PENDAHULUAN
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara
epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya
adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi
Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa
darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut
dapat dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara hidup
bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya rendah. Dan penelitian
yang tidak tepat, 58 % memakai dosis yang salah, dan 80 % tidak mengikuti diet yang tidak
dianjurkan. Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan kenaikan
yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola makan dan berkurangnya
aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor penyebab terpenting. Oleh karenanya, DM dapat
saja timbul pada orang tanpa riwayat DM dalam keluarga dimana proses terjadinya penyakit
memakan waktu bertahun-tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun penyakit
DM dapat dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik dan mewaspadai
a. Jelaskan pengertian DM ?
d. Jelaskan klasifikasi DM ?
e. Jelaskan patofisiologi DM ?
h. Jelaskan pengobatan DM ?
a. Mengetahui pengertian DM
b. Mengetahui penyebab DM
d. Mengetahui klasifikasi DM
e. Mengetahui patofisiologi DM
h. Mengetahui pengobatan DM
PEMBAHASAN
Diabetes melitus merupakan suatu ganguan metabolisme secara klinis dan genetis yang
tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol, yang dapat dikarakteristikan dengan
penggunaan insulin.
karbohidrat, lemak dan protein yang bertalian dengan defisiensi absolut atau relativ aktivitas
dan atau sekresi insulin. Karena itu meskipun diabetes asalnya merupakan endokrin,
Diabetes melitus seperti juga penyakit menular lainnya akan berkembang sebagai suatu
penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia. Penyakit ini akan merupakan beban yang
besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung maupun
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung
insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
a) Faktor endogen:
sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis
yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada
Angiopati : Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
b) Faktor eksogen
Trauma
Infeksi
1. Tanda
Mulut kering.
Gatal-gatal.
Mudah tersinggung.
2. Gejala
Lemas.
Pandangan kabur.
Diabetes dapat pula bermanifestasi sebagai satu atau lebih penyulit yang bertalian. Diabetes
mellitus terutama NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus), bisa tanpa gejala,
sehingga sering didiagnosis berdasarkan ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin atau
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus kedefisiensi insulin absolut)
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata pada usia
remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan
secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat
menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Pemberian insulin eksogen terutama
tidak hanya untuk menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga untuk menghindari
b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defesiensi
insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin).
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan pada
pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat
tinggi dari normal. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30
tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama
pada diabetes tipe 2. Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap
kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Produksi insulin biasanya 9 memadai untuk
mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat. Insulin eksogen dapat
digunakan untuk mengobati hiperglikemia yang membandel pada para pasien jenis ini.
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih
dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri
abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina
darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua
yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari
kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan
tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek
terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris
jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka
ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke
jaringan sekitarnya.
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada
insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal
normal akn timbul glikosuria karena tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan
berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi para pasien untuk memantau kadar glukosa darahnya secara rutin.
1. Komplikasi akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD)
dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah
sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya
tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar glukosa
darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena 10 aktivitas fisik yang
berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Hipoglikemia
merupakan komplikasikomplikasi yang tersering dan paling serius pada terapi insulin.
Keparahan dan lamanya hipoglikemia bisa diperkirakan dari dosis, aktivitas puncak dan lama
Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatis akan terangsang.
Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan cukup
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
ingat, mati rasa didaerah bibir serta lidah, bicara rero, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda, dan perasaan ingin pingsan.
Fungsi sitem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien
memerlukan pertolongan orang lain 11 untuk mengatasi Hipoglikemia yang dideritanya. Gejala
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan,
2. Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan
dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil. Yang termasuk dalam
Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner
Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka
Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke.
retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada
pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum. Untuk lebih
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan perasaan kebas atau
baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering
kali tidak menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang
lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien
mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam
hari serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf
perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi
1. Glikolisis
Merupakan jalur metabolisme seluler gula sederhana glukosa untuk menghasilkan asam
piruvat serta ATP sebagai sumber energi. Glikolisis merupakan langkah pertama dalam
pemecahan glukosa untuk mengekstrak energi untuk metabolisme sel. Hampir semua energi
yang digunakan oleh sel-sel hidup sampai kepada mereka dari energi dalam ikatan gula
glukosa.
Glukosa memasuki sel heterotrofik dalam dua cara. Salah satu metode adalah melalui
glukosa. Mekanisme lainnya menggunakan kelompok protein yang disebut bagian protein
Transporter ini membantu dalam difusi difasilitasi glukosa. Glikolisis adalah jalur pertama
kali yang digunakan dalam pemecahan glukosa untuk mengekstrak energi. Glikolisis terjadi
dalam sitoplasma baik sel prokariotik dan eukariotik. Glikolisis mungkin salah satu jalur
metabolik awal yang berkembang karena digunakan oleh hampir semua organisme di bumi.
Proses Glikolisis tidak menggunakan oksigen dan, oleh karena itu, anaerobik. Glikolisis adalah
yang pertama dari jalur metabolisme utama respirasi selular untuk menghasilkan energi dalam
bentuk ATP. Melalui dua tahap yang berbeda, cincin enam karbon glukosa dibelah menjadi
dua gula tiga-karbon dari piruvat melalui serangkaian reaksi enzimatik. Tahap pertama
piruvat dan menghasilkan ATP dan NADH untuk sel yang akan digunakan untuk energi.
molekul piruvat, dua molekul ATP, dan dua molekul NADH untuk sel yang akan digunakan
untuk energi. Setelah konversi glukosa menjadi piruvat, jalur glikolisis terkait dengan Siklus
Krebs, di mana selanjutnya ATP akan diproduksi untuk kebutuhan energi sel.
2. Glikogenolisis
tubuh dalam keadaan lapar, tidak ada asupan makanan, kadar gula dalam darah menurun, gula
diperoleh dengan memecah glikogen menjadi glukosa yang kemudian digunakan untuk
memproduksi energi.
Glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dipecah menjadi glukosa-1-fosfat kemudian
disekresikan pancreas dan epinefrin (adrenalin) yang disekresikan kelenjar adrenal. Kedua
hormon tersebut akan menstimulasi enzim glikogen fosforilase untuk memulai glikogenolisis
Dalam glikogenolisis, glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dipecah menjadi
hormon glukagon yang disekresikan pancreas dan epinefrin (adrenalin) yang disekresikan
kelenjar adrenal. Kedua hormon tersebut akan menstimulasi enzim glikogen fosforilase untuk
glikogenesis).
Glukosa-6-fosfat juga dapat diubah menjadi glukosa untuk didistribusikan oleh darah menuju
3. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses sintesis (pembentukn) glukosa dari sumber bukan
karbohidrat. Molekul yang umum sebagai bahan baku glukosa adalah asam piruvat, namun
oxaloasetat dan dihidroxiaseton fosfat dapat juga menjalani proses glukoneogenesis. Asam
laktat, beberapa asam amino dan gliserol dapat dikonversi menjadi glukosa.
Glukoneogenesis terjadi terutama dalam hati dan dalam jumlah sedikit terjadi pada korteks
ginjal. Sangat sedikit glukoneogenesis terjadi di otak, otot rangka, otot jantung dan beberapa
glukosa dalam jumlah banyak. Glukoneogenesis terjadi di hati untuk menjaga kadar glukosa
darah agar tetap dalam kondisi normal. Glukoneogenesis hampir mirip dengan glikolisis
dengan proses yang dibalik, hanya beberapa tahapan yang membedakannya dengan glikolisis.
Kaki diabetik dapat timbul karena tidak terkontrolnya gula darah, oleh sebab itu sangat
diperlukan manajemen diabetes yang baik dalam upaya pencegahan primer kaki diabetik.
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk
keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan
Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total.
Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli
gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut Smeltzer et al, (2008) yang
juga mengutip dari ADA bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi :
b. Terpenuhinya nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan mineral
d. Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena pada pasien Diabetes
Melitus jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi penyakit makrovaskuler akan
menurun
e. Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi komplikasi yang dapat
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari - hari dan latihan jasmani secara teratur (3 - 4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan Diabetes
Melitus. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun
harus tetap dilakukan. Selain untuk menjaga kebugaran juga, latihan jasmani dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Pasien yang relatif sehat, intensitas
latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi Diabetes
4. Intervensi farmakologis
Mengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olah raga yang teratur,
dan obat - obatan yang diminum atau suntikan insulin. Pasien Diabetes tipe 1 mutlak diperlukan
suntikan insulin setiap hari. Pasien Diabetes tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat
antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi
Ini merupakan pilar kelima yang dianjurkan kepada pasien Diabetes Melitus. Monitor level
gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan
hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar diatas untuk menurunkan resiko
Insulin untuk mengontrol glukosa darah penderita. Pemberian insulin ini dengan cara
disuntikkan pada lapisan di bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari sesuai dosis yang dianjurkan
dokter. Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat glukosa
darah. Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut.
antara lain:
1. Glukosa darah :
Darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma 10-15%
daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi.
Tes ini telah digunakan untuk mendiagnosis diabetes awal secara pasti, namun
tidak dibutuhkan untuk penapisan dan tidak sebaiknya dilakukan pada pasien dengan
Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalamwaktu 5
menit
Periksa kadar glukosa darah saat ½, 1, dan 2 jam setelah diberi glukosa
2. Glukosa urin
95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi dalam
urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada
Bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi aseton.
Test ini untuk berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin,
tidak ditangani. Zat – zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid secara masif oleh
tubuhkarena glukosa tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan
Zatawal dari aceton dan asam asetat tersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang
4. Pemeriksan lain
Fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid),
glukosa darah amat tinggi, sehingga dapat merusak kapiler dan glomerulus ginjal,sehingga
pada akhirnya, ginjal mengalami ”kebocoran” dan dapat berakibat terjadinyaRenal Failure,
atau Gagal Ginjal. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa adanya penanganan yang benar untuk
mengurangi kandungan glukosa darah yang tinggi, maka akan terjadi berbagai komplikasi
sistemik yang pada akhirnya menyebabkan kematian karena Gagal Ginjal Kronik
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan suatu ganguan metabolisme secara klinis dan genetis yang
tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol, yang dapat dikarakteristikan dengan
hiperglikemia, sebagai akibat gangguan hormonal, defisiensi dan ketidak adekuatan
penggunaan insulin.
Kaki diabetik dapat timbul karena tidak terkontrolnya gula darah, oleh sebab itu sangat
diperlukan manajemen diabetes yang baik dalam upaya pencegahan primer kaki diabetik.
1. Edukasi
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Ini merupakan pilar kelima yang dianjurkan kepada pasien Diabetes Melitus. Monitor
level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemia
dan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar diatas untuk menurunkan resiko
3.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga pembahasan dari isi materi di atas bisa
bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat dimengerti bagaimana konsep mengenai penyakit
DM, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada orang yang mengalami DM.