Anda di halaman 1dari 2

Pelayanan kebidanan dari dahulu sampai sekarang

Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peran penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun
bayi (nama lain :dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji). Dalam lingkungannya dukun bayi merupakan tenaga
terpecaya dalam segala soal yang bersangkutan dengan reproduksi. Ia diminta pertimbangannyaada masa
kehamilan,mendampingin wanita bersalin sampai persalinan selesai,dan mengurus ibu serta bayinya dalam masa
persalinan ia menyelenggarakan abortus buatan dan kontrasepsi.

Dukun bayi biasanya seorang wanita; hanya dibali terdapat dukun bayi pria. Ia umumnya berumur 40 tahun keatas
dan buta huruf; ia menjadi dukun karena pekerjaan ini turun menurun dalam keluarganya atau karena ia merasa
mendpat panggilan untuk menjalankan pekerjaan itu. Ia mendapat latihan untuk pekerjaan dukun dengan
membantu dukun yang lebih tua dan selajutnya menambah pengetahuan dengan apa yang dialami dalam praktek.
Di pedesaan, dukun (atau suaminya) biasanya mempunyai penghasilan tetap sebagai petani atau pedagang kecil;
pertolongan persalinan yang diberikan rata-rata 2 sampai 3 kali sebulan. Pengetahuannya tentang fisiologi dan
patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas sangat terbatas, sehingga bila timbul komplikasi ia tidak mampu
mengatasinya,bahkan tidak menyadari arti dan akibatnya. Biarpun demikian, dukun dalam masyrakatnya
mempunyai pengaruh besar; ia menghadiri persalinan tidak hanya untuk memberi pelayanan teknis, melainkan
memberikan pula emotional secruty kepada wanita yang sedang bersalin serta keluarganya, karena ia dengan doa-
doanya dianggap dapat membantu melancarkan jalannya persalinan. Jumlah dukun diperkirakan sebanyak 150.000.

Praktek kebidanan modern dimasukan diindonesia oleh dokter-dokter belanda yang bekerja pada pemerintah
Hindia-Belanda atau pihak swasta. Dalam tahun 1850 dibuka kursus bidan yang pertama yang kemudian ditutup
pada tahu 1873. Pendidikan bidan dimulai lagi pada tahun 1879 dan sejak itu jumlah sekolah bidan serta jumlah yang
lulus sebagai bidan terus bertambah. Ilmu kebidanan yangmula-mula tidak diajarkan, mulai thun 1902 dimasukkan
dalam kurikulum pada tahun 1927 pendidikan mencapai tingkat universitas dengan didirikannya geneeskundige
hoogeschool.

Dengan bertambahnya banyak bertambah yang dapat membari pelayanan kebidanan, bertambah pulalah usaha-
usaha dalam bidang itu walaupun demikian, hanya sebagian kecil dari masyarakan menikmati pelayanan kebidanan
yang sempurna, berupa pengawasan antenatal, pertolongan persalinan, pengawasaan nifas, dan perawatan.
Khususnya, pelayanan kebidanan untuk masyarakan desa masih sebagian besar ditangan tenaga-tenaga tradisional,
seperti halnya pelayanan kesehatan pada umumnya. Pada tahun 1978 kira-kira 90% dari persalinan ditangani oleh
dukun, 6% dari bidan, dan 1% oleh dokter.

Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan anak mulai tahun 1950-an dilaksanakan
program kesejahteraan ibu dan anak (KIA) yang didrikan tidak aja dikota-kota, tetapi juga didirikan diluar kota. Balai-
balai KIA umumnya dipimpin oleh seorang bidan. Pada balai-balai ini diselenggarakan (1) pemeriksaan antenatal; (2)
pemeriksaan posninatal; (3) pemeriksaan dan pngawasan bayi dan anak dibawah 5 tahun (balita); (4) keluarga
berencana; (5) penyuluhan kesehatan; khususnya dalam bidang gizi; (6) pelatihan dukun bayi, bidan dapat juga
dipanggil kerumah jika terdapat kesulitan dalam persalinan.

Diatas juga disebut dibalai KIA diadakan pelatihan untuk dukun-duku bayi. Pertimbanga dalam hal ini ialah, karena
tenaga-tenaga dukun bayi sangat diperlukan,mka diharapkan dengan memberikan latihan elementer kepada
mereka. Sampai pertengahan tahun 1979 telh dilatih kurang lebih 110.000 dukun bayi sangat disayangkan bahwa
pelatihan-pelatihan dukun tidak disertai dengan usaha yang melengkapi gagasan, peningkatan kemmpuan dukun
tesebut. Dari penelitian lapangan tahun 1973 dijumpai bahwa hanya 10-20 % saja dukun yang masih berhubungan
dengan puskesmas atau bidan,selebihnya tidak diketahui cara pertolongan sesudah pelatihan.
Demikian pula, para dukun yang sudah lebih mengetahui tanda-tanda bahaya secara dini saat ini masih dihadapkan
kepada kesukaran kerujukan karena bermacam-macam penyebab, seperi tempat tinggal kasus yang ditolong,saran
perhubungan ketempat rujukan,sikap pasrah masyarakat,dan lainnya lagi. Maka perlu sekali diusahakan pendidikan
tenaga yang terlatih (bukan dukun) untuk mengawasi ibu hamil dan anaknya dan segera mengambil tindakan atau
rujukan pasien bila ada penyimpangan dari jalur yang seharusnya normal fisiologi.

Anda mungkin juga menyukai