Anda di halaman 1dari 4

Menek Kelih

Menek Kelih atau (munggah deha; raja sewala) adalah upacara yang
dilaksanakan pada anak remaja saat anak menginjak dewasa yang bertujuan
untuk memohon kehadapan Hyang Semara Ratih agar diberikan jalan yang
baik dan tidak menyesatkan bagi si anak sebagaimana disebutkan upacara ini
sebagai upacara menek deha (Rajaswala / Raja Sewala) dalam kutipan
artikel scribd.com, upacara ini dilaksanakan dengan sarana dan
pelaksanaanya sebagai berikut :

 Sarana Banten : byakala (bayakaon), banten prayascita, banten dapetan,


banten padedarian dan sesayut otonannya,

 Banten sesayut sabuh rah (bagi wanita / anak putri),

 Banten sesayut ngraja singa (bagi laki-laki / anak putra),.

 Waktu dan pelaksanaanya : dilaksanakan pada saat anak menginjak


dewasa (munggah deha) yang dilaksanakan pada saat putra / putri
sudah menginjak dewasa yang peristiwa ini akan terlihat melalui
perubahan-perubahan yang nampak pada putra-putri misalnya

 pada anak laki-laki perubahan yang menonjol dapat kita saksikan


dari sikap dan suaranya.

 pada wanita atau anak putri mulai ditandai dengan datang bulan
(menstruasi) pertama,

Sebagai bagian dari upacara manusa yadnya, sehingga upacara menek kelih
ini disebutkan bagi orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewasa
(munggah deha) ini pada anak - anaknya yang dilaksanakan di rumah
dipimpin oleh seorang sulinggih Pandita / Pinandita atau yang tertua di dalam
lingkungan keluarga dengan cara,

 Pertama-tama putra / putri yang diupacarai terlebih dahulu


mabyakala dan maprayascita.

 Setelah itu dilanjutkan dengan natab sesayut sabuh rah (bagi


yang wanita) atau sayut raja singa bagi yang putra.

Upacara Menek Kelih atau raja sewala ini dalam lontar agastya parwa
disebutkan upacara ini sarat akan nilai - nilai pendidikan yaitu wejangan -
wejangan si orang tua kepada si anak untuk memiliki masa depan yang lebih
baik dan yadnya (persembahan yang tulus iklas) ini dapat membuat peluang
bagi keluarganya untuk masuk sorga yaitu alam swah loka.

Upacara Nge-Raja Singa / Nge-Raja Swala ( Menek Kelih)

Upacara Menek Kelih bermakna puji syukur, memohon keselamatan


kehadapan Hyang Samara Ratih dalam manifestasinya Hyang Widhi (Tuhan
Yang Maha Esa) agar dituntun dan diberikan jalan baik dan benar juga di
jauhkan dari hal hal yang menyesatkan, upacara Menek Kelih (meningkat
dewasa) ini wajib dilaksanakan oleh orang tua.
Upacara ini dilaksanakan pada saat anak mulai beranjak dewasa atau akil
baliq, kira kira berumur 14 tahun, Menek Kelih sering disebut
juga Ngeraja dan dalam bahasa Indonesia artinya menginjak remaja, untuk
laki-laki disebut Ngeraja Singa/Menek Taruna sedangkan untuk perempuan
dinamakan Ngeraja Selawa/Menek Taruni/Bajang/Deha.
Perubahan yang dialami anak akan terlihat saat mereka dewasa, ciri ciri nya
pada pria ditandai dengan perubahan suara yang bertambah besar yang
dalam bahasa Bali nya di sebut Ngembakin, mulai ditumbuhi bulu/rambut
pada bagian bagian tertentu, jakun pada dileher bahasa Bali nya batun salak
dan Otot yang mulai mengembang,sementara untuk wanita di tandai dengan
membesarnya buah dada/payudara, dalam bahasa Bali nyonyon atau susu,
mulai mengalami datang bulan/menstrubasi atau haid dalam bahasa
Bali sebel dan penggul yang mulai membesar.
Pada saat itu, semua perubahan perubahan mulai terjadi pada batin dan diri
mereka, seperti rasa malu, suka menyendiri, menjaukan diri dari keramaian,
sering termenung, menghayal, bersolek dan bercermin di depan kaca dan
terkadang kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Dan
yang paling di tunggu tunggu oleh para anak anak yang beranjak dewasa
adalah timbulnya getar asmara atau pubertas, karena pada saat itu umat
Hindu di Bali percaya Dewa Asmara atau sebut juga Hyang Semara
Ratih mulai masuk dan menempati lubuk hati mereka.
Adanya perubahan secara biologi tersebut mempengaruhi perkembangan lahir
maupun batin mereka, maka dengan itulah diadakan Upacara Menek Kelih ini
yang mempunyai hakekat agar mereka lebih mengerti arti dari kedewasaan
baik jiwa maupun pikiran.
Upacara Menek Kelih ini bisa dilaksanakan di rumah dan dipimpin oleh
seorang pendeta atau yang tertua dalam lingkungan keluarga. Upacara ini
dilakukan setelah selesai datang bulan atau menstruasi pertama atau dapat
pula dicarikan hari baiknya.
Upacara Menek Kelih ini bisa dilakukan secara massal dalam lingkup Dadia,
Banjar, Desa, atau campuran ketiganya. Adapun Manfaat dari upacara massal
ini adalah :

· Untuk menghemat biaya.

· Untuk Mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan.

· Untuk Menumbuhkan rasa persatuan-kesatuan dan gotong-royongan


sesama warga masyarakat.

Sarana/sesajen upacara Menek Kelih


· Untuk Wanita :

1. Banten pabyakala.

2. Banten prayascita.

3. Banten dapetan.

4. Banten sesayut tabuh rah.

· Untuk Pria :

1. Banten sesayut ngraja singa.

2. Banten padedarian.

Prosepsi upacara Menek Kelih, putra putri mereka di upacarai terlebih dahulu
dengan mabyalaka dan maprayascita, setelah itu dilanjutkan dengan natab
sesayut tabuh rah bagi putri dan sesayut ngraja singa untuk yang putra.
Demikianlah upacara Menek Kelih ini dilakukankan. Selain itu disetiap daerah
di Bali memiliki tatanan cara upacara yang berbeda, ini semua disesuaikan
dengan tingkat sosial masing masing yang akan mengadakan upacara.

Tetandingan Banten Sesayut Ngeraja Singha

Tetandingan Banten Sesayut Ngeraja Singha (Raja Singa), keanggen ring rikala
otonan menek kelih sang lanang (remaja laki yang baru menginjak dewasa),
medasar antuk aled sesayut, medaging

 tumpeng 9 bungkul makalung plekir busung,


 kawangen 9 siki,

 tulung urip 9,

 tipat siddha purna 9,

 raka woh-wohan dena jangkep,

 penyeneng alit,

 pras alit,

 maulam ayam gumerot mapanggang,

 sampyan Nagasari,

 canang pahyasan.

Anda mungkin juga menyukai