Makalah Anfis (Sistem Endokrin)
Makalah Anfis (Sistem Endokrin)
PENDAHULUAN
1
Di Indonesia penderita Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 % daripenduduk
berusia diatas 15 tahun, sehingga Diabetes Melitus (DM) tercantumdalam urutan nomor
empat dari prioritas pertama adalah penyakitkardiovaskuler, kemudian disusul penyakit
selebrolaskuler dan katarak.
Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita puskesmasdan rumah sakit
dari berbagai tingkat umur, jumlah kasus Diabets Melitus menempati nomor dua. Setelah
penyakit neoplasma ganas, sedangkanberdasarkan data pola kematian menurt penyakit
penyebab kematian pasiendirawat di rumah sakit Jawa Tengah DM menempati urutan ke
16 denganjumlah 430 orang dari jumlah kematian 37.279 orang dengan
kematianpenyakit lainnya.
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 dengan
jumlah penderita Diabetes terbesar didunia setelah India, Cina, Amerika Serikat. Dengan
prevalensi 8,6% dari total penduduk dan pada tahun2025 diperkirakan meningkat
menjadi 12.4 juta penderita. Sedangkan daridata Departemen Kesehatan , jumlah pasien
Diabetes mellitus rawat inapmaupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan
pertama dari seluruhpenyakit endokrin.
Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiridalam pengaruhnya
terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.Umumnya pasien diabetes dewasa
90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlahtersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur
> 60 tahun.
Hal ini terjadi karena adanya faktor- faktor yang menghambatdiantaranya adalah
sosial ekonomi yang kurang, perumahan dan lingkunganyang kotor, pengetahuan tentang
DM yang masih kurang. Faktor pengetahuankeluarga merupakan penghambat yang
sering terjadi, karena denganpengetahuan yang kurang akan mengetahui proses
pengobatan penyakit.
Akibat dari kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DM perlu
dilaksanakan suatu tindakan yaitu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang
mempunyai masalah Diabetus Mellitus.
2
3. Apa saja penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem endokrin ?
4. Bagaimana proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit sistem endokrin ?
5. Bagaimana cara pengobatan atau pencegahannya ?
6. Apa saja obat-obat yang digunakan ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Fungsi Sistem Endokrin
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
5
2) Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)
Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini menghasilkan
thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.
3) Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)
Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Glukokortikoid
sebagai penghasil gula, Mineralokortikoid fungsinya mengatur
keseimbangan ion Na dan ion K, dan Gonadokortikoid. Gonadokortiroid
untuk wanita adalah hormon estrone & progesterone, sedangkan untuk pria
adalah hormon testosterone.
4) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu (asi).
5) Gonadotropin hormon (GTH)
Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating hormon) dan LH
(luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial cell stimulating hormon). Pada
wanita FSH berfungsi untuk mematangkan sel telur sedangkan LH
berfungsi menebalkan dinding rahim dan mempertahankan implantasi
janin. Sedangkan pada pria FSH berfungsi mematangkan spermatogonium
yang akan menjadi spermatozoasedangkan LH atau ICSH akan
menghasilkan sel leydig yang memproduksi hormon testosterone.
Hormon pelepas (releasing) dan penghambat (inhibiting) hipotalamus
disalurkan ke hipofise melalui sistem porta hipotalamus - hipofisis untuk
mengontrol sekresi hormon hipofise anterior . Hormon pengatur
hipotalamus mencapai hipofise anterior melalui jalur vaskuler khusus ke
sistem porta hipotalamus – hipofise. Sekresi hormon anterior dirangsang
atau dihambat oleh 7 hormon hipofisiotropik yang terdiri dari Thyrotropin
releasing hormon (TRH), Cortikotropin releasing hormon (CRH),
Gonadotropin releasing hormon (GNRH), Growth hormon releasing
hormon (GHRH), Prolacting releasing hormon (PRH) hormon ini
menghambat, Prolactin -relasing hormon (PRH) mengeluarkan,
menghambat, dan Prolakting inhibiting hormon (menghambat).
6
hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur saraf. Hipofise posterior membentuk
sistem neurosekresi yang mengeluarkan vasopresin dan oksitosin.
Pengeluaran hormon dari hipofise posterior dikontrol oleh hipotalamus.
Hipofisis posterior terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk
regulasi kontraksi rahim dan membantu dalam proses pengeluaran asi setelah
melahirkan, hormon relaxin yang berfungsi membukanya simphisis pubis, dan
ADH (Anti Diuretika Hormon) atau pitressin atua vasopressin yang berfungsi
untuk mencegah agar urin yang keluar tidak terlalu banyak ( in put = out put).
7
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang
dibatasi oleh epitelium silinder, disa-tukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya
mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid yang
me-ngandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
b) Mengatur penggunaan oksidasi.
c) Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d) Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
e) Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
8
khas beberapa bagian kropos. disebut osteomielitis fibrosa sistika karena
terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya diedarkan di dalam ginjal dan dapat
menyebabkan batu ginjal dan kega-galan ginjal. Kelainan-kelainan di atas
dapat juga terjadi pada tumor kelenjar paratiroid.
9
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah
Hidrokortison, Aldosteron dan Kor-tikosteron. Semuanya bertalian erat
dengan metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal dan kondisi otot.
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur keseimbangan
air, elektrolit dan garam-, Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat
arang dan protein, dan Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid. Fungsi
kelenjar suprarenalis bagian medula terdiri dari Vaso konstriksi pembuluh
darah perifer dan Relaksasi bronkus.
Hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. sedangkan Kelainan-kelainan
yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor suprarenal bagian korteks
dengan ge-jala-gejala pada wanita biasa, terjadinya gangguan pertum-buhan
seks sekunder.
10
hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat pelepasan insulin dan
glucagon, dan Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik dan fungsinya
untuk mengatur fungsi eksokrin pancreas.
11
ini dapat mempengaruhi pekerjaan uterus serta mem-berikan sifat kewanitaan,
misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-lain.
12
dengan perawakan tubuh yang pendek dibandingkan penyebutan
dwarfisme atau dwarf karena dianggap mendiskriminasi kondisi
penderita.
a) Komplikasi
Dwarfisme memiliki beberapa komplikasi yang umum terjadi
akibat kondisi ini, misalnya pada kehamilan. Perempuan hamil
yang memiliki kondisi dwarfisme disproporsional cenderung
mengalami gangguan pernapasan selama masa kehamilan.
Prosedur kelahiran Caesar juga seringnya diharuskan bagi
perempuan dengan kondisi seperti ini, karena bentuk dan ukuran
tulang panggul yang membuat melahirkan secara normal menjadi
berisiko tinggi.
b) Pengobatan
Mengobati dwarfisme bisa melibatkan berbagai macam dokter
spesialis, sesuai dengan kondisi penderita kondisi ini. Kebanyakan
perawatan dwarfisme tidak bisa memperbaiki postur tubuh.
Perawatan dilakukan untuk mengurangi gangguan yang muncul
akibat komplikasi dari kondisi ini. Beberapa pilihan perawatan
yang ada, yaitu terapi hormon.
Terapi hormon. Sebuah hormon sintetis akan disuntikkan
untuk membantu hormon pertumbuhan yang kurang pada penderita
dwarfisme. Suntik hormon ini dilakukan hingga beberapa kali
selama masa remaja, setidaknya hingga tinggi badan maksimum
dari tinggi rata-rata di keluarga pasien tercapai. Selain tinggi
badan, suntikan juga dilakukan untuk memastikan tubuh dapat
tumbuh sesuai dengan kapasitas pertumbuhan yang seharusnya.
Perawatan ini dapat dilengkapi dengan terapi hormon lain,
misalnya hormon estrogen bagi penderita sindrom Turner.
2. Gigantisme (acromegaly)
Gigantisme (acromegaly) adalah Gangguan endokrin yang terjadi
karena kelebihan growth hormone sebelum pubertas. Pertumbuhan
berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan pada
masa anak-anak dan remaja (sebelum pubertas). Jika kelenjar pituitary
13
memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak dan
bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal cepat. Jika kadar hormon
pertumbuhan terlalu rendah, seorang anak bisa berhenti tumbuh di
ketinggian.
a) Komplikasi
Gigantisme yang tidak ditangani atau tindakan pengobatan
dengan prosedur operasi dapat menyebabkan menurunnya hormon
kelenjar hipofisis lainnya sehingga penderita berisiko terhadap
penyakit-penyakit tertentu, seperti berkurangnya sekresi hormon
atau kegiatan fisiologis pada ovarium atau testis (hipogonadisme),
retardasi pertumbuhan dan perkembangan mental pada anak dan
dewasa sebagai akibat rendahnya aktivitas kelenjar tiroid
(hipotiroidisme), insufisiensi adrenal, dan kasus langka diabetes
insipidus.
b) Pengobatan
Banyaknya hormon pertumbuhan penyebab gigantisme dapat
ditangani dengan cara mengendalikan produksinya. Bagaimanapun
juga, belum ada terapi pengobatan yang sukses mengontrol
produksi hormon pertumbuhan secara stabil. Untuk tumor kelenjar
pituitari, tindakan operasi transsphenoidal bisa dilakukan sebagai
upaya pengobatan pertama.
Terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery adalah
metode pengobatan lain yang dilakukan untuk mengobati tumor di
otak. Terapi ini akan memaparkan ratusan sinar radiasi kecil pada
tumor. Walau lebih efektif serta dapat mengembalikan level
hormon pertumbuhan menjadi normal, terapi ini dapat berisiko
munculnya gangguan emosional pada anak-anak, obesitas, dan
ketidakmampuan belajar. Terapi ini umumnya diambil sebagai
alternatif akhir jika metode operasi standar mengalami kegagalan.
Pengobatan gigantisme juga menggunakan obat seperti
octreotide untuk mencegah laju produksi hormon pertumbuhan.
Obat dapat berbentuk cairan dan disuntikkan satu kali dalam
sebulan. Obat-obatan agonis reseptor dopamin dapat diberikan
dalam bentuk pil untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum
14
dilakukan prosedur operasi. Kedua jenis obat ini dapat digunakan
bersamaan untuk mengurangi level hormon pertumbuhan pada
penderita. Obat-obatan dapat digunakan untuk mengurangi gejala
gigantisme pada anak jika prosedur operasi tidak berhasil atau
menghadapi kasus tumor yang tumbuh kembali.
4. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun
hiperfungsi tiroid. Penyakit gondok adalah kondisi dimana terjadi
pembengkakan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid adalah organ berbentuk
15
kupu-kupu yang terletak tepat di bawah jakun. Kelenjar ini memiliki
fungsi penting, yaitu untuk memroduksi hormon tiroid yang berperan
dalam berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh.
Pada kondisi normal, kinerja kelenjar tiroid cenderung tidak kita
sadari sama seperti organ-organ dalam yang lain. Tetapi jika terjadi
pembengkakan, kelenjar tiroid akan membentuk benjolan pada leher.
Benjolan ini akan bergerak naik dan turun saat anda menelan.
a. Jenis-jenis
Terdapat dua jenis gondok, yaitu gondok difus dan nodul.
Pengelompokan ini berdasarkan tekstur benjolannya. Benjolan pada
gondok difus terasa mulus saat disentuh. Sementara pada gondok nodul,
benjolan terasa tidak rata dan bergumpal. Permukaan yang tidak rata
tersebut disebabkan oleh adanya satu atau lebih benjolan berukuran kecil
atau apabila terdapat cairan dalam benjolan.
b. Gejala
Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun apabila
terjadi gejala , maka munculnya benjolan abnormal atau pembengkakan
pada leher adalah tanda utama yang akan dikeluhkan oleh pasien.
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita. Benjolan
yang berukuran kecil biasanya tidak akan menimbulkan keluhan apapun.
Meski demikian, benjolan tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta
menyebabkan penderita sulit menelan jika ukurannya bertambah besar.
Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan meliputi
tenggorokan yang terasa membengkak, perubahan suara (misalnya menjadi
serak), batuk-batuk, serta kesulitan bernapas dan menelan.
c. Komplikasi
Apabila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan baik, gondok
mungkin dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti:
Penekanan pita suara (trakea). Hal ini dapat terjadi apabila gondok
berukuran cukup besar sehingga menekan jaringan sekitarnya, terutama
trakea. Selain suara menjadi serak, pasien juga dapat mengalami kesulitan
bernapas.
16
Sepsis. Sepsis atau infeksi darah dapat terjadi pada saat terjadi tiroid
abses, yakni kondisi di mana terdapat kumpulan nanah pada kelenjar
tiroid.
Nyeri, Perdarahan, dan Kematian Jaringan. Ketiganya dapat terjadi
pada gondok jenis nodul.
Limfoma. Gondok yang multinodul (berjumlah lebih dari satu) dan
gondok yang disebabkan oleh kondisi autoimun berisiko untuk mengalami
transformasi keganasan pada kelenjar tiroid, yakni limfoma.
d. Pengobatan
1) Obat penurun hormon tiroid
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan
menghambat proses produksinya. Obat ini digunakan untuk mengatasi
hipertiroidisme. Efek sampingnya meliputi mual, nyeri pada sendi,
ruam ringan, serta penurunan jumlah sel darah putih secara mendadak.
2) Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme dengan
menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus dijalani seumur
hidup. Contoh obatnya adalah levothyroxine.
3) Terapi yodium radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk hipertiroidisme.
Yodium radioaktif yang dikonsumsi akan menghancurkan sel-sel
tiroid. Metode pengobatan ini terbukti dapat mengecilkan ukuran
benjolan, tapi juga bisa memicu hipotiroidisme.
4) Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu pernapasan
dan menyebabkan penderita sulit menelan umumnya ditangani dengan
operasi. Langkah ini akan dilakukan dengan tiroidektomi, yaitu
prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. Prosedur
ini juga disarankan bagi penderita yang diduga memiliki benjolan
tiroid yang mengandung sel-sel kanker.
5. Hiperparatiroidisme
17
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid (PTH),
hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi
akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.
a. Pengobatan
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya menyarankan untuk
menunggu dan melihat kondisi pasien selama beberapa waktu. Hal ini
terutama dilakukan jika kadar kalsium hanya meningkat sedikit, tidak ada
kerusakan pada ginjal, dan tidak ada gejala lain yang perlu diterapi.
Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari jenisnya. Pada kasus
hiperparatiroidisme primer yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh
tumor jinak adenoma, pengobatan yang paling efektif adalah melalui
operasi pengangkatan tumor tersebut dari kelenjar paratiroid. Selain itu,
dokter juga kadang-kadang akan memberikan obat penurun kadar kalsium
yang disebut bisphosphonate melalui infus.
Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer, bukan berarti Anda
harus menghindari makanan yang mengandung kalsium sepenuhnya. Yang
harus Anda hindari adalah makanan-makanan berkadar kalsium tinggi.
Tidak mengonsumsi kalsium justru bisa menyebabkan tulang mengalami
defisiensi kalsium dan akhirnya memicu osteoporosis. Selain itu, Anda
juga dianjurkan untuk minum air putih dalam jumlah yang cukup agar
tubuh tidak dehidrasi.
Sedangkan pada kasus hiperparatiroidisme sekunder, pengobatan akan
difokuskan kepada kondisi yang mendasari. Sebagai contoh, jika
hiperparatiroidisme terjadi akibat penyakit ginjal yang sebelumnya telah
diderita pasien, maka dokter akan fokus untuk mengobati penyakit ginjal
tersebut.
6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan,
sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif dapat
menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa
jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat
hipotiroidisme adalah Kretinisme.
18
a. Pengobatan
Pengobatan penyakit melibatkan kurangnya kompensasi untuk hormon
tiroid.Dokter mengatur sebuah formulasi tablet tertentu.Hormon - T4 (L -
tiroksin, eutiroks) - hormon tiroid sintetis asal digunakan dalam produk
praktek terbuat dari kelenjar tiroid hewan yang telah dikeringkan
sebelumnya.Tapi dia tidak dianggap ideal, karena tidak mungkin untuk
benar-benar diukur.Dalam setiap tablet mungkin nomor yang berbeda dari
T3 hormon.
Lansia untuk memulai dosis lemah diresepkan hormon tiroid, sebagai
dosis tinggi hormon dapat menyebabkan efek samping ireversibel.
Meningkat dosis dokter secara bertahap, memastikan bahwa thyroid-
stimulating hormone dalam darah kembali normal. Obat pasien tersebut
menerima hidup.Jika koma, hormon ini diberikan secara intravena.
7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada
metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak,
menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat,
berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang
terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit
Grave.
a. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita hipertiroidisme
bergantung pada faktor usia, gejala yang dialami, dan kadar hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid dalam darah. Di bawah ini adalah jenis
pengobatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme,
yaitu:
1) Thionamide
Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang digunakan
untuk menekan produksi hormon tiroksin dan triiodotironin.
Contoh obat-obatan thionamide adalah carbimazole dan
19
propylthiouracil. Obat ini perlu dikonsumsi sekitar 1-2 bulan agar
bisa dilihat perubahan pada kondisi hipertiroidisme.
20
1. Autokrim: bekerja pada sel yang mengsintesis hormone itu sendiri contohnya insulin-
like growth factor (IGF-1) yang menstimulasi pembelahan sel dalam yang
memproduksi hormone tersebut.
2. Parakrin: bekerja pada sel-sel di sekitarnya. Contohnya insulin, yang disekresikan
oleh sel pankreatik β dan memengaruhi sekresi glucagon oleh sel pankreatik α.
3. Endokrin: bekerja pada sel atau organ yang menjadi tujuannya saat dibawa melalui
aliran darah atau melalui system saluran cairan lainnya misalnya saluran limf.
Contohnya adalah insulin, estradiol, dan kortisol.
4. Neuro endokrin: merupakan parakrin atau endokrin, kecuali bahwa hormone ini
disintesis dalam sel saraf (neuron) yang melepaskan hormone ini dekat dengan sel
target (parakrin), atau melepaskannya ke dalam aliran darah yang kemudian akan
mebawanya ke sel target, contohnya dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior
system portal.
5. Neural: merupakan neurotransmisi, ketika suatu zat kimia dilepaskan oleh satu
neuron dan bekerja pada satu neuron disampingnya. Zat-zat kimia ini di sebut
sebagai neurotransmiter. Neurotransmitter memproduksi efek yang hampir seketika,
contohnya adalah asetil colin, sementara beberapa zat kimia lain memiliki konsep
yang lebih lambat namun memiliki efek yang lebih lama pada organ target, yang di
sebut sebagai neuronmodulator, contohnya beberapa opioid.
6. Transmisi feromonal: merupakan pelepasan hormone volatil yang disebut feromon,
ke atmosfer dimana hormone ini ditransmisikan ke individu lain dan dikenali sebagai
sinyal olfaktorius.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
22