Anda di halaman 1dari 44

MENGHITUNG LUAS SUATU PERMUKAAN DI ℝ𝟑 MENGGUNAKAN

APROKSIMASI BIDANG SINGGUNG DAN NORM CROSS PRODUCT

SKRIPSI

Oleh:

AIN NURUL FADILAH

10060215013

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019 M/ 1440 H
MENGHITUNG LUAS SUATU PERMUKAAN DI ℝ𝟑 MENGGUNAKAN

APROKSIMASI BIDANG SINGGUNG DAN NORM CROSS PRODUCT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan Studi Program Strata Satu (S1) pada Program Studi
Matematika FMIPA Unisba

Oleh :

AIN NURUL FADILAH


10060215013

BANDUNG

2019 M/ 1440 H
JUDUL SKRIPSI : MENGHITUNG LUAS SUATU
PERMUKAAN DI ℝ𝟑
MENGGUNAKAN APROKSIMASI
BIDANG SINGGUNG DAN NORM
CROSS PRODUCT

NAMA MAHASISWA : AIN NURUL FADILAH

NPM : 10060215013

Menyetujui,
Tim Pembimbing

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

Gani Gunawan, S.Si., M.Si. Icih Sukarsih, S.Si., M.Si.

NIK. D. 95.0.221 NIK. D. 01.0.345


ABSTRAK

Ain Nurul Fadilah NPM: 10060215013 MENGHITUNG LUAS SUATU


PERMUKAAN DI ℝ𝟑 MENGGUNAKAN APROKSIMASI BIDANG
SINGGUNG DAN NORM CROSS PRODUCT. Di bawah bimbingan: Gani
gunawan, S.Si., M.Si. sebagai ketua dan Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. sebagai anggota.

Hasil kali silang (Cross Product) adalah perkalian dua buah vektor di ℝ3 yang
menghasilkan besaran vektor. Pada hasil kali silang terdapat sebuah dalil yang
mengatakan bahwa Norm Cross Product ‖𝒖 × 𝒗‖ = ‖𝒖‖‖𝒗‖ sin 𝜃 adalah sama
dengan luas jajaran genjang. Dari dalil ini, Norm Cross Product dapat
dikembangkan untuk menghitung luas permukaan pada ruang berdimensi tiga yang
didefinisikan oleh 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦), dengan 𝑓 adalah fungsi yang mempunyai turunan
parsial pertama yang kontinu terhadap sumbu- 𝑥 dan sumbu- 𝑦. Norm Cross
Product untuk menghitung luas permukaan pada ruang berdimensi tiga digunakan
melalui konsep jumlah Riemann. Luas permukaan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dibagi menjadi 𝑛
partisi, sehingga interval setiap partisi sangat kecil (𝑛 → ∞). Setiap partisi 𝑅
diaproksimasi dengan bidang singgung yang menyinggung permukaan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦).
Luas setiap bidang singgung dihitung menggunakan Norm Cross Product, sehingga
jumlah luas 𝑛 bidang singgung (𝑛 → ∞) merupakan aproksimasi dari luas
permukaan bidang 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦).

Kata Kunci: Luas Permukaan, Norm Cross Product, Bidang Singgung, Jumlah
Riemann

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.,

Assalamualaikum Wr., Wb.,

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-

Nya, serta kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Menghitung Luas Suatu Permukaan di

ℝ3 Menggunakan Aproksimasi Bidang Singgung dan Norm Cross Product”.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya.

Proses penulisan skripsi, tidak sedikit penulis menemukan hambatan dan

kesulitan yang hadapi, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa

dukungan, motivasi, nasihat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis hendak mnegucapkan terima kasih atas segala do’a,

bantuan, dukungan, nasihat dan perhatiannya, kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan, mendukung,

memotivasi, memberikan kasih sayang dan perhatiannya kepada

penulis agar selalu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak Gani Gunawan, S.Si., M.Si., selaku ketua tim pembimbing

tugas akhir yang telah meluangan waktunya untuk memberikan

pengarahan serta bimbingan kepada penulis selama skripsi ini,

semoga kebaikan beliau menjadi amal ibadah dan mendapatkan

pahala yang besar disisi Allah SWT.

ii
iii

3. Ibu Icih Sukarsih, S.Si., M.Si., selaku anggota pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta

bimbingan kepada penulis selama skripsi ini, semoga kebaikan

beliau menjadi amal ibadah dan mendapatkan pahala yang besar

disisi Allah SWT.

4. Bapak Dr. Suwanda, MS. selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas

Islam Bandung.

5. Bapak M. Yusuf Fajar, DRs., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Bandung.

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staff pengajar Program Studi

Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Bandung.

7. Teman-teman yang telah mendoakan, memberikan semangat,

nasihat, serta motivasi untuk penulis agar selalu semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih banyak untuk semua pihak yang telah terlibat

membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.
iv

Semoga kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan menjadi amal ibadah dan

berbuah pahala yang akan dibalas oleh Allah SWT. Akhir kata dengan kerendahan

hati, semoga skripsi ini dapat mendatangkan manfaat dan dapat menambah ilmu

bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Aamiin Ya

Rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr., Wb.,

Bandung, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................2

1.4 Pembatasan Masalah ........................................................................................2

1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1 Hasil Kali Titik (Dot Product) ..........................................................................4

2.2 Sudut dan Kosinus Arah...................................................................................6

2.3 Proyeksi Ortogonal ...........................................................................................7

2.4 Hasil Kali Silang (Cross Product) ....................................................................9

2.5 Bidang Singgung dan Aproksimasi ................................................................. 11

2.6 Ketidaksamaan Cauchy Schwarz .................................................................... 14

2.7 Konsep Jumlah Riemann ................................................................................ 16

2.8 Integral Lipat.................................................................................................. 17

v
vi

BAB I PEMBAHASAN ..................................................................................... 19

3.1 Menentukan Luas Permukaan di ℝ3 .............................................................. 19

3.2 Contoh Kasus ................................................................................................ 25

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 31

4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 31

4.2 Saran ............................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 32

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 33


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Dua Vektor 𝒖 dan 𝒗 ......................................................................... 5

Gambar 2. 2 Sudut dan Kosinus Arah .................................................................. 6

Gambar 2. 3 Proyeksi Ortogonal .......................................................................... 8

Gambar 2. 4 Sistem Tangan Kanan .................................................................... 11

Gambar 2. 5 Bidang Singgung ........................................................................... 12

Gambar 2. 6 Bidang yang Melalui Titik 𝑃(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) ......................................... 13

Gambar 2. 7 Normal dari Bidang Singgung di 𝑃 ................................................ 14

Gambar 2. 8 Patisi 𝑃 dari 𝑅 ................................................................................ 18

Gambar 3. 1 Permukaan fungsi 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) ....................................................... 19

Gambar 3. 2 Partisi-partisi pada Daerah 𝑅 .......................................................... 20

Gambar 3. 3 Partisi 𝑅𝑖𝑗 ...................................................................................... 21

Gambar 3. 4 Rincian Sub Partisi 𝑅𝑖𝑗 pada Fungsi 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦)............................ 22

Gambar 3. 5 Kurva suatu Fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = 12 − 𝑥 − 𝑦 ..................................... 25

𝑥2
Gambar 3. 6 Kurva suatu Fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = + 4 ............................................. 27
4

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vektor dapat dinyatakan secara geometrik sebagai ruas garis terarah atau anak

panah pada ruang berdimensi dua atau ruang berdimensi tiga (Anton, 2004), dalam

vektor terdapat dua macam hasil kali dua buah vektor yaitu hasil kali titik (Dot

Product) dan hasil kali silang (Cross Product). Hasil kali titik adalah perkalian dua

buah vektor yang menghasilkan besaran skalar, sedangkan hasil kali silang adalah

perkalian dua buah vektor yang menghasilkan besaran vektor.

Hasil kali silang (Cross Product) terdapat sebuah dalil yang mengatakan

bahwa “Norm Cross Product ‖𝒖 × 𝒗‖ = ‖𝒖‖‖𝒗‖ sin 𝜃 adalah sama dengan luas

jajaran genjang yang ditentukan oleh 𝒖 dan 𝒗” (Stewart, 2011). Dari dalil ini, Norm

Cross Product dapat dikembangkan untuk menghitung luas permukaan pada ruang

berdimensi tiga yang didefinisikan oleh 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦), dengan 𝑓 mempunyai turunan

parsial pertama yang kontinu terhadap sumbu- 𝑥 dan sumbu- 𝑦. Norm Cross

Product untuk menghitung luas permukaan pada ruang berdimensi tiga dapat

menggunakan konsep jumlah Riemann. Luas permukaan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dibagi

menjadi 𝑛 partisi, sehingga interval setiap partisi sangat kecil (𝑛 → ∞). Setiap

partisi 𝑅 diaproksimasi dengan bidang singgung yang menyinggung permukaan

𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦). Luas setiap bidang singgung dihitung menggunakan Norm Cross

Product, sehingga jumlah luas 𝑛 bidang singgung (𝑛 → ∞) merupakan aproksimasi

dari luas permukaan bidang 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦).

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Norm Hasil Kali Silang (Cross Product) dapat menghitung luas

permukaan pada sebuah bidang?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini akan ditunjukkan hubungan antara Luas Permukaan

dengan Norm Hasil Kali Silang (Cross Product)

1.4 Pembatasan Masalah

Masalah dalam skripsi ini dibatasi untuk luas suatu permukaan bidang pada

ruang berdimensi tiga yang dimaksud adalah ℝ3 dalam ruang Euclid

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini disajikan menjadi empat bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi penulisan

skripsi ini, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan diakhir dengan

sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini menjelaskan beberapa teori yang terkait untuk

menghitung luas suatu permukaan pada sebuah bidang. Teori yang

terkait diantaranya mengenai Hasil Kali Titik, Sudut dan Kosinus

Arah, Proyeksi, Hasil Kali Silang, Bidang Garis Singgung,


3

Pertidaksamaan Cauchy Schwarz, Konsep Jumlah Riemann, dan

Integral Lipat.

Bab III : Pembahasan

Pada bab ini menjelaskan mengenai Norm hasil kali silang (Cross

Product) dapat menghitung luas permukaan pada sebuah bidang dan

bagaimana keduanya saling berhubungan

Bab IV : Penutup

Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari pembahasan

dan saran untuk pengembangan selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan judul penelitian oleh penulis terkait “Menghitung Luas Suatu

Permukaan di ℝ3 Menggunakan Aproksimasi Bidang Singgung dan Norm Cross

Product” maka diperlukan penjelasan terkait Hasil Kali Titik, Sudut dan Kosinus

Arah, Proyeksi, Hasil Kali Silang, Bidang Garis Singgung, Pertidaksamaan Cauchy

Schwarz, Konsep Jumlah Riemann, dan Integral Lipat.

2.1 Hasil Kali Titik (Dot Product)

Hasil kali titik biasanya disebut sebagai hasil kali skalar atau hasil kali

dalam dan dilambangkan oleh 𝒖 ∙ 𝒗. Hasil kali titik untuk vektor tiga dimensi

didefinisikan sebagai berikut:

𝒖 ∙ 𝒗 = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) ∙ (𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ) = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑣3

Sifat-sifat Hasil Kali Titik

Jika 𝒖, 𝒗, dan 𝒘 vektor di 𝑅2 atau 𝑅3 dan 𝑘 skalar, maka berlaku

1. 𝒖 ∙ 𝒗 = 𝒗 ∙ 𝒖 (komutatif)

2. 𝒖 ∙ (𝒗 + 𝒘) = 𝒖 ∙ 𝒗 + 𝒖 ∙ 𝒘 (distributif)

3. 𝑘(𝒖 ∙ 𝒗) = (𝑘𝒖) ∙ 𝒗 = 𝒖 ∙ (k𝒗) (kehomogenan)

4. 𝒖 ∙ 𝒖 = ‖𝒖‖𝟐

5. 𝟎 ∙ 𝒖 = 0

Untuk menekankan pentingnya hasil kali titik, diperlihatkan rumus lain yang

melibatkan sifat-sifat geometri dari vektor-vektor 𝒖 dan 𝒗.

4
5

Teorema 2.1.1

Jika 𝜃 adalah sudut tak-negatif terkecil di antara dua vektor tak-nol 𝒖 dan 𝒗, maka

𝒖 ∙ 𝒗 = ‖𝒖‖‖𝒗‖𝑐𝑜𝑠𝜃

Bukti

Untuk membuktikan Teorema 2.1.1, dengan menggunakan aturan kosinus

terhadap segitiga seperti pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Dua Vektor 𝒖 dan 𝒗

Misalkan ‖𝐴𝐵‖ = ‖𝒖 − 𝒗‖,‖𝑂𝐴‖ = ‖𝒗‖, dan ‖𝑂𝐵‖ = ‖𝒖‖

‖𝐴𝐵‖2 = ‖𝑥𝐴‖2 + ‖𝑥𝐵‖2

= (‖𝑂𝐴‖ − ‖𝑂𝑥 ‖)2 + (‖𝑂𝐵‖𝑆𝑖𝑛 𝜃)2

= (‖𝑂𝐴‖ − ‖𝑂𝐵‖𝑐𝑜𝑠𝜃)2 + (‖𝑂𝐵‖𝑆𝑖𝑛 𝜃)2

= ‖𝑂𝐴‖2 − 2 ‖𝑂𝐴‖‖𝑂𝐵‖𝐶𝑜𝑠 𝜃 + ‖𝑂𝐵‖2 𝐶𝑜𝑠 2 𝜃 +

‖𝑂𝐵‖2 𝑆𝑖𝑛2 𝜃

= ‖𝑂𝐴‖2 − 2 ‖𝑂𝐴‖‖𝑂𝐵‖𝐶𝑜𝑠 𝜃 +

‖𝑂𝐵‖2 (𝐶𝑜𝑠 2 𝜃+𝑆𝑖𝑛2 𝜃)

= ‖𝑂𝐴‖2 − 2 ‖𝑂𝐴‖‖𝑂𝐵‖𝐶𝑜𝑠 𝜃 + ‖𝑂𝐵‖2

‖𝒖 − 𝒗‖2 = ‖𝒗‖2 − 2 ‖𝒗‖‖𝒖‖𝐶𝑜𝑠 𝜃 + ‖𝒖‖2

(𝒖 − 𝒗). (𝒖 − 𝒗) = ‖𝒗‖2 − 2 ‖𝒗‖‖𝒖‖𝐶𝑜𝑠 𝜃 + ‖𝒖‖2


6

𝒖2 + 𝒗2 − 2(𝒖 ∙ 𝒗) = ‖𝒗‖2 − 2 𝐶𝑜𝑠 𝜃 ‖𝒖‖‖𝒗‖ + ‖𝒖‖2

‖𝒖‖2 + ‖𝒗‖2 − 2(𝒖 ∙ 𝒗) = ‖𝒗‖2 − 2 𝐶𝑜𝑠 𝜃 ‖𝒖‖‖𝒗‖ + ‖𝒖‖2

( 𝒖 ∙ 𝒗) = 𝐶𝑜𝑠 𝜃 ‖𝒖‖‖𝒗‖

Teorema 2.1.2

Dua vektor 𝒖 dan 𝒗 adalah saling tegak lurus jika dan hanya jika hasil kali titiknya

𝒖 ∙ 𝒗 adalah 0.

Bukti

Dua vektor tak-nol saling tegak lurus jika dan hanya jika sudut 𝜃 terkecil
𝜋
tak-negatif di antara sudut-sudut tersebut adalah . Tetapi 𝐶𝑜𝑠𝜃 = 0 jika dan hanya
2

jika 𝒖 ∙ 𝒗 = 0.

Definisi 2.1

Vektor-vektor yang saling tegak lurus disebut ortogonal.

2.2 Sudut dan Kosinus Arah

Gambar 2. 2 Sudut dan Kosinus Arah

Sudut-sudut tak negatif terkecil antar vektor tak nol tiga dimensi 𝒂 dengan

vektor satuan 𝒊, 𝒋, dan 𝒌 disebut sudut-sudut arah 𝒂. Vektor satuan 𝒊, 𝒋, dan 𝒌

masing-masing dinyatakan oleh 𝛼, 𝛽, dan 𝛾, seperti pada Gambar 2.2. Agar lebih
7

mudah saat perhitugaannya dapat menggunakan kosinus arah: cos 𝛼, cos 𝛽, dan

cos 𝛾. Jika 𝒂 = 𝑎𝟏 𝒊 + 𝑎𝟐 𝒋 + 𝑎𝟑 𝒌, maka

𝒂∙𝒊 𝑎1
cos 𝛼 = =
‖𝒂‖‖𝒊‖ ‖𝒂‖

𝒂∙𝒋 𝑎2
cos 𝛽 = =
‖𝒂‖‖𝒋‖ ‖𝒂‖

𝒂∙𝒌 𝑎3
cos 𝛾 = =
‖𝒂‖‖𝒌‖ ‖𝒂‖

Sehingga,

𝑎12 𝑎22 𝑎32


cos 2 𝛼 + cos 2 𝛽 + cos 2 𝛾 = + + =1
‖𝒂‖2 ‖𝒂‖2 ‖𝒂‖2

Vektor (cos 𝛼 , cos 𝛽, cos 𝛾 ) adalah vektor satuan dengan arah sama seperti vektor

𝒂.

2.3 Proyeksi Ortogonal

Misalkan 𝒖 dan 𝒂 adalah vektor, dan misalkan 𝜃 sudut antara kedua vektor

tersebut. Suatu vektor 𝒖 menjadi jumlah dari dua vektor, dimana yang satu sejajar

dengan suatu vektor taknol 𝒂 tertentu, dan yang lainnya tegak lurus terhadap 𝒂.

Jika 𝒖 dan 𝒂 ditempatkan sedemikian rupa sehingga titik-titik awalnya berhimpitan

di titik 𝑄, maka vektor 𝒖 dapat diuraikan dengan cara: Garis dari ujung 𝒖 yang

memotong tegak lurus 𝒂 akan ditarik dan membuat vektor 𝒘1 dari 𝑄 hingga ke kaki

dari garis tegak lurus tersebut. Kemudian selisihnya dapat dihitung dari

𝒘𝟐 = 𝒖 − 𝒘𝟏
8

Gambar 2. 3 Proyeksi Ortogonal

Sebagaimana pada Gambar 2.3, vektor 𝒘𝟏 sejajar dengan 𝒂, vektor 𝒘𝟐

tegak lurus terhadap 𝒂, dan

𝒘𝟏 + 𝒘𝟐 = 𝒘𝟏 + (𝒖 − 𝒘𝟏 ) = 𝒖

Vektor 𝒘𝟏 disebut sebagai proyeksi ortogonal 𝒖 pada 𝒂 (orthogonal projection 𝒖

of 𝒂) atau kadang-kadang disebut komponen vektor 𝒖 sepanjang 𝒂 (vector

component of 𝒖 along 𝒂), dinotasikan dengan 𝒘𝟏 = Proj𝒂 𝒖. Vektor 𝒘𝟐 disebut

sebagai komponen vektor 𝒖 yang ortogonal terhadap 𝒂 (vector component of 𝒖

orthogonal to 𝒂). Karena 𝒘𝟐 = 𝒖 − 𝒘𝟏 , maka vektor 𝒘𝟐 dapat dituliskan dengan

menggunakan notasi sebagai berikut

𝒘𝟐 = 𝒖 − Proj𝒂 𝒖

Teorema 2.3 Untuk menghitung Proj𝒂 𝒖 dan 𝒖 − Proj𝒂 𝒖

Jika 𝒖 dan 𝒂 adalah vektor-vektor pada ruang berdimensi dua atau ruang

berdimensi tiga dan jika 𝒂 ≠ 𝟎, maka

𝒖∙𝒂
Proj𝒂 𝒖 = 𝒂 (komponen vektor 𝒖 sepanjang 𝒂)
‖𝒂‖𝟐

𝒖∙𝒂
𝒖 − Proj𝒂 𝒖 = 𝒖 − 𝒂 (komponen vektor 𝒖 yang ortogonal terhadap 𝒂)
‖𝒂‖𝟐
9

Bukti

Misalkan 𝒘𝟏 = Proj𝒂 𝒖 dan 𝒘𝟐 = 𝒖 − Proj𝒂 𝒖, karena 𝒘𝟏 sejajar dengan 𝒂

maka 𝒘𝟏 pasti merupakan kelipatan skalar dari 𝒂, sehingga dapat dituliskan dalam

bentuk 𝒘𝟏 = 𝑘𝒂. Jadi,

𝒖 = 𝒘𝟏 + 𝒘𝟐 = 𝑘𝒂 + 𝒘𝟐 (1)

Dengan melakukan perkalian titik dengan 𝒂 dikedua ruas pada persamaan

(1) diperoleh

𝒖 ∙ 𝒂 = 𝒘𝟏 ∙ 𝒂 + 𝒘𝟐 ∙ 𝒂 = 𝑘𝒂 ∙ 𝒂 + 𝒘𝟐 ∙ 𝒂 = 𝒌‖𝒂‖𝟐 + 𝒘𝟐 ∙ 𝒂 (2)

Tetapi 𝒘𝟐 ∙ 𝒂 = 0, karena 𝒘𝟐 tegak lurus terhadap 𝒂 sehingga persamaan (2)

menghasilkan

𝒖∙𝒂
𝑘=
‖𝒂‖𝟐

Karena Proj𝒂 𝒖 = 𝒘𝟏 = 𝑘𝒂, maka diperoleh

𝒖∙𝒂
Proj𝒂 𝒖 = 𝒂
‖𝒂‖𝟐

2.4 Hasil Kali Silang (Cross Product)

Hasil kali silang atau hasil kali vektor 𝒖 × 𝒗 dari 𝒖 = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dan 𝒗 =

(𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ) didefinisikan sebagai berikut

𝒖 × 𝒗 = (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 , 𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 , 𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 )

Dengan menggunakan determinan, definisi 𝒖 × 𝒗 dapat dituliskan sebagai berikut


10

𝒊 𝒋 𝒌 𝑢 𝑢3 𝑢1 𝑢3 𝑢1 𝑢2
𝒖 × 𝒗 = |𝑢1 𝑢2 𝑢3 | = | 𝑣 2 𝑣3 | 𝒊 − |𝑣1 𝑣3 | 𝒋 + |𝑣1 𝑣2 | 𝒌
2
𝑣1 𝑣2 𝑣3

Teorema 2.4

Misalkan 𝒖 dan 𝒗 vektor-vektor di ruang-tiga dan 𝜃 adalah sudut di antara

kedua vektor tersebut. Maka:

1. 𝒖 ∙ (𝒖 × 𝒗) = 𝟎 = 𝒗 ∙ (𝒖 × 𝒗) yakni 𝒖 × 𝒗 tegak lurus terhadap 𝒖 dan 𝒗

2. 𝒖, 𝒗, dan 𝒖 × 𝒗 membentuk suatu rangkap tiga tangan kanan (right-

handed triple)

3. ‖𝒖 × 𝒗‖ = ‖𝒖‖‖𝒗‖ 𝑆𝑖𝑛 𝜃

Bukti

Misalkan 𝒖 = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dan 𝒗 = (𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ).

1. 𝒖 ∙ (𝒖 × 𝒗) = 𝑢1 (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 ) + 𝑢2 (𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 ) + 𝑢3 (𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 ).

Ketika tanda kurung dihilangkan, ke enam suku diatas saling meniadakan

dalam pasangan menghasilkan jumlah 0. Hal yang sama terjadi pada 𝒗 ∙

(𝒖 × 𝒗).

2. Pengertian sistem tangan kanan untuk rangkap tiga 𝒖, 𝒗, dan 𝒖 × 𝒗

diilustrasikan dengan Gambar 2.4, 𝜃 adalah sudut antara 𝒖 dan 𝒗 dan tangan

dikepalkan searah dengan putaran 𝜃 yang membuat 𝒖 berimpit dengan 𝒗.

Sulit untuk membuktikan secara analitis bahwa rangkap tiga tersebut adalah

sistem tangan kanan.


11

Gambar 2. 4 Sistem Tangan Kanan

3. 𝒖 × 𝒗 = (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 , 𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 , 𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 )

‖𝒖 × 𝒗‖2 = (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 )2 + (𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 )2 + ( 𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 )2

‖𝒖 × 𝒗‖2 = (𝑢2 𝑣3 )2 − 2(𝑢2 𝑣3 𝑢3 𝑣2 ) + (𝑢3 𝑣2 )2 + (𝑢3 𝑣1 )2 −

2(𝑢3 𝑣1 𝑢1 𝑣3 ) + (𝑢1 𝑣3 )2 + (𝑢1 𝑣2 )2 − 2(𝑢1 𝑣2 𝑢2 𝑣1 ) +

(𝑢2 𝑣1 )2

= (𝑢12 + 𝑢22 + 𝑢32 )(𝑣12 + 𝑣22 + 𝑣32 ) − (𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑣3 )2

= ‖𝒖‖2 ‖𝒗‖2 − (𝒖 ∙ 𝒗)2

= ‖𝒖‖2 ‖𝒗‖2 − (cos 𝜃 ‖𝒖‖‖𝒗‖ )2

= ‖𝒖‖2 ‖𝒗‖2 (1 − cos 2 𝜃)

= ‖𝒖‖2 ‖𝒗‖2 (sin2 𝜃)

‖𝒖 × 𝒗‖ = ‖𝒖‖‖𝒗‖ sin 𝜃

2.5 Bidang Singgung dan Aproksimasi

Teorema 2.5

Untuk permukaan 𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑘, persamaan bidang singgung di (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )

adalah
12

𝛁𝑭(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) ⋅ (𝑥 − 𝑥0 , 𝑦 − 𝑦0 , 𝑧 − 𝑧0 ) = 0

yaitu

𝐹𝑥 (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )(𝑥 − 𝑥0 ) + 𝐹𝑦 (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )(𝑦 − 𝑦0 ) + 𝐹𝑧 (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )(𝑧 − 𝑧0 ) = 0

Secara khusus, untuk permukaan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦), persamaan bidang singgung di

(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑓 (𝑥0 , 𝑦0 )) adalah

𝑧 − 𝑓 (𝑥0 , 𝑦0 ) = 𝑓𝑥 (𝑥0 , 𝑦0 )(𝑥 − 𝑥0 ) + 𝑓𝑦 (𝑥0 , 𝑦0 )(𝑦 − 𝑦0 )

Bukti

𝑃(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )

Gambar 2. 5 Bidang Singgung

Misalkan terdapat permukaan yang ditentukan oleh persamaan dengan

bentuk 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) di titik (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) seperti pada Gambar 2.5, dimulai dengan

situasi yang lebih umum suatu permukaan ditentukan oleh persamaan 𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) =

𝑘 (Persamaan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dapat dituliskan sebagai 𝐹 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑓 (𝑥, 𝑦) − 𝑧 = 0).

Jika 𝑥 = 𝑥(𝑡), 𝑦 = 𝑦(𝑡), dan 𝑧 = 𝑧(𝑡) adalah persamaan parameter untuk kurva

ini, maka untuk semua 𝑡

𝐹 (𝑥(𝑡), 𝑦(𝑡), 𝑧(𝑡)) = 𝑘

Dengan Aturan Rantai,

𝑑𝐹 𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦 𝜕𝐹 𝑑𝑧 𝑑𝑘
= + + = =0
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡 𝜕𝑧 𝑑𝑡 𝑑𝑡
13

𝑑𝐹
dapat dinyatakan dalam bentuk gradien dari 𝐹 dan turunan dari ekspresi vektor
𝑑𝑡

untuk kurva 𝒓(𝑡) = 𝑥(𝑡)𝒊 + 𝑦(𝑡)𝒋 + 𝑧(𝑡)𝒌 sebagai

𝑑𝒓
𝛁𝑭 ∙ =0
𝑑𝑡

𝑑𝒓
menyinggung kurva yang melalui titik (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ), lebih ringkasnya gradien di
𝑑𝑡

(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) tegak lurus pada garis singgung di titik ini seperti pada Gambar 2.6

Gambar 2. 6 Bidang yang Melalui Titik 𝑃 (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )


Argumen yang baru saja diberikan valid untuk sebarang kurva yang melalui

(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) yang terletak pada permukaan 𝐹 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑘.

Definisi 2.5

Misalkan 𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑘 menentukan sebuah permukaan, dan andaikan 𝐹 dapat

didifferensialkan di titik 𝑃(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) pada permukaan ini, dengan 𝛁𝑭(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) ≠

𝟎. Maka bidang yang melalui 𝑃 tegak lurus terhadap 𝛁𝑭(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) disebut bidang

singgung (tangent plane) terhadap permukaan di titik 𝑃.


14

Gambar 2. 7 Normal dari Bidang Singgung di 𝑃

𝛁𝑭(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) disebut bidang singgung (tangent plane) terhadap

permukaan di titik 𝑃 atau disebut juga normal dari bidang singgung di titik 𝑃.

Misalkan untuk mencari persamaan dari bidang yang melewati titik 𝑃(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) dan

𝛁𝑭(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) sebagai normalnya. Seperti pada Gambar 2.6 bahwa bidang tersebut

terdiri dari tepat titik-titik 𝑟(𝑥, 𝑦, 𝑧), vektor ⃗⃗⃗⃗


𝑃𝑟 adalah ortogonal terhadap 𝛁𝑭, yaitu

𝛁𝑭 ∙ ⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑟 = 0 (1)

Karena ⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑟 = (𝑥 − 𝑥0 , 𝑦 − 𝑦0 , 𝑧 − 𝑧0 ), maka persamaan (1) dapat ditulis kembali

sebagai

𝛁𝑭(𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) ⋅ (𝑥 − 𝑥0 , 𝑦 − 𝑦0 , 𝑧 − 𝑧0 ) = 0

yaitu

𝐹𝑥 (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )(𝑥 − 𝑥0 ) + 𝐹𝑦 (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )(𝑦 − 𝑦0 ) + 𝐹𝑧 (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 )(𝑧 − 𝑧0 ) = 0

2.6 Ketidaksamaan Cauchy Schwarz

Jika 𝒖 dan 𝒗 adalah vektor-vektor taknol di dalam ℝ2 dan ℝ3 dan 𝜃 adalah

sudut diantara keduanya, maka

𝒖 ∙ 𝒗 = ‖𝒖‖‖𝒗‖ cos 𝜃 (1)

Atau alternatifnya
15

𝒖∙𝒗
cos 𝜃 = (2)
‖𝒖‖‖𝒗‖

Tujuan dalam subbab ini adalah mendefinisian konsep tentang sudut di antara dua

vektor di dalam ruang hasil kali dalam umum. Agar definisi ini valid maka rumus

pada persamaan (2) apabila diterapkan pada kasus khusus ℝ2 dan ℝ3 yang memiliki

hasil kali dalam Euclidean. Oleh karena itu, agar definisi ini mengenai sudut 𝜃 di

antara dua vektor harus memenuhi hubungan

〈𝒖, 𝒗〉
cos 𝜃 =
‖𝒖‖‖𝒗‖

Akan tetapi, karena |cos 𝜃| ≤ 1, definisi ini tidak akan pernah dapat memenuhi

rumus pada persamaan (3) kecuali dapat memastikan bahwa setiap pasangan vektor

taknol di dalam sebuah ruang hasil kali dalam memenuhi ketidaksamaan

〈𝒖, 𝒗〉
| |≤1
‖𝒖‖‖𝒗‖

Teorema 2.6

Jika 𝒖 dan 𝒗 adalah vektor-vektor di dalam sebuah ruang hasil kali dalam real, maka

|〈𝒖, 𝒗〉| ≤ ‖𝒖‖‖𝒗‖

Bukti

Diketahui ‖𝒖‖2 = 〈𝒖, 𝒖〉 dan ‖𝒗‖2 = 〈𝒗, 𝒗〉

〈𝒖, 𝒗〉2 ≤ 〈𝒖, 𝒖〉〈𝒗, 𝒗〉

〈𝒖, 𝒗〉2 ≤ ‖𝒖‖ 2 ‖𝒗‖2

|〈𝒖, 𝒗〉| ≤ ‖𝒖‖‖𝒗‖


16

2.7 Konsep Jumlah Riemann

Sebuah fungsi 𝑓 didefinisikan pada interval tertutup [𝑎, 𝑏]. Fungsi ini bisa

bernilai positif ataupun negatif pada interval tersebut dan bahkan tidak perlu

kontinu. Misalkan suatu partisi 𝑃 membagi interval [𝑎, 𝑏] menjadi 𝑛 sub-interval

(tidak perlu sama panjang) dengan menggunakan titik-titik 𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 <

⋯ < 𝑥𝑛−1 < 𝑥𝑛 = 𝑏. Dengan jarak tiap sub-interval adalah [𝑥0 , 𝑥1 ], [𝑥1 , 𝑥2 ], , …,

[𝑥𝑛−1 , 𝑥𝑛 ]. Panjang sub-interval tersebut dapat dilambangkan ∆𝑥1 , ∆𝑥2 , … , ∆𝑥𝑛 .

Maka, jika 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑛, maka ∆𝑥𝑖 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 .

Pada setiap sub-interval [𝑥𝑖−1 , 𝑥1 ], diambil sebuah titik sebarang 𝑤𝑖 (yang

mungkin saja sebuah titik ujung) bisa disebut sebagai titik sampel untuk sub-

interval ke-𝑖. Partisi yang terbentuk merupakan segiempat dengan ukuran ∆𝑥 dan

𝑓 (𝑤𝑖 ) sebagai panjang dan lebarnya, sehingga luas tiap partisi adalah 𝑓(𝑤𝑖 )∆𝑥.

Karena itu didapatkan jumlah luas partisi pada selang [𝑎, 𝑏] yaitu

∑ 𝑓(𝑤𝑖 )∆𝑥
𝑖=1

yang disebut dengan Jumlah Riemann adalah

𝑛 𝑛

𝑆(𝑓; 𝑃) = ∑ 𝑤𝑖 ∆𝑥𝑖 = ∑ 𝑤𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 )


𝑖=1 𝑖=1

Definisi 2.7

Jika diberikan suatu fungsi terbatas 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ dan partisi 𝑃 =

{𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛−1 , 𝑥𝑛 } pada [𝑎, 𝑏]. Jumlah Riemann atas dan jumlah Riemann

bawah dari fungsi 𝑓 sehubungan dengan partisi 𝑃 didefinisikan dengan:


17

𝑛 𝑛

𝑈 (𝑓; 𝑃) = ∑ 𝑀𝑖 ∆𝑥𝑖 = ∑ 𝑀𝑖 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1


𝑖=1 𝑖=1

𝑛 𝑛

𝐿(𝑓; 𝑃) = ∑ 𝑚𝑖 ∆𝑥𝑖 = ∑ 𝑚𝑖 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1


𝑖=1 𝑖=1

2.8 Integral Lipat

Integral Riemann untuk satu variabel didefinisikan oleh 𝑓(𝑥) pada interval

tertutup [𝑎, 𝑏], dengan membentuk suatu partisi 𝑃 menjadi subinterval yang

panjangnya ∆𝑥𝑘 , dimana 𝑘 = 1,2, … , 𝑛. Mengambil sebuah titik contoh 𝑥𝑘 dari

subinterval ke-𝑘, dan kemudian menuliskannya sebagai berikut:

𝑏 𝑛

∫ 𝑓 (𝑥)𝑑𝑥 = lim ∑ 𝑓 (𝑥̅ 𝑘 )∆𝑥𝑘


‖𝑃‖→0
𝑎 𝑘=1

Selanjutnya, dengan cara yang sama untuk mendefinisikan integral fungsi

dua variabel. Misalkan 𝑅 adalah sebuah persegi panjang dengan sisi-sisi sejajar

sumbu-sumbu koordinat

𝑅 = {(𝑥, 𝑦)|𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏, 𝑐 ≤ 𝑦 ≤ 𝑑 }

Bentuk sebuah partisi 𝑃 dari 𝑅 berupa garis-garis sejajar sumbu- 𝑥 dan

sumbu- 𝑦, seperti pada Gambar 2.8. Pembuatan partisi ini membagi 𝑅 menjadi sub

persegi panjang-sub persegi panjang sebanyak 𝑛 buah yang dinotasikan dengan 𝑅𝑘 ,

dimana 𝑘 = 1,2, … , 𝑛. Misalkan ∆𝑥𝑘 dan ∆𝑦𝑘 adalah panjang sisi-sisi 𝑅𝑘 dan

misalkan ∆𝐴𝑘 = ∆𝑥𝑘 ∆𝑦𝑘 adalah luasnya, sehingga dengan mengambil titik contoh

(𝑥𝑘 , 𝑦𝑘 ) pada 𝑅𝑘 akan membentuk jumlah Riemann ∑𝑛𝑘=1 𝑓(𝑥̅ 𝑘 , 𝑦̅𝑘 )∆𝐴𝑘
18

Gambar 2. 8 Patisi 𝑃 dari 𝑅

Definisi 2.8

Misalkan 𝑓 suatu fungsi dua variabel yang terdefinisi pada suatu persegi

Panjang tertutup 𝑅. Jika

𝑙𝑖𝑚 ∑ 𝑓 (𝑥𝑘 , 𝑦𝑘 )∆𝐴𝑘


‖𝑝‖→0
𝑘=1

Ada, maka dapat dikatakan bahwa 𝑓 dapat diintegrasikan pada 𝑅. Lebih lanjut,

∬𝑅 𝑓 (𝑥, 𝑦)𝑑𝐴, yang disebut integral lipat dua 𝑓 pada 𝑅, diberikan oleh

∬ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝐴 = 𝑙𝑖𝑚 ∑ 𝑓 (𝑥𝑘 , 𝑦𝑘 )∆𝐴𝑘


‖𝑝‖→0
𝑅 𝑘=1
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Menentukan Luas Permukaan di ℝ𝟑

Pada bagian ini akan dibahas terkait bagaimana Cross Product dapat digunakan

untuk menghitung luas permukaan dalam ruang berdimensi tiga. Misalkan 𝑧 =

𝑓 (𝑥, 𝑦) merupakan fungsi permukaan, 𝑓 mempunyai turunan parsial pertama yang

kontinu terhadap sumbu- 𝑥 dan sumbu- 𝑦 dinotasikan dengan 𝑓𝑥 dan 𝑓𝑦 .

Gambar 3. 1 Permukaan fungsi 𝑧 = 𝑓 (𝑥, 𝑦)

Misalkan terdapat suatu permukaan 𝐺 dengan persamaan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dan

misalkan 𝑆 adalah daerah asal dari permukaan 𝐺 seperti pada Gambar 3.1, dengan

19
20

menggunakan konsep Jumlah Riemann, daerah asal dari permukaan 𝑆 dapat dibentuk

partisi-partisi berupa persegi panjang-persegi panjang yang dinotasikan dengan 𝑅, 𝑅 =

{(𝑥, 𝑦)|𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏, 𝑐 ≤ 𝑦 ≤ 𝑑 } seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3. 2 Partisi-partisi pada Daerah 𝑅

Misalkan 𝑅𝑖𝑗 adalah sub partisi sembarang pada partisi 𝑅, dimana 𝑖 =

𝑏−𝑎
1,2, … , 𝑛 yang merupakan indeks dari sumbu- 𝑥 sehingga △ 𝑥 = dan 𝑗 = 1,2, … , 𝑚
𝑛

𝑑−𝑐
yang merupakan indeks dari sumbu- 𝑦 sehingga △ 𝑦 = . 𝑅𝑖𝑗 merupakan salah satu
𝑚

sub persegi panjang dalam 𝑅, sedemikian sehingga dalam 𝑅𝑖𝑗 terdapat titik (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ),

(∆𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ), (𝑥𝑖 , ∆𝑦𝑗 ), dan (∆𝑥𝑖 , ∆𝑦𝑗 ) seperti pada Gambar 3.3.
21

Gambar 3. 3 Partisi 𝑅𝑖𝑗

Memilih sebarang titik pada 𝑅𝑖𝑗 , misalkan titik (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) yang merupakan salah

satu titik di 𝑅𝑖𝑗 yang paling dekat dengan titik asal. Titik (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) diproyeksikan

terhadap salah satu titik yang ada pada daerah 𝐺𝑖𝑗 yaitu 𝑤𝑖𝑗 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 , 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )), 𝐺𝑖𝑗

merupakan salah satu bagian permukaan dari daerah 𝐺 dan 𝑤𝑖𝑗 merupakan salah satu

titik yang ada pada daerah 𝐺𝑖𝑗 .

Konsep jumlah Riemann memuat partisi-partisi yang membentuk persegi

panjang-persegi panjang untuk menghitung permukaaan bidang. Permukaan bidang

tidak hanya membentuk persegi panjang saja tetapi ada yang membentuk permukaan

bukan persegi panjang, untuk mendapatkan luas permukaannya maka setiap partisi

akan diaproksimasi dengan daerah bidang singgung yang menyinggung 𝐺𝑖𝑗 dinotasikan

dengan 𝑇𝑖𝑗 , sehingga aproksimasi dari luas permukaan 𝐺 dapat dihitung dengan

persamaan (3.1)
22

𝐴(𝐺 ) ≈ ∑ 𝐴(𝑇𝑖𝑗 ) (3.1)


1≤ 𝑖 ≤ 𝑛
1≤𝑗≤𝑚

untuk aproksimasi persamaan (3.1) agar nilainya semakin mendekati nilai yang

sesungguhnya maka panjang partisi 𝑅 dinyatakan dengan ‖𝑅‖ haruslah semakin kecil

agar galat yang dihasilkan semakin mengecil mendekati nol, sehingga ‖𝑅‖ →

0 ((𝑛, 𝑚) → ∞) dapat dinyatakan dengan persamaan (3.2).

𝐴 (𝐺 ) = lim ∑ 𝐴(𝑇𝑖𝑗 ) (3.2)


(𝑛,𝑚)→∞
1≤ 𝑖 ≤ 𝑛
1≤𝑗≤𝑚

Gambar 3. 4 Rincian Sub Partisi 𝑅𝑖𝑗 pada Fungsi 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦)

Dalam Gambar 3.3 dibuat lebih terinci seperti pada Gambar 3.4. Misalkan terdapat 𝒖𝒊

dan 𝒗𝒋 yang merupakan vektor-vektor pada permukaan di daerah 𝑇𝑖𝑗 , dimana daerah

𝑇𝑖𝑗 merupakan bidang singgung pada daerah 𝐺𝑖𝑗 yang memebentuk jajaran genjang,
23

sedemikian sehingga untuk menghitung luas bidang singgung daerah 𝑇𝑖𝑗 dapat

menggunakan Teorema 2.4.3 Hasil Kali Silang


𝑛 𝑚

𝐴 (𝐺 ) = lim ∑ ∑‖𝒖𝒊 × 𝒗𝒋 ‖ (3.3)


(𝑛,𝑚)→∞
𝑖=1 𝑗=1

Untuk menghitung ‖𝒖𝒊 × 𝒗𝒋 ‖ harus dicari terlebih dahulu elemen-elemen yang termuat

pada vektor 𝒖𝒊 dan 𝒗𝒋 dengan menggunakan Teorema 2.5 Bidang Singgung

𝑧 − 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )(𝑥 − 𝑥𝑖 ) + 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )(𝑦 − 𝑦𝑗 ) (3.4)

Pada Gambar 3.4 vektor 𝒖𝒊 titik awalnya adalah titik (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 , 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )). Titik ujung dari

vektor 𝒖𝑖 adalah pada bidang singgungnya dengan 𝑥 = 𝑥𝑖 + ∆𝑥𝑖 dan 𝑦 = 𝑦𝑗 .

Mensubstitusikan titik ujung dari vektor 𝒖𝒊 terhadap persamaan (3.4), maka akan

didapatkan koordinat 𝑧 dari titik ujungnya adalah

𝑧 − 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )(𝑥𝑖 + ∆𝑥𝑖 − 𝑥𝑖 ) + 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )(𝑦𝑗 − 𝑦𝑗 )

𝑧 − 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 (3.5)

Dapat dikatakan bahwa elemen dari vektor 𝒖𝒊 adalah

𝒖𝒊 = (∆𝑥𝑖 , 0, 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 )

𝒖𝑖 = ∆𝑥𝑖 𝒊 + 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 𝒌 (3.6)

Sama halnya dengan vektor 𝒗𝒋 yang titik awalnya adalah titik (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 , 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )). Titik

ujung dari vektor 𝒗𝒋 adalah pada bidang singgungnya dengan 𝑥 = 𝑥𝑖 dan 𝑦 = 𝑦𝑗 + ∆𝑦𝑗 .

Mensubstitusikan titik ujung dari vektor 𝒗𝒋 terhadap persamaan (3.4), maka akan

didapatkan koordinat 𝑧 dari titik ujungnya adalah

𝑧 − 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )(𝑥𝑖 − 𝑥𝑖 ) + 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )(𝑦𝑗 + ∆𝑦𝑗 − 𝑦𝑗 )


24

𝑧 − 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 (3.7)

Dapat dikatakan bahwa elemen dari vektor 𝒗𝒋 adalah

𝒗𝒋 = (0, ∆𝑦𝑗 , 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 )

𝒗𝑗 = ∆𝑦𝑗 𝒋 + 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 𝒌 (3.8)

Setelah diketahui elemen dari vektor 𝒖𝒊 dan vektor 𝒗𝒋 , maka untuk menghitung

luas 𝑇𝑖𝑗 adalah

𝐴(𝑇𝑖𝑗 ) = ‖𝒖𝒊 ‖‖𝒗𝒋 ‖𝑠𝑖𝑛𝜃 = ‖𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 ‖

dimana 𝜃 merupakan sudut diantar vektor 𝒖𝒊 dan vektor 𝒗𝒋

𝒊 𝒋 𝒌
𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 = |∆𝑥𝑖 0 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 |
0 ∆𝑦𝑗 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗

= (0 − 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 ∆𝑦𝑗 )𝒊 − (𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 ∆𝑥𝑖 − 0)𝒋 + (∆𝑥𝑖 ∆𝑦𝑗 − 0)𝒌

= ∆𝑥𝑖 ∆𝑦𝑗 [−𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )𝒊 − 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )𝒋 + 𝒌]

Karena itu luas 𝑇𝑖𝑗 adalah

2 2
𝐴(𝑇𝑖𝑗 ) = ‖𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 ‖ = ∆𝑥𝑖 ∆𝑦𝑗 √[𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + [𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + 1 (3.9)

Substitusikan Persamaan (3.9) terhadap Persamaan (3.3), sehingga diperoleh


𝑛 𝑚
2 2
𝐴 (𝐺 ) = lim ∑ ∑ ∆𝑥𝑖 ∆𝑦𝑗 √[𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + [𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + 1 (3.10)
(𝑛,𝑚)→∞
𝑖=1 𝑗=1

Berdasarkan dari definisi 2.8, maka

2 2
𝐴(𝐺 ) = ∬ √[𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + [𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + 1 𝑑𝐴
𝑆
25

3.2 Contoh Kasus

Contoh 1

Aproksimasikan luas permukaan suatu fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 12 − 𝑥 − 𝑦 yang

dibatasi oleh 𝑅 = {(𝑥, 𝑦)|0 ≤ 𝑥 ≤ 6, 0 ≤ 𝑦 ≤ 4}.

Penyelesaian

Gambar 3. 5 Kurva suatu Fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 12 − 𝑥 − 𝑦

Untuk mencari luas permukaan pada daerah G adalah

𝑛 𝑚 𝑛 𝑚

𝐴 (𝐺 ) = lim ∑ ∑‖𝒖𝒊 ‖‖𝒗𝒋 ‖𝑠𝑖𝑛𝜃 = lim ∑ ∑‖𝒖𝒊 × 𝒗𝒋 ‖


(𝑛,𝑚)→∞ (𝑛,𝑚)→∞
𝑖=1 𝑗=1 𝑖=1 𝑗=1

𝑛 𝑚
2 2
𝐴 (𝐺 ) = lim ∑ ∑ ∆𝑥𝑖 ∆𝑦𝑗 √[𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + [𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + 1
(𝑛,𝑚)→∞
𝑖=1 𝑗=1

Untuk menghitung ‖𝒖𝒊 × 𝒗𝒋 ‖ harus dicari terlebih dahulu elemen-elemen yang termuat

pada vektor 𝒖𝒊 dan 𝒗𝒋 , untuk mencari elemen vektor 𝒖𝒊 adalah


26

𝒖𝒊 = (∆𝑥𝑖 , 0, 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 )

Dimana,

𝑏−𝑎 6−0 6
∆𝑥 = = =
𝑛 𝑛 𝑛
6 6
𝑥𝑖 = 𝑎 + ∆𝑥𝑖 = 0 + 𝑖 = 𝑖
𝑛 𝑛
6
𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = −1 maka 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 = − 𝑛

Sehingga,
6 6
𝒖𝒊 = ( , 0, − )
𝑛 𝑛

Untuk mencari elemen vektor 𝒗𝒋 adalah


𝒗𝒋 = (0, ∆𝑦𝑗 , 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 )

Dimana,
𝑑−𝑐 4−0 4
∆𝑦 = = =
𝑚 𝑚 𝑚
4 4
𝑦𝑗 = 𝑐 + ∆𝑦𝑗 = 0 + 𝑗 = 𝑗
𝑚 𝑚
4
𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = −1 maka 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 = −
𝑚

Sehingga,
4 4
𝒗𝒋 = (0, ,− )
𝑚 𝑚

Setelah elemen-elemen vektor 𝒖𝒊 dan 𝒗𝒋 diketahui, maka diperoleh


𝒊 𝒋 𝒌
6 6
| 0 − |
𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 = 𝑛 𝑛|
|
4 4
0 −
𝑚 𝑚

24 24 24
= (0 − (− 𝑛𝑚)) 𝒊 − (− 𝑛𝑚 − 0) 𝒋 + (𝑛𝑚 − 0) 𝒌

24 24 24
= 𝑛𝑚 𝒊 + 𝑛𝑚 𝒋 + 𝑛𝑚 𝒌
27

24 2
24 24 24 2 2
‖𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 ‖ = √( ) + ( ) + ( ) = √3
𝑛𝑚 𝑛𝑚 𝑛𝑚 𝑛𝑚

24
Dengan mensubstitusikan hasil ‖𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 ‖ = 𝑛𝑚 √3 terhadap persamaan (3.10)

diperoleh
𝑛 𝑚
24 24
𝐴(𝐺 ) = lim ∑∑ √3 = lim √3𝑛𝑚 = 24 √3 satuan luas
(𝑛,𝑚)→∞ 𝑛𝑚 (𝑛,𝑚)→∞ 𝑛𝑚
𝑖=1 𝑗=1

Jadi, luas permukaan 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 12 − 𝑥 − 𝑦 yang diaproksimasi dengan bidang

singgung adalah 24√3 satuan luas.

Contoh 2

𝑥2
Luas permukaan sebuah fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = + 4 yang dibatasi 𝑅=
4

{(𝑥, 𝑦)|0 ≤ 𝑥 ≤ 1, 0 ≤ 𝑦 ≤ 2}.

Penyelesaian

𝑥2
Gambar 3. 6 Kurva suatu Fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = +4
4
28

Untuk mencari luas permukaan pada daerah G adalah

𝑛 𝑚 𝑛 𝑚

𝐴 (𝐺 ) = lim ∑ ∑‖𝒖𝒊 ‖‖𝒗𝒋 ‖𝑠𝑖𝑛𝜃 = lim ∑ ∑‖𝒖𝒊 × 𝒗𝒋 ‖


(𝑛,𝑚)→∞ (𝑛,𝑚)→∞
𝑖=1 𝑗=1 𝑖=1 𝑗=1

𝑛 𝑚
2 2
𝐴 (𝐺 ) = lim ∑ ∑ ∆𝑥𝑖 ∆𝑦𝑗 √[𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + [𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )] + 1
(𝑛,𝑚)→∞
𝑖=1 𝑗=1

Untuk menghitung ‖𝒖𝒊 × 𝒗𝒋 ‖ harus dicari terlebih dahulu elemen-elemen yang termuat

pada vektor 𝒖𝒊 dan 𝒗𝒋 . Untuk mencari elemen vektor 𝒖𝒊 adalah

𝒖𝒊 = (∆𝑥𝑖 , 0, 𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 )

Dimana,

𝑏−𝑎 1−0 1
∆𝑥 = = =
𝑛 𝑛 𝑛
1 1
𝑥𝑖 = 𝑎 + ∆𝑥𝑖 = 0 + 𝑖 = 𝑖
𝑛 𝑛
1 1 2 1
𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = 2 𝑥 maka 𝑓𝑥 (𝑛 𝑖, 𝑚 𝑗) = 2𝑛 𝑖
1
𝑓𝑥 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑥𝑖 = 𝑖
2𝑛2
Sehingga,
1 𝑖
𝒖𝒊 = ( , 0, 2 )
𝑛 2𝑛

Untuk mencari elemen vektor 𝒗𝒋 adalah


𝒗𝒋 = (0, ∆𝑦𝑗 , 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 )

Dimana,
𝑑−𝑐 2−0 2
∆𝑦 = = =
𝑚 𝑚 𝑚
2 2
𝑦𝑗 = 𝑐 + ∆𝑦𝑗 = 0 + 𝑗 = 𝑗
𝑚 𝑚
𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 ) = 0 maka 𝑓𝑦 (𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 )∆𝑦𝑗 = 0
29

Sehingga,
2
𝒗𝒋 = (0, , 0)
𝑚

Setelah elemen-elemen vektor 𝒖𝒊 dan 𝒗𝒋 diketahui, maka diperoleh


𝒊 𝒋 𝒌
1 𝑖
| 0 |
𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 = 𝑛 2𝑛2 |
|
2
0 0
𝑚

𝑖 2
= (0 − (𝑚𝑛2 )) 𝒊 − (0 − 0)𝒋 + (𝑛𝑚 − 0) 𝒌

𝑖 2
= − 𝑚𝑛2 𝒊 + 𝑛𝑚 𝒌

𝑖 2 2 2
‖𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 ‖ = √(− 2 ) + (0) + ( )
2
𝑛 𝑚 𝑛𝑚

𝑖2 4 1
= √ 4 2 + 2 2 = 2 √𝑖 2 + 4𝑛2
𝑛 𝑚 𝑛 𝑚 𝑛 𝑚

1
Dengan mensubstitusikan hasil ‖𝒖𝑖 × 𝒗𝑗 ‖ =
𝑛2 𝑚
√𝑖 2 + 4𝑛2 terhadap persamaan

(3.10) diperoleh
𝑛 𝑚 𝑛
1 1
∑ ∑ 2 √𝑖 2 + 4𝑛2 = lim ∑ 2 𝑚√𝑖 2 + 4𝑛2
𝐴 (𝐺 ) = lim 𝑛 𝑚 (𝑛,𝑚)→∞ 𝑛 𝑚
(𝑛,𝑚)→∞ 𝑖=1 𝑗=1 𝑖=1

𝑛
1
= lim ∑ √𝑖 2 + 4𝑛2
𝑛→∞ 𝑛2
𝑖=1

Berdasarkan rumus pertidaksamaan Cauchy-Schwarz maka


𝑛 𝑛
2( )
1 2 2
𝐴 𝐺 ≤ lim (∑ ( 2 ) ) (∑ (√𝑖 2 + 4𝑛2 ) )
𝑛→∞ 𝑛
𝑖=1 𝑖=1
30

𝑛
1
𝐴2 (𝐺 ) ≤ lim ( 4 𝑛) (∑(𝑖 2 + 4𝑛2 ))
𝑛→∞ 𝑛
𝑖=1

1 2𝑛3 + 3𝑛2 + 𝑛
𝐴2 (𝐺 ) ≤ lim ( )( + 4𝑛3 )
𝑛→∞ 𝑛3 6

1 1 1
𝐴2 (𝐺 ) ≤ lim ( + 4 + + 2)
𝑛→∞ 3 2𝑛 6𝑛

13
𝐴(𝐺 ) ≤ √ ≈ 2,081665999 satuan luas
3

𝑥2
Jadi, luas permukaan 𝑓 (𝑥, 𝑦) = + 4 yang diaproksimasi adalah 2,081665999
4

satuan luas.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada Bab 3 dapat diambil

kesimpulan bahwa Norm Cross Product antara dua buah vektor 𝒖 dan 𝒗 untuk

menghitung luas permukaan pada bidang di ℝ3 dengan konsep jumlah Riemann yang

diaproksimasi terhadap bidang singgung hasilnya adalah nilai hampiran yang

mendekati nilai yang sesungguhnya. Luas permukaan bidang dengan fungsi linier

untuk menghitungnya lebih mudah menggunakan norm cross poduct, berbeda halnya

dengan Luas permukaan bidang dengan fungsi kuadrat untuk menghitungnya lebih

sukar ketika menggunakan norm cross product secara langsung tetapi harus dibantu

saat perhitungannya dengan ketidaksamaan Cauchy-schwarz.

4.2 Saran

Banyaknya masalah luas permukaan disebabkan beragamnya bentuk fungsi

untuk setiap permukaan bidang. Pada saat menghitung luas permukaan menggunakan

Norm Cross Product seperti pada persamaan (3.10), ketika fungsi sulit untuk

diturunkan maka persamaan (3.10) terkedala saat proses perhitungannya sehingga

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai luas perrmukaan

31
DAFTAR PUSTAKA

Anton, H. (2004). Aljabar Linear Elementer . jakarta: Erlangga.

Dale Varberg, E. J. (2011). Kalkulus Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Dineen, S. (1998, 2001, 2014). Multivariate Calculus and Geometry Third edition.

Verlag London: Springer.

Howard Anton, C. R. (2004). Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi Edisi Kedelapan

Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Septian Mosal Pirade, T. M. (2017). Integral Riemann-Stieltjes Pada Fungsi Bernilai

Real. JdC, Vol. 6, No. 1, 3-4.

Stewart, J. (2011). Kalkulus Jilid 3 Edisi 5. Jakarta: Salemba Teknika.

Robert T. Smith, R. B. (2007). Calculus Early Transcendental Function Multivariable

Third Edition. New York: McGraw-Hill.

32
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Personal

Nama Lengkap : Ain Nurul Fadilah

NPM : 10060215013

Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 05 November 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Kp. Nagrak RT 02/1 Kecamatan Darangdan

Kabupaten Purwakarta 41163

Telepon : 081909411660

Email : ainfadilah4@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan

2003-2009 : SD Negeri 1 Nagrak

2009-2012 : SMP Negeri 1 Darangdan

33
34

2012-2015 : SMA Negeri 3 Purwakarta

2015-2019 : Universitas Islam Bandung (UNISBA);

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA); Program

Studi Matematika

III. Riwayat Organisasi

1. Anggota Marching Band SMPN 1 Darangdan Periode 2009-2012

2. Pengurus Badan Operasional Mentoring Pendidikan Agama Islam (BOMPAI)

2016 – 2017

3. Pengurus Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) 2016 – 2017

4. Pengurus Pembinaan Anak-anak Salman (PAS) 2017 - 2019

Anda mungkin juga menyukai