RPS 2
Pengembangan SDM sebagai bidang keahlian profesional :
Tujuan pengembangan SDM adalah meningkatkan kompensasi secara tidak langsung.
Pengembangan SDM bertujuan menghasilkan kerangka kerja yang berkaitan secara logis dan
komprehensif untuk mengembangkan lingkungan yaitu pegawai didorong belajar dan berkembang.
Aktivitas pengembangan SDM termasuk program pelatihan tradisional, tetapi penekanannya lebih banyak
pada mengembangkan modal intelektual dan mempromosikan pembelajaran organisasi, tim dan individu.
Pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral
karyawan sesuai kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan meningkatkan
keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan meningkatkan
keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan.
Tujuan pengembangan SDM:
a) Produktivitas Kerja.
b) Efesiensi.
c) Kerusakan.
d) Kecelakaan.
e) Pelayanan.
f) Moral.
g) Karier.
PROFESIONALISASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Sebuah profesi adalah pekerjaan yang dicirikan dengan keberadaan seperangkat pengetahuan
bersama dan sebuah prosedur untuk mensertifikasi para anggota.Standar-standar kinerja ditetapkan oleh
para anggota dari profesi yang bersangkutan dan bukan oleh pihak luar; jelasnya profesi diatur oleh
dirinya sendiri, sebagian besar profesi juga memiliki organisasi perwakilan yang efektif yang
memungkinkan anggotanya bertukar gagasan mengenai masalah bersama.
KOMPETENSI-KOMPETENSI PROFESIONAL SDM
Agar supaya peran dan tanggung jawab tersebut di atas dapat dilakukan dengan baik, Noe (2008)
berpendapat bahwa para profesional SDM membutuhkan enam kompetensi, yaitu menjadi:
aktivis SDM yang dapat dipercaya,
pengelola budaya organisasi,
manajer bakat/perancang organisasi,
arsitek strategis,
mitra bisnis, dan
pelaksana operasional.
Kompetensi itu dapat membantu para profesional SDM untuk menunjukkan kepada para manajer
bahwa mereka mampu membantu fungsi SDM dalam menciptakan nilai, memberikan kontribusi terhadap
strategi bisnis, dan membentuk budaya perusahaan. Para profesional SDM juga membantu departemen
SDM secara efektif dan efisien untuk menyediakan ketiga produk SDM lainnya yang telah dibahas di
atas. Berkompeten, memiliki kemampuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi manajer bakat dan
dapat merancang organisasi berarti mereka adalah orang yang dapat mengembangkan bakat, merancang
sistem-sistem penghargaan, dan mampu merancang organisasi.
2. Dasar Pengembangan SDM
Pengembangan mengacu pada aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi
selama periode waktu lebih panjang yang melampaui jabatan saat ini, guna mengantisipasi kebutuhan
masa depan organisasi yang terus berkembang dan berubah.
3. Metode Pengembangan SDM
Metode ini dititik beratkan pada metode latihan yang meliputi:
1) Metode Latihan Bagi Karyawan Non managerial.
A. On the job method (dalam pekerjaan)\
On the job
Appreticeship
B. Off the job metod (di luar pekerjaan)
2) Metode latihan bagi karyawan managerial meliputi:
A. On the job method (dalam pekerjaan)
Belajar dari pengalaman
Co aching
Understudy (magang)
Position rotation/Tour od duty
Proyek Khusus dan task Force
Penugasan dalam bentuk panitia
Bacaan selektif
B. Off the job (di luar pekerjaan) :
Kursus-kursus
Role playing
Simulasi
Sentivity training (latihan kerja)
Latihan
Special meeting (pertemuan khusus)
Multiple management
B. Penentuan Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dapat bersifat teknikal tetapi dapat pula menyangkut keperilakuan.
Sasaran harus dinyatakan sejelas mungkin dan sedetail mungkin. Pentingnya penetapan sasaran:
Sebagai tolok ukur dalam penilaian pelatihan dan pengembangan.
Sebagai penentu pelatihan seperti apa yang harus digunakan.
C. Penentuan Program
Program penelitian harus memenuhi kepentingan organisasi dalam pencapaian tujuannya dan
kepentingan karyawan yang mengikuti pelatihan dalam motivasi bekerja dan pencapaian target.
D. Identifikasi Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar dalam yang diterapkan harus tepat sehingga program pelatihan dan pegembangan
berjalan dengan efektif dan efisien. Prinsip belajar yang layak dipertimbangkan yaitu:
a. Partisipasi,
b. Repetisi,
c. Relevansi,
d. Pengalihan
E. Pelaksanaan Program
Berikut adalah berbagai teknik pelatihan yang umum digunakan:
1. Pelatihan dalam jabatan
Sasarannya adalah meningkatkan kemampuan peserta dalam melaksanakan tugasnya
sekarang.
2. Rotasi Pekerjaan
Pelatihan ini dilakukan untuk menjamin kontiniuitas kegiatan organisasi meskipun terdapat
karyawan yang cuti atau berhenti.
3. Sistem Magang
Terdapan empat bentuk system magang:
a. Karyawan dapan belajar dari karyawan lain yang dianggap lebih berpengalaman,
biasanya ditambah dengan belajar secara teori.
b. Coaching, pelatih mengajarkan secara langsung teknik dalam melaksanakan tugas
dan peserta langsung mengikutinya.
c. Peserta pelatihan menjadi asisten atasan agar dapat memahami tugas-tugasnya.
d. Penugasan agar karyawan dapat meningkatkan keterampilan dalam interaksi antar
manusia
4. Sistem Ceramah
Ceramah adalah system palatihan yang paling tua. Tetapi ceramah tidak memerlukan banyak
biaya karena diikuti oleh banyak peserta sekaligus.
5. Pelatihan Vestibul
Organisasi akan menyiapkan tempat khusus untuk meniru kegiatan organisasi sebenarnya.
6. Role Playing
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku peserta dalam melakukan tugasnya.
7. Studi Kasus
Pelatihan ini biasanya diterapkan untuk calon manajer. Peserta akan diberikan suatu kasus
tertentu yang harus diselesaikan. Dengan begitu peserta dapat mengetahui permasalahan
organisasi dan mencoba mencari solusi atas masalah tersebut.
8. Simulasi
Pelatihan ini menggunakan alat tertentu agar bias diterapkan sesuai dengan kejadian nyata.
9. Pelatihan Laboratorium
Teknik ini dilakukan dengan cara bertukar pengalaman, pemahaman, perasaan, perilaku,
persepsi dan reaksi orang lain agar meningkatkan kepekaan terhadap sesame karyawan
10. Belajar Sendiri
Banyak organisasi yang eminta karyawannya untuk belajar sendiri tetapi tetap belajar yang
terprogram dan dikontrol hasilnya..
RPS 3
1. Hakikat Penggunaan Istilah Latihan dan Pengembangan SDM
Menurut Wexley dan Yukl (1976 : 282) mengemukakan : “pelatihan dan pengembangan adalah
istilah yang merujuk pada upaya terencana yang dirancang memfasilitasi perolehan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang relevan oleh anggota organisasi ”. Selanjutnya Wexley dan Yukl
menjelaskan pula : “pengembangan lebih fokus pada peningkatan pengambilan keputusan dan
keterampilan hubungan manusia manajemen tingkat menengah dan atas, sementara pelatihan
melibatkan karyawan tingkat bawah dan presentasi materi pelajaran yang lebih faktual dan sempit”
Pendapat Wexley dan Yukl tersebut lebih memperjelas penggunaan istilah pelatihan dan
pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-istilah
yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan
skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan
memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat
menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana).
Pelatihan dan pengembangan SDM menjadi suatu keniscayaan bagi organisasi, karena
penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan berhasil.
Permintaan pekerjaan dan kapasitas karyawan haruslah seimbang melalui program orietasi dan
pelatihan. Keduanya sangat dibutuhkan. Sekali para karyawan telah dilatih dan telah menguasai
pekerjaannya, mereka membutuhkan pengembangan lebih jauh untuk menyiapkan tanggung jawab
mereka di masa depan. Ada kecenderungan yang terus terjadi, yaitu semakin beragamnya karyawan
dengan organisasi yang lebih datar, dan persaingan global yang meningkat, upaya pelatihan dan
pengembangan dapat menyebabkan karyawan mampu mengembangankan tugas kewajiban dan
tanggung jawabnya yang lebih besar.
Istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan teknis, sedangkan pengembangan ditujukan pada pegawai tingkat manajerial untuk
meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas
human relation. Perbedaan antara pelatihan dan pengembangan pada tiap sumber daya manusia
menurut Syafaruddin (2001 :217) :
Pelatihan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.
Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka panjang.
Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana.
Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.
2. Latihan Sebagai Suatu Fungsi yang Sifatnya Terus-Menerus
Agar tetap survive dalam pasar modern, perusahaan harus dapat bersaing secara global. Untuk dapat
berbisnis dalam skala global, perusahaan harus memperoleh sertifikasi ISO 9000. Pelatihan menjadi
syarat untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9000 tersebut. Ada lima faktor penyebab diperlukannya
pelatihan secara kontinuitas :
a. Kualitas angkatan kerja yang ada
Angkatan kerja terdiri dari orang-orang yang berharap untuk memiliki pekerjaan. Pekerjaan-
pekerjaan baru dipenuhi dari angkatan kerja tersebut. Oleh karena itu kualitas angkatan kerja
merupakan hal yang penting. Kualitas disini berarti ketersediaan dan potensi angkatan kerja yang
ada. Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah kelompok yang mengenyam pendidikan
dengan baik dan memiliki keterampilan intelektual dasar seperti membaca, menulis, berpikir,
mendengarkan, berbicara, dan memecahkan masalah. Orang-orang seperti itu potensial untuk
belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap pekerjaannya.
b. Persaingan global
Perusahaan-perusahaan harus menyadari bahwa mereka menghadapi persaingan dalam pasar
global yang ketat. Agar dapat memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu menghasilkan
produk yang lebih baik dan lebih murah daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan senjata yang
ampuh untuk menghadapi persaingan agar tetap survive dan memiliki dominasi. Senjata tersebut
adalah pendidikan dan pelatihan.
c. Perubahan yang cepat dan terus-menerus
Di dunia ini tidak ada satu hal pun yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan
terjadi dengan cepat dan berlangsung terus-menerus. Pengetahuan dan keterampilan yang masih
baru ini mungkin besok pagi sudah menjadi usang. Dalam lingkungan seperti ini sangat penting
memperbaharui kemampuan karyawan secara konstan. Organisasi yang tidak memahami
perlunya pelatihan tidak mungkin dapat mengikuti perubahan tersebut.
d. Masalah-masalah alih teknologi
Alih teknologi adalah perpindahan atau transfer teknologi dari satu objek ke objek yang lain.
Ada dua tahap dalam proses alih teknologi. Tahap pertama adalah komersialisasi teknologi baru
yang dikembangkan di laboratorium riset atau oleh penemu individual. Tahap ini merupakan
pengembangan bisnis dan tidak melibatkan pelatihan. Tahap kedua dari proses tersebut adalah
difusi teknologi yang memerlukan pelatihan. Difusi teknologi adalah proses pemindahan
teknologi yang baru dikomersialkan ke dunia untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan
daya saing. Tahap kedua ini tidak akan berlangsung dengan baik bila para karyawan yang akan
menggunakan teknologi itu belum dilatih untuk menggunakannya secara efisien dan efektif.
Teknologi tanpa didukung oleh adanya karyawan yang memahami cara penggunaannya secara
efektif, tidak akan dapat memberikan kontribusi besar pada peningkatan produktivitas.
Hambatan utama terhadap efektivitas proses alih teknologi adalah ketakutan (kekhawatiran) akan
perubahan dan ketidaktahuan akan teknologi baru tersebut. Hambatan tersebut dapat diatasi
dengan pelatihan.
e. Perubahan keadaan demografi
Perubahan keadaan demografi menyebabkan pelatihan menjadi semakin penting dewasa ini.
Oleh karena kerja sama tim merupakan unsur pokok dari TQM, maka pelatihan dibutuhkan
untuk melatih karyawan yang berbeda latar belakangnya agar dapat bekerja bersama secara
harmonis. Untuk mengatasi perbedaan budaya, sosial, dan jenis kelamin dibutuhkan pelatihan,
komitmen, dan perhatian. Seharusnya proses pelatihan dimulai dengan mengumpulkan data dan
informasi yang dapat menggambarkan jenis keterampilan yang dimiliki karyawan saat ini dan
keterampilan apa yang mereka perlukan untuk mencapai rencana jangka pendek dan jangka
panjang perusahaan, memuaskan pelanggan, dan memperbaiki kualitas. Setelah data
dikumpulkan dari bermacam-macam sumber, data tersebut dianalisis dan akhirnya kebutuhan
akan pelatihan dapat ditentukan dan diakukan secara berkelanjutan dan terus-menerus guna
mencapai kesepakatan organisasi.
Penggambaran lebih lanjut dengan kebijakan dan praktek MSDM yang berperan dalam tiap
aktivitas maka akan terdapat sejumlah kebijakan dan praktek MSDM sebagai berikut:
a. Kebijakan dan praktek seleksi (yang didalamnya mencakup perencanaan, rekrutmen hingga
penempatan)
Rekrutmen, seleksi dan penempatan merupakan suatu proses yang akan selalu dilalui oleh tiap
perusahaan untuk memperoleh sumber daya manusia dan menjamin ketersediaan tenaga kerja
yang dibutuhkan. Rekrutmen dilakukan oleh organisasi atau perusahaan untuk mendapatkan calon
tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia, yang selanjutnya akan melalui
sejumlah proses seleksi untuk memperoleh tenaga kerja atau sumber daya manusia yang sesuai
dengan kebutuhan. Rekrutmen, seleksi dan penempatan bertujuan untuk mencocokkan (to match)
antara karakteristik individu (pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan lain-lain) dengan
persyaratan jabatan yang
harus dimiliki individu tersebut dalam memegang suatu jabatan.
b. Program pelatihan dan Pengembangan
c. Evaluasi performance (yang pada akhirnya akan menentukan keberlangsungan individu dalam
organisasi,dalam hal ini apakah individu tersebut akan dipromosikan, atau diberhentikan)
4. Prinsip-Prinsip Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan hendaknya diawali dengan mengetahui terlebih dahulu apa sebenarnya
yang menjadi prinsip dari pelatihan itu sendiri, Manullang (2004 : 86) mengemukakan bahwa prinsip-
prinsip pelatihan, yaitu :
a. Perbedaan Individu (Individual Differences)
Dalam merencanakan suatu pendidikan dan latihan harus disadari adanya perbedaan potensi dari
setiap peserta, karena perbedaan dalam pendidikan, pengalaman, bakat-bakat dan minat-minat
merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk merencanakan program pelatihan.
b. Hubungan dengan Analisis Jabatan (Relation to Job Analysis)
Setiap jawaban atau pekerjaan perlu dijelaskan pengetahuan dan kecakapan apa saja yang
diperlukan oleh seorang pekerja agara dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu,
materi yang akan diberikan dalam pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan apa yang
dibutuhkan.
c. Motivasi (Motivation)
Suatu rencana pendidikan dan pelatihan harus didasari oleh semangat dari para pesertanya. Untuk
itu perlu adanya pemberian motivasi terhadap para peserta pelatihan agar mereka giat dalam
belajar.
d. Partisipasi yang Aktif (Active Participation)
Dalam pelatihan, para peserta harus diberikan dorongan agar aktif dalam pembicaraan-
pembicaraan seperti mengemukakan pendapatnya, saran-saran atau pertanyaan-pertanyaan agar
terjadi komunikasi dua arah.
e. Seleksi Pengikut Latihan (Selection of Trainess)
Agar tidak terjadi perbedaan yang terlalu jauh antara para peserta yang satu dengan yang lainnya,
baik dalam latar belakang maupun pengalaman, maka sebaiknya peserta diseleksi lebih dahulu.
Latihan akan lebih baik bila diberikan kepada para peserta yang mempunyai persamaan-
persamaan dasar pendidikan, bakat, minat dan pengalaman.
f. Seleksi para Pelatih (Selection of Trainers)
Tenaga pengajar dalam pendidikan dan pelatihan juga harus diseleksi terlebih dahulu. Hal ini
akan menyebabkan efektif tidaknya dari suatu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
g. Latihan bagi para Pelatih (Trainer of Training)
Seringkali terjadi anggapan yang salah, bahwa setiap orang yang pandai secara teoritis dan
praktis, dapat pula menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya kepada orang lain. Anggapan
tersebut tidak sepenuhnya benar, oleh karena itu para pelatih masih perlu mendapatkan pelatihan
khusus.
h. Metode Pelatihan (Training Methods)
Keberhasilan suatu program pelatihan tidak hanya tergantung pada kemampuan pelatih,
kemampuan pesertanya dan fasilitas pelatihan, tetapi juga oleh metode yang dipakai. OLeh
karena itu, metode pelatihan yang ditetapkan harus sesuai dengan pelatihan yang diberikan.
Pelatihan merupakan bagian dari proses pembelajaran dan merupakan kegiatan meningkatkan
keterampilan seseorang didalam mengerjakan sesuatu. Sebuah pelatihan dapat berjalan secara efektif
dan optimal bila prinsip-prinsip pelatihan dikembangkan sesuai dengan pelatihan yang berkaitan sesuai
dengan tujuan pelatihan yang diharapkan.
Menurut William B. Werther, prinsip-prinsip pelatihan sebagai berikut :
a. Prinsip Partisipasi
Pembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan lama apabila peserta belajar
terlibat secara aktif. Partisipasi akan meningkatkan motivasi dan empati terhadap proses belajar.
Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih cepat dan memahaminya lebih
lama.
b. Prinsip Repetisi
Repetisi akan memperkuat suatu pola ke dalam memori seseorang. Belajar dengan pengulangan
kunci-kunci pokok dari ide-ide akan dengan mudah dapat diingat kembali bila diperlukan.
c. Prinsip Relevansi
Belajar akan lebih efektif apabila materi yang dipelajari bermakna atau mempunyai relevansi
dengan kebutuhan seseorang.
d. Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan
Semakin dekat kebutuhan program pelatihan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan
pekerjaan, maka akan semakin cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan tersebut.
Dengan kata lain, pengalihan pengetahuan dan keterampilan bisa terjadi karena penerapan teori
dalam situasi yang nyata atau karena praktek yang bersifat simulasi. Artinya pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dalam simulasi dapat dengan mudah dialihkan dalam situasi
sebenarnya.
e. Prinsip Umpan Balik
Melalui sistem umpan balik, peserta pelatihan dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pelatihan.
Artinya, dengan umpan balik peserta termotivasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam
dirinya, baik kemampuan,keterampilan, maupun kepribadian dan termotivasi untuk menyesuaikan tingkah
laku mereka untuk secepat mungkin meningkatkan kemajuan belajarnya.
RPS 4
PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU FOKUS STRATEGI
Makna Strategi
Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani.
Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin).
Sebagai kata kerja, stratos berarti merencanakan (to plan). Dalam kamus The American Herritage
Dictionary (1997: 1273) dikemukakan bahwa Startegi is the science or art of ‘military command as
applied to overall planning and conduct of large-scale combat operations. Selanjutnya dikemukakkan
pula bahwa stategi adalah the art or skill of using stratagems.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola
yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi
mencakup tujuan kegiatann, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana
penunjang kegiatan.
Makna Pembelajaran
Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi,
metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula
dipandang sebagai kegiatan manajer secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat tenaga
kerjanya belajar secara efektif.
Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran, diantaranya :
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan
subjek khusus dari pendidikan (corey, 1986);
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagau hasil dari pengalaman
individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Mohammad Surya)
Dalam hal ini, strategi pembelajaran di artikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh
kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran.
Stretegi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang
berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dijabarkan dari
pendangan falsafah atau teori belajar tertentu. Berikut pendapat beberapa ahli berkaitan dengan
pengertian strategi pembelajaran.
Newman dan Logan (Abidin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi
dari setiap usaha, yaitu :
1. Menggidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan membertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat ( atau dalam
konteks kali ini konsumen ) yang memerlukannya;
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama ( basic way ) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran;
3. Mempertahankan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal
sampai dengan sasaran;
4. Mempertimbangakan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan ( achievement) usaha.
Penelitian menunjukkan hubungan antara strategi bisnis dan jumlah dan jenis pelatihan. Tabel 2.7
menunjukkan bahwa masalah pelatihan sangat bervariasi dari satu strategi ke strategi lainnya. Divestasi
perusahaan perlu melatih karyawan dalam keterampilan pencarian kerja dan fokus pada pelatihan silang
karyawan yang tersisa yang mungkin menemukan diri mereka dalam pekerjaan dengan tanggung jawab
yang berkembang. Perusahaan yang berfokus pada ceruk pasar (strategi konsentrasi) perlu menekankan
keterampilan mata uang dan pengembangan tenaga kerja yang ada.
Rps 5
PEMBAHASAN
PENTINGNYA ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN UNTUK KARYAWAN
Analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam
rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan
atau diperbaiki agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan menjadi meningkat. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk memperoleh data akurat tentang apakah ada kebutuhan untuk
menyelenggarakan pelatihan.
Pada dasarnya, pelatihan diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya
mengurangi gap (kesenjangan) antara kinerja saat ini dengan kinerja standard atau yang diharapkan untuk
dilakukan oleh pegawai. Oleh karena itu, analisis kebutuhan pelatihan merupakan alat untuk
mengidentifikasi gap-gap yang ada dan melakukan analisis apakah gap-gap tersebut dapat dikurangi atau
dihilangkan melalui suatu pelatihan. Selain itu dengan analisis kebutuhan pelatihan, pihak penyelenggara
pelatihan dapat memperkirakan manfaat-manfaat yang bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi
peserta pelatihan sebagai individu maupun bagi perusahaan. Analisis kebutuhan pelatihan dilakukan
untuk meminimalisir biaya yang mubadzir.
Analisis kebutuhan training sering dilakukan oleh banyak orang dalam hal yang berbeda. Analisis
dilakukan pada tahap awal merupakan titik awal yang penting untuk mengetahui kebutuhan training yang
akan dijalankan. Analisis ini dapat membantu untuk mengidentifikasi sumber informasi terbaik tentang
pelatihan kebutuhan. Untuk membuat analisis kebutuhan training, berikut beberapa langkahnya:
Misi perusahaan dan rencana perusahaan, sebuah rencana perusahaan harus memberikan indikasi
yang jelas tentang bagaimana perusahaan berencana untuk berkembang dalam waktu dekat. Jika misi
telah ditentukan, hal ini sangat membantu proses analisis kebutuhan training yang diharapkan oleh
perusahaan.
Analisis kebutuhan training akan lebih baik jika pimpinan menyampaikan informasi ini pada
bawahannya sehingga mereka bisa membantu perusahaan agar bekerja menuju tujuan tersebut. Jika
organisasi akan mengalami perubahan besar dalam waktu dekat, semua karyawan dapat mengambil
manfaat dari lokakarya dan briefing agar mereka memahami dan bekerja dengan perubahan ke depan.
Pengumpulan data
Pengumpulan kebutuhan pelatihan data dapat menjadi proses yang sangat memakan waktu. Ada
beberapa kemudahan setelah proses pengumpulan data telah dilakukan, dengan data-data yang telah
dikumpulkan tersebut maka sangat mudah bagi HR atau trainer untuk kembali dan menindaklanjuti apa
yang telah terjadi dan apa yang perlu ditambahkan dalam rencana training tersebut, tetapi meskipun
demikian, serangkaian wawancara dan atau kuesioner perlu menjadi masukan yang dilakukan dengan
setiap karyawan.
Analisis data
Setelah pengumpulan data selesai maka sangat penting untuk memastikan kita memiliki sistem yang
akan membantu untuk menyimpan dan menganalisis data yang dikumpulkan dari individu sehingga kita
dapat menggunakannya dengan cara yang kita inginkan.
Menjalankan rencana
Menjalankan rencana memang susah dibandingkan dengan merencanakannya, semua orang yang
pernah mencoba tahu betapa sulitnya untuk melakukan training pada beberapa karyawan untuk sesi
pembelajaran formal, baik itu on the job dan sejenisnya.
YANG MELAKSANAKAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
Analisis Kebutuhan Pelatihan atau Training Needs Analysis adalah proses sistematis untuk
memahami kebutuhan dan persyaratan pelatihan. Analisis Kebutuhan Pelatihan yang berhasil akan dapat
mengidentifikasikan tenaga kerja yang membutuhkan pelatihan dan jenis pelatihan apa yang diperlukan.
Dengan melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan ini, manajemen dapat menempatkan sumber daya
pelatihan untuk penggunaan yang lebih baik dan tepat. Biasanya analisis kebutuhan penelitian ini
dilaksanakan sesuai kebutuhan yang bersangkutan. Bisa untuk individu, analisis pekerjaan dan organisasi.
Terdapat 3 jenis utama Analisis Kebutuhan Pelatihan atau (Training Needs Analysis/TNA)
berdasarkan tingkatannya. Ketiga jenis Analisis Kebutuhan Pelatihan ini diantaranya adalah Individual
Analysis (Analisis Individu), Task Analysis atau Work Analysis (Analisis Tugas atau Analisis Pekerjaan)
dan Organizational Analysis (Analisis Organisasi).
1) Analisis Individu (Individual Analysis)
Analisis Kebutuhan Pelatihan yang pertama adalah Analisis tentang individu atau orang. Analisis
Individu ini berfokus pada orang itu sendiri. Analisis ini berkaitan dengan orang-orang yang berada di
dalam organisasi yang membutuhkan pelatihan dan pengembangan di bidang tertentu. Kinerja atau hasil
kerja individu dapat diambil dari data penilaian kinerja dan dibandingkan dengan tingkat yang diharapkan
atau kinerja standar yang ditentukan organisasi. Analisis Individu juga dapat dilakukan melalui kuesioner,
umpan balik, wawancara pribadi dan lain-lainnya.
2) Analisis Tugas (Task Analisis)
Analisis Tugas (Task Analisis) atau juga sering disebut juga dengan Job Analisis (Analisis Pekerjaan)
adalah analisis yang berfokus pada persyaratan apa yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan
atau tugas. Analisis Tugas ini menentukan tugas-tugas utama dan tingkat keterampilan yang diperlukan
dalam melakukan tugas-tugas tersebut. Dengan mengetahui keterampilan yang dibutuhkan ini, pihak
Manajemen dapat menentukan pelatihan terbaik yang seharusnya dimiliki oleh karyawan. Kurikulum
pelatihan akan menjadi standar bagi semua orang di setiap posisi karena pelatihannya berfokus pada tugas
yang harus dikuasai, bukan pada orang-orang atau individu-individunya.
3) Analisis Organisasi (Organizational Analysis)
Analisis Organisasi atau Organizational Analysis adalah Analisis yang membantu perusahaan atau
organisasi untuk memprediksi tentang strategi bisnis di masa depan untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasinya. Analisis organisasi pada dasarnya adalah penentuan kebutuhan pelatihan untuk organisasi
secara menyeluruh seperti visi dan misi, sasaran dan tujuan organisasi serta rencana-rencana strategis.
METODE DALAM ANALISIS KEBUTUHAN
Analisis kebutuhan pelatihan merupakan serangkaian proses pengumpulan dan pengolahan data untuk
mengidentifikasi berbagai hal yang diperlukan dalam sebuah pelatihan. Dengan menerapkan cara
melakukan analisa kebutuhan pelatihan SDM, maka perusahaan bisa melaksanakan pelatihan yang lebih
tepat sasaran serta hasilnya bisa maksimal bagi para karyawan.
Analisis kebutuhan pelatihan secara garis besar bisa dilakukan melalui beberapa pendekatan. Masing
– masing pendekatan tersebut berguna untuk mengumpulkan data tertentu yang bisa dipakai dalam
konteks kerja tertentu. Ada metode pendekatan yang fokus pada individu dan ada juga yang berfokus
pada kelompok. Masing – masing metode ini bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang
bersangkutan. Berikut ini adalah beberapa metode analisis kebutuhan training yang umum dilakukan di
berbagai perusahaan:
a. Analisis User
Analisis ini merupakan salah satu cara melakukan analisa kebutuhan pelatihan SDM yang berfokus
pada potensi insfrastruktur pelatihan serta peserta pelatihan yang akan terlibat didalamnya. Ada beberapa
pertanyaan penting yang harus dijawab oleh analis jika ingin mempergunakan metode yang satu ini
seperti siapa trainer yang akan melakukan pelatihan, tingkat jabatan calon peserta pelatihan, keahlian apa
saja yang dibutuhkan oleh calon peserta pelatihan, gaya belajar seperti apa yang digemari oleh peserta
pelatihan, dan lain sebagainya. Jadi seluruh potensi calon peserta beserta insfrastruktur penunjang akan
dikaji dan diteliti sehingga analis bisa merancang sebuah program training yang efektif dan bermanfaat
maksimal bagi pesertanya.
b. Analisis Konteks
Metode analisis konteks merupakan pendekatan analisis kebutuhan training yang menitik beratkan
pada pada solusi bisnis dan organisasi perusahaan. Jadi titik berat dari metode analisis yang satu ini
adalah untuk menjawab pertanyaan seputar apakah training tersebut nantinya bisa menguntungkan bagi
perusahaan di masa depan serta pelatihan yang dilakukan dapat membantu mengatasi masalah bisnis
tertentu yang sedang dialami oleh perusahaan.
c. Analisis Kerja
Metode atau cara melakukan analisa kebutuhan pelatihan SDM yang satu ini merupakan jenis metode
analisis yang berfokus pada tugas atau pekerjaan tertentu. Jadi dengan analisis user adalah jika analisis
user berfokus pada individu yang akan dilatih, maka analisis kerja lebih berefokus pada jenis pekerjaan
dan tugasnya. Analis akan melakukan penelitian untuk menemukan jenis dan tingkat keterampilan yang
dibutuhkan untuk sebuah posisi, tugas, atau jabatan Metode ini akan membantu mengetahui dan
memastikan bahwa training yang nantinya akan dilaksanakan bisa relevan dengan tugas dan pekerjaan
tertentu.
d. Analisis Kesesuaian
Metode yang satu ini merupakan analisis yang dibutuhkan untuk mengetahui relevansi training
dengan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Di setiap perusahaan pastinya memiliki masalah
– masalah yang harus segera diselesaikan. Solusi dari masalah tersebut bisa dengan melakukan training
atau juga bisa dengan menerapkan cara lain. Analisis kesesuaian bertujuan untuk mencari tahu apakah
training yang nantinya akan dilaksanakan akan bisa mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh
perusahaan. Analisis ini sangat penting agar nantinya training yang dilaksanakan bisa efektif untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
e. Analisis Konten
Analisis yang satu ini memiliki tujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar keahlian,
pengetahuan, dan informasi apa saja yang akan dibutuhkan oleh karyawan jika mereka menempati posisi
tertentu. Analisis konten akan meneliti dengan cermat segala jenis prosedur, dokumen, hukum, dan segala
jenis informasi yang penting mengenai sebuah posisi di pekerjaan. Nantinya dari hasil penelitian akan
bisa diketahui materi penelitian apa saja yang paling sesuai dengan sebuah posisi tertentu. Dalam metode
analisis yang satu ini seorang karyawan yang sudah ahli dan berpengalaman di posisinya dapat
diikutsertakan sebagai konsultan dalam menentukan konten training yang sesuai.
f. Analisis Biaya Manfaat
Metode atau cara melakukan analisa kebutuhan pelatihan SDM ini merupakan salah satu jenis analisa
yang paling penting. Training SDM sejatinya adalah sebuah investasi sehingga sebagai investasi tersebut
harus menghasilkan di masa yang akan datang. Analisis Biaya Manfaat akan meneliti dengan cermat
mengenai segala macam biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan sebuah pelatihan serta meneliti
apakah dengan jumlah uang yang harus dikeluarkan tersebut sudah efektif dan bermanfaat bagi
perusahaan.
PROSES PENILAIAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Penilaian kebutuhan merupakan langkah awal sebelum mengadakan program pelatihan dan cara
penting untuk mengalokasikan pelatihan secara efektif. Untuk menghasilkan program pelatihan yang tepat
harus didasari oleh langkah awal yang tepat. Selain sebagai dasar menentukan pelatihan, penilaian
kebutuhan juga menyediakan ukuran untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. Adapun
tiga tahap proses penilaian kebutuhan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, yaitu analisis
organisasi, operasi dan analisa individu(Schuler, 1993).
Analisis Organisasi
Analisis organisasi menentukan dimana pelatihan dapat dilakukan dan dimana atau di bidang apa
seharusnya dilakukan di dalam organisasi. Analisis ini memfokuskan pada organisasi secara keseluruhan,
antara lain mencakup analisis tujuan organisasi, analisis sumber daya, analisis efisiensi, dan analisis iklim
organisasi. Pada tingkat organisasi, kebutuhan pelatihan harus dianalisis sesuai dengan tujuan dan strategi
organisasi. Jika hal ini tidak dilakukan, waktu dan biaya untuk penyelenggaraan program akan sia-sia dan
tujuan tidak tercapai. Sebagai contoh, ada kemungkinan karyawan dilatih untuk mempunyai keahlian
tertentu yang sebenarnya telah mereka kuasai. Karyawan hanya belajar sedikit dari program yang diikuti.
Keahlian ataupun pengetahuan yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan aktual karyawan dan
organisasi. Dengan demikian, biaya pelatihan yang dikeluarkan tidak akan bermanfaat selama periode
pelatihan tersebut. Analisis lingkungan eksternal dan internal organisasi juga sangat penting. Analisis ini
perlu untuk memperoleh informasi misalnya trend strategi bisnis, produktivitas, absensi, turnover, dan
perilaku karyawan di tempat kerja. Informasi ini berguna bagi penentuan tujuan pelatihan yang hendak
dicapai. Sebagai tahap awal berarti perlu adanya upaya mengkaitkan penilaian kebutuhan pelatihan
dengan pencapaian tujuan organisasi. Dengan mengkaitkan hubungan tersebut, kebutuhan pelatihan akan
dapat diidentifikasi. Tanpa mengetahui tujuan organisasi, organisasi tidak dapat menentukan perlu
tidaknya pelatihan.
Analisis Operasi
Analisis operasi menentukan bagaimana karyawan melakukan suatu pekerjaan. Tujuan analisis
ini adalah untuk menentukan apa yang seharusnya diberikan kepada karyawan agar karyawan dapat
melakukan pekerjaan sesuai dengan tingkat yang ingin dicapai. Analisis operasi memerlukan pengujian
secara hati-hati pekerjaan yang harus ditampilkan setelah pelaksanaan pelatihan. Analisis ini mencakup:
a. pengumpulan informasi secara sistematis yang menggambarkan secara tepat bagaimana
suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan dilakukan.
b. penentuan standar kinerja (performance) untuk suatu pekerjaan.
c. Penentuan bagaimana pekerjaan harus dilakukan untuk memenuhi standar tersebut.
d. Penentuan pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan karakteristik lain yang diperlukan untuk
suatu kinerja yang efektif.
Analisis Individu
Analisis individu. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana kinerja setiap karyawan ketika
melakukan pekerjaan. Pada tahap ini kebutuhan pelatihan setiap karyawan ditentukan. Perbedaan antara
kinerja yang diinginkan dengan kinerja yang sesungguhnya merupakan kebutuhan pelatihan bagi
individu. Kinerja standar yang telah ditetapkan pada tingkat operasi merupakan kinerja yang ingin
dicapai. Sedangkan informasi mengenai kinerja aktual karyawan dapat diperoleh dari data kinerja
individu, penilaian supervisor,attitude survey, wawancara dan sebagainya. Kesenjangan antara kinerja
aktual dan kinerja yang ingin dicapai akan diisi dengan pelatihan. Dari tahap-tahap analisis tersebut dapat
dikatakan bahwa Proses Penilaian Kebutuhan Pelatihan organisasi merupakan salah satu cara untuk
mengetahui seberapa keefektifan organisasi tersebut. Ketiga analisis kebutuhan pelatihan tersebut harus
dilakukan secara terintegrasi. Kerugian yang diperoleh jika program pelatihan tidak terkoordinasi dengan
tujuan dan sasaran organisasi adalah waktu dan biaya banyak dikeluarkan tanpa menghasilkan
peningkatan kinerja.
Rps 6
1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Definisi Kebutuhan Pelatihan
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan merupakan penentuan kegiatan apa yang akan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan individu yang akan dilatih. Atau Secara umum analisis kebutuhan pelatihan
didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka mengidentifikasi bidang-
bidang atau faktor-faktor apa saja yang ada di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki
agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan menjadi meningkat.
Menganalisis kebutuhan pelatihan bergantung pada apakah yang dilatih itu karyawan baru atau
karyawan lama. Jika yang dilatih karyawan baru, tugas utamanya adalah untuk menentukan apa yang
dibutuhkan pekerjaan itu dan memecahkannya menjadi subtugas, kemudian masing-masing subtugas akan
diajarkan kepada karyawan baru. Dan untuk pelatihan karyawan lama tugasnya lebih rumit karena
manajer mempunyai tugas untuk memutuskan apakah pelatihan adalah solusinya. Contohnya, prestasi
karyawan mungkin menurun karena standarnya yang tidak jelas atau karena orang itu tidak termotivasi.
Beberapa pelatihan menggunakan Software analitis khusus, seperti dari Saba Software, Inc. untuk
mendiagnosis kesenjangan kinerja dan sebab-sebabnya.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data akurat tentang apakah ada kebutuhan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Adapun manfaat Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
a. Memperoleh data mengenai permasalahan dan kebutuhan yang diinginkan oleh sasaran
b. Untuk mempermudah dalam menentukan skala prioritas dalam perencanaan program
kegiatan.
c. Memperlancar pelaksanaan kegiatan
Berikut adalah prosedur pelaksanaan identifikasi kebutuhan pelatihan:
1. Identifikasi kesenjangan antara kemampuan atau hasil kerja karyawan dengan hasil yang
diharapkan
Kegiatan ini menjelaskan perbedaan antara kemampuan karyawan saat ini dengan
kemampuan yang diharapkan atau yang seharusnya bisa dilakukan oleh karyawan tersebut. Untuk
memperoleh ini pengembangan program pelatihan dapat meminta laporan dari pengawas/
supervasior yang langsung membawahi atau mengawasi karyawan/ staff tersebut.Disamping itu
pengembangan sendiri juga dapat melakukan observasi ketempat kerja karyawan tersebut untuk
melihat langsung kegiatan karyawan di perusahaan atau instansi yang bersangkutan.
2. Menilai penting tidaknya kesenjangan (permasalahan)
Hasil dari langkah pertama (identifikasi kesenjangan) belum cukup memutuskan perlu atau
tidaknya pemberian latihan.Pengelola atau perancang, perlu menilai kesenjangan tersebut dari
beberapa sisi:
- Tingkat signifikan pengaruh kesenjangan terhadap kegiatan atau keseluruhan kegiatan.
- Luas ruang lingkup permasalahannya.
- Pentingnya peranan kesenjangan tersebut terhadap masa depan atau kelancaran perusahaan.
Penentuan signifikasi pengaruh kesenjangan terhadap suatau kegiatan bersifat relatif.Tidak ada
ukuran yang benar – benar tetap untuk semua keadaan. Oleh sebab itu pengelola atau perancang
program pelatihan harus dapat menjelaskan akibat atau nilai kerugian yang ditimbulkan oleh
kesenjangan atau permasalahan tersebut baik dalam bentuk uang, waktu, tenaga hasil produksi, dan
kerugian lainnya. Perancang program pelatihan dapat melihat dengan jeli akan dapat meyakinkan
pemimpin perusahaan untuk melaksanakan pelatihan bagi karyawan maupun staf mereka.
2. Menentukan Tujuan dan Pengembangan SDM
Langkah selanjutanya adalah menetapkan tujuan program. Apakah diberikan pada karyawan yang
baru saja di terima pada semua level pekerjaan atau hanya yang menduduki jabatan tertentu. Apakah
program yang diberikan dalam bentuk keterampilan teknis, analasis konseptual, ataukah kemampuan
hubungan manusiawi.
Berbagai bentuk alternatif tujuan lainnya memang harus secara gamblang ditentukan untuk
membentuk sumber daya manusianya dengan aplikasi program ini. Berikut ini langkah langkahnya :
a. Mengidentifikasi keterampilan-keterampilan kinerja jabtan khusus yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kinerja dan produktivitas.
b. Memastikan bahwa program akan sesuai dan cocok dengan tingkat pendidikan, pengalaman dan
keterampilan mereka serta motivasi peserta.
c. Melakukan survei untuk mengembangkan sasaran pengetahuan dan kinerja yang diukur.
Bentuk pelatihan ini mempunyai keuntungan karena cukup fleksibel, baik dalam lokasi dan
organisasi. Bentuknya pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan berkaitan langsung dengan
kebutuhan On the Job Training ( OJT ) adalah pelatihan pada karyawan untuk mempelajari bidang
pekerjaannya sambil benar-benar mengerjakannya. Dalam banyak rekrutmen, OJT adalah satu satu
jenis pelatihan yang tersedia dan biasanya meliputi karyawan baru sampai karyawan lama yang
sudah berpengalaman beberapa bentuk pelatihan OJT antara lain :
Atau latihan intruksi jabatan adalah pelatihan di mana ditentukan seseorang (biasanya manajer
atau supervisor) bertindak sebagai pelatih untuk menginstruksikan bagaimana melakukan
pekerjaan tertentu dalam proses kerja. Metode ini bilamana dikaitkan secara khusus dengan
prinsip-prinsip belajar di atas terlihat dengan jelas memiliki partisipasi yang tinggi, relevance,
repetition, transference, dan feedback.
b. Coaching/Understudy
Bentuk pelatihan dan pengembangan ini dilakukan di tempat kerja oleh atasan atau karyawan
yang berpengalaman. Metode ini dilakukan dengan pelatihan secara informal dan tidak
terencana dalam melakukan pekerjaan seperti menyelesaikan masalah, partisipasi dengan tim,
kekompakan, pembagian pekerjaan, dan hubungan dengan atasan atau teman kerja.
c. Job Rotation
Adalah program yang direncanakan secara formal dengan cara menugaskan pegawai pada
beberapa pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan organisasi untuk
menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi. Ini biasanya dilakukan untuk
pengembangan pegawai untuk memahami aktivitas organisasi yang lebih luas. Mana dilihat dari
prinsip-prinsip, metode ini mengaplikasikan semua prinsip belajar kecuali feedback.
Pelatihan yang mengombinasikan antara pelajaran di kelas dengan praktik di tempat kerja
setelah beberapa teori diberikan pada karyawan. Karyawan akan dibimbing untuk
mempraktikan dan mengaplikasikan semua prinsip belajar pada keadaan pekerjaan
sesungguhnya.
Off the job training merupakan pelatihan yang berlangsung pada waktu karyawan yang dilatih tidak
melaksanakan pekerjaan rutin/biasa. Ada beberapa jenis metode pelatihan off the job training.
a. Lecture
Teknik ini seperti kuliah dengan presentasi atau ceramah yang diberikan pengajar pada
kelompok karyawan. Dilanjutkan dengan komunikasi dua arah dan diskusi. Hal ini digunakan
untuk memberikan pengetahuan umum pada peserta.
b. Video Presentation (Presentasi Dengan Video)
Teknik ini menggunakan media video, film, atau televisi sebagai sarana presentasi tentang
pengetahuan atau bagaimana melakukan suatu pekerjaan. Metode ini dipakai apabila peserta
cukup banyak dan masalah yang dikemukakan cukup kompleks.
c. Vestibule Training/Simulation
Pelatihan dilakukan di tempat yang dibuat seperti tempat kerja yang sesungguhnya dan
dilengkapi dengan peralatan.
d. Role Playing
Merupakan suatu permainan peran yang dilakukan oleh peserta untuk memainkan berbagai
peran orang tertentu dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya.
Teknik ini dapat mengubah sikap peserta, seperti misalnya: menjadi lebih toleransi terhadap
perbedaan individual dan juga dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
e. Case Study
Merupakan metode pelatihan dimana para peserta pelatihan dihadapakan pada beberapa kasus
tertulis dan diharuskan memecahkan masalah-masalah tersebut.
f. Self-study
Merupakan teknik yang menggunakan modul-modul tertulis dan kaset-kaset atau video tape
rekaman dan para peserta hanya mempelajarinya sendiri. Teknik ini tepat digunakan apabila
jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dalam jumlah yang besar, pada karyawan tersebar di
berbagai lokasi yang berbeda-beda dan sulit mengumpulkan para karyawan sekaligus untuk
bersama-sama mengikuti program pelatihan tertentu.
g. Program Learning
Dalam metode ini, diberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan dan para peserta pelatihan harus
memberikan jawaban yang benar. Metode ini dapat juga melalui komputer yang sudah
mempunyai program tersendiri agar para peserta dapat mempelajari dan memperinci selangkah
demi selangkah dengan umpan balik langsung pada penyelesaian- setiap langkah. Masing-
masing peserta pelatihan dapat menetapkan kecepatan belajarnya.
h. Laboratory Training
Teknik ini adalah merupakan suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untuk
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi. Latihan ini bersifat sensivitas, dimana
peserta menjadi lebih sensitif terhadap perasaan orang lain dan lingkungan. Laboratory Training
ini berguna untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab pekerjaan di waktu
yang akan datang.
i. Action Learning
Teknik ini dilakukan dengan membentuk kelompok tim kecil dengan memecahkan masalah dan
dibantu oleh seorang ahli bisnis dari dalam perusahaan atau luar perusahaan.
Organisasi dapat memilih salah satu atau lebih teknik di atas untuk diterapkan pada program
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kondisi organisasi. Dalam memilih metode pelatihan, agar efektif
perlu memerhatikan diterapkannya prinsip belajar, yaitu partisipasi, repetisi, relevan, transfer, dan umpan
balik. Di samping itu, perlu memerhatikan biaya materi, pelatih, dan peserta pelatihan.
Rps 7
PEMBAHASAN
PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Bagaimanapun metode pelatihan yang digunakan ada beberapa kondisi yang harus ada agar
pembelajaran dapat terlaksana dan karyawan dapat menggunakan apa yang mereka pelajari pada
pekerjaan mereka. Kondisi-kondisi tersebut termasuk (1) menyediakan kesempatan bagi trainee untuk
berlatih dan menerima feedback, (2) menawarkan konten pelatihan yang berarti, (3) mengidentifikasi
prasyarat yang trainee perlukan untuk melengkapi program dengan sukses, (4) memungkinkan trainee
untuk belajar melalui pengamatan dan pengalaman, dan (5) memastikan bahwa lingkungan kerja,
termasuk manajer dan rekan kerja, mendukung pembelajaran dan menggunakan keahliannya pada
pekerjaan.
Pembelajaran merupakan perubahan yang relatif permanen pada kemampuan manusia yang
termasuk pengetahuan, keahlian, sikap, perilaku dan kompetesi yang bukan hasil dari perkembangan.
Kunci dari pembelajaran adalah trainee memahami apa yang mereka pelajari dan dapat mengingatnya
kembali.
Untuk mewujudkan pelatihan yang efektif baik pembelajaran dan transfer pelatihan sangat
diperlukan. Figure 4.1 menunjukkan model pembelajaran dan transfer pelatihan. Pertama,
mengidentifikasi apa yang akan dipelajari-untuk mengidentifikasi hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran
harus berkaitan dengan apa yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Pada bagian ini juga membahas
mengenai bagaimana gaya belajar trainee mempengaruhi bagaimana mereka belajar. Pengaruh dari
karakteristik trainee lain, seperti kahlian dasar, kemampuan kognitif, efikasi diri, usia dan generasi, serta
ketertarikan pada motivasi untuk belajar dan pembelajaran. Selanjutnya yaitu desain pelatihan. Desain
pelatihan termasuk mempertimbangkan bagaimana membuat lingkungan pembelajaran untuk membantu
trainee mendapatkan hasil pembelajaran. Berbagai teori mengenai pembelajaran dan transfer pelatihan ini
kemudian digunakan untuk membuat lingkungan pembelajaran dan lingkungan kerja suportif yang
dirancang untuk membantu trainee untuk mempelajari hasil yang diinginkan dan mengaplikasikannya
pada pekerjaan.
TEORI – TEORI TENTANG PEMBELAJARAN SDM
Reinforcement Theory
Reinforcement theory atau teori penekanan menyatakan bahwa orang-orang termotivasi untuk
menunjukkan atau menghindari perilaku tertentu akibat masa lalu yang merupakan hasil dari perilaku
tersebut. Terdapat beberapa proses dalam reinforcement theory. Positive reinforcement merupakan
pemberian tanggapan positif ketika individu melakukan perilaku positif yang diperlukan. Misalnya
memuji karyawan untuk datang lebih pagi. Negative reinforcement menghargai karyawan dengan
menghapus perilku negatif yang tidak diinginkan. Proses menarik penekanan positif maupun negatif
untuk menghilangkan suatu perilaku disebut extinction. Dari sudut pandang pelatihan, teori penekanan
menyarankan pelajar untuk mendapatkan pengetahuan, merubah perilaku, atau memodifikasi keahlian,
pelatih perlu mengidentifikasi hasil apa yang dianggap pelajar positif dan juga negatif. Pelatih kemudian
perlu untuk menghubungkan hasil ini dengan pengetahuan yang didapat atau keahlian atau perilaku yang
berubah oleh pelajar.
Social Learning Theory
Social learning theory menekankan bahwa orang-orang belajar dengan mengamati orang lain (model)
yang mereka percaya kredibel dan berilmu. Social learning theory juga mengakui bahwa perilaku yang
diperkuat atau dihargai cenderung diulangi. Perilaku dari model tersebut atau keahlian yang dihargai akan
diadopsi oleh pengamat. Berdasarkan social learning theory, mempelajari keahlian baru atau perilaku
datang dari (1) pengalaman langsung sebagai akibat menggunakan keahlian atau perilaku tertentu atau (2)
proses mengamati orang lain dan melihat akibat dari perilaku mereka.
Berdasarkan social learning theory, pembelajaran juga dipengaruhi oleh efikasi diri. Efikasi diri
merupakan kepercayaan diri seseorang tentang apakah mereka dapat dengan berhasil mempelajari ilmu
dah keahlian. Efikasi diri merupakan salah satu penentu kesiapan pembelajaran. Peserta pelatihan dengan
efikasi diri yang tinggi akan berusaha untuk belajar dalam program pelatihan dan tetap bertahan untuk
belajar meskipun dalam lingkungan yang tidak kondusif untuk belajar. Sebaliknya, seseorang dengan
efikasi diri yang rendah akan ragu dalam menguasai isi dari program pelatihan dan cenderung menarik
diri secara psikolofi maupun fisik. Orang ini yakin bahwa mereka tidak mampu belajar dan tidak peduli
bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak dapat belajar.
Social learning theory menyarankan empat proses pembelajaran: attention, retention, motor
reproduction, dan motivational processses. Attention menyatakan bahwa seseorang tidak dapat belajar
dengan pengamatan kecuali mereka sadar akan aspek penting dari kinerja model tersebut. Attention
dipengaruhi oleh karakteristik model dan pelajar. Pelajar harus sadar akan keahlian atau perilaku yang
harus mereka amati. Model harus diidentifikasikan dengan jelas dan kredibel. Pelajar yang telah berhasil
mempelajari keahlian atau perilaku lain dengan mengamati model cenderung mengikuti model. Pelajar
harus mengingat perilaku dan keahlin yang mereka amati. Ini merupkan peran retention. Pelajar harus
mengingat perilaku dan keahlian yang diamati dalam ingatan yang terorganisir sehingga mereka dapat
mengingatnya pada situasi tertentu. Perilaku dah keahlian dapat diingat dalam bentuk gambar visual atau
pernyataan verbal.
Motor reproduction termasuk mencoba mengamati perilaku untuk melihat apakah mereka
mendapatkan hasil yang sama dengan yang diterima model. Kemampuan untuk mereproduksi perilaku
atau keahlian bergantung pada sejauh mana pelajar mengingat keahlian dan perilaku. Pelajar juga harus
memiliki kemampuan secara fisik untuk menunjukkan perilaku dan keahlian tersebut. Pelajar cenderung
mengadopsi perilaku model jika mendapatkan hasil positif. Social learning theory menekankan bahwa
perilaku diperkuat akan diulangi pada masa akan datang (motivational processes).
Goal Theories
Goal Setting Theory
Goal Setting Theory mengasumsikan bahwa perilaku merupakan hasil dari tujuan dan niat
seseorang. Tujuan memengaruhi perilaku seseorang dengan mengarahkan energi dan perhatian, upaya
berkelanjutan dari waktu ke waktu, dan memotivasi seseorang dalam mengembangkan strategi untuk
mencapai tujuan. Penelitian menunjukkan bahwa tujuan yang menantang menghasilkan kinerja yang lebih
baik daripada tujuan yang tidak jelas dan tidak menantang. Tujuan mengarah kepada kinerja yang tinggi
jika orang tersebut bersungguh-sungguh dengan tujuan yang ingin dicapainya. Karyawan cenderung tidak
bersungguh-sungguh terhadap tujuan jika mereka menganggap tujuan tersebut sulit. Goal setting theory
dapat digunakan dalam merancang program pelatihan. Goal setting theory menyarankan bahwa
pembelajaran dapat dilakukan dengan menyediakan trainee dengan tujuan-tujuan menantang dan objektif.
Secara spesifik, pengaruh goal setting theory dapat dilihat pada perkembangan rencana pembelajaran
pelatihan. Rencana pembelajaran dimulai dengan tujuan-tujuan spesifik yang menyediakan informasi
mengenai tindakan yang diharapkan akan ditunjukkan, kondisi dimana pembelajaran akan terjadi, dan
tingkat kinerja yang dinilai dapat diterima. Tujuan dapat menjadi bagian dari rencana kegiatan yang
digunakan untuk memotivasi trainee untuk mengikuti pelatihan.
Goal Orientation
Goal orientation merupakan tujuan yang dipegang oleh trainee dalam situasi pembelajaran. Goal
orientation dapat menyertai orientasi pembelajaran atau orientasi kinerja. Orientasi pembelajaran
berkaitan dengan mencoba meningkatkan kemampuan atau kompetensi dalam tugas. Orang dengan
orientasi pembelajaran percaya bahwa pelatihan yang sukses menunjukkan peningkatan, trainee memilih
pelatih yang tertarik pada bagaimana trainee belajar daripada bagaimana kinerja mereka, dan melihat
kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Orientasi kinerja berarti pelajar fokus kepada kinerja
tugas dan bagaimana membandingkannya dengan yang lainnya. Orang-orang dengan orientasi kinerja
mendefinisikan kesuksesan kinerja tinggi berkaitan dengan yang lainnya, lebih menjunjung kemampuan
dari pembelajaran, dan menganggap kesalahan dapat menyebabkan ketakutan dan ingin menghindarinya.
Goal orientation dipercaya dapat mempengaruhi besarnya usaha yang dihabiskan trainee dalam belajar.
Pelajar dengan orientasi belajar yang tinggi akan menunjukkan perhatian yang lebih besar pada tuas dan
belajar demi pembelajaran, begitu sebaliknya pelajar dengan orientasi kinerja. Pelajar dengan orientasi
kinerja akan menunjukkan perhatian pada kinerja yang baik dan sedikit usaha untuk belajar. Ada
beberapa cara untuk menciptakan orientasi belajar pada trainee. Termasuk menentukan tujuan mengenai
pembelajaran dan melakukan percobaan terhadap cara baru untuk membuat trainee melakukan tugas yang
telah dilatih daripada menekankan pada kinerja tugas yang dilatih. Mengurangi penekanan pada kompetisi
antara trainee, menciptakan komunitas belajar, dan memungkinkan trainee untuk membuat kesalahan dan
melakukan uji coba terhadap pengetahuan, keahilan, dan perilaku yang baru selama pelatihan.
Need Theories
Need theories atau teori kebutuhan menjelaskan mengenai nilai yang seseorang beri terhadap
hasil tertentu. Kebutuhan merupakan kekurangan yang seseorang alami pada titik tertentu pada suatu
waktu. Kebutuhan memotivasi seseorang untuk berperilaku yang dapat memuaskan apa yang dinggapnya
kurang. Teori kebutuhan Abraham Maslow dan Clayton Alderfer memfokuskan pada psychological
needs, relatedness needs, dan growth needs. Baik Maslow dan Alderfer, keduanya percaya bahwa
seseorang mulai dengan mencoba untuk memuaskan kebutuhan pada level yang paling bawah, kemudian
berkembang menuju hierarki atas setelah kebutuhan pada level bawahnya terpenuhi. Jika kebutuhan
psikologinya belum terenuhi, perilaku seseorang akan fokus untuk memenuhi kebutuhan ini terlebih
dahulu sebelum relatedness needs atau growth needs memerlukan perhatian. Perbedaan antara hierarki
Alderfer dan Maslow, yaitu pada hierarki Alderfer adanya kemungkinan jika kebutuhan level atas tidak
terpenuhi, karyawan akan fokus kembali pada kebutuhan level bawah. Teori kebutuhan menyarankan
bahwa untuk memotivasi pembelajaran, pelatih harus mengidentifikasi kebutuhan trainee dan
mengomunikasikan bagaimana isi dari program pelatihan berkaitan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan. Serta, jika kebutuhan dasar trainee tertentu (seperti kebutuhan psikologi dan keamanan) tidak
terpenuhi, mereka tidak akan termotivasi untuk belajar. Implikasi lain dari need theory berkaitan dengan
menyediakan karyawan pilihan terhadap program pelatihan yang akan dihadiri.
Expectancy Theory
Expectancy theory menyatakan bahwa perilaku seseorang berdasarkan tiga faktor: expectancy,
instrumentality, dan valence. Kepercayaan terhadap hubungan antara mencoba untuk menunjukkan
perilaku dan benar-benar melakukan kinerja dengan baik disebut expectancies (harapan). Expectancy
serupa dengan efikasi diri. Pada expectancy theory, kepercayaan bahwa melakukan kinerja seperti
perilaku yang diharuskan (seperti menghadiri program pelatihan) di hubungkan dengan hasil tertentu
(seperti mampu untuk melakukan kinerja yang lebih baik saat bekerja) disebut instrumentality. Valence
merupakan nilai yang seseorang tempatkan pada hasi; (sepeti seberapa penting untuk melakukan kinerja
yang lebih baik pada pekerjaan yang dilakukan).
Berdasarkan expectancy theory, berbagai pilihan perilaku dievaluasi berdasarkan expectancy,
instrumentality, dan valence. Berdasarkan perspektif pelatihan, expectancy theory menunjukkan bahwa
pembelajaran cenderung terjadi ketika pekerja percaya bahwa mereka dapat mempelajari konten atau isi
dari program (expectancy). Serta, pembelajaran dan transfer pelatihan ditingkatkan ketika mereka
dihubungkan dengan hasil seperti kinerja yang lebih baik, meningkatnya gaji, atau pengakuan rekan kerja
(instrumentality), dan ketika karyawan memberikan nilai terhadap hasilnya (valence).
Adult Learning Theory
Teori ini dikembangkan dari kebutuhan akan teori spesifik tentang bagaimana orang dewasa
belajar. Sebagian besar teori pendidikan, serta lembaga pendidikan formal, telah dikembangkan secara
eksklusif untuk mendidik anak-anak dan remaja. Pedagogi, seni dan ilmu pengetahuan anak-anak, telah
mendominasi teori pendidikan. Pedagogi memberi instruktur tanggung jawab utama untuk membuat
keputusan tentang konten pembelajaran, metode, dan evaluasi. Pada umumnya dilihat sebagai (1) menjadi
penerima pasif arahan, (2) membawa beberapa pengalaman yang dapat berfungsi sebagai sumber daya
untuk lingkungan belajar.
Psikolog pendidikan, mengakui keterbatasan pengembangan teori pembelajaran orang dewasa.
Malcolm Knowles sering dikaitkan dengan teori pembelajaran orang dewasa. Model Knowles didasarkan
pada beberapa asumsi
1) Orang dewasa memiliki kebutuhan untuk mengetahui mengapa mereka mempelajari sesuatu.
2) Orang dewasa memiliki kebutuhan untuk mengarahkan diri sendiri.
3) Orang dewasa membawa lebih banyak pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan ke
dalam situasi pembelajaran.
4) Orang dewasa memasuki pengalaman belajar dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada masalah.
5) Orang dewasa termotivasi untuk belajar oleh motivator ekstrinsik dan intrinsik.
Teori pembelajaran orang dewasa sangat penting untuk dipertimbangkan dalam mengembangkan
program pelatihan karena audiens untuk banyak program semacam itu cenderung merupakan orang
dewasa, yang sebagian besar belum menghabiskan sebagian besar waktu mereka di lingkungan
pendidikan formal.
Teori Pemrosesan Informasi
Dibandingkan dengan teori pembelajaran lainnya, teori pemrosesan informasi lebih menekankan
pada proses internal yang terjadi ketika konten pelatihan dipelajari dan dipertahankan. Teori pemrosesan
informasi mengemukakan bahwa informasi atau pesan yang diambil oleh pelajar mengalami beberapa
transformasi di otak manusia. Pemrosesan informasi dimulai ketika ada pesan atau rangsangan (seperti :
suara, bau, sentuhan, atau gambar) dari lingkungan diterima oleh reseptor (yaitu, telinga, hidung, kulit,
dan mata). Pesan itu terdaftar dalam pengertian dan disimpan dalam memori jangka pendek, dan
kemudian diubah atau dikodekan untuk penyimpanan dalam memori jangka panjang. Proses pencarian
terjadi di memori, di mana waktu respon terhadap pesan atau stimulus diatur.