Anda di halaman 1dari 36

MATEMATIKA DASAR 1B

Submodul 9: Anti Turunan, Integral Tentu, Integral


Subtitusi, dan Teorema Dasar Kalkulus

Tim Matematika

TAHAP PERSIAPAN BERSAMA


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA - LAMPUNG SELATAN
08 OKTOBER 2019
1
PENDAHULUAN

Modul ini merupakan bagian dari materi inti dalam mempelajari ilmu
Matematika Dasar (Baca: “kalkulus”). Pada modul ini akan dijelaskan
mengenai Anti Turunan, Aturan Dasar Anti Turunan, Integral Tentu, Teorema
Dasar Kalkulus 1 dan 2. Untuk mempelajari modul ini, peserta diharuskan
sudah tidak ada permasalahan dalam mempelajari modul-modul
sebelumnya (pertidaksamaan, fungsi, limit, dan turunan).

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat:


1. Menjelaskan ulang konsep anti turunan/integral tak tentu.
2. Menentukan anti turunan suatu fungsi.
3. Menjelaskan ulang konsep integral tentu.
4. Menghitung integral tentu dari suatu fungsi.
5. Menghitung integral tentu menggunakan Teorema Dasar Kalkulus.
6. Menyelesaikan permasalahan turunan dari fungsi yang dinyatakan
dalam integral
7. Menghitung integral tentu menggunakan metode subtitusi.
2
MATERI PERKULIAHAN

9.1. Anti Turunan


Jika saya mengenakan sandal, saya dapat melepaskannya lagi. Kegiatan
kedua menghapuskan kegiatan yang pertama. Seperti halnya pada operasi,
terdapat dua operasi yang saling menghapuskan, yang disebut sebagai
operasi balikan. Sebagai contoh misalkan penambahan dan pengurangan,
perkalian dan pembagian, pemangkatan dan penarikan akar, dan
sebagainya. Pada modul sebelumnya telah dipelajari turunan/derivative,
dan sekarang akan dipelajari operasi balikannya, yang disebut sebagai anti
turunan/anti derivative (integral tak tentu).

Definisi: Fungsi disebut sebagai suatu anti turunan dari fungsi pada
interval jika untuk semua pada interval .

Pada definisi di atas digunakan kata “suatu anti turunan”, hal ini untuk
menekankan bahwa anti turunan dari suatu fungsi tidaklah tunggal.
Perhatikan contoh berikut,

Contoh 9.1
Carilah suatu anti turunan dari 3 pada interval ∞, ∞ .
Jawab:
Mencari suatu anti turunan dari sama artinya dengan mencari suatu
fungsi yang jika diturunkan sama dengan . Dengan berbekal
pengalaman pada modul sebelumnya mengenai turunan, diketahui bahwa
adalah satu contoh fungsi yang demikian, karena 3
. Pemikiran sejenak akan mengemukakan penyelesaian yang lain. Misal
2 juga merupakan suatu anti turunan dari , karena
3 juga. Pada kenyataannya, semua fungsi yang berbentuk
, dengan sebarang konstanta Riil, adalah suatu anti turunan dari
3 . Jika digambarkan pada Koordianat Kartesius, grafik anti turunan
3
merupakan kumpulan kurva dengan menggeser ke atas atau
ke bawah, perhatikan Gambar 9.1,

Gambar 9.1 Kurva Anti Turunan dari Suatu Fungsi

Sebagai kesepakatan dalam modul ini, jika disebutkan anti turunan suatu
fungsi maka yang dimaksudkan adalah anti turunan secara umum.

9.1.1. Notasi Anti Turunan


Dalam menuliskan anti turunan dari fungsi digunakan notasi

Notasi ini merupakan notasi Leibniz dari anti turunan terhadap dan
disebut sebagai integran. Jadi pada contoh di atas dapat juga ditulis
sebagai berikut

dengan 3 adalah sebagai integrannya.

Contoh 9.2:
Tentukan anti turunan dari 2 .
Jawab:
2
2
4
Karena 2
4
Perhatikan bahwa turunan dari anti turunan suatu fungsi adalah fungsi itu
sendiri. Dengan kata lain, suatu anti turunan dari fungsi kemudian
diturunkan, akan kembali menjadi .

9.2. Aturan Anti Turunan


Untuk menentukan anti turunan suatu fungsi dapat dilakukan dengan
berpedoman pada materi turunan, yaitu dengan berfikir kebalikannya. Jika
ditanya tentukan anti turunan dari , berarti dicari fungsi yang jika
diturunkan hasilnya adalah .

Contoh 9.3:
Tentukan jika 4
Jawab:
4
4
7
Karena 4

Seperti halnya pada turunan, terdapat beberapa aturan yang dapat


digunakan dalam menentukan anti turunan suatu fungsi. Berikut dijelaskan
satu-persatu.

9.2.1. Aturan Pangkat Anti Turunan


Berdasarkan aturan pangkat pada turunan, dapat dibangun metode untuk
menentukan anti turunan dari suatu fungsi sebagai berikut.

1, maka
#$%
"
"&'
Jika bilangan Riil kecuali .

1 0 ( * 1,
#$% #$% (%
"
"&' "&'
Perhatikan bahwa turunan dari

sehingga 1 * 0, dengan demikian, ekspresi matematika tersebut dapat


disederhanakan).

Contoh 9.4:
+
Tentukan anti turunan dari
5
Jawab:
+ &' +
+ &'
4 1 3

Contoh 9.5:
,
Tentukan anti turunan dari -

Jawab:
. .
&'
3
2 5 5
1
3 3

Agar lebih meyakinkan apakah anti turunan yang didapatkan benar,


cobalah untuk menurunkan hasil anti turunan yang didapatkan tersebut. Jika
setelah diturunkan didapatkan fungsi awal, maka anti turunan yang
diperoleh dapat disimpulkan sudah benar, jika tidak berarti anti turunan yang
diperoleh belum tepat.

Bahan Renungan: Mengapa dalam aturan pangkat anti turunan suatu fungsi
dikecualikan untuk pangkat 1?

9.2.2. Aturan Kelinieran Anti Turunan


Jika dan kontinu, dan 0 sebarang konstanta Riil, maka,

0 0

1 2

1 2

Anti turunan dari perkalian suatu fungsi dengan konstanta 0, sama dengan
perkalikan dari anti turunan fungsi tersebut dengan konstanta 0. Sedangkan
anti turunan dari penjumlahan dua fungsi sama dengan penjumlahan dari
anti turunan masing-masing fungsi penyusunnya. Begitu juga dengan anti
turunan dari pengurangan dua fungsi, sama dengan pengurangan dari anti
turunan masing-masing fungsi penyusunnya. Perhatikan contoh berikut,
6

Contoh 9.6:
Tentukan anti turunan dari 2 3
Jawab:

2 3 30456ℎ83

2 3 658 69 04:3934 69 9;. 2

2 3 658 69 04:3934 69 9;. 1

2= '> 3= > 658 69 ?69 065 6953 58 8969


4 3
1
49 69 2 3
2 '

Di baris terakhir didapatkan bahwa 2 ' 3 , itu tidak jadi masalah, tetap
saja merupakan sebarang konstanta. Agar lebih meyakinkan apakah
jawaban yang diperoleh sudah benar, cobalah untuk menurunkan hasil anti
turunannya.

Catatan: Pada anti turunan tidak ada aturan perkalian dan aturan
pembagian seperti yang terdapat pada aturan turunan.

9.2.3. Metode Subtitusi


Ingat kembali aturan rantai pada turunan yang diterapkan pada pangkat
suatu fungsi. Jika 8 adalah fungsi yang dapat diturunkan, dan suatu
bilangan Riil ( * 1), maka
"&'
1 2 8 "&'
@ A = > 106 496 8 2
1 1
8 "&'
= >∙ 8 658 69 69563 58 8969
8 1
1 8 "&' +'
∙ 8 658 69 ?69 065 58 8969
1

8" ∙ @06 4969 8 A


"
1 2 ∙ 106 496 8 2
Dari sini didapatkan aturan untuk menentukan anti turunan suatu fungsi, yaitu
7
Misalkan suatu fungsi yang mempunyai turunan, dan suatu bilangan Riil
yang bukan 1. Maka
"&'
" 1 2
1 2
1
Selain itu, dalam menentukan anti turunan suatu fungsi menggunakan aturan
di atas akan lebih mudah dilakukan bila menggunakan notasi Leibniz.
Misalakan 8 , maka 8 ( 8 merupakan diferensial 8). Dengan
demikian aturan di atas dapat dituliskan ulang menjadi sebagai berikut,
"
1 2 8" 8 C4 6D6 069 ?4 E3D6:69
8"&'
6953 58 8969 54 ℎ6 6? 8, 69 * 1
1
"&'
1 2
106 496 8 2
1
Ini serupa dengan aturan pangkat biasa pada anti turunan, dengan 8
sebagai variabelnya. Aturan ini kemudian dikenal sebagai metode subtitusi.
Anti turunan dari suatu integran dengan bentuk-bentuk perkalian fungsi yang
memuat 8 beserta 8 di dalamnya, dapat diselesaikan menggunakan
metode ini.

Teknis dalam melakukan anti turunan suatu fungsi menggunakan metode


substitusi adalah mampu mengenali mana yang seharusnya menjadi 8 dan
mana yang menjadi 8. Pertama, lakukan permisalan dengan mengambil
sebagian integran menjadi 8, kemudian tentukan diferensialnya, haruslah
diferensialnya termuat disisa integran setelah diambil untuk permisalan 8. Jika
tidak demikian, ada indikasi bahwa permisalan yang dilakukan kurang tepat,
kesimpulannya lakukan permisalan yang lain sampai didapatkan permisalan
yang tepat. Biasanya, permisalan yang sebagai 8 merupakan bagian
integran yang mempunyai pangkat, atau yang merupakan di dalamnya
akar, atau yang di dalamnya bentuk trigonometri, atau dan sebagainya.

Contoh 9.7:
Tentukan anti turunan dari 2 .
3 2
Jawab:
8

2 .
3 2

Sebelum memulai melakukan anti turunan menggunakan metode subtitusi,


cobalah terlebih dahulu melakukannya dengan cara yang sederhana. Jika
tidak dapat dilakukan, cobalah untuk melakukan dengan cara lain, salah
satunya yaitu dengan metode subtitusi.

Fungsi di atas dapat ditulis ulang menjadi bentuk polinomial, dengan cara
menguraikannya atau mengoperasikannya satu-persatu. Sehingga dapat
ditentukan anti turunannya berdasarkan aturan pangkat dan aturan
kelinieran anti turunan, akan tetapi diperlukan waktu dan usaha yang ekstra.
Selain itu, fungsi di atas dapat juga diartikan sebagai perkalian dua buah
fungsi, yaitu 2 .
dan 3 2 . Seperti penjelasan sebelumnya, dalam
anti turunan tidak ada aturan perkalian fungsi, sehingga dibutuhkan cara lain
untuk menyelesaikannya.

Dapat dilihat bahwa integran tersebut berbentuk perkalian suatu fungsi


beserta diferensialnya, maka dapat digunakan metode subtitusi untuk
menentukan anti turunannya. Diketahui bahwa 2 memiliki pangkat 5,
dan diferensial dari 2 termuat disisa integrannya, ini mengindikasikan
bahwa dapat dilakukan permisalan dengan 2 sebagai 8-nya.

Misalkan 8 2 , maka 8 3 2 , dengan demikian

2 .
3 2 8. 8 2 8, 69 3 2 8
8.&'
658 69 ?69 065 6953 58 8969 54 ℎ6 6? 8
5 1
8
3;?4 6D3069
6
2
8 2
6
Cobalah untuk menurunkan hasil anti turunan yang didapatkan untuk
memeriksa kebenarannya.

Contoh 9.8:
9
Tentukan anti turunan dari 3
Jawab:

3 3

Diketahui bahwa 3 memiliki pangkat 7, dan diferensial dari 3 termuat


disisa integrannya, ini mengindikasikan bahwa dapat dilakukan permisalan
dengan 3 sebagai 8-nya.

Misalkan 8 3, maka 8 2 8, dengan demikian


'
, sehingga

1 1
3 8 8 = 3 8, dan 8>
2 2
1
8 8 658 69 04:3934 69 9;E; 1
2
1 8J
= '> 658 69 ?69 065
2 8
1 3 J
= '> 18 3 2
2 8
3 J 1
L ' , 5456? D6M6 D4C6 69 0;9D56956N
16 2

9.3. Integral Tentu

9.3.1. Pendahuluan Luas


Perhatikan Gambar 9.2, O merupakan daerah tertutup yang dibatasi oleh P
dengan Q 0 dan kontinu, sumbu- (atau garis P 0), garis 6,
dan garis C.

P
6 C

6 C

Gambar 9.2
10
Untuk menghitung luas daerah O, dapat dilakukan hampiran dengan
membagi interval R6, CS menjadi beberapa sub-interval. Misalkan suatu partisi
T T 9 R U, ', ,…, WS membagi interval R6, CS menjadi 9 sub-interval (tidak
harus sama panjang) dengan 6 U X ' X X⋯X W+' X W C, dan
misalkan Δ [ [ [+' , dengan 3 1,2,3, … , 9. Pada tiap sub-interval R [+' , [ S,

ambil sebuah titik sebarang ̅[ (yang mungkin saja berupa titik ujung, dalam
hal ini [+' atau [) yang disebut sebagai titik sampel untuk sub-interval ke-3.
Sebagai contoh dari hasil kontruksi ini diperlihatkan dalam Gambar 9.3 untuk
9 6.

Δ ' Δ Δ Δ Δ . Δ
53530 ?6 53D3
6 U ' . C
53530 53530 D6E?4: ̅' ̅ ̅ ̅ ̅. ̅

Gambar 9.3

Tinjau satu sub-interval R [+' , [ S dan bentuk persegi panjang dengan Δ [

sebagai panjang dan ̅[ sebagai lebar. Dengan demikian dapat diperoleh


luas persegi panjang pada sub-interval ke-3 yaitu ̅[ Δ [ . Begitu juga
dengan sub-interval lainnya. Jumlah keseluruhan luas yang dihasilkan dapat
dianggap sebagai hampiran dari luas O, atau dapat dituliskan sebagai
W

]86D O ^ _ ̅[ Δ [
[`'

Metode ini dinamakan sebagai jumlah Riemann. Penggunaan notasi “^”


menandakan bahwa nilai yang didapat merupakan nilai hampiran dari luas
daerah tertutup O. Sebagai contoh dari hasil kontruksi ini diperlihatkan dalam
Gambar 9.4 untuk 9 6. Perhatikan bahwa ada bagian yang seharusnya
masuk ke dalam luas daerah O yang tidak terhitung jika dihitung luas daerah
O menggunakan jumlah Riemann, dan ada bagian yang seharusnya tidak
masuk ke dalam luas daerah O, tetapi terhitung jika menggunakan jumlah
Riemann. Hal inilah yang menyebahkan adanya perbedaan dengan luas
yang sebenarnya. Perbedaan perhitungan ini dinamakan sebagai
error/galat/kesalahan, dan ini dapat ditekan/dibuat/dikontrol menjadi sekecil
11
mungkin dengan memperkecil nilai Δ [ , dengan konsekuensi semakin banyak
partisi yang perlu dihitung luasnya.
P _ ̅[ Δ [ j' j j j j. j
[`'

A' A A A A. A

6 U ' . C

Gambar 9.4

9.3.2. Definisi Integral Tentu


Untuk mendapatkan nilai pendekatan yang lebih baik pada jumlah Riemann,
dibutuhkah pemilihan partisi T yang bagus, sehingga persegi panjang-
persegi panjang yang terbentuk dapat mengisi luas daerah yang
sebenarnya semakin akurat. Partisi yang bagus yaitu partisi yang
menyebabkan jumlah sub-interval menjadi semakin lebih banyak dan
sekaligus panjang sub-interval |T| yang terlebar menjadi semakin lebih kecil.
Untuk melakukan hal itu, dipilih partisi T T 9 R U, ', ,…, WS dengan 9
1,2,3, … sehingga |T| Q |T 9 1 |. Pada kenyataannya nanti, akan dituliskan
limit |T| → 0 sebagai ganti dari limit 9 → ∞. Karena jika |T| → 0 secara tidak
langsung mengakibatkan bahwa 9 semakin menuju tak hingga. Tidak
sebaliknya, jika 9 → ∞, maka tidak mengartikan bahwa |T| semakin kecil
menuju nol.

Misalkan T, Δ [ , dan dc mempunyai arti seperti yang dibahas sebelumnya. Jika


|T| menyatakan panjang sub-interval terlebar dari partisi T, dan misalkan P
suatu fungsi yang didefinisikan pada interval tertutup R6, CS, jika nilai limit
dari jumlah Riemann berikut ada, yaitu
W

lim _ ̅[ Δ [
|h|→U
[`'
12
maka dikatakan terintegralkan pada R6, CS, dan angka yang diperoleh dari
limit tersebut dinotasikan sebagai
k

(baca: “Integral tentu dari 6 ke C atau integral Riemann dari 6 ke


C”). Dengan demikian dapat ditulis ulang bahwa,
k W

lim _ ̅[ Δ [
|h|→U
l [`'

Jika pada penjelasan di atas P Q 0, maka


k
l
dengan

mengartikan luas daerah tertutup yang dibatasi oleh kurva P , sumbu- ,


garis 6, dan garis C. Jika tidak lebih besar dari 0 pada interval

R6, CS, maka


k
l
bukan lagi mengartikan luas suatu daerah tertutup

yang dibatasi oleh kurva P , sumbu- , garis 6, dan garis C.


k
l
Secara umum, menyatakan luas bertanda dari daerah tertutup

yang dibatasi oleh kurva P dan sumbu- pada interval R6, CS. Dalam hal
ini, yang bertanda positif berkaitan dengan luas bagian-bagian yang berada
di atas sumbu- , dan yang bertanda negatif berkaitan dengan luas bagian-
bagian yang berada di bawah sumbu- .

Perhatikan Gambar 9.5, Gambar 9.6, dan Gambar 9.7. Pada Gambar 9.5
dapat dilihat bahwa daerah tertutup O yang dibatasi oleh kurva P ,
sumbu- , garis 6, dan garis C, berada di atas sumbu- . Dengan
k
l
demikian, mengartikan sebagai luas daerah tertutup tersebut.

Sedangkan pada Gambar 9.6, dapat dilihat bahwa daerah tertutup O yang
dibatasi oleh kurva P , sumbu- , garis 6, dan garis C, berada di
k
l
bawah sumbu- . Dengan demikian, mengartikan sebagai negatif

dari luas daerah tertutup tersebut. Sedangkan pada Gambar 9.7, dapat
dilihat bahwa daerah tertutup O yang dibatasi oleh kurva P , sumbu- ,
garis 6, dan garis C, sebagian berada di bawah sumbu- dan
k
l
sebagian lagi berada di atas sumbu- . Dengan demikian,
13
mengartikan sebagai luas daerah tertutup bagian atas sumbu- dikurangi
dengan luas daerah tertutup bagian bawah sumbu- .

P 6 C

6 C
Gambar 9.5

P P
6 C 6

6 C O'
O 6 C
O

Gambar 9.6 Gambar 9.7

Contoh 9.9:
Tentukan luas dari daerah tertutup O yang dibentuk oleh , garis P 0
atau sumbu- , garis 0, dan garis 2.
Jawab:

0 2

Gambar 9.8
14
Perhatikan Gambar 9.8, menghitung luas daerah tertutup O yang dibentuk
oleh , sumbu- , garis 0, garis 2, sama halnya dengan

menghitung U
, karena daerah O berada di atas sumbu- . Padahal

lim ∑W[`' ̅[ Δ [ , dan karena |T| → 0, maka berakibat 9 → ∞, tidak


k
l |h|→U

berlaku sebaliknya, jika 9 → ∞ belum tentu |T| → 0. Bisa jadi diperbanyak


partisinya pada bagian tertentu saja, di bagian lainya dibiarkan tetap lebar

U
lim ∑W[`' Δ [
W→n
panjang partisinya. Dengan demikian pada interval

R0, 2S, artinya U 0 dan W 2.

0 U ' … W+ W+' W 2

Gambar 9.9

Untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan, dilakukan partisi


dengan lebar yang sama, misalkan saja sebanyak 9 partisi. Sehingga
didapatkan 0 U X ' X X⋯X W 2. Sebagai gambaran dari hasil
kontruksi ini diperlihatkan dalam Gambar 9.9.
Dan karena partisi dibuat dengan lebar yang sama, maka dapat ditentukan
lebar setiap partisinya yaitu sebagai berikut
2 0 2
Δ
W U
9 9 9
Selain itu, pada tiap sub-interval R [+' , [ S digunakan ̅[ [, dengan 3
1,2,3, … , 9. Dengan kata lain digunakan titik ujung interval sebelah kanan
sebagai titik sampel pada setiap sub-intervalnya, dan nilai masing-masing [

adalah sebagai berikut,


U 0
2 2
1 Δ 0 1L N
' U
9 9
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
2 2
3 Δ 0 3L N 3
[ U
9 9
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
2
9 Δ 0 9L N 2
W U
9
15
Sebagai contoh, jika 9 8, maka didapatkan Δ J
, dan U 0, ' J
, J
,

1, 2.
J 'U ' ' '
J
,
J . J
,
J
,
J
, dan J J

0 U ' … [+' [ … W+' W 2

Gambar 9.10

Tinjau satu sub-interval R [+' , [ S dan bentuk persegi panjang dengan alas
R [+' , [ S yaitu panjangnya adalah Δ , dan lebar ̅[ . Karena digunakan titik
ujung interval sebelah kanan sebagai ̅ [ , maka ̅[ [ [ . Padahal

[ W
3, sehingga [ W
3 . Dengan demikian didapatkan luas persegi

panjang tersebut adalah sebagai berikut


2 2
Δ L 3N L N
[
9 9

Sebagai gambaran dari hasil kontruksi ini diperlihatkan dalam Gambar 9.10.
Dengan demikian, didapatkan total jumlah semua luas persegi panjangnya
adalah
W W
2 2 8
_ L 3N L N _L N3
9 9 9
[`' [`'

Dengan menggunakan bantuan rumus penjumlahan beserta sifat-sifatnya


W
9 9 1
_3 1 2 ⋯ 9
2
[`'
16
W
9 9 1 29 1
_3 1 2 ⋯ 9
6
[`'
W
9 9 1
_3 1 2 ⋯ 9 = >
2
[`'

Maka didapatkan hasil


W W
8 8 8
_L N3 _3 L C4 93:63 5456?, 6?65 304:86 069 6 3 ΣN
9 9 9
[`' [`'
W
8 9 9 1 29 1 9 9 1 29 1
= > @_ 3 A
9 6 6
[`'

Ini merupakan hampiran dari luas daerah tertutup O yang berupa jumlah
Riemann. Sehingga dapat ditulis sebagai
8 9 9 1 29 1
]86D O ^ = >
9 6

Sedangkan luas daerah tertutup O yang sebenarnya adalah

]86D O
U
8 9 9 1 29 1
lim @L N = >A
W→n 9 6
8 9 9 29 1
lim = >
W→n 69
8 29 9 29 9
lim = >
6 W→n 9
8 8
2
6 3

Cobalah meghitung luas daerah O dengan menggunakan titik ujung sebelah


kiri pada setiap sub-interval R [+' , [ S, tunjukkanlah bahwa hasil yang
didapatkan sama.
17
9.4. Teorema Dasar Kalkulus

9.4.1. Teorema Dasar Kalkulus 1


Menghitung integral tentu menggunakan definisi seperti pada contoh
sebelumnya sangatlah tidak efisien, berikut diberikan penjelasan cara yang
lebih mudah untuk digunakan, tanpa perlu melibatkan jumlaha Riemann. Hal
ini sedemikian pentingnya sehingga disebut sebagai Teorema Dasar Kalkukus.

Misalkan kontinu pada R6, CS, maka


k
C
q
6
l
C 6
dengan adalah suatu anti turunan dari , dengan kata lain
.

Penjelasan:
Misalkan terdapat sebarang partisi pada interval R6, CS sebagai berikut
6 U X ' X X⋯X W+' X W C

dan sebarang fungsi yang turunannya terhadap adalah (


). Sehingga,
C 6 W U C49580 3 495356D

Kemudian dimanipulasi dengan mengurangkan dan menambahkan


sejumlah bilangan yang sama, yaitu W+' , W+ ,…, , dan ' ,
sehingga
C 6 W W+' W+' W+ ⋯ ' U

Kemudian dikolompokkan sehingga menjadi sebagai berikut,


C 6 1 W W+' 2 1 W+' W+ 2 ⋯ 1 ' U 2
W

_1 [ [+' 2
[`'
18
Berdasarkan Teorema Nilai Rata-Rata Turunan yang diterapkan ke pada
sub-interval [+' , [ menjelaskan bahwa
[ [+' dc [+' [ dc Δ [

Untuk suatu pilihan dc pada interval R [+' , [ S. Dengan demikian dapat


dituliskan bahwa
W

C 6 _ dc Δ [
[`'

Pada ruas kiri didapatkan sebuah konstanta, sedangkan sebelah kanan


diperoleh jumlah Riemann untuk pada R6, CS. Jika kedua ruas diambil
limitnya untuk |T| → 0 (panjang sub-interval terlebar dari partisi T dibuat
sekecil mungkin), maka diperoleh
W

C 6 _ dc Δ [
[`'
W

lim 1 C 6 2 lim _ dc Δ [ :3E35 M8E:6ℎ O34E699


|h|→U |h|→U
[`'
k
1 C 6 2 0;9D569 C 6 4 393D3 3954 6: 54958
l

Contoh 9.10:
Tentukan luas dari daerah tertutup O yang dibentuk oleh , sumbu- ,
garis 0, dan garis 2.
Jawab:
Pada contoh sebelumnya, ditentukan luas daerah tertutup O yang dibentuk
oleh , sumbu- , garis 0, dan garis 2 menggunakan limit
jumlah Riemann. Kali ini, karena sudah dipelajari Teorema Dasar Kalkulus
yang lebih mudah tentunya, maka dapat digunakan cara tersebut.

Perhatikan Gambar 9.8, Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa,


menghitung luas daerah tertutup O yang dibentuk oleh , sumbu- ,

garis 0, garis 2, sama halnya dengan menghitung U


, karena
19
daerah O berada di atas sumbu- . Berdasarkan Teorema Dasar Kalkulus
didapatkan

1 2
L Nq
3 0
U
1 1
L 2 N L 0 N
3 3
8
L N 0
3
8 8
3 3

'
merupakan anti turunan dari .

Untuk seterusnya dalam menentukan integral tentu, penulisan konstanta


pada anti turunannya tidak lagi diperlukan, karenan pasti didapatkan nilai
nol akibat dari pengurangan C 6 .
Contoh 9.11:

3
.
Tentukan

Jawab:
Diketahui bahwa anti turunan dari 3 adalah , sehingga
.
5
3 q
2
5 2
125 8
117

Contoh 9.12:

2 3 2
'
+
Tentukan

Jawab:

Diketahui bahwa anti turunan dari 2 3 2 adalah

2 , sehingga
20
'
2 3 1
2 3 2 L 2 Nq
4 2 2
+
2 3 2 3
= 1 1 2 1 > = 2 2 2 2 >
4 2 4 2
2 3 2 3
L 2N L 16 4 4N
4 2 4 2
1 3 4
L N 8 6 4
2 2 2
1 2 3

Contoh 9.13:

Tentukan '
2 1 √

Jawab:
Untuk menghitung integral tentu di atas, dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, ditentukan anti turunan terlebih dahulu secara terpisah
menggunakan metode subtitusi, kemudian dihitung integral tentunya. Cara
kedua, dihitung integral tentu secara langsung menggunakan metode
subtitusi, diikuti dengan mengubah batas integralnya akibat melakukan
permisalan.
Cara pertama:
Misalkan 8 , sehingga didapatkan 8 2 1 , dengan demikian

2 1 s √8 8
'
8 8
2
8
3
2
3
Sehingga didapatkan

2 4
2 1 s q
3 1
'
2 2
1 4 4 2 1 1 1 2
3 3
2 2
20 2
3 3
2
L 20 2 N
3
21
Cara kedua:
Misalkan 8 , sehingga didapatkan 8 2 1 . Sedangkan untuk
mengubah batas integralnya dengan berpedoman pada permisalan yang
sudah dilakukan.

Batas bawah yaitu 1 diubah menjadi 8 1 1 2, ini


merupakan batas bawah 8.
Batas atas yaitu 4 diubah menjadi 8 4 4 20, ini
merupakan batas atas 8.
Dengan demikian,
U

2 1 s √8 8
'
U
'
8 8

2 20
8 q
3 2
2
L 20 2 N
3

Contoh 9.14:

1 2
' 'U
U
Tentukan

Jawab:
Misalkan 8 1, dan didapatkan 8 2 .
Untuk batas bawah yaitu 0 diubah menjadi 8 1 0 1 1.
Dan batas atas yaitu 1 diubah menjadi 8 1 1 1 2.
Dengan demikian,
'

1 'U
2 8'U 8
U '
8'' 2
q
11 1
2 '' 1 ''
11 11
2'' 1
11
22
Contoh 9.15:
-
1√ +'2
' √
Tentukan

Jawab:

Misalkan 8 1, maka didapatkan 8 , atau 2 8


' '
√ √ √
.

Untuk batas bawah yaitu 1 diubah menjadi 8 √ 1 √1 1 0.


Dan batas atas yaitu 4 diubah menjadi 8 √ 1 √4 1 1.
Dengan demikian,
'
1√ 12
8 2 8

' U
'

2 8 8
U
1 1
2L 8 q N
4 0
1 1
2L 1 0 N
4 4
2
4

9.4.2. Teorema Dasar Kalkulus 2


Andaikan terintegralkan pada R6, CS dan andaikan titik sebarang dalam
R6, CS, maka untuk setiap , nilai dari l
5 5 merupakan bilangan yang unik

atau tunggal. Artinya untuk tiap satu nilai dapat dipasangkan tepat satu
nilai dari suatu integral tentu pada interval R6, S, perhatikan Gambar 9.11.

P
P 5

6 C 5
Gambar 9.11
23
Pada kasus 5 Q 0 tersebut, satu nilai menghasilkan tepat satu nilai, yaitu
luas daerah di bawah kurva P 5 , di atas sumbu-5 pada interval R6, S.
Dengan demikian dapat didefinisikan suatu fungsi t, yaitu

t 5 5
l

Permasalahannya sekarang adalah bagaimana menentukan turunan dari t

(t ). Ini sama halnya dengan menanyakan 1 l


5 52.

Misalkan kontinu pada interval tertutup R6, CS dan misakan sebarang titik
(variabel) dalam R6, CS, maka

= 5 5>
l

Penjelasannya:

Misalkan t 5 5, maka t lim


v &u +v
l u→U u
, ini berdasarkan definisi

turunan. Padahal

t ℎ 5 5 dan t 5 5
&u
l l

sehingga
&u &u
t ℎ t 5 5 5 5 5 5
l l

P
P 5

6 ℎ C 5
Gambar 9.12
24
5 Q 0 tersebut, 5 5 merupakan
&u
l
Perhatikan Gambar 9.12. Pada kasus

luas daerah diantara P 5 dan sumbu-5 pada interval R6, ℎS,


sedangkan l
5 5 merupakan luas daerah diantara P 5 dan sumbu-5

pada interval R6, S. Sehingga 5 5 5 5 merupakan luas daerah


&u
l l

diantara P 5 dan sumbu-5 pada interval R , ℎS atau dapat dituliskan

5 5.
&u
sebagai

5 5, nilainya
&u
Sekarang perhatikan hanya pada luas daerah pada

akan selalu berada di antara luas daerah persegi panjang Eℎ dan wℎ,
dengan E nilai minimum dari pada interval R , ℎS dan w nilai maksimum
dari pada interval R , ℎS. Dengan kata lain, E dan w bergantung pada
interval R , ℎS atau dapat dikatakan juga E dan w bergantung pada ℎ,
perhatikan Gambar 9.13 berikut.

P P
P 5 P 5
w

w
E E

ℎ 5 ℎ 5
Gambar 9.13 Nilai x berbeda dimungkinkan memberikan nilai y dan z berbeda

Sehingga dapat dituliskan sebagai


&u
Eℎ { 5 5 { wℎ
&u
Eℎ { t ℎ t { wℎ =t ℎ t 5 5>

t ℎ t
E { { w 0453 6 86D 3C6 3 49 69 ℎ, ℎ * 0

t ℎ t
lim E { lim { lim w :3E35069 0453 6 86D 49 69 ℎ → 0
u→U u→U ℎ u→U
25
Diketahui bahwa nilai maksimum w dan nilai minimum E bergantung dengan
ℎ. Karena kontinu, maka E dan w dua-duanya haruslah mendekati jika
ℎ → 0. Sehingga berdasar dalil apit dapat disimpulkan bahwa
t ℎ t
t lim
u→U ℎ

Atau dapat ditulis ulang menjadi

= 5 5>
l

Contoh 9.16:

Tentukan 1 5 52

Jawab:
Dapat saja dengan berfikiran untuk menentukan integral tentunya terlebih
dahulu, kemudian menurunkannya, atau dapat langsung menyelesaikannya
menggunakan Teorema Dasar Kalkulus Kedua.
Cara Pertama:
Ditentukan integral tentu dari
1
5 5 5 q 3954 6: 54958
3 2
1 1
2
3 3
8
6568
3 3
1 8
3 3

Kemudian diturunkan
1 8 1 8
L N L N L N 358 89069
3 3 3 3
1
0
3
1
3 6568
3
26
Cara Kedua:
Berdasar Teorema Dasar Kalkulus Kedua didapatkan bahwa

5 5

Cara kedua merupakan cara yang paling mudah digunakan, perhatikan


contoh berikut.

Contoh 9.17:
-

= 5>
|}
U √| - &'
Tentukan

Jawab:
Cobalah untuk mengerjakan dengan cara pertama, tentulah ini sulit
dilakukan (bahkan mustahil untuk dilakukan). Dengan cara kedua
didapatkan dengan mudah yaitu dengan mengganti variabel 5 dengan
variabel .

5
~ 5•
U √5 13 √ 13

Contoh 9.18:

25 3 5
-
Tentukan

Jawab:
Perhatikan batas atasnya, batas tersebut adalah sebagai pengganti ,
padahal untuk menggunakan Teorema Dasar Kalkulus Kedua diperlukan
disana. Masalah ini dapat ditangani dengan menggunakan aturan rantai.

25 3 5 menjadi
-
Dengan mengubah ekspresi di atas untuk

25 3 5 dengan 8

.

Berdasarkan aturan rantai turunan, turunan terhadap dari fungsi bersusun ini
adalah

= 25 3 5> 8
8
27
1 25 3 52 28 3 dan 8 3


Karena

Maka,

= 25 3 5> 8 28 3 3
8
2 3 3 06 496 8

9.5. Sifat-Sifat Integral Tentu


Ada beberapa sifat yang dapat digunakan sebagai bantuan dalam
menentukan integral tentu. Berikut dijelaskan satu-persatu
Jika terintegralkan pada R6, CS, maka
0
l
l
1.

, untuk 6 Q C
k l
l k
2.

Sifat pertama dapat diartikan sebagai luas daerah dengan lebar 0 (dari 6
sampai 6) sudah jelas pasti 0. Sedangkan pada sifat kedua, membalik batas
integral, berarti hasil integral tentu-nya adalah negatif dari integral tentu
setelah batas dibalik. Sebagai contoh:

3 0

3 3

Sifat Kelinieran:
Jika dan terintegralkan pada R6, CS, dan 0 suatu konstanta, maka

0 0
k k
l l
1.
1 2
k k k
l l l
2.
1 2
k k k
l l l
3.

Contoh 9.19:

Hitung +'
2 3
28
Jawab:

2 3 2 3 D3 65 9;E; 3
+' +' +'

2 3 D3 65 9;E; 1
+' +'
1 2 1 2
2L q N 3L q N 33954 6:069
2 1 3 1
1 1 1 1
2L 2 1 N 3L 2 1 N
2 2 3 3
4 1 8 1
2L N 3L N
2 2 3 3
6 27
2 3
3 9 6

Contoh 9.20:

1
'
U
Hitung

Jawab:
' ' '
1 1 D3 65 9;E; 2
U U U

Integral tentu pada suku pertama dapat dihitung secara langsung


menggunakan aturan pangkat. Sedangkan integral tentu pada suku kedua
dihitung menggunakan bantuan metode substitusi
Integral tentu pada suku pertama:
'
1 1 1 1 1 1
L q N L 1 0 N L 0N
U 2 0 2 2 2 2

Integral tentu pada suku kedua:

Misalkan 8 1, maka didapatkan 8 2 8


'
atau , dan batas

integralnya diubah menjadi sebagai berikut


Batas bawah 0 menjadi 8 1 0 1 1, dan batas bawah 1
menjadi 8 1 1 1 2
sehingga
29
'
1
1 8 8
U ' 2
1
8 8
2 '
1 1 2
L 8 q N
2 4 1
1 1 1
L 2 1 N
2 4 4
1 16 1
L N
2 4 4
15
8
Dengan demikian,
' ' '
1 1 D3 65 9;E; 2
U U U
1 15
C4 6D6 069 ℎ3589 69 3 656D
2 8
4 15
3;?4 6D3069
8
19
8
Sifat Penambahan Interval:
Jika terintegralkan pada interval yang memuat titik-titik 6, C, dan ‚, maka
k ƒ k

l l ƒ

Bagaimanapun urutan dari 6, C, dan ‚. Sebagai ilustrasi misalkan pada kasus

Q 0 dan 6 X ‚ X C, perhatikan Gambar 9.14. Integral tentu


k
l

merupakan luas daerah di antara dan sumbu- pada interval R6, CS.
Dapat dilihat bahwa luas ini merupakan penjumlahan dari luas daerah di
antara dan sumbu- pada interval R6, ‚S dengan luas daerah di antara
dan sumbu- pada interval R‚, CS.

6 ‚ C

Gambar 9.14 Sifat Penambahan Interval Ketika „ X … X †


30

Sedangkan pada kasus Q 0 dan 6 X C X ‚, perhatikan Gambar 9.15.


k
l
Integral tentu merupakan luas daerah di antara dan sumbu-

pada interval R6, CS. Dapat dilihat bahwa luas ini merupakan pengurangan
dari luas daerah di antara dan sumbu- pada interval R6, ‚S dengan luas

dan sumbu- pada interval RC, ‚S, karena


k
ƒ
daerah di antara
ƒ
k
.

6 C ‚

Gambar 9.15 Sifat Penambahan Interval Ketika „ X † X …

Sebagai contoh:

U U

Tidak salah juga jika

U U U

Sifat Kesimetrian:
Ingat kembali bahwa fungsi genap merupakan fungsi yang memenuhi
, sedangkan fungsi ganjil merupakan fungsi yang memenuhi
. Grafik dari suatu fungsi genap akan simetri terhadap sumbu-P,
dan grafik dari suatu fungsi ganjil akan simetri terhadap titik asal. Berikut sifat
yang berkaitan dengan fungsi genap dan fungsi ganjil, perhatikan Gambar
9.16 dan Gambar 9.17.
Jika merupakan fungsi genap, maka
31
l l
2
+l U

Jika merupakan fungsi ganjil, maka


l
0
+l

6 6

Gambar 9.16 Pada Fungsi Genap Luas Daerah Sebelah Kanan Sumbu-‡ Sama
dengan Luas Daerah Sebelah Kiri Sumbu-‡

Gambar 9.17 Pada Fungsi Ganjil Luas Daerah Sebelah Bawah Mengurangi Luas
Daerah Sebelah Atas

Contoh 9.21:

+
Hitunglah

Jawab:
Karena merupakan fungsi genap, maka
1 2 1 1 16
2 2L q N 2L 2 0 N
+ U 3 0 3 3 3

+
1. Hitunglah

Jawab:
Karena merupakan fungsi ganjil, maka

0
+

(tidak perlu lagi menghitung dengan menentukan anti turunannya dan


seterusnya)
32
RANGKUMAN

1. Menentukan anti turunan dari suatu fungsi terhadap sama halnya


dengan mencari suatu fungsi yang jika diturunkan terhadap sama
dengan , dan fungsi tersebut tidak tunggal yang ditandai
dengan penambahan suatu konstanta .
2. Untuk menentukan anti turunan suatu fungsi dapat digunakan aturan
dasar seperti aturan pangkat, sifat kelinieran, atau metode subtitusi.

, dengan syarat 9 * 1.
W ' W&'
W&'
a.

b. 0 0
c. 1 2
#$%
"
1 2 * 1
1ˆ 2
"&'
d. , dengan syarat

3. Integral tentu merupakan integral Riemann. Secara definisi untuk


menghitung integral tentu sama halnya dengan menghitung limit jumlah
Riemann,
k W

lim _ ̅[ Δ [
|h|→U
l [`'
k
l
4. Secara geometri, integral tentu berpadanan dengan luas

bertanda. Misal jl|l‰ merupakan luas daerah di atas sumbu- dan di


bawah kurva pada interval R6, CS, dan jklŠlu merupakan luas daerah
di bawah sumbu- dan di atas kurva pada interval R6, CS, maka
k
jl|l‰ jklŠlu
l

5. Untuk menghitung integral tentu dapat digunakan Teorema Dasar Kalkulus


I, yaitu
k
C
q
6
l
C 6
33
6. Untuk menentukan turunan dari suatu fungsi t yang didefinisikan
sebagai integral suatu fungsi 5 terhadap 5 dapat digunakan Teorema
Dasar Kalkulus II, yaitu

= 5 5>
l

7. Berikut beberapa sifat integral tentu


0
l
l
a.

, untuk 6 Q C
k l
l k
b.

0 0
k k
l l
c.
1 2
k k k
l l l
d.
1 2
k k k
l l l
e.
34
SOAL LATIHAN

1. Tentukan anti turunan dari


a. 5 3 2
b. √3 2
c. √ 3

2. Tentukan luas dari daerah tertutup O yang dibentuk oleh , sumbu-


, garis 0, dan garis 2 menggunakan limit jumlah Riemann.

3. Hitunglah integral tentu berikut

a. U
4 3 2

2 1
' 'U
U
b.

c. U
√ 1

4. Tentukan t jika
a. t +
5 5 5

b. t '
√1 5 5

c. t U
2 5 5

3, 1, 2, tentukanlah integral-
'
U U U
5. Jika

integral berikut

'
a.
U
'
b.

c. U
2

d. U
13 2 2
35
DAFTAR PUSTAKA

1. Neuhauser, C. 2011. Calculus for Biology and Medicine 3rd Ed. Prentice
Hall.
2. Varberg, D. Purcell, E. and Rigdon, S. 2006. Calculus 9th Ed. Prentice Hall.
3. N. Susila, B. Kartasasmita dan R. , Kalkulus dan Geometri Analitis Edisi Ke-5
Jilid 1, Bandung: Institut Teknologi Bandung-Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai