Anda di halaman 1dari 6

PERAN BIDAN TERHADAP PERILAKU

SOSIAL BUDAYA DALAM PRAKTEK


KEBIDANAN

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana


beragam suku dan berbagai budaya ada, itulah sebabnya
semboyan Negara kita adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos
mengenai masa kehamilan, persalinan dan nifas. Mitos-mitos
yang lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk
akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian
ketika persalinan serta untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan
(Antenatal Care) adalah penting untuk mengetahui dampak
kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Faktanya, masih banyak ibu-
ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah,
dan kodrati. Masih banyak ibu-ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami
oleh mereka. Resiko ini baru diketahui saat persalinan karena
kasusnya sudah terlambat sehingga mengakibatkan kematian.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi, kurangnya pengetahuan dan pentingnya
perawatan kehamilan, serta permasalahan-permasalahan pada
kehamilan. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya
pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena
adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan sementara kegiatan mereka sehari-
hari tidak berkurang, sehingga akan berdampak negatif terhadap
kesehatan ibu dan janin. Jadi, tidak heran kalau anemia dan
kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan.
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan
manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai
perubahan yang begitu ekstrim menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang
kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian
ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan
budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik
positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang
bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang
bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan
pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah
pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif
tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola
pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses
persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun
beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di
pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya.
Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi
bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus
dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan
terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya
masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa,
kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah
tersebut.
Bidan pada dasarnya adalah adalah mitra perempuan,
bukan hanya membantu pelayanan kesehatan tapi juga
memfasilitasi apa yang diinginkan pasiennya. Sebenarnya bidan
itu lebih banyak unsur preventif kuratifnya dibanding dokter
artinya mereka memiliki peran edukasi dan sosialisasi yang jelas
dalam kehidupan masyarakat.

Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan


Kaitannya dengan Peran Seorang Bidan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang
terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat
menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta
masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia
lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang
cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan
kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial
budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon
bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai
upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara
efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif
dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan
yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama
kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah
mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya
masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa,
kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah
tersebut.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi
melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran,
perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara
budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam
kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan
terhadap kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki suatu
alam rasa yang kasat mata. Maka itu dalam mengadakan
pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati
terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat
bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan
kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di
sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.
Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan
ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal
pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.
1.Peran bidan sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas
yaitu:
a. Tugas Mandiri
1) Menerapkan manajemen pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan
2) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita
pranikah
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien/keluarga :
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana :
8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan
gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa
klimakterium dan menopause :
9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan
melibatkan keluarga :
b. Tugas Kolaborasi/Kerjasama
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungs kolaboarasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan keadaaan kegawatan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi denga
melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatan
yang memerlukan tindakan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga
c. Tugas Rujukan
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
kegawatdaruratan
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien dan keluarga
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulir tertentu
dengan kegawatan dengan melibatkan klien dan keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukana
konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi
dan rujuan dengan melibatkan klien/keluarga

2. Peran bidan sebagai pengelola


a. Mengembangkan pelaanan dasar kesehatan terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat/klien.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam
wilayah kerjanya.
3. Peran bidan sebagai pendidik
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana
b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan
keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempat
berkerjanya.
4. Peran bidan sebagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun secara kelompok.
Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
Menyusun rencana kerja pelatihan
Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangk

Anda mungkin juga menyukai