Anda di halaman 1dari 16

KEGAWATDARURATAN OBSTETRI PADA MASA

KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS

Dosen Pengampu : Diniyati, M.Keb

Disusun Oleh :

Dewi Lestari (PO71241190018)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI D-IV JURUSAN KEBIDANAN SEMESTER II

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai
oleh penulis.

Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai prinsip
dasar, dan penilaian kegawatdaruratan obstetric, serta penanganan perdarahan pada obstetric baik
dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk
menambah wawasan bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Diniyati, M. Keb dan seluruh teman-
teman yang tergabung dalam kelompok ini yang telah membantu, khusunya penyusunan makalah
ini.

Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat membuahkan hasil
yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena
sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Jambi, 08 Februari 2020

Penulis

Dewi Lestari

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penilaian Klinik Lengkap

2.2 Prinsip Umum Penanganan syok perdarahan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurang lebih sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil setiap tahunnya.
Pada umumnya kehamilan ini berlangsung dengan aman. Tetapi, sekitar 1554 menderita
komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil
atau dalam waktu 42 hari setelah sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada
tempat atau usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam
1.000.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminka risiko obstetri yang dihadapi oleh
seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa kali, risikonya meningkat
dan digambarkan sebagai risiko kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu pribabilitas
menjadi hamil dan probabilitas kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsug. Kematian ibu
langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan
segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu
tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang sudah
timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria,
anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskular.
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian langsung. Pola penyebab
langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25 %, biasa perdarahan pascapersalinan),
sepsis (15 %), hipertensi dalam kehamilan (12 %), partus macet (8 %), komplikasi aborsi
tidak aman (13 %), dan sebab-sebab lain (8 %).
Mengenal kasus gawatdarurat obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan
yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Dalam menangani kasus gawatdarurat, penentuan
permasalahan utama (diagnosis) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan
cepat, cermat, dan terarah. Dengan diagnosis yang tepat maka penatalaksanaan yang
dilakukan juga dapat tepat mengenai sasaran, hal ini dapat memprkecil angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana penilaian klinik lengkap kegawatdaruratan obstetri?
2. Bagaimana prinsip umum penanganan syok perdarahan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui penilaian klinik lengkap kegawatdaruratan obstetric
2. Mengetahui prinsip umum penanganan syok perdarahan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penilaian Klinik Lengkap

Pemeriksaan klinik lengkap meliputi anamnesis, perneriksaan fisik umum, dan pemeriksaan
obstetri termasuk pemeriksaan panggul secara sistematis meliputi sebagai berikut. (Ilmu
Kebidanan, 394)
 Anamnesis : Diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya beberapa hal berikut
dan jawabannya dicatat dalam catatan medik.
- Masalah/keluhan utama yang menjadi alasan pasien datang ke klinik
- Riwayat penyakit/masalah tersebut, termasuk obat-obatan yang sudah didapat
- Tanggal hari pertama haid yang terakhir dan riwayat haid
- Riwayat kehamilan sekarang
- Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu termasuk kondisi anaknya
- Riwayat penyakit yang pernah diderita dan penyakit dalam keluarga
- Riwayat pembedahan
- Riwayat alergi terhadap obat

 Pemeriksaan fisik umum :


- Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita
- Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan)
- Pemeriksaan kepala dan leher
- Pemeriksaan dada (pemeriksaan jantung dan paru-paru)
- Pemeriksaan perut (kembung, nyeri tekan atau nyeri lepas, tanda abdomen akut, cairan
bebas dalam rongga perut)
- Pemeriksaan anggota gerak (antara lain edema tungkai bawah dan kaki)

 Pemeriksaan obstetric :
- Pemeriksaan vulva dan perineum
- Pemeriksaan vagina
- Pemeriksaan serviks
- Pemeriksaan rahirn (besarnya, kelainan bentuk, tumor, dan sebagainya)
- Pemeriksaan adneksa
- Pemeriksaan his (frekuensi, Iama, kekuatan, relaksasi, simetri dan dominasi fundus)
- Pemeriksaan janin :
o Di dalam atau di luar rahim
o Jumlah janin
o Letak janin
o Presentasi janin dan tunrnnya presentasi seberapa jauh
o Posisi janin, moulage dan kaput suksedaneum
o Bagian kecil janin di samping presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-lain)
o Anomali kongenital pada janin
o Taksiran berat ianin
o Janin mati atau hidup, gawat janin atau tidak

 Pemeribsaan panggul :
- Penilaian pintu atas panggul :
o Promontorium teraba atau tidak
o Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
o Penilaian linea inominata teraba berapa bagian atau teraba seluruhnya. (Ilmu
Kebidanan, 395)
- Penilaian ruang tengah panggul :
o Penilaian tulang sakrum (cekung atau datar)
o Penilaian dinding samping (lurus atau konvergen)
o Penilaian spina iskiadika (runcing atau tumpul)
o IJkuran jarak antarspina iskiadika (distansia interspinarum)
- Penilaian pintu bawah panggul :
o Arkus pubis (lebih besar atau kurang dari 90 derajat)
o Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
- Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan pervaginam
- Penilaian panggul (panggul luas, sedang, sempit atau panggul patologik)
- Penilaian imbang feto-pektik: (imbang feto-pelvik baik auu disproporsi sefalo-pelvik).
(Ilmu Kebidanan, 396)

2.2 Prinsip Umum Penanganan Syok Perdarahan


Syok
Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
korgan-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif.
Penyebab syok pada kasus gawatdarurat obstetric biasanya adalah perdarahan (syok
hipovolemik), sepsis (syok septic), gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok
neorogenik), alergi (syok anafilaktik).
Curiga atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini.
 Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik atau mola).
 Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (seperti plasenta previa, solusio plasenta,
rupture uteri).
 Perdarahan setelah melahirkan (seperti rupture uteri, atonia uteri, robekan jalan lahir, plasenta
yang tertinggal).
 Infeksi (seperti pada abortus yang tidak aman atau abortus septic, amnionitis, metritis,
pielonefritis).
 Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses abortus, ruptura uteri, robekan
jalan lahir). (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Dengan Masalah, 13 M-1)

Komplikasi akibat penanganan yang tidak adekuat dapat menyebabkan asidosis metabolic
akibat metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen. Hipoksia / iskemia yang
lama pada hipofise dan ginjal dapat menyebabkan nekrosis hipofise (sindroma Sheehan) dan
gagal ginjal akut. Koagulasi intravaskular yang luas (DIC) disebabkan oleh lepasnya
tromboplastin dari jaringan yang rusak. Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah
koroner. Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan jika
penyembuhan (recoavery) fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal
dan/atau hipofise akan timbul.
Penanganan syok terdiri atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah dan
oksigenisasi, eradikasi infeksi, serta koreksi cairan dan elektrolit. (Ilmu Kebidanan, 402)

Syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak disebut syok Hemoragik. Syok
hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang dapat
disebabkan oleh perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, dan ruptura
uteri, juga disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan seperri atonia dan laserasi serviks/vagina.
Gejala klinik syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi mulai dari yang
ringan sampai berat seperti terlihat pada tabel berikut.
Klasifikasi Perdarahan
Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinik
15 %  Tekanan darah dan nadi normal
I
(Ringan)  Tes tilt (+)
 Takikardi – takipnea
20-25 %  Tekanan nadi < 30 mmHg
II
(Sedang)  Tekanan darah sistolik rendah
 Pengisian darah kapiler lambat
 Kulit dingin, berkerut, pucat
 Tekana darah sangat rendah
30-35 %
II  Gelisah
(Berat)
 Oliguria (< 30ml/jam)
 Asisdolik metabolic (pH < 7,5)
 Hipotensi berat
40-45 %
IV  Hanya nadi karotis yang teraba
(Sangat Berat)
 Syok ireversibel

Pada syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan dapat
diketahui dengan "tilt test" yaitu bila pasien didudukkan terjadi hipotensi dan atau takikardia,
sedangkan dalam kedaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih normal.

Fase Syok
Perempuan hamil normal mernpunyai toleransi terhadap perdarahan 5OO - 1OO0 ml pada waktu
persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskular dan hematologik
selama kehamiian. Jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.

Fase Kompensasi
 Rangsangan/refleks simpatis : Respons pertama terhadap kehilangan darah adalah
vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital.
 Gejala klinik : pucat, takikardia, takipnea.

Fase Dekompensasi
 Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena fakror-faktor yang ada.
 Geiala klinik: sesuat gejala klinik syok di aras.
 Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepar tanpa
meninggalkan efek samping.

Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian


Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan
kematian jaringan dengan akibat berikut ini.
1. Asidosis metabolik: disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen.
2. Dilatasi arteriol: akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya menyebabkan
penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan ke dalam jaringan
ekstravaskular.
3. Koagulasi intravaskular yang luas (DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin dari jaringan
yang rusak.
4. Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner.
5. Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan iika
penyembuhan (recovery) dari fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal
dan/atau hipofise akan timbul.

Tanda Dan Gejala


Diagnosis syok jika terdapat tanda atau gejala berikut :
 Nadi cepat dan lemah (110 x permenit atau lebih)
 Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)

Tanda dan gejala lain dari syok meliputi :


 Pucat (kususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan atau sekitar mulut)
 Keringat atau kulit yang terasa lembab dan dingin
 Pernafasan yang cepat (30 x permenit atau lebih)
 Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran
 Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml perjam). (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Dengan Masalah, M-2)

Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan.
2. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheai.
3. Naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkuiasi sentral.
4. Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi, cairan infus dan obat-obat I.V. bagi pasien yang
syok. Jika sulit mencari vena, lakukan/pasang kanul intrafemoral.
5. Kembalikan volume darah dengan:
a. Darah segar (whole blood) dengan cross-matcbed dari grup yang sama, kalau tidak tersedia
berikan darah O sebagai life-sar.,ing.
b. Larutan kristaloid: seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau glukosa 5 %. Larutan-
larutan ini mempunyai waktu paruh (half life) yrrg pendek dan pemberian yang beriebihan
dapat menyebabkan edema paru.
c. Larutan koloid: dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma Qtlasma protein fraction), atau
plasma segar.
6. Terapi obat-obatan
a. Analgesik: morfin 10 - 15 mg I.V. jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau gelisah.
b. Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg I.V. pelan-pelan. Cara kerjanya
masih kontroversial; dapat menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung
dan meningkatkan perfusi jaringan.
c. Sodium bikarbonat: 100 mEq I.V. jika terdapat asidosis.
d. Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.
 Dopamin: 2,5 mg/k{menit LV. sebagai pilihan utama.
 Beta-adrenergik stimulan: isoprenalin 1 mg daiam 500 ml glukosa 5 % I.V. infuse pelan-
pelan.
7. Monitoring
a. Central venous pressure (CVP): normal 10 - 12 cm air
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Produksi urin
e. Tekanan kapilar pam: normal 6 - 18 Torr
f. Perbaikan klinik: pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran. (Ilmu kebidanan,
405)

Penanganan Syok Hemoragik dalam Kebidanan


Bila terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan oksigen, infus
cairan, dan transfusi darah dengan "cvossmatcbed".
Diagnosis plasenta previa/solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG. Selanjutnya
atasi koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung ianin. Bila
terjadi tanda-tanda hipoksia, segera lahirkan anak.
Jika terjadi atonia uteri pascapersalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan metil-
ergometrin (0,2 mg) I.V. dan oksitosin I.V. atau per infus (20 - 40 U/l), dan bila gagal
menghentikan perdarahan lanjutkan dengan ligasi a hipogastrika atau histerektomi bila anak
sudah cukup. Kalau ada pengalaman dan tersedia peralatan, dapat dilakukan embolisasi a.iliaka
interna dengan bantuan transkateter. Semua laserasi yang ada sebelumnya harus dijahit. (Ilmu
Kebidanan, 406)

A. Perdarahan Pada Kehamilan Muda


Masalah
 Perdarahan pervagina pada kehamilan kurang dari 22 minggu.

Penanganan Umum
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital
(nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu).
 Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang dari 90
mmHg, nadi lebih dari 112 kali permenit).
 Jika dicuragi terjadi syok, segera mulai penanganan syok (hal. M-1). Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pkirkan kemungkinan tersebut saat penolongan melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok,
saat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
 Jika pasien dalam keadaan syok pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
 Pasang infuse dengan jarum infuse besar (6 G atau lebih besar), berikan larutan garam
fisiologik atau Ringer Laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama). (Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 14 M-9)

B. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan


Masalah
 Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampe sebelum bayi dilahirkan.
 Perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
Penanganan Umum
 Mintalah bantuan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
 Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah, respirasi dan temperature). (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, M-18)
 Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan. Meskipun tanda-tanda syok belum
terlihat, ingatlah bahwa saat anda melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangatlah penting untuk segera memulai penangan
syok.
 Pasang infuse dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan dan daah sesuai dengan
keperluan. (Pelayanan Kesehatan Materna dan Neonatal, M-19)

C. Perdarahan Pascapersalinan
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan
pascapersalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :
 Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya
setengah dari sebenarnya. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain didalam ember
dan lantai.
 Volume darah yang hilang juga bervariasa akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu.
Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia. (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Dengan Masalah M-25)
Penanganan Umum
 Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan
gawat darurat.
 Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah, pernafsan dan suhu tubuh).
 Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak terlihat,
ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena status wanita tersebut dapat memburuk
dengan cepat. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.
 Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :
- Lakukan pijata uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.
- Berikan 10 unit oksitosin I.M.
 Pasang infuse cairan I.V.
 Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar – masuk.
 Periksa kelengkapan plasenta.
 Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum.
 Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
 Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan terhenti), periksa kadar hemoglobin :
- Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat) :
o Berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferrous fumarat 120 mg ditamba asam folat 400
mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.
- Jika Hb 7-11 g/dl : beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferrous fumarat 60 mg ditambah
asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.
- Pada daerah endemic cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 20%), berikan terapi:
o Albendasol 400 mg per oral sekali
o Atau mebendasol 500 mg per oral sekali atau 100 mg dua kali sehari selama 3 hari.

- Pada daerah endemic tinggi cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 50%), berikan
terapi dosis tersebut selama 12 minggu setelah dosis pertama. (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Dengan Masalah, M-26)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kasus kegawatdarurat obstetri menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi
baru lahir. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang dicurigai dalam keadaan gawatdarurat dan membutuhkan pertolongan segera
dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.

Pemeriksaan klinik lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan


pemeriksaan obstetri termasuk pemeriksaan panggul.

Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang
dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum, inpartu, dan perdarahan pascapersalinan.
Gejala klinik syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Dengan
penegakan diagnosis yang tepat maka penatalaksanaan kasus perdarahan dalam obstetri yang
dilakukan juga dapat tepat mengenai sasaran.
3.2 Saran

Mahasiswi harus dapat melatih diri untuk dapat melakukan penilaian awal dan penilaian
klinik untuk menentukan suatu kegawatdaruratan obstetri. Selain itu, mahasiswi harus benar-
benar mengetahui klasifikasi dari kasus gawatdarurat pada kehamilan, persalinan, dan masa
nifas. Mahasiswi diharapkan dapat menerapkan penatalaksanaan gawatdaruratan perdarahan
pada obstetri baik dalam kehamiFrlan, persalinan, dan masa nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai