Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai
oleh penulis.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai prinsip
dasar, dan penilaian kegawatdaruratan obstetric, serta penanganan perdarahan pada obstetric baik
dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk
menambah wawasan bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Diniyati, M. Keb dan seluruh teman-
teman yang tergabung dalam kelompok ini yang telah membantu, khusunya penyusunan makalah
ini.
Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat membuahkan hasil
yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena
sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
Dewi Lestari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan klinik lengkap meliputi anamnesis, perneriksaan fisik umum, dan pemeriksaan
obstetri termasuk pemeriksaan panggul secara sistematis meliputi sebagai berikut. (Ilmu
Kebidanan, 394)
Anamnesis : Diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya beberapa hal berikut
dan jawabannya dicatat dalam catatan medik.
- Masalah/keluhan utama yang menjadi alasan pasien datang ke klinik
- Riwayat penyakit/masalah tersebut, termasuk obat-obatan yang sudah didapat
- Tanggal hari pertama haid yang terakhir dan riwayat haid
- Riwayat kehamilan sekarang
- Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu termasuk kondisi anaknya
- Riwayat penyakit yang pernah diderita dan penyakit dalam keluarga
- Riwayat pembedahan
- Riwayat alergi terhadap obat
Pemeriksaan obstetric :
- Pemeriksaan vulva dan perineum
- Pemeriksaan vagina
- Pemeriksaan serviks
- Pemeriksaan rahirn (besarnya, kelainan bentuk, tumor, dan sebagainya)
- Pemeriksaan adneksa
- Pemeriksaan his (frekuensi, Iama, kekuatan, relaksasi, simetri dan dominasi fundus)
- Pemeriksaan janin :
o Di dalam atau di luar rahim
o Jumlah janin
o Letak janin
o Presentasi janin dan tunrnnya presentasi seberapa jauh
o Posisi janin, moulage dan kaput suksedaneum
o Bagian kecil janin di samping presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-lain)
o Anomali kongenital pada janin
o Taksiran berat ianin
o Janin mati atau hidup, gawat janin atau tidak
Pemeribsaan panggul :
- Penilaian pintu atas panggul :
o Promontorium teraba atau tidak
o Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
o Penilaian linea inominata teraba berapa bagian atau teraba seluruhnya. (Ilmu
Kebidanan, 395)
- Penilaian ruang tengah panggul :
o Penilaian tulang sakrum (cekung atau datar)
o Penilaian dinding samping (lurus atau konvergen)
o Penilaian spina iskiadika (runcing atau tumpul)
o IJkuran jarak antarspina iskiadika (distansia interspinarum)
- Penilaian pintu bawah panggul :
o Arkus pubis (lebih besar atau kurang dari 90 derajat)
o Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
- Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan pervaginam
- Penilaian panggul (panggul luas, sedang, sempit atau panggul patologik)
- Penilaian imbang feto-pektik: (imbang feto-pelvik baik auu disproporsi sefalo-pelvik).
(Ilmu Kebidanan, 396)
Komplikasi akibat penanganan yang tidak adekuat dapat menyebabkan asidosis metabolic
akibat metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen. Hipoksia / iskemia yang
lama pada hipofise dan ginjal dapat menyebabkan nekrosis hipofise (sindroma Sheehan) dan
gagal ginjal akut. Koagulasi intravaskular yang luas (DIC) disebabkan oleh lepasnya
tromboplastin dari jaringan yang rusak. Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah
koroner. Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan jika
penyembuhan (recoavery) fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal
dan/atau hipofise akan timbul.
Penanganan syok terdiri atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah dan
oksigenisasi, eradikasi infeksi, serta koreksi cairan dan elektrolit. (Ilmu Kebidanan, 402)
Syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak disebut syok Hemoragik. Syok
hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang dapat
disebabkan oleh perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, dan ruptura
uteri, juga disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan seperri atonia dan laserasi serviks/vagina.
Gejala klinik syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi mulai dari yang
ringan sampai berat seperti terlihat pada tabel berikut.
Klasifikasi Perdarahan
Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinik
15 % Tekanan darah dan nadi normal
I
(Ringan) Tes tilt (+)
Takikardi – takipnea
20-25 % Tekanan nadi < 30 mmHg
II
(Sedang) Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian darah kapiler lambat
Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekana darah sangat rendah
30-35 %
II Gelisah
(Berat)
Oliguria (< 30ml/jam)
Asisdolik metabolic (pH < 7,5)
Hipotensi berat
40-45 %
IV Hanya nadi karotis yang teraba
(Sangat Berat)
Syok ireversibel
Pada syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan dapat
diketahui dengan "tilt test" yaitu bila pasien didudukkan terjadi hipotensi dan atau takikardia,
sedangkan dalam kedaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih normal.
Fase Syok
Perempuan hamil normal mernpunyai toleransi terhadap perdarahan 5OO - 1OO0 ml pada waktu
persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskular dan hematologik
selama kehamiian. Jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.
Fase Kompensasi
Rangsangan/refleks simpatis : Respons pertama terhadap kehilangan darah adalah
vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital.
Gejala klinik : pucat, takikardia, takipnea.
Fase Dekompensasi
Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena fakror-faktor yang ada.
Geiala klinik: sesuat gejala klinik syok di aras.
Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepar tanpa
meninggalkan efek samping.
Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan.
2. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheai.
3. Naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkuiasi sentral.
4. Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi, cairan infus dan obat-obat I.V. bagi pasien yang
syok. Jika sulit mencari vena, lakukan/pasang kanul intrafemoral.
5. Kembalikan volume darah dengan:
a. Darah segar (whole blood) dengan cross-matcbed dari grup yang sama, kalau tidak tersedia
berikan darah O sebagai life-sar.,ing.
b. Larutan kristaloid: seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau glukosa 5 %. Larutan-
larutan ini mempunyai waktu paruh (half life) yrrg pendek dan pemberian yang beriebihan
dapat menyebabkan edema paru.
c. Larutan koloid: dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma Qtlasma protein fraction), atau
plasma segar.
6. Terapi obat-obatan
a. Analgesik: morfin 10 - 15 mg I.V. jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau gelisah.
b. Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg I.V. pelan-pelan. Cara kerjanya
masih kontroversial; dapat menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung
dan meningkatkan perfusi jaringan.
c. Sodium bikarbonat: 100 mEq I.V. jika terdapat asidosis.
d. Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.
Dopamin: 2,5 mg/k{menit LV. sebagai pilihan utama.
Beta-adrenergik stimulan: isoprenalin 1 mg daiam 500 ml glukosa 5 % I.V. infuse pelan-
pelan.
7. Monitoring
a. Central venous pressure (CVP): normal 10 - 12 cm air
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Produksi urin
e. Tekanan kapilar pam: normal 6 - 18 Torr
f. Perbaikan klinik: pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran. (Ilmu kebidanan,
405)
Penanganan Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital
(nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu).
Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang dari 90
mmHg, nadi lebih dari 112 kali permenit).
Jika dicuragi terjadi syok, segera mulai penanganan syok (hal. M-1). Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pkirkan kemungkinan tersebut saat penolongan melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok,
saat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
Jika pasien dalam keadaan syok pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
Pasang infuse dengan jarum infuse besar (6 G atau lebih besar), berikan larutan garam
fisiologik atau Ringer Laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama). (Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 14 M-9)
C. Perdarahan Pascapersalinan
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan
pascapersalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :
Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya
setengah dari sebenarnya. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain didalam ember
dan lantai.
Volume darah yang hilang juga bervariasa akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu.
Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia. (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Dengan Masalah M-25)
Penanganan Umum
Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan
gawat darurat.
Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah, pernafsan dan suhu tubuh).
Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak terlihat,
ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena status wanita tersebut dapat memburuk
dengan cepat. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.
Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :
- Lakukan pijata uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.
- Berikan 10 unit oksitosin I.M.
Pasang infuse cairan I.V.
Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar – masuk.
Periksa kelengkapan plasenta.
Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum.
Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan terhenti), periksa kadar hemoglobin :
- Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat) :
o Berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferrous fumarat 120 mg ditamba asam folat 400
mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.
- Jika Hb 7-11 g/dl : beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferrous fumarat 60 mg ditambah
asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.
- Pada daerah endemic cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 20%), berikan terapi:
o Albendasol 400 mg per oral sekali
o Atau mebendasol 500 mg per oral sekali atau 100 mg dua kali sehari selama 3 hari.
- Pada daerah endemic tinggi cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 50%), berikan
terapi dosis tersebut selama 12 minggu setelah dosis pertama. (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Dengan Masalah, M-26)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasus kegawatdarurat obstetri menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi
baru lahir. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang dicurigai dalam keadaan gawatdarurat dan membutuhkan pertolongan segera
dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang
dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum, inpartu, dan perdarahan pascapersalinan.
Gejala klinik syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Dengan
penegakan diagnosis yang tepat maka penatalaksanaan kasus perdarahan dalam obstetri yang
dilakukan juga dapat tepat mengenai sasaran.
3.2 Saran
Mahasiswi harus dapat melatih diri untuk dapat melakukan penilaian awal dan penilaian
klinik untuk menentukan suatu kegawatdaruratan obstetri. Selain itu, mahasiswi harus benar-
benar mengetahui klasifikasi dari kasus gawatdarurat pada kehamilan, persalinan, dan masa
nifas. Mahasiswi diharapkan dapat menerapkan penatalaksanaan gawatdaruratan perdarahan
pada obstetri baik dalam kehamiFrlan, persalinan, dan masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.