Tim Matematika
Modul ini merupakan bagian dari materi inti dalam mempelajari ilmu
Matematika Dasar (Baca: “kalkulus”). Pada modul ini akan dijelaskan
mengenai Anti Turunan, Aturan Dasar Anti Turunan, Integral Tentu, Teorema
Dasar Kalkulus 1 dan 2. Untuk mempelajari modul ini, peserta diharuskan
sudah tidak ada permasalahan dalam mempelajari modul-modul
sebelumnya (pertidaksamaan, fungsi, limit, dan turunan).
Definisi: Fungsi disebut sebagai suatu anti turunan dari fungsi pada
interval jika untuk semua pada interval .
Pada definisi di atas digunakan kata “suatu anti turunan”, hal ini untuk
menekankan bahwa anti turunan dari suatu fungsi tidaklah tunggal.
Perhatikan contoh berikut,
Contoh 9.1
Carilah suatu anti turunan dari 3 pada interval ∞, ∞ .
Jawab:
Mencari suatu anti turunan dari sama artinya dengan mencari suatu
fungsi yang jika diturunkan sama dengan . Dengan berbekal
pengalaman pada modul sebelumnya mengenai turunan, diketahui bahwa
adalah satu contoh fungsi yang demikian, karena 3
. Pemikiran sejenak akan mengemukakan penyelesaian yang lain. Misal
2 juga merupakan suatu anti turunan dari , karena
3 juga. Pada kenyataannya, semua fungsi yang berbentuk
, dengan sebarang konstanta Riil, adalah suatu anti turunan dari
3 . Jika digambarkan pada Koordianat Kartesius, grafik anti turunan
3
merupakan kumpulan kurva dengan menggeser ke atas atau
ke bawah, perhatikan Gambar 9.1,
Sebagai kesepakatan dalam modul ini, jika disebutkan anti turunan suatu
fungsi maka yang dimaksudkan adalah anti turunan secara umum.
Notasi ini merupakan notasi Leibniz dari anti turunan terhadap dan
disebut sebagai integran. Jadi pada contoh di atas dapat juga ditulis
sebagai berikut
Contoh 9.2:
Tentukan anti turunan dari 2 .
Jawab:
2
2
4
Karena 2
4
Perhatikan bahwa turunan dari anti turunan suatu fungsi adalah fungsi itu
sendiri. Dengan kata lain, suatu anti turunan dari fungsi kemudian
diturunkan, akan kembali menjadi .
Contoh 9.3:
Tentukan jika 4
Jawab:
4
4
7
Karena 4
1, maka
#$%
"
"&'
Jika bilangan Riil kecuali .
1 0 ( * 1,
#$% #$% (%
"
"&' "&'
Perhatikan bahwa turunan dari
Contoh 9.4:
+
Tentukan anti turunan dari
5
Jawab:
+ &' +
+ &'
4 1 3
Contoh 9.5:
,
Tentukan anti turunan dari -
Jawab:
. .
&'
3
2 5 5
1
3 3
Bahan Renungan: Mengapa dalam aturan pangkat anti turunan suatu fungsi
dikecualikan untuk pangkat 1?
0 0
1 2
1 2
Anti turunan dari perkalian suatu fungsi dengan konstanta 0, sama dengan
perkalikan dari anti turunan fungsi tersebut dengan konstanta 0. Sedangkan
anti turunan dari penjumlahan dua fungsi sama dengan penjumlahan dari
anti turunan masing-masing fungsi penyusunnya. Begitu juga dengan anti
turunan dari pengurangan dua fungsi, sama dengan pengurangan dari anti
turunan masing-masing fungsi penyusunnya. Perhatikan contoh berikut,
6
Contoh 9.6:
Tentukan anti turunan dari 2 3
Jawab:
2 3 30456ℎ83
Di baris terakhir didapatkan bahwa 2 ' 3 , itu tidak jadi masalah, tetap
saja merupakan sebarang konstanta. Agar lebih meyakinkan apakah
jawaban yang diperoleh sudah benar, cobalah untuk menurunkan hasil anti
turunannya.
Catatan: Pada anti turunan tidak ada aturan perkalian dan aturan
pembagian seperti yang terdapat pada aturan turunan.
Contoh 9.7:
Tentukan anti turunan dari 2 .
3 2
Jawab:
8
2 .
3 2
Fungsi di atas dapat ditulis ulang menjadi bentuk polinomial, dengan cara
menguraikannya atau mengoperasikannya satu-persatu. Sehingga dapat
ditentukan anti turunannya berdasarkan aturan pangkat dan aturan
kelinieran anti turunan, akan tetapi diperlukan waktu dan usaha yang ekstra.
Selain itu, fungsi di atas dapat juga diartikan sebagai perkalian dua buah
fungsi, yaitu 2 .
dan 3 2 . Seperti penjelasan sebelumnya, dalam
anti turunan tidak ada aturan perkalian fungsi, sehingga dibutuhkan cara lain
untuk menyelesaikannya.
2 .
3 2 8. 8 2 8, 69 3 2 8
8.&'
658 69 ?69 065 6953 58 8969 54 ℎ6 6? 8
5 1
8
3;?4 6D3069
6
2
8 2
6
Cobalah untuk menurunkan hasil anti turunan yang didapatkan untuk
memeriksa kebenarannya.
Contoh 9.8:
9
Tentukan anti turunan dari 3
Jawab:
3 3
1 1
3 8 8 = 3 8, dan 8>
2 2
1
8 8 658 69 04:3934 69 9;E; 1
2
1 8J
= '> 658 69 ?69 065
2 8
1 3 J
= '> 18 3 2
2 8
3 J 1
L ' , 5456? D6M6 D4C6 69 0;9D56956N
16 2
P
6 C
6 C
Gambar 9.2
10
Untuk menghitung luas daerah O, dapat dilakukan hampiran dengan
membagi interval R6, CS menjadi beberapa sub-interval. Misalkan suatu partisi
T T 9 R U, ', ,…, WS membagi interval R6, CS menjadi 9 sub-interval (tidak
harus sama panjang) dengan 6 U X ' X X⋯X W+' X W C, dan
misalkan Δ [ [ [+' , dengan 3 1,2,3, … , 9. Pada tiap sub-interval R [+' , [ S,
ambil sebuah titik sebarang ̅[ (yang mungkin saja berupa titik ujung, dalam
hal ini [+' atau [) yang disebut sebagai titik sampel untuk sub-interval ke-3.
Sebagai contoh dari hasil kontruksi ini diperlihatkan dalam Gambar 9.3 untuk
9 6.
Δ ' Δ Δ Δ Δ . Δ
53530 ?6 53D3
6 U ' . C
53530 53530 D6E?4: ̅' ̅ ̅ ̅ ̅. ̅
Gambar 9.3
]86D O ^ _ ̅[ Δ [
[`'
A' A A A A. A
6 U ' . C
Gambar 9.4
lim _ ̅[ Δ [
|h|→U
[`'
12
maka dikatakan terintegralkan pada R6, CS, dan angka yang diperoleh dari
limit tersebut dinotasikan sebagai
k
lim _ ̅[ Δ [
|h|→U
l [`'
yang dibatasi oleh kurva P dan sumbu- pada interval R6, CS. Dalam hal
ini, yang bertanda positif berkaitan dengan luas bagian-bagian yang berada
di atas sumbu- , dan yang bertanda negatif berkaitan dengan luas bagian-
bagian yang berada di bawah sumbu- .
Perhatikan Gambar 9.5, Gambar 9.6, dan Gambar 9.7. Pada Gambar 9.5
dapat dilihat bahwa daerah tertutup O yang dibatasi oleh kurva P ,
sumbu- , garis 6, dan garis C, berada di atas sumbu- . Dengan
k
l
demikian, mengartikan sebagai luas daerah tertutup tersebut.
Sedangkan pada Gambar 9.6, dapat dilihat bahwa daerah tertutup O yang
dibatasi oleh kurva P , sumbu- , garis 6, dan garis C, berada di
k
l
bawah sumbu- . Dengan demikian, mengartikan sebagai negatif
dari luas daerah tertutup tersebut. Sedangkan pada Gambar 9.7, dapat
dilihat bahwa daerah tertutup O yang dibatasi oleh kurva P , sumbu- ,
garis 6, dan garis C, sebagian berada di bawah sumbu- dan
k
l
sebagian lagi berada di atas sumbu- . Dengan demikian,
13
mengartikan sebagai luas daerah tertutup bagian atas sumbu- dikurangi
dengan luas daerah tertutup bagian bawah sumbu- .
P 6 C
6 C
Gambar 9.5
P P
6 C 6
6 C O'
O 6 C
O
Contoh 9.9:
Tentukan luas dari daerah tertutup O yang dibentuk oleh , garis P 0
atau sumbu- , garis 0, dan garis 2.
Jawab:
0 2
Gambar 9.8
14
Perhatikan Gambar 9.8, menghitung luas daerah tertutup O yang dibentuk
oleh , sumbu- , garis 0, garis 2, sama halnya dengan
menghitung U
, karena daerah O berada di atas sumbu- . Padahal
U
lim ∑W[`' Δ [
W→n
panjang partisinya. Dengan demikian pada interval
0 U ' … W+ W+' W 2
Gambar 9.9
1, 2.
J 'U ' ' '
J
,
J . J
,
J
,
J
, dan J J
Gambar 9.10
Tinjau satu sub-interval R [+' , [ S dan bentuk persegi panjang dengan alas
R [+' , [ S yaitu panjangnya adalah Δ , dan lebar ̅[ . Karena digunakan titik
ujung interval sebelah kanan sebagai ̅ [ , maka ̅[ [ [ . Padahal
[ W
3, sehingga [ W
3 . Dengan demikian didapatkan luas persegi
Sebagai gambaran dari hasil kontruksi ini diperlihatkan dalam Gambar 9.10.
Dengan demikian, didapatkan total jumlah semua luas persegi panjangnya
adalah
W W
2 2 8
_ L 3N L N _L N3
9 9 9
[`' [`'
Ini merupakan hampiran dari luas daerah tertutup O yang berupa jumlah
Riemann. Sehingga dapat ditulis sebagai
8 9 9 1 29 1
]86D O ^ = >
9 6
]86D O
U
8 9 9 1 29 1
lim @L N = >A
W→n 9 6
8 9 9 29 1
lim = >
W→n 69
8 29 9 29 9
lim = >
6 W→n 9
8 8
2
6 3
Penjelasan:
Misalkan terdapat sebarang partisi pada interval R6, CS sebagai berikut
6 U X ' X X⋯X W+' X W C
_1 [ [+' 2
[`'
18
Berdasarkan Teorema Nilai Rata-Rata Turunan yang diterapkan ke pada
sub-interval [+' , [ menjelaskan bahwa
[ [+' dc [+' [ dc Δ [
C 6 _ dc Δ [
[`'
C 6 _ dc Δ [
[`'
W
Contoh 9.10:
Tentukan luas dari daerah tertutup O yang dibentuk oleh , sumbu- ,
garis 0, dan garis 2.
Jawab:
Pada contoh sebelumnya, ditentukan luas daerah tertutup O yang dibentuk
oleh , sumbu- , garis 0, dan garis 2 menggunakan limit
jumlah Riemann. Kali ini, karena sudah dipelajari Teorema Dasar Kalkulus
yang lebih mudah tentunya, maka dapat digunakan cara tersebut.
1 2
L Nq
3 0
U
1 1
L 2 N L 0 N
3 3
8
L N 0
3
8 8
3 3
'
merupakan anti turunan dari .
3
.
Tentukan
Jawab:
Diketahui bahwa anti turunan dari 3 adalah , sehingga
.
5
3 q
2
5 2
125 8
117
Contoh 9.12:
2 3 2
'
+
Tentukan
Jawab:
2 , sehingga
20
'
2 3 1
2 3 2 L 2 Nq
4 2 2
+
2 3 2 3
= 1 1 2 1 > = 2 2 2 2 >
4 2 4 2
2 3 2 3
L 2N L 16 4 4N
4 2 4 2
1 3 4
L N 8 6 4
2 2 2
1 2 3
Contoh 9.13:
Tentukan '
2 1 √
Jawab:
Untuk menghitung integral tentu di atas, dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, ditentukan anti turunan terlebih dahulu secara terpisah
menggunakan metode subtitusi, kemudian dihitung integral tentunya. Cara
kedua, dihitung integral tentu secara langsung menggunakan metode
subtitusi, diikuti dengan mengubah batas integralnya akibat melakukan
permisalan.
Cara pertama:
Misalkan 8 , sehingga didapatkan 8 2 1 , dengan demikian
2 1 s √8 8
'
8 8
2
8
3
2
3
Sehingga didapatkan
2 4
2 1 s q
3 1
'
2 2
1 4 4 2 1 1 1 2
3 3
2 2
20 2
3 3
2
L 20 2 N
3
21
Cara kedua:
Misalkan 8 , sehingga didapatkan 8 2 1 . Sedangkan untuk
mengubah batas integralnya dengan berpedoman pada permisalan yang
sudah dilakukan.
2 1 s √8 8
'
U
'
8 8
2 20
8 q
3 2
2
L 20 2 N
3
Contoh 9.14:
1 2
' 'U
U
Tentukan
Jawab:
Misalkan 8 1, dan didapatkan 8 2 .
Untuk batas bawah yaitu 0 diubah menjadi 8 1 0 1 1.
Dan batas atas yaitu 1 diubah menjadi 8 1 1 1 2.
Dengan demikian,
'
1 'U
2 8'U 8
U '
8'' 2
q
11 1
2 '' 1 ''
11 11
2'' 1
11
22
Contoh 9.15:
-
1√ +'2
' √
Tentukan
Jawab:
2 8 8
U
1 1
2L 8 q N
4 0
1 1
2L 1 0 N
4 4
2
4
atau tunggal. Artinya untuk tiap satu nilai dapat dipasangkan tepat satu
nilai dari suatu integral tentu pada interval R6, S, perhatikan Gambar 9.11.
P
P 5
6 C 5
Gambar 9.11
23
Pada kasus 5 Q 0 tersebut, satu nilai menghasilkan tepat satu nilai, yaitu
luas daerah di bawah kurva P 5 , di atas sumbu-5 pada interval R6, S.
Dengan demikian dapat didefinisikan suatu fungsi t, yaitu
t 5 5
l
Misalkan kontinu pada interval tertutup R6, CS dan misakan sebarang titik
(variabel) dalam R6, CS, maka
= 5 5>
l
Penjelasannya:
turunan. Padahal
t ℎ 5 5 dan t 5 5
&u
l l
sehingga
&u &u
t ℎ t 5 5 5 5 5 5
l l
P
P 5
6 ℎ C 5
Gambar 9.12
24
5 Q 0 tersebut, 5 5 merupakan
&u
l
Perhatikan Gambar 9.12. Pada kasus
5 5.
&u
sebagai
5 5, nilainya
&u
Sekarang perhatikan hanya pada luas daerah pada
akan selalu berada di antara luas daerah persegi panjang Eℎ dan wℎ,
dengan E nilai minimum dari pada interval R , ℎS dan w nilai maksimum
dari pada interval R , ℎS. Dengan kata lain, E dan w bergantung pada
interval R , ℎS atau dapat dikatakan juga E dan w bergantung pada ℎ,
perhatikan Gambar 9.13 berikut.
P P
P 5 P 5
w
w
E E
ℎ 5 ℎ 5
Gambar 9.13 Nilai x berbeda dimungkinkan memberikan nilai y dan z berbeda
t ℎ t
E { { w 0453 6 86D 3C6 3 49 69 ℎ, ℎ * 0
ℎ
t ℎ t
lim E { lim { lim w :3E35069 0453 6 86D 49 69 ℎ → 0
u→U u→U ℎ u→U
25
Diketahui bahwa nilai maksimum w dan nilai minimum E bergantung dengan
ℎ. Karena kontinu, maka E dan w dua-duanya haruslah mendekati jika
ℎ → 0. Sehingga berdasar dalil apit dapat disimpulkan bahwa
t ℎ t
t lim
u→U ℎ
= 5 5>
l
Contoh 9.16:
Tentukan 1 5 52
Jawab:
Dapat saja dengan berfikiran untuk menentukan integral tentunya terlebih
dahulu, kemudian menurunkannya, atau dapat langsung menyelesaikannya
menggunakan Teorema Dasar Kalkulus Kedua.
Cara Pertama:
Ditentukan integral tentu dari
1
5 5 5 q 3954 6: 54958
3 2
1 1
2
3 3
8
6568
3 3
1 8
3 3
Kemudian diturunkan
1 8 1 8
L N L N L N 358 89069
3 3 3 3
1
0
3
1
3 6568
3
26
Cara Kedua:
Berdasar Teorema Dasar Kalkulus Kedua didapatkan bahwa
5 5
Contoh 9.17:
-
= 5>
|}
U √| - &'
Tentukan
Jawab:
Cobalah untuk mengerjakan dengan cara pertama, tentulah ini sulit
dilakukan (bahkan mustahil untuk dilakukan). Dengan cara kedua
didapatkan dengan mudah yaitu dengan mengganti variabel 5 dengan
variabel .
5
~ 5•
U √5 13 √ 13
Contoh 9.18:
25 3 5
-
Tentukan
Jawab:
Perhatikan batas atasnya, batas tersebut adalah sebagai pengganti ,
padahal untuk menggunakan Teorema Dasar Kalkulus Kedua diperlukan
disana. Masalah ini dapat ditangani dengan menggunakan aturan rantai.
25 3 5 menjadi
-
Dengan mengubah ekspresi di atas untuk
25 3 5 dengan 8
€
.
Berdasarkan aturan rantai turunan, turunan terhadap dari fungsi bersusun ini
adalah
€
= 25 3 5> 8
8
27
1 25 3 52 28 3 dan 8 3
€
€
Karena
Maka,
€
= 25 3 5> 8 28 3 3
8
2 3 3 06 496 8
, untuk 6 Q C
k l
l k
2.
Sifat pertama dapat diartikan sebagai luas daerah dengan lebar 0 (dari 6
sampai 6) sudah jelas pasti 0. Sedangkan pada sifat kedua, membalik batas
integral, berarti hasil integral tentu-nya adalah negatif dari integral tentu
setelah batas dibalik. Sebagai contoh:
3 0
3 3
Sifat Kelinieran:
Jika dan terintegralkan pada R6, CS, dan 0 suatu konstanta, maka
0 0
k k
l l
1.
1 2
k k k
l l l
2.
1 2
k k k
l l l
3.
Contoh 9.19:
Hitung +'
2 3
28
Jawab:
2 3 2 3 D3 65 9;E; 3
+' +' +'
2 3 D3 65 9;E; 1
+' +'
1 2 1 2
2L q N 3L q N 33954 6:069
2 1 3 1
1 1 1 1
2L 2 1 N 3L 2 1 N
2 2 3 3
4 1 8 1
2L N 3L N
2 2 3 3
6 27
2 3
3 9 6
Contoh 9.20:
1
'
U
Hitung
Jawab:
' ' '
1 1 D3 65 9;E; 2
U U U
l l ƒ
merupakan luas daerah di antara dan sumbu- pada interval R6, CS.
Dapat dilihat bahwa luas ini merupakan penjumlahan dari luas daerah di
antara dan sumbu- pada interval R6, ‚S dengan luas daerah di antara
dan sumbu- pada interval R‚, CS.
6 ‚ C
pada interval R6, CS. Dapat dilihat bahwa luas ini merupakan pengurangan
dari luas daerah di antara dan sumbu- pada interval R6, ‚S dengan luas
6 C ‚
Sebagai contoh:
U U
U U U
Sifat Kesimetrian:
Ingat kembali bahwa fungsi genap merupakan fungsi yang memenuhi
, sedangkan fungsi ganjil merupakan fungsi yang memenuhi
. Grafik dari suatu fungsi genap akan simetri terhadap sumbu-P,
dan grafik dari suatu fungsi ganjil akan simetri terhadap titik asal. Berikut sifat
yang berkaitan dengan fungsi genap dan fungsi ganjil, perhatikan Gambar
9.16 dan Gambar 9.17.
Jika merupakan fungsi genap, maka
31
l l
2
+l U
6 6
Gambar 9.16 Pada Fungsi Genap Luas Daerah Sebelah Kanan Sumbu-‡ Sama
dengan Luas Daerah Sebelah Kiri Sumbu-‡
Gambar 9.17 Pada Fungsi Ganjil Luas Daerah Sebelah Bawah Mengurangi Luas
Daerah Sebelah Atas
Contoh 9.21:
+
Hitunglah
Jawab:
Karena merupakan fungsi genap, maka
1 2 1 1 16
2 2L q N 2L 2 0 N
+ U 3 0 3 3 3
+
1. Hitunglah
Jawab:
Karena merupakan fungsi ganjil, maka
0
+
, dengan syarat 9 * 1.
W ' W&'
W&'
a.
b. 0 0
c. 1 2
#$%
"
1 2 * 1
1ˆ 2
"&'
d. , dengan syarat
lim _ ̅[ Δ [
|h|→U
l [`'
k
l
4. Secara geometri, integral tentu berpadanan dengan luas
= 5 5>
l
, untuk 6 Q C
k l
l k
b.
0 0
k k
l l
c.
1 2
k k k
l l l
d.
1 2
k k k
l l l
e.
34
SOAL LATIHAN
a. U
4 3 2
2 1
' 'U
U
b.
c. U
√ 1
4. Tentukan t jika
a. t +
5 5 5
b. t '
√1 5 5
c. t U
2 5 5
3, 1, 2, tentukanlah integral-
'
U U U
5. Jika
integral berikut
'
a.
U
'
b.
c. U
2
d. U
13 2 2
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Neuhauser, C. 2011. Calculus for Biology and Medicine 3rd Ed. Prentice
Hall.
2. Varberg, D. Purcell, E. and Rigdon, S. 2006. Calculus 9th Ed. Prentice Hall.
3. N. Susila, B. Kartasasmita dan R. , Kalkulus dan Geometri Analitis Edisi Ke-5
Jilid 1, Bandung: Institut Teknologi Bandung-Erlangga.