Anda di halaman 1dari 14

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PENGARUH JUS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)


TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL
PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
GALUR WISTAR

OLEH :

EMY OKTAVIANI

I21109037

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PENGARUH JUS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL

PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

GALUR WISTAR

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi


(S.Farm) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak

OLEH :

EMY OKTAVIANI

I21109037

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK

Pemakaian suatu obat bersamaan dengan suatu makanan atau minuman dapat
mempengaruhi efek dari obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus
buah manggis terhadap profil farmakokinetik parasetamol pada tikus putih jantan galur
Wistar. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur Wistar berbobot 200-350 g.
Hewan uji dibagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah total hewan uji 15 ekor.
Kelompok I (parasetamol) diberikan parasetamol tunggal dosis 9 mg/200gBB peroral.
Kelompok II (parasetamol-manggis 1) yang diberikan parasetamol 9 mg/200gBB
bersamaan dengan jus buah manggis dosis 2,88 g/200gBB. Kelompok III (parasetamol-
manggis 2) yang diberikan parasetamol 0,009 g/200gBB bersamaan dengan jus buah
manggis dosis 0,66 g/200gBB. Cuplikan darah diambil melalui vena ekor tikus selama 9
jam dan kadar parasetamol utuh dalam darah ditetapkan menggunakan metode
spektrofotometri UV. Parameter farmakokinetik dihitung dengan metode residual dan
dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Perbedaan antar kelompok dianalisis dengan uji Post Hoc LSD. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok II (parasetamol-manggis 1) dan kelompok III
(parasetamol-manggis 2) meningkatkan parameter ka, Cpmaks, tmaks, t½ab, ke, t½el, CL,
AUC dan menurunkan ka, ke, dan CL. Dari penelitian menunjukkan bahwa pemberian jus
buah manggis dosis 2 memberikan penurunan paling kuat pada metabolisme dan
eliminasi parasetamol pada tikus.

Kata Kunci : Buah Manggis, Farmakokinetik, Parasetamol, Interaksi obat


ABSTRACT

Drug interaction happen when drugs is given together with foods. This research
was aimed to observe the effect of mangosteen juice to the paracetamol pharmacokinetic
profile in Wistar male white rats. The study was using male Wistar rats weight 200-350 g.
The animals were divided into three groups with the total of the male rats are 15. Group I
(paracetamol) was given a single oral paracetamol 9 mg/200gBW. Group II (treatment 1)
was given a single oral paracetamol 9 mg/200gBW together with mangosteen juice 2,88
g/200gBW. Group III (treatment 2) was given a single oral paracetamol 9 mg/200gBW
together with mangosteen juice 0,66 g/200gBW. The serial blood was collected from tail
vein for 9 hours and were analyzed using spectrophotometer UV for unchanged
paracetamol. The pharmacokinetic parameters of paracetamol were calculated by
recidual method and were analyzed by One Way ANOVA using 95 % confidence
interval. The difference between groups were analyzed using Post Hoc LSD-test. The
results showed that the group II (paracetamol-mangosteen 1) and group III (paracetamol-
mangosteen 2) increased of ka, Cpmaks, tmaks, t½ab, ke, t½el, CL, AUC and decreased of
ka, ke, and CL. The research showed that mangosteen juice doses 2 give higher decreased
metabolism and decreased elimination of paracetamol in rat.

Key words : Mangosteen fruit, Pharmacokinetics, Paracetamol, Drug interaction


PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu pengobatan menyatakan bahwa alfa mangostin ini
harus didukung dengan pengobatan yang memiliki efek sebagai penghambat
rasional. Pengobatan yang tidak rasional enzim sitokrom P450 yang dapat
dapat menyebabkan efek teurapetik mempengaruhi nilai AUC dan Cpmaks
suatu obat tidak tercapai. Penggunaan dari parasetamol. Efek penghambatan ini
yang rasional harus didukung pula menyebabkan nilai AUC dan Cpmaks
dengan tingkat pengetahuan dari pasien parasetamol meningkat 2-3 kali lipat.
khususnya mengenai obat dan Parasetamol merupakan obat yang
pemakaiannya. Farmakokinetik sering menyebabkan interaksi ketika
merupakan cabang ilmu farmakologi digunakan bersamaan dengan suatu
yang dapat menerangkan nasib obat di makanan atau minuman. Penggunaan
dalam tubuh, berupa perubahan kadar parasetamol dengan suatu minuman
obat di dalam darah, jaringan atau dapat dilihat pengaruhnya dari profil
ekskreta sebagai fungsi waktu, yang farmakokinetik parasetamol yang
kemudian dapat digunakan untuk dihasilkan ketika parasetamol diberikan
meramalkan efek farmakologi, terapi bersamaan dengan suatu minuman.
atau efek toksik suatu obat (senyawa Untuk mengetahui profil dari suatu obat
kimia) (1). akibat dari pengaruh suatu minuman,
Interaksi obat atau lebih dikenal perlu diketahui terlebih dahulu kadar
dengan istilah drug interaction, obat utuh dalam darah baik dalam
merupakan interaksi yang terjadi antara bentuk tunggal maupun bersamaan
obat yang dikonsumsi secara bersamaan dengan minuman.
dengan obat, makanan bahkan minuman.
Dampak dari interaksi obat ini dapat METODOLOGI
merugikan yaitu penurunan efektivitas Alat
obat atau bahkan menguntungkan yaitu Batang pengaduk dan sendok
peningkatan efektivitas obat. Manggis tanduk, beaker glass 50 mL dan 100
merupakan salah satu buah yang mL, corong kaca, erlenmeyer 100 mL,
holder tikus, jarum suntik sekali pakai
digemari oleh masyarakat Indonesia.
ukuran 3 cc (Terumo®), kaca arloji, labu
Tanaman manggis berasal dari hutan takar 100 mL, kandang hewan uji,
tropis yang teduh di kawasan Asia lemari pembeku (freezer), micropipet
Tenggara, yaitu hutan Indonesia dan 100 dan 1000 mL (Hamilton), neraca
atau Malaysia. Salah satu kandungan analitik (listrik), neraca hewan, oven
kimia kulit manggis adalah xanton (2). (Memmert), pencampur (vortex mixer),
Senyawa turunan xanton yang pemusing (sentrifuge), pipet tetes, pipet
ukur berbagai ukuran, pisau cukur
terdapat pada buah manggis adalah alfa,
(gilette), plester, skapel atau pisau
beta dan gamma mangostin. Menurut bedah, rolling mixer, Spektrofotometer
hasil penelitian Suksamrarn dkk (2006) UV-Visible 2450 (Simadzu), spuit oral
menunjukkan bahwa hasil isolasi 10 ml, tabung darah beserta anti
senyawa xanton dari daging buah koagulan EDTA 3 mL, tabung reaksi 3
manggis utuh terdapat senyawa xanton mL dan 10 mL dan rak tabung reaksi.
berupa alfa, beta dan gamma mangostin.
Menurut hasil penelitian Foti dkk (2009)
Bahan 1500-2500 mm/tahun, tanaman manggis
Aluminium foil, aquadest, etil yang berusia 10 tahun, kulit buah
asetat p.a (Merck®), kertas saring, manggis yang berwarna ungu
kemerahan dan kulit buah manggis
metanol p.a (Merck®), parasetamol baku
bertekstur lembut.
(Brataco®), parasetamol generik, jus
buah manggis (Garcinia mangostana Pembuatan Jus Buah Manggis
L.). Pembuatan jus buah manggis
Hewan uji dilakukan dengan cara memilih buah
Hewan digunakan dalam manggis yang utuh dan tidak busuk
penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan cara mengupas kulitnya. Buah
manggis yang dipilih berukuran sama
galur Wistar dengan berat badan
besar. Buah manggis selanjutnya
berkisar antara 200-350 g. dipisahkan dari biji yang terdapat
Tabel 1. Kelompok Perlakuan didalamnya dengan cara mengiris sedikit
No. Kelompok Perlakuan demi sedikit. Selanjutnya buah manggis
di jus dengan menggunakan blender
hewan uji
tanpa tambahan air. Sebelum daging
1. Kontrol Parasetamol buah tersebut dijus, terlebih dahulu
ditimbang berapa berat awal dari buah
Positif
Perhitungan Dosis Jus Buah Manggis
2. Perlakuan I Dosis I +
Penelitian ini menggunakan dua
Parasetamol peringkat dosis, yaitu dosis 1 yang
terdiri dari 5 buah manggis dan dosis 2
3. Perlakuan II Dosis II + yang terdiri dari 10 buah manggis. Dosis
Parasetamol
dari jus buah manggis yang dihasilkan
dikonversikan dari manusia ke tikus.

Determinasi Tanaman Pembuatan Suspensi Parasetamol


Determinasi dilakukan untuk Daging buah manggis tersebut. Jus buah
memastikan kebenaran sampel tanaman manggis yang dihasilkan disimpan
yang akan digunakan untuk uji praklinis ditempat bersih dan terhindar sinar
berkaitan dengan ciri-ciri morfologi matahari.
secara makroskopis tanaman manggis
(Garcinia mangostana L.) terhadap Pembuatan CMC 1%
kepustakaan. Identifikasi / determinasi CMC sebanyak 1 g ditimbang,
dilakukan di Fakultas Matematika dan kemudian ditaburkan di atas air corpus
Ilmu Pengetahuan Universitas (aquadest) sebanyak 10 kalinya,
Tanjungpura Pontianak. dibiarkan hingga mengembang. Setelah
mengembang tambahkan aquadest
Pengambilan dan Pengolahan Sampel hingga 100 mL, diaduk homogen (jika
Sampel yang digunakan pada perlu lakukan pemanasan).
penelitian ini berasal dari Desa Pal 9
Kelurahan Pal 9 Kabupaten Kubu Raya Pengujian Jus Buah Manggis
Provinsi Kalimantan Barat. Buah (Garcinia mangostana L.) terhadap
manggis yang diambil yaitu buah Profil Farmakokinetik Parasetamol
manggis yang memiliki usia panen 110 Tikus putih jantan wistar dengan
hari sejak bunga mekar, waktu panen berat badan 200-350 g. dipuasakan
pada musim hujan dengan curah hujan selama 12 jam sebelum diberi perlakuan.
Perhitungan Dosis Jus Buah Manggis Parameter farmakokinetika yang
Penelitian ini menggunakan dua dihitung yaitu tetapan laju absorpsi (ka),
peringkat dosis, yaitu dosis 1 yang plasma puncak (Cpmaks), konsentrasi
terdiri dari 5 buah manggis dan dosis 2 plasma puncak (tmaks), waktu paro
yang terdiri dari 10 buah manggis. Dosis absorpsi (t½ab), tetapan laju eliminasi
dari jus buah manggis yang dihasilkan (ke), waktu paro eliminasi (t½el), klirens
dikonversikan dari manusia ke tikus. (CL), dan Area Under Curve (AUC).
Parameter farmakokinetika dihitung
Pengambilan Sampel Darah dengan menggunakan metode residual
Penelitian diawali dengan kemudian hasilnya dianalisa dengan
memuasakan hewan uji pada malam hari One Way ANOVA dengan derajat
selama 10-12 jam. Sampel darah diambil kepercayaan 95% (p<0,05)
selama 9 jam dari pukul 08.00 hingga dilanjutkan dengan uji Post Hoc
pukul 17.00. sampel darah diambil pada LSD.
hari yang berbeda-beda pada masing-
masing kelompok. Pengambilan sampel Penentuan Akurasi dan Presisi
darah dilakukan melalui vena ekor tikus Diambil darah hewan uji
dengan menggunakan Kateter Intravena. sebanyak 0,25 mL dan diputar dalam
Pengambilan sampel dilakukan pada alat pencampur “Roller Mixer” selama
menit ke-0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 10 menit. Kemudian dicampur dengan
120, 150, 180, 240, 300, 360, 420,dan larutan seri kadar 10 μg/ml sebanyak 1
540. mL dan tambahkan TCA 0,25 mL.
Selanjutnya divortex selama 5 menit
Penetapan Kadar Parasetamol kemudian di sentrifugasi dengan
dengan Metode Spektrofotometri UV kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.
Darah yang sudah diambil, Lapisan bening dipindahkan ke dalam
ditempatkan dalam tabung darah 3 mL tabung lain dan di tambahkan etil asetat
dan diputar dalam alat pencampur 2 mL. Setelah itu campuran di vortex
“Roller Mixer” selama 10 menit. selama 5 menit kemudian di sentrifugasi
Kemudian diambil darah sebanyak 0,25 dengan kecepatan 2500 rpm selama 5
mL dan dimasukkan ke dalam tabung menit dan pisahkan lapisan etil asetat
reaksi. Tambahkan TCA 0,25 mL, (lapisan atas) ke tabung lain. Lapisan
divortex selama 5 menit dan disentrifuse tersebut diuapkan dalam oven pada suhu
dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 650C. Berdasarkan persamaan garis dari
menit. Lapisan bening dipindahkan ke kurva baku yang telah dibuat, ditentukan
dalam tabung lain dan di tambahkan etil kadar masing-masing. Dihitung akurasi
asetat 2 mL. Setelah itu campuran di dan presisinya.
vortex selama 5 menit kemudian di
sentrifugasi dengan kecepatan 2500 Penentuan LOD dan LOQ
rpm selama 5 menit. Pisahkan Penentuan LOD dan LOQ
lapisan etil asetat (lapisan atas) ke dilakukan dengan mengukur blanko.
tabung lain. Lapisan tersebut Pada analisis instrumen batas deteksi
diuapkan dalam oven (Memmert) dapat dihitung dengan mengukur respon
baku pembanding beberapa kali (3 kali
pada suhu 450C. Selanjutnya sampel
replikasi ) lalu dihitung simpangan baku
diuji dengan spektrofotometer UV. respon bangku pembanding.
Perhitungan Parameter Pembuatan Kurva Baku
Farmakokinetik Parasetamol dalam Kurva baku dibuat dari parasetamol
Darah baku (Brataco®) dengan seri kadar 2
µg/mL, 4 µg/mL, 6 µg/mL, 8 µg/mL, perbandingan (1:2). Perbandingan yang
dan10µg/mL. dihasilkan adalah 1:4. Hal ini berarti
buah manggis yang berukuran sama
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak mempengaruhi jumlah daging
Pengambilan dan Pengolahan Sampel buah manggis yang dihasilkan sehingga
Sampel yang digunakan pada tidak mempengaruhi jus yang
penelitian ini berasal dari Desa Pal 9 dihasilkan. Jus buah manggis yang
Kelurahan Pal 9 Kabupaten Kubu Raya dihasilkan disimpan pada tempat yang
Provinsi Kalimantan Barat. Sampel yang bersih dan terhindar dari sinar matahari.
telah diambil kemudian akan diolah Hal ini bertujuan untuk menjaga jus
menjadi bentuk jus buah manggis. buah manggis tetap dalam keadaan segar
dan menghindari kerusakkan kandungan
Pembuatan Jus Manggis kimia yang terdapat di dalam buah
Pembuatan jus manggis dilakukan manggis yang dapat mempengaruhi hasil
dengan memilih buah manggis yang penelitian.
utuh dan tidak busuk untuk
mendapatkan hasil jus yang berkualitas Penetapan Kadar Parasetamol Dalam
baik. Selain itu, daging buah manggis Darah
yang dipilih adalah daging buah yang Penelitian ini diawali dengan
berwarna putih kemerahan dan bersih. memuasakan hewan uji pada malam hari
Hal ini untuk menghindari jus yang selama 10-12 jam. Hal ini dilakukan
berkualitas tidak baik untuk mengkondisikan hewan uji dan
Buah manggis yang dipilih adalah meminimalisir interaksi obat terhadap
buah manggis yang berukuran sama zat lain yang masuk ke dalam tubuh
dengan tujuan untuk mendapatkan dosis hewan uji yang dapat mengganggu hasil
jus buah manggis yang sesuai. penelitian. hewan uji yang digunakan
Selanjutnya, daging buah manggis adalah sehat, berjenis kelamin jantan,
dipisahkan dari bijinya dengan cara dan berusia dalam rentang 3-4 bulan.
mengiris sedikit demi sedikit. Selama Hal ini bertujuan untuk menghindari
pengupasan air yang keluar dari daging pengaruh hormon dan fungsi alat tubuh
buah manggis harus ditampung agar yang berkaitan dengan usia.
tidak mengurangi rendemen yang
didapatkan Penetapan Kadar Parasetamol
Pembuatan jus dilakukan dengan dengan Metode Spektrofotometri UV.
menggunakan blender dengan Prinsip penetapan kadar dalam
kecepatan 15.000-20.000 rpm. penelitian ini adalah dengan
Pembuatan jus buah manggis ini tidak mengekstraksi parasetamol yang
menggunakan tambahan air karena terdapat dalam sampel darah sehingga
daging buah manggis tersebut telah yang didapatkan merupakan parasetamol
banyak mengandung air. Sebelum dalam bentuk utuh bukan berupa
daging buah tersebut dijus, terlebih metabolit dari parasetamol. TCA
dahulu ditimbang berapa berat awal dari berfungsi untuk memisahkan antara
buah manggis tanpa kulit. Berat daging plasma yang diinginkan dengan
buah dari 5 buah manggis adalah 55,08 protein-protein pengikat darah dan
g. Sedangkan berat jus yang dihasilkan komponen-komponen darah lainnya
yaitu 36,72 g. Berat daging buah dari 10 yang memiliki berat molekul yang lebih
buah manggis adalah 181,94 g. besar karena parasetamol memiliki
Sedangkan berat jus yang dihasilkan afinitas yang tinggi terhadap protein.
yaitu 160,43 g. Jus buah manggis yang Senyawa etil asetat berfungsi sebagai
dihasilkan tidak sesuai dengan senyawa pengekstraksi parasetamol dari
darah (3). Pelarut etil asetat menyebabkan Kadar obat dalam darah pada
pH dari medium biologi berubah kelompok parasetamol menunjukkan
menjadi pH 2. Kondisi pH dari sampel peningkatan dari menit ke-0 hingga
darah memberikan pengaruh yang besar menit ke-60 dan mencapai kadar puncak
terhadap tingkat efisiensi dari pelarut pada menit ke-90. Setelah mencapai
dalam proses ekstraksi senyawa obat. kadar puncak, kadar obat dalam darah
Penggunaan pelarut etil asetat dapat mengalami penurunan dari menit ke-120
meningkatkan efisiensi dari proses hingga menit ke-420. Kadar obat dalam
ekstraksi parasetamol. Proses ekstraksi darah pada kelompok parasetamol
parasetamol dilakukan dengan menggambarkan profil farmakokinetik
pemanasan yang bertujuan untuk yang linear. Terbukti dengan adanya
mempercepat proses penguapan dari etil peningkatan dan penurunan pada menit-
asetat tanpa merusak senyawa dari menit tertentu.
parasetamol, sehingga yang tertinggal
hanya kristal parasetamol utuh. Warna
kristal parasetamol yang dihasilkan
adalah kuning kecoklatan yang
kemudian dilarutkan dengan
menggunakan metanol. Metanol
berfungsi sebagai pelarut parasetamol.

Pembuatan Profil Farmakokinetika

8
6
Kadar Obat Dalam
Darah (µg/mL)

4 t vs Cp Tikus 1
2 t vs Cp Tikus 2
0 t vs Cp Tikus 3
0 200 400 600

Waktu (menit)

Gambar 1. Kurva Perbandingan Kadar Obat dalam Darah Kelompok


Parasetamol Antar Hewan Uji.
15

Kadar Obat Dalam


10

Darah (µg/mL)
t vs Cp Tikus 1
5
0 t vs Cp Tikus 2

0 200 400 600 t vs Cp Tikus 3

Waktu (menit)

Gambar 2. Kurva Perbandingan Kadar Obat Dalam Darah Perlakuan 1


(Parasetamol-Manggis 1) Antar Hewan Uji.

15
Kadar Obat Dalam

10
Darah (µg/mL)

t vs Cp Tikus 1
5
t vs Cp Tikus 2
0
t vs Cp Tikus 3
0 200 400 600

Waktu (menit)

Gambar 3. Kurva Perbandingan Kadar Parasetamol Dalam Darah Perlakuan 2


(Parasetamol-Manggis 2) Antar Hewan Uji.

Sedangkan untuk profil Kadar obat dalam darah pada


farmakokinetik kelompok perlakuan 1 kelompok perlakuan 2 (parasetamol-
(parasetamol-manggis1)memperlihatkan manggis 2) menunjukkan adanya
adanya peningkatan dibandingkan perbedaan dibandingkan dengan
dengan kelompok parasetamol. Namun, kelompok parasetamol dan kelompok
waktu puncak yang dihasilkan sama perlakuan 1 yang terjadi pada ketiga
dengan kelompok parasetamol yaitu 90 hewan uji.
menit dengan kadar puncak ketiga
hewan uji lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok parasetamol. Hal yang Perhitungan Parameter
sama terjadi pula pada kelompok Farmakokinetik Parasetamol dalam
perlakuan 2 (parasetamol-manggis 2). Darah.
Profil kadar obat dalam darah kelompok
perlakuan 2 (parasetamol-manggis 2) Parameter farmakokinetik ini
dapat dilihat pada gambar 10. dihitung dengan menggunakan metode
residual. Parameter Farmakokinetik
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter Farmakokinetik
Cp maks
Kelompok Hewan Uji ka (/menit) tmaks (menit) (µg/mL) t½ab (menit)

PCT 1 0,02733 86,58115 4,90034 25,35061

2 0,0365 63,86237 5,74568 18,98498

3 0,03134 74,49122 5,69051 22,10961

PCT+JUS 1 1 0,02579 97,10704 10,98796 26,86713

2 0,02556 99,16729 10,72492 27,10918

3 0,02609 96,09696 10,96409 26,55886

PCT+JUS 2 1 0,02763 100,8706 14,23264 25,07599

2 0,02286 122,99733 13,84025 30,30331

3 0,02326 120,85318 13,84142 29,79325

AUC

Kelompok Hewan Uji ke (/menit) CL (L/menit) (µgmenit/L)


t½el (menit)

1 0,00342 202,33857 7,62377 255,39387

2 0,00353 196,2729 7,85938 255,8267

PCT 3 0,0036 192,4161 8,01691 245,7525

1 0,02516 275,3586 5,60208 358,5735

2 0,00235 294,8382 5,23196 386,3333

PCT+JUS 1 3 0,00249 277,594 5,55697 362,244

1 0,00129 534,0998 2,88819 734,5222

2 0,00126 549,5103 2,80719 749,2165

PCT+JUS 2 3 0,00126 548,7087 2,81129 748,7957


Hasil Analisis SPSS dengan Uji One berkompetisi untuk berikatan dengan
Way ANOVA glukuronat dan sulfat untuk kemudian di
Dari hasil uji ANOVA pada ekskresikan. Afinitas yang rendah dari
lampiran 8 terlihat bahwa keenam parasetamol terhadap glukuronat dan
parameter farmakokinetik (ke, t½el, sulfat menyebabkan parasetamol lebih
t½ab, Cpmaks, tmaks, dan AUC) memiliki lama berada di dalam tubuh sehingga
nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 menyebabkan kecepatan eliminasi dari
(p<0,05) terkecuali parameter kecepatan parasetamol menurun dan waktu tinggal
absorpsi (ka). Parameter yang memiliki obat di dalam tubuh lebih lama sehingga
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 meningkatkan waktu paro eliminasi.
(p<0,05) menunjukkan adanya Berdasarkan uji Post Hoc LSD
perbedaan yang signifikan nilai menunjukkan penurunan kecepatan
parameter antar kelompok perlakuan. absorpsi (ka) secara tidak signifikan
Sedangkan untuk parameter yang untuk perlakuan 1 (parasetamol-manggis
memiliki nilai signifikansi lebih besar dosis 1). Begitu pula dengan perlakuan 2
dari 0,05 (p>0,05) menunjukkan tidak (parasetamol-manggis dosis 2).
terdapat perbedaan yang signifikan nilai Penurunan dari kecepatan absorpsi
parameter antar kelompok perlakuan. menyebabkan peningkatan dari waktu
paro absorpsi. namun, peningkatan dari
Hasil Analisis SPSS Menggunakan Uji kecepatan absorpsi menunjukkan hasil
Post Hoc yang signifikan untuk kelompok
Berdasarkan uji Post Hoc LSD perlakuan 2. Penurunan dari kecepatan
menunjukkan penurunan kecepatan absorpsi (ka) diduga disebabkan adanya
eliminasi (ke) secara signifikan untuk interaksi pada proses absorpsi. Adanya
perlakuan 1 (parasetamol-manggis dosis pemberian jus buah manggis bersamaan
1). Begitu pula dengan perlakuan 2 dengan parasetamol diduga
(parasetamol-manggis dosis 2). menyebabkan kecepatan pengosongan
Perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis lambung menjadi lebih lama. Sehingga
2) memberikan penurunan lebih kuat parasetamol lebih lama diabsorpsi. Hal
dibandingkan dengan perlakuan 1 ini mengakibatkan obat lebih lama
(parasetamol-manggis dosis 1). terdistribusi. Hal ini menyebabkan
Penurunan dari kecepatan eliminasi waktu tinggal obat untuk diabsorpsi
menyebabkan peningkatan dari waktu menjadi meningkat yang ditunjukkan
paro eliminasi (t½el). Hal ini terjadi oleh meningkatnya waktu paro absorpsi
diduga adanya interaksi pada proses (t½ab).
distribusi dan eliminasi. afinitas yang Berdasarkan uji Post Hoc LSD
tinggi dari senyawa xanton terhadap menunjukkan peningkatan kadar puncak
glukuronat dan sulfat. Sehingga, (Cpmaks) secara signifikan untuk
dibutuhkan zat glukuronat dan sulfat perlakuan 1 (parasetamol-manggis dosis
dalam jumlah yang banyak yang sesuai 1). Begitu pula dengan perlakuan 2
dengan jumlah parasetamol bebas agar (parasetamol-manggis dosis 2).
proses ekskresi parasetamol tetap Perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis
optimal. Akibat dari adanya senyawa 2) memberikan peningkatan lebih kuat
xanton yang diduga memiliki afinitas dibandingkan dengan perlakuan 1
yang tinggi terhadap glukuronat dan (parasetamol-manggis dosis 1).
sulfat, menyebabkan xanton yang Peningkatan dari Cpmaks juga
terdapat di dalam jus buah manggis mengakibatkan nilai AUC meningkat.
lebih mudah diekskresikan dan dalam Peningkatan ini dapat disebabkan oleh
waktu yang singkat. Xanton dan adanya interaksi pada proses
parasetamol yang diberikan bersama metabolisme. Hal ini disebabkan adanya
nya inhibisi enzim sitokrom P- Sedangkan berdasarkan literatur lain,
450. Parasetamol dimetabolisme oleh disebutkan bahwa batas nilai akurasi
sitokrom P-450 khususnya oleh isoform untuk konsentrasi 1 ppm adalah 75-
CYPE21 (4), isoform CYP1A2 dan 120% (7). Sehingga metode yang
CYP3A4 (5). Akibat dari inhibisi enzim digunakan dalam penelitian ini dapat
tersebut menyebabkan obat yang dikatakan akurat.
termetabolisme menjadi lebih sedikit
atau bahkan tidak ada sama sekali. Presisi
Namun, mekanisme dari inhibisi enzim Presisi dari suatu metode analisis
ini belum dapat diketahui secara pasti. merupakan derajat kesesuaian antara
Mekanisme yang terjadi diduga melalui masing-masing hasil uji jika prosedur
inhibisi reversibel secara non kompetitif. analisis diterapkan berulang kali pada
Hal ini terbukti dengan dengan sejumlah cuplikan yang diambil dari
adanya xanton di dalam jus buah satu sampel homogen. Presisi inter-hari
manggis menyebabkan adanya inhisi memiliki nilai SD 0,03 dan RSD
enzim sitokrom P-450 yang 0,52%.Sedangkan presisi antar- hari
menyebabkan kadar obat bebas di dalam memiliki nilai SD 0,19 dan RSD 2,52%.
darah meningkat sehingga meningkatkan Hasil ini sesuai dengan literatur yaitu
nilai Cpmaks dan AUC.Berdasarkan uji bahwa nilai RSD secara umum lebih
Post Hoc LSD menunjukkan penurunan dari 2,00%, dan untuk pengukuran
klirens (CL) secara signifikan untuk dengan satuan ppm, nilai RSD memiliki
perlakuan 1 (parasetamol-manggis dosis batas tertinggi 16,00% sehingga dapat
Begitu pula dengan perlakuan 2 dikatakan bahwa penelitian ini memiliki
(parasetamol-manggis dosis 2). Interaksi nilai presisi yang baik (8).
terjadi pada proses metabolisme karena
adanya inhibisi enzim. Adanya inhibisi Batas Deteksi (LOD) dan Batas
enzim menyebabkan kadar obat dalam Kuantitasi (LOQ)
darah meningkat dan ketersediaan hayati Kedua parameter memiliki nilai yang
dari obat juga meningkat. Meningkatnya berbeda sehingga nilai LOD dan LOQ
kadar obat dalam darah dan ketersediaan tergantung pada metode dan instrumen
hayati obat menyebabkan penurunan yang digunakan. Nilai LOD yang
dari klirens obat. Semakin banyak obat dihasilkan adalah 0,01. Nilai ini
yang berada di dalam darah yang tidak menunjukkan bahwa instrumen yang
termetabolisme, semakin sedikit jumlah digunakan tidak dapat membedakan
bersihan obat dari volume darah sinyal antara blanko dan baku di bawah
Penentuan Akurasi Kedua parameter memiliki nilai
Akurasi dari suatu metode analisis yang berbeda sehingga nilai LOD dan
merupakan kedekatan nilai hasil uji yang LOQ tergantung pada metode dan
diperoleh dengan prosedur tersebut instrumen yang digunakan. Nilai LOD
dengan harga yang sebenarnya. Akurasi yang dihasilkan adalah 0,01. Nilai ini
merupakan ukuran ketepatan prosedur menunjukkan bahwa instrumen yang
analisis. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan tidak dapat membedakan
diperoleh nilai akurasi sebesar 93%. sinyal antara blanko dan baku di bawah
Hasil ini dianggap baik karena nilai tersebut. Sedangkan untuk LOQ
berdasarkan literatur, nilai akurasi yaitu 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa
berada dalam rentang 80-110% (6). semua sampel yang dianalisis berada di
atas batas deteksi dan batas kuantitasi.
Batas Deteksi (LOD) dan Batas
Kuantitasi (LOQ)
Pembuatan Kurva Baku
Larutan Absorbansi Konsentrasi
Standar (Å) (mg/mL) DAFTAR PUSTAKA
1 0,186 2.000 1. Shargel. L. dan Yu. A.B.C. 2005.
2 0,283 4.000 Biofarmasetika dan
3 0,445 6.000 Farmakokinetika Terapan. Edisi
4 0,589 8.000 Kedua. Surabaya : Airlangga
5 0,762 10.000 University Press.
2. Odianti, G.T. 2010. Uji Aktivitas
Persamaan Kurva
1 Baku Parasetamol Antibakteri Alfa Mangostin Kulit
y = 0,07294x + 0,01517 Buah Manggis (Garcinia
0,8 R² = 0,992 mangostana L.) Terhadap
Absorbansi (Å)

0,6 Staphylococcus aureus Dan


0,4 Pseudomonas aeruginosa
0,2 Multiresisten Antibiotik. Skripsi.
Surakarta : Farmasi Universitas
0 Muhammadiyah Surakarta.
0 10000 20000 3. Douidar, S.M, and Ahmed, A.E.
Kadar (µg/mL)
1982. Studies on Simultaneous
Determination of Acetaminophen,
KESIMPULAN Salicylic Acid and Salieyluric Acid
in Biological Fluids by High
Berdasarkan hasil penelitian yang Performance Liquid
telah dilakukan maka dapat disimpulkan Chromatography. Journal of Chem.
bahwa : Clin. Biochem. Vol 20. Hlm 791-
798.
1. Jus buah manggis dapat 4. Gunaratna, C. 2000. Drug
mempengaruhi profil Metabolism & Pharmacokinetics in
farmakokinetik parasetamol dengan Drug Discovery : A Primer for
menurunkan proses metabolisme Bioanalytical Chemists, Part 1.
dan menurunkan proses eliminasi West Lafayette : Bioanalytical
dari parasetamol. Systems Inc.
2. Dosis jus buah manggis yang 5. Hakim, L. 2012. Farmakokinetik
memberikan pengaruh paling kuat Klinik. Yogyakarta : Bursa Ilmu
terhadap profil farmakokinetik 6. World Health Organization. 1992.
parasetamol adalah dosis 2 dari jus Validation of Analytical Procedures
buah manggis. Used in Examination of
Pharmaceutical Materials. WHO
UCAPAN TERIMA KASIH Technical Report Series No.823.
Penulis mengucapkan terima 7. Hall, B. 2008. Single Laboratory
kasih kepada Bapak Mohammad Andrie, Validation. AOAC International.
M.Sc., Apt., Bapak Bambang Wijianto, USA : Maryland.
M.Sc., Apt. atas bimbingannya dalam 8. Harmita. 2004. Majalah Ilmu
penelitian ini. Ucapan terima kasih juga Kefarmasian: Petunjuk
penulis sampaikan kepada dosen penguji Pelaksanaan Validasi Metode dan
yaitu Ibu Rafika Sari, M.Farm., Apt. dan Cara Perhitungannya. Volume I.
Ibu Isnindar, S.Si., M.Sc., Apt. atas Nomor 3 : 117-134.
kritik dan masukan yang membangun
selama penulisan naskah ilmiah ini.

Anda mungkin juga menyukai