit, akan tetapi rumah sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak
negatif. Dampak negatifnya antara lain dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu
berupa limbah yang dihasilkan bila tidak dikelola dengan baik (Asmadi, 2013). Hasil survei menunjukkan
bahwa masih banyak rumah sakit yang membuang limbah cair tanpa melakukan pengelolaan terlebih
dahulu. Hal ini karena belum adanya pemisahan jenis limbah, penampungan, sumber dana, sumber daya
manusia, kurangnya pengawasan, tidak adanya alat pelindung, dan kurangnya pelatihan mengenai
pengelolaan limbah (El salam, 2010).
Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan hal yang terpenting sebelum dilakukan
pembuangan.Rumah sakit mengandung limbah cair dengan senyawa polutan organik yang cukup tinggi,
baik yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah cair klinis.Pengolahan limbah cair
bertujuan untuk menghilangkan bahan pencemar baik senyawa organik maupun anorganik.Aktivitas
rumah sakit banyak menghasilkan limbah cair yang banyak mengandung bakteri/virus, serta
mikroorganisme patogen yang berasal dari para pasien, sehingga menyebabkan air limbah yang
dihasilkan merupakan sumber pencemar yang sangat potensial dan menimbulkan dampak kesehatan
yang cukup besar, maka rumah sakit harus melakukan pengelolaan limbah yang benar sesuai baku mutu
limbah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit sebelum dilakukan pembuangan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi system pengelolaan limbah di Rumah Sakit Parindu

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengukur kualitas parameter limbah cair berdasarkan parameter pH, Suhu, BOD, COD, Amonia
bebas, TSS.
2. Sebagai acuan untuk membuat program kerja baru khusus pengelolaan limbah cair
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah


Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi yang sudah tak terpakai lagi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan,
dan sebagainya. Karena tidak memiliki nilai ekonomi dan daya guna lagi limbah bisa sangat
membahayakan bila sudah mencemari lingkungan sekitar terutama untuk limbah yang mengandung
bahan kimia yang tak mudah terurai oleh bakteri pengurai.Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan
debu, cair atau padat.

2.2 Limbah Cair


Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-58/MENLH/12/1995, Tanggal 21
Desember 1995, menyatakan bahwa limbah cair adalah semua bahan buangan berbentuk cair yang
berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia
beracun dan radioaktivitas. Secara umum limbah cair merupakan limbah yang berupa cairan dan
biasanya jenis limbah cair ini sangat riskan mencemari lingkungan sehingga dikenal sebagai pencemar
air dan tanah.
Untuk skala industri limbah cair umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan
organik dan bahan buangan anorganik sisa dari hasil produksi sedang limbah yang biasa dihasilkan oleh
rumah tangga/domestik dapat berupa air kotor dari pemakaian mandi, cuci dan toilet. Di manapun ia
dibuang akan mencemari tempat pembuangannya, baik di tanah maupun di air. Oleh karena itu, harus
dilakukan pengolahan air limbah baik dari perumahan maupun industri.Di kawasan industri air limbah
diolah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).Di perumahan, tempat pembuangan air kakus
adalah septictank, ini adalah bentuk pengolahan limbah tinja secara individual, sedangkan air limbah
lainnya masuk ke selokan.

2.3 Air Limbah Rumah Sakit


Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. Rumah sakit sebagai salah satu upaya peningkatan
kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga
ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur,
laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.Selain
membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah
sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa
pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
Air limbah rumah sakit mengandung polutan yang bersifat toksid, infeksius, bahkan radioaktif
sehingga berpotensi menimbulkan dampak terhadap pencemaran lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Disamping itu dengan minimnya jumlah rumah sakit di Indonesia yang memiliki IPAL yaitu
sebanyak 36%, dan yang memenuhi persyaratan IPAL sebesar 52% maka potensi dampak yang
ditimbulkan akan semakin nyata. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan
anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.

2.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah


Pengendalian dampak lingkungan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah, meminimalkan,
dan atau menangani dampak negatif suatu usaha (proyek pembangunan) terhadap lingkungan sehingga
kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik.Pengolahan limbah cair mempunyai tujuan untuk
menghilangkan unsur-unsur pencemar dari air limbah dan untuk mendapatkan effluent dari pengolahan
yang mempunyai kualitas yang dapat diterima oleh badan air penerima, tanpa ada gangguan-gangguan
fisik, kimiawi maupun biologi (Djabu, 1990/1991). Instalasi Pengolahan Limbah Cair rumah sakit
dibangun dengan maksud untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit agar dapat
mengurangi, menghilangkan dan menurunkan bahan-bahan yang berbahaya yang terkandung dalam air
limbah (Mulia, 2005).

2.5 Standart Baku Mutu Limbah Cair


1. Baku mutu suhu yang ditetapkan Pemerintah Indonesia atau Peraturan Daerah setempat untuk
air buangan limbah rumah sakit adalah 30 C.
2. Baku mutu pH yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit
adalah 6 – 9.
3. TSS
Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang melayang-layang
dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air. Limbah cair yang
mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena
disamping dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk
kedalam dasar air sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung.Baku
mutu TSS yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit adalah
30 mg/L.
4. BOD
BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk
mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan,
dinyatakan dengan BOD5 hari pada suhu 20°C dalam mg/liter atau ppm.Pemeriksaan BOD5
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri
juga untuk mendesain sistem pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Penguraian zat
organik adalah peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri
akan dapat menghabiskan oksigenterlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung,
sehingga dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat
menjadi anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau busuk.Baku mutu BOD yang ditetapkan
pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit adalah 30 mg/L.
5. COD
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat
dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator kalium dikromat sebagai sumber oksigen.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasi melalui proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air.Baku mutu COD yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah
rumah sakit adalah 80 mg/L.
6. Baku mutu amonia yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah
sakit adalah 0,1 mg/L.
BAB III
HASIL DAN ANALISA

Tabel 3.1 Kadar Suhu (0C)


No Pengambilan sampel Standart Baku Mutu Kadar Suhu (oC) Ket
1 30 Juli 2019 30oC 29
2 29 Agustus 2019 28,8
3 27 September 28,9

Kadar Suhu

29

28.9

28.8

30/07/2019 29/08/2019 27/08

Baku mutu yang ditetapkan sesuai standart adalah 300C. Kadar suhu yang dihasilkan dari
pengukuran limbah cair selama 1 tahun sudah memenuhi standart baku mutu. Kadar suhu yang
dihasilkan tidak melebihi dari standart baku mutu.Naik turunnya suhu disebabkan karena letak IPAL
uang mudah dipengaruhi oleh suhu. Jika suhu diluar drastic maka secara tidak langsung juga
akanmempengaruhi suhu pada IPAL dan nantinya juga berdampak pada kualitas limbah cair.

Table 3.2 Kadar pH


No Pengambilan sampel Standart Baku Mutu Kadar pH Ket
1 30 Juli 2019 6–9 7,99
2 29 Agustus 2019 8,04
3 27 September 2019 8,33
Kadar Ph

8.33

8.04
7.99

Baku mutu pH yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit adalah
6 – 9. Baku mutu pH yang dihasilkan dari pengukuran limbah cair selama 1 tahun sudah memenuhi
standart baku mutu. pH yang dihasilkan berada dalam rentang 6 – 9. Artinya dengan pH yang dihasilkan,
limbah cair aman jika dialirkan ke sungai tanpa harus merusak ekosistem di sungai namun juga harus
memperhatikan standart baku mutu yang lain.

Tabel 3.3 Kadar TSS (mg/L)


No Pengambilan sampel Standart Baku Mutu Kadar TSS (mg/L) Ket
1 30 Juli 2019 30mg/L 2,50
2 29 Agustus 2019 7,78
3 27 September 2019 6,06

Kadar TSS
Kadar TSS

7.78

6.06

2.5

Baku mutu TSS yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit adalah
30 mg/L. Baku mutu kadar TSS yang dihasilkan dari pengukuran limbah cair pada bulan mei melebihi dari
standart baku mutu, dimana hasil dari kadar TSS adalah 36,75 mg/L. Tingginya kadar TSS pada bulan Juli
disebabkan karena tingginya debit aliran limbah yang masuk. Biasanya berasal dari unit Laundry dan
Gizi, karena kegiatan yang dilakukan terus menerus dibandingkan unit lain.
Tabel 3.4 Kadar BOD (mg/L)
No Pengambilan Standart Baku Kadar BOD (mg/L) Ket
sampel Mutu
1 30 Juli 2019 30oC 20,94
2 29 Agustus 2019 21,30
3 27 September 2019 13,18

BOD

20.94 21.3

13.18

Baku mutu BOD yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit
adalah 30 mg/L. Dalam 1 tahun, hasil uji baku mutu limbah menurut kadar BOD, terdapat 2x hasil BOD
yang melebihi standart baku mutu, yaitu pada juli 2019. Tingginya kadar BOD disebabkan karena
tingginya debit air limbah sehingga zat organic ikut terlarut dalam IPAL atau lolos dalam proses
filterisasi/penyaringan. Pada Bulan Juni kadar BOD tidak dilakukan pengukuran dikarenakan alat yang
digunakan untuk pengngukuran sampel masih dalam proses kalibrasi.
Table 3.5 Kadar COD
No Pengambilan sampel Standart Baku Mutu Kadar COD (mg/L) Ket
1 30 Juli 2019 80 mg/L 40,31
2 29 Agustus 2019 26,36
3 27 September 2019 35,68
Kadar COD (mg/L)

40.31

35.68

26.36

Baku mutu COD yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit
adalah 80 mg/L. Dalam 1 tahun, hasil uji baku mutu limbah menurut kadar COD, terdapat 2x hasil COD
yang melebihi standart baku mutu, yaitu pada bulan juli 2017. Tingginya kadar COD disebabkan karena
rendahnya kadar oksigen didalam air

Tabel 3.6 Kadar Amonia


No Pengambilan sampel Standart Baku Mutu Kadar NH3 (mg/L) Ket
1 30 Juli 2019 0,1 mg/L -
2 29 Agustus 2019 -
3 27 September 2019 -
Kadar NH3 (mg/L)

0.4

0.2

0.09

Baku mutu amonia yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk air buangan limbah rumah sakit
adalah 0,1 mg/L. Kadar ammonia yang dihasilkan selama 3 bulan belum memenuhi standart.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam 3 Bulan pengukuran kualitas limbah cair, parameter tidak memenuhi baku mutu limbah.
Tingginya kadar parameter tersebut disebabkan karena tingginya debit air menuju limbah. Adanya zat
organic yang larut dalam IPAL. Sistem penyaringan yang belum sempurna dan adanya faktor eksternal
seperti pembersihan yang tidak maksimal.

4.2 Saran
1. Pembersihan aliran air rutin dilakukan untuk mencegah terjadinya penyumbatan karena
endapan.
2. Perbaikan filter untuk mencegah lolosnya zat organic pada IPAL
3. Pengecekan rutin IPAL setiap bulan untuk mengetahui kondisi dan kelayakan IPAL

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai