KTO Kelomopok 4
KTO Kelomopok 4
merusak atau mengancam kesehatan fisik atau mental seseorang dan penggunaan obat
yang ilegal. Penggunasalahan obat termasuk alkohol, nikotin, serta peresepan obat
berlebihan yang merugikan (misalnya benzodiazepine, stimulant) dan juga konsumsi obat-
obat yang ilegal.
Mekanisme yang mendasari ketergantungan serta toleransi obat belum dipahami dengan
baik. Secara umum, pemberian obat kronis menginduksi perubahan adaptif homeostatic
dalam otak yang bekerja dalam suatu cara untuk melawan kerja obat. Putus obat
menyebabkan rebound pada eksitabilitas sentral. Penghentian depresan (misalnya alkohol,
barbiturate) bisa menyebabkan konvulsi, sementara penghentian obat-obat perangsang
(misalnya amfetamin) menyebabakan depresi.
Alkohol
Alkohol dikenal sebagai Jekyll and Hyde karena saat diminum dalam jumlah yang
terbatas alkohol relative tidak berbahaya, sedangkan jika dikonsumsi berlebihan dan
penyalahgunaan alkohol akan menghancurkan hidup seseorang.
Sindrom putus obat mulai dari perasaan melayang sampai serangan epilepsi dan
kondisi delirium tremens, dimana pasien menjadi teragitasi, bingung, dan bisa mempunyai
halusinasi berat. Penghentian alcohol mungkin membutuhkahkan diazepam, klometiazol
untuk mencegah serangan.
Heroin (diamorfin)
Kokain
Penggunaan alkohol dan kokain menjadi terkenal pada masyarakat Amerika Serikat
karena penggunaannya diduga memberikan rasa mabuk yang lebih kuat, di mana kokain
akan mengantagonis kinerja psikomotorik setelah minum alkohol. Ketika kokain dan
alkohol digunakan bersamaan akan menghasilkan suatu zat aktif yang baru secara
farmakologis disebut kokaetilen. Senyawa ini menunjukkan kemampuan melewati sawar
darah otak dan menimbulkan efek farmakologis melalui reseptor dopamine sehingga
meningkatan perasaan euphoria. Lebih lanjut, waktu paruh eliminasi kokaetilen lebih
panjang dibandingkan kokain sehingga membantu mempertahankan dan memperpanjang
efek obat stimulant pada individu. Beberapa penelitian menyatakan bahwa resiko
kardiotoksitas meningkat jika kokain digunakan bersama dengan alkohol.
Sumber :
Neal M.J, 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi V, Penerbit Erlangga : Jakarta. Hal.
68
Mozayani, Ashraf, 2012, Buku Ajar Interaksi Obat Pedoman Klinis dan Forensik, EGC :
Jakarta. Hal 381.
DEFINISI “KETERGANTUNGAN”
Sebelum membahas tentang bagaimana seseorang bisa mengalami ketergantungan obat, yuk kita
mulai dahulu dengan membahas definisi atau kajian arti/makna kata “ketergantungan” dan “obat”.
Ketergantungan (dependence) adalah situasi di mana penggunaan obat telah mengubah perilaku
dan metode pengguna, menciptakan kebutuhan untuk terus menggunakan atau mendapatkan dosis
lebih banyak.
Kecanduan atau ketagihan (addiction) adalah kebutuhan yang kompulsif (dilakukan secara
berulang karena adanya dorongan yang terus menerus) untuk menggunakan suatu zat pembentuk
kebiasaan, atau keinginan tak tertahankan untuk terlibat dalam perilaku tertentu. Dua fitur penting
dari kecanduan adalah:
Toleransi (tolerance), yaitu meningkatnya kebutuhan zat (dosis yang lebih banyak) untuk
mendapatkan efek yang sama.
Penarikan (withdrawal), yaitu gejala tidak menyenangkan yang timbul ketika seorang pecandu
dicegah untuk menggunakan zat tersebut.
Namun demikian ada sumber lain yang menyatakan bahwa sebenarnya ada perbedaan
antara ketergantungan dan kecanduan/ketagihan, yaitu sebagai berikut:
Ketergantungan adalah kebutuhan yang bersifat legal dan memiliki nilai positif karena
berkaitan dengan keberlangsungan dan peningkatan kualitas hidup. Tanpa menggunakan
obat, maka kualitas hidup pengguna akan menurun, baik secara fisiologis maupun
psikologis, bahkan dapat berujung dengan kematian.
Misalnya: Seseorang yang mengidap diabetes melitus tipe-1 (DM1) tergantung pada injeksi
insulin; Wanita yang mengalami menopause dini karena gangguan hormonal menjalani
terapi estrogen.
Kecanduan/ketagihan adalah kebutuhan yang berkonotasi negatif, termasuk ke dalam
penyalahgunaan (abuse), karena merupakan keinginan yang kuat tanpa didasari alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek yang diinginkan,
lebih ke arah perasaan daripada kebutuhan kesehatan.
Misalnya: Mengkonsumsi obat penenang seperti kokain atau metamfetamin untuk
menghilangkan stres; Injeksi testosteron untuk membangun otot (bodybuilding).
NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari “Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif”.
NAPZA merupakan salah satu kelompok obat-obatan yang diatur ketat distribusi dan
penggunaannya. NAPZA dapat berupa zat-zat kimia yang berasal dari bahan-bahan alam maupun
sintetik. NAPZA dapat dimasukkan ke dalam tubuh melalui oral (sistem pencernaan), inhalasi
(sistem pernafasan), maupun injeksi (sistem peredaran darah).
Penggunaan NAPZA secara terus menerus akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh terutama
otak dan susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosial karena terjadi kebiasaan, ketagihan, hingga ketergantungan.
NAPZA disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang aktif bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran. Istilah lain yang sering digunakan adalah
“NARKOBA” (Narkotika, Psikotropika, dan Bahan-bahan berbahaya lainnya).
https://warstek.com/2018/12/06/kecanduan/
https://www.kompasiana.com/eugeniaodel/5714bb45a823bd880763c933/alkohol-heroin-dan-
kokain-interaksi-euphoria-yang-berujung-kematian?page=all