Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS VOLUMETRI

Laili Nailul Muna,M.Sc.,Apt


Kimia Analitik
 Kimia analitik:
 Cabang ilmu kimia yg bertugas mengidentifikasi
zat, memisahkannya serta menguraikannya dalam
komponen-komponen, menentukan jenis serta
jumlahnya.
 Kimia Analitik dibedakan atas:
1. KA Kualitatif: analisa yang bertujuan untuk
menemukan dan mengidentifikasi jenis unsur,
senyawa yg terdapat pada suatu bahan.
ex: analisa senyawa metabolit sekunder
2. KA kuantitatif
analisa yang bertujuan untuk
menentukan/menetapkan banyaknya suatu unsur
atau senyawa yang terdapat dalam suatu sampel
dan hasilnya dinyatakan dlm bentuk jumlah atau
bilangan
ex : analisa volumetri, analisa gravimetri
 Langkah-langkah analisa kuantitatif:
1. Pengambilan sampel/contoh, yaitu memilih cuplikan
dari suatu zat atau bahan yg akan diperiksa
(sampel harus mewakili).
2. Mengubah cuplikan menjadi suatu bentuk untuk
memungkinkan dilakukan pengukuran, melarutkan,
dikeringkan, ditumbuk, dll.
3. Pengukuran (kimia, fisika, instrumen)
4. Perhitungan dan interpretasi hasil.
ANALISA VOLUMETRI

Volumetri atau titrimetri


merupakan suatu metode analisis kuantitatif didasarkan pada
pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan
analit.
Penentuan konsentrasi suatu contoh dengan pengukuran volume
larutan yang telah diketahui konsentrasinya .
 Titran merupakan zat yang digunakan untuk
mentitrasi.
 Analit adalah zat yang akan ditentukan
konsentrasi/kadarnya.

Syarat: reaksi harus sempurna dan secara


stoikiometri.
Proses Pengukuran: dengan cara titrasi
(titrimetri)
Level volume titran

Klem
aA + tT  produk
sejumlah a molekul analit A
bereaksi dengan t molekul reagensia
buret T (titran). Penambahan titran
dilakukan sedikit demi sedikit
melalui buret.

Stopcock
Titik ekuivalen
Titik dimana jumlah titran
erlenmeyer yang ditambahkan ekuivalen
dengan jumlah analit secara
Larutan stoikhiometri
analit Pengaduk
magnet
 Persyaratan Titrasi
1. Reaksi harus berlangsung cepat
2. Tidak terdapat reaksi samping
3. Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan
pasti reaktan dan produk serta perbandingan mol /
koefisien reaksinya
4. Terdapat zat yang dapat digunakan untuk
mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir
titrasi) yang disebut zat indikator
 Reaksi umum: aA + tT aATt
 A = zat yang dititrasi= titrat = analit
 T = pentitrasi = titran
 a dan t = jumlah molekul masing-masing A dan T.
 Jadi a mol A bereaksi dengan t mol T (konsentrasi
diketahui).
 Larutan T dapat disebut larutan standar = larutan
baku.
 Titrasi:
Proses pengukuran volume suatu larutan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dg suatu
pereaksi yang lain.
 Titrasi dihentikan sampai tercapai titik akhir (TA),
saat terjadi perubahan warna (krn ada indikator).
TE dan TA:
 TE = titik dimana grek titran = grek titrat

 TA = titik dimana terjadi perubahan


warna pada indikator karena kelebihan
titran
 Analisa volumetri ideal:
 TE berimpit dg TA (TE=TA)

 TE ≠ TA kesalahan titrasi
 Larutan Standar:
Larutan yg sudah diketahui konsentrasinya pada
suatu proses titrasi.
 Larutan standar dibedakan atas : Larutan standar
primer dan larutan standar sekunder
 Standar Primer: dibuat dengan menimbang sejumlah
zat murni dan melarutkan dengan aquades secara
teliti dan konsentrasinya diketahui.
 Ex: K2Cr2O7, KBrO3, Na2CO3, KI
 Persyaratan standar primer
1. Kemurnian tinggi (Murni atau < 0,02% pengotoran)
2. Stabil terhadap udara
3. Bukan kelompok hidrat
4. Tersedia dengan mudah
5. Cukup mudah larut
6. Berat molekul cukup besar
 Contoh standar primer:
Kalium hidrogen ftalat (KHP) KHC8H4O4
 lebih sering digunakan

 berat ekuivalen tinggi (204,2 gram/ek)

 kemurnian tinggi

 stabilitas termal tinggi

 reaksi dengan NaOH / KOH cepat


Larutan Standar sekunder:
 Konsentrasi ditentukan melalui
standarisasi menggunakan larutan
standar primer
ex: NaOH, KOH, Ba(OH)2,
KMnO4
 Standarisasi:
Suatu usaha untuk menentukan konsentrasi calon
larutan standar yg tepat sehingga dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi larutan contoh.
 Standarisasi dapat dilakukan dg cara titrasi dg
larutan standar primer.
Syarat Reaksi Volumetri:
 Reaksi sederhana, sempurna, cepat, stoikiometri

 Terdapat perubahan sifat fisika/kimia pada TE

 Indikator mampu menunjukkan titik akhir (TA) yg

jelas
Jenis - jenis titrasi
 Titrasi asam - basa
 titrasi redoks
 titrasi pembentukkan kompleks
 titrasi pengendapan
Titrasi Asam - Basa
 Titran merupakan asam atau basa kuat
 titrasi asam kuat - basa kuat
 titrasi basa kuat - asam kuat

 titrasi asam lemah - basa kuat

 titrasi basa lemah - asam kuat

 Indikator: zat yang ditambahkan ke dalam larutan


analit untuk mengetahui titik akhir titrasi
Penentuan titik akhir titrasi

Perhatikan
perubahan
warna
Perubahan warna pada fenolftalien

 Perubahan warna terjadi pada pH 8,3 - 10


Perubahan warna pada biru bromtimol

 Perubahan warna terjadi pada pH 6 - 7,6


Perubahan warna pada merah metil

 Perubahan warna terjadi pada pH 4,2 - 6,3


Reaksi dalam Analisa Volumetri
 Reaksi asam basa/penetralan
didasarkan pada perpindahan proton antar senyawa
yg mempunyai sifat asam-basa, contoh:
a. alkalimetri: titrasi asam dan garam yg berasal dr
basa lemah-asam kuat dengan larutan standar basa.
b. Asidimetri: titrasi basa dan garam yg berasal dari
basa kuat-asam lemah dengan larutan standar asam.
Reaksi pengendapan: berupa penggabungan ion-ion (
diluar ion hidroksil dan hidrogen). Untuk membentuk
endapan sederhana, contoh:
Ag + Cl- AgCl
 Reaksi pembentukan kompleks

Penggabungan ion-ion utk membentuk senyawa


komplek
+
 Ag + 2CN
- Ag(CN)2-
 Reaksi oksidasi reduksi

Terjadi perubahan biloks dan serah terima elektron


diantara zat-zat yg beraksi.
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
Satuan Konsentrasi
 Molalitas: jumlah mol zat (solut) yang terdapat dalam 1
kg pelarut
m: mol solut/ kg pelarut
 Molaritas: jumlah mol zat (solut) yang terdapat dalam
1 liter larutan
M: mol solut/liter larutan
 Normalitas: Bobot ekivalen zat (solut) yang dilarutkan
dalam pelarut hingga volume 1 liter
N: bobot ekivalen/liter larutan
Bobot ekivalen tergantung dg persamaan reaksi
 Berat Ekuivalen
 untuk reaksi:

1. Asam-basa: berat (dalam gram) suatu zat yang


diperlukan untuk bereaksi dengan 1 mol(1,008
gram) H+
2. Redoks: berat (dalam gram) suatu zat yang
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan
1 mol elektron.
Bobot ekivalen
 Untuk asam: Bobot ekivalen suatu asam dihitung
dengan membagi berat molekul dengan jumlah atom
hidrogen yang bereaksi
Bobot ekivalen: berat molekul/ jumlah H+
 Untuk basa: membagi berat molekul dengan jumlah
hidrogen yang dibutuhkan untuk menetralkan setiap
molekul basa

Misal:
Bobot ekivalen HCL adalah 36.5 g dibagi 1 yaitu 36.5 g.
Bobot ekivalen H2SO4 adalah 98 g dibagi 2 yaitu 49 g
Pada titrasi Redoks
Bobot ekivalen dihitung dengan membagi berat molekul
zat (solut) dengan jumlah elektron yang diperoleh atau
dilepaskan dalam suatu reaksi.
Bobot ekivalen: BM / jumlah elektron

Misal
MnO4- + Fe2+ Mn2+ + Fe3+
Cr2O72- Cr3+

Berapa elektron yang terlibat?


Normalitas (N)

ek A mek A
N= =
Liter larutan mL larutan
gram
ek ek =
N= Berat Ekuivalen
V
Untuk mencari gram zat
terlarut:
g = N x V x BE
Rumus Perhitungan Kadar Senyawa
ml titran x N titran x BE
Kadar senyawa X= ——————————— x 100%
mg sampel
Soal:

•Hitung berapa gram Na2CO3 murni diperlukan untuk


membuat 250 ml larutan 0,150 N. Natrium karbonat
itu dititrasi dengan HCl menurut persamaan
CO32- + 2H+  H2CO3

• Jawab: tiap Na2CO3 bereaksi dengan 2H+ , oleh itu


berat ekuivalennya setengah BMnya, 106/2 = 53 g/ek
jadi, banyaknya Na2CO3 yang diperlukan:
ek = g/BE
g = (0,15 ek/L) x (0,25 L) x (53 g/ek) = 1,99 g
Contoh aplikasi perhitungan BE
Penetapan kadar asam salisilat, dalam asetosal ada dua cara.

Timbang saksama 150 mg, larutkan dalam 15 ml etanol encer yang sudah
dinetralkan dengan NaOH 0,1 N dan ditambah 20 mL aquades,
tambahkan 3 tetes merah fenol dan titrasi dengan NaOH 0,1 N. Hitung
kadar asam salisilat jika vol.titran 5 ml?

Satu ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3 (Anonim,1995)


Reaksi:
HO.C6H4.COOH + NaOH  HO.C6H4.COONa + H2O
Perhitungan:
ml NaOH x N NaOH x 13,81
Kadar asam salisilat = ——————————— x 100%
mg sampel x 0,1
Contoh penetapan kadar

• Penetapan kadar besi (II) sulfat


Timbang saksama 200 mg besi (II) sulfat, larutkan dalam 25 ml air
dan 25 ml asam sulfat encer, titrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga
warna merah muda mantap.
MnO4- + 8 H+  5 e g Mn2+ + 4 H2O
5 Fe2+  g Fe3+ + 5 e
——————————————————————
MnO4- + 8 H+ + 5 Fe2+ g Mn2+ + 4 H2O + 5 Fe+3
Berapa bobot ekivalen besi sulfat?
Hitung kadar besi sulfat jika diketahui vo.titran 5 ml?
Contoh penetapan kadar asam oksalat
37

Timbang saksama 50 mg sampel asam oksalat masukkan dalam


labu ukur 100 ml aduk sampai homogen. tambahkan 5 ml H2SO4
encer, panaskan hingga suhu 70oC dan titrasi perlahan-lahan dengan
larutan KMnO4 0,1 N, hingga terjadi warna merah jambu pucat yang
mantap selama 15 detik.
Suhu akhir titrasi tidak boleh kurang dari 60oC. Lakukan pengulangan
sebanyak 3 kali.
Satu ml 0,1 N KMnO4 setara dengan …….mg H2C2O4
Hitung kadar asam oksalat jika diketahui vol.titran 5 ml?
 Dasar Perhitungan:
 Pada Titik Ekivalen (TE): jumlah
grek A = jumlah grek T.
Perbandingan mol A dan mol T
sesuai dengan perbandingan
koefisien reaksi.
 Contoh:
 H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O
 1 mol H2SO4 2 mol NaOH
 Jumlah grek H2SO4 = grek NaOH
 Rumus perhitungan umum:
 V1N1 = V2N2
 Contoh soal:
25 ml HCl tepat dititrasi dg 20 ml NaOH 0,1 N.
Tentukan konsentrasi HCl

Diketahui: V1 = 25 ml
V2 = 20 ml
N2 = 0,1 N
N1 = ?
 Jawab:
V1N1 = V2N2
25 N1 = 20. 0,1
N1 = 0,08 N
Jadi konsentrasi HCl = 0,08 N

Anda mungkin juga menyukai