Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ETIKA BISNS

“Pengertian Etika Dalam Bisnis”

Dosen Pengampu : Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

Oleh Kelompok 1 :

I Komang Putra Krisna Eka Yasa 1707521076


Ni Luh Putu Prawerti Widhari 1707521077
Ni Komang Ardi Wahyuni 1707521078

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

PROGRAM REGULER

2019
I. PENDAHULUAN

Dalam hubungan saling memenuhi kebutuhan antar manusia akan menumbuhkan


suatu kegiatan yang dinamakan bisnis. Bisnis merupakan suatu tindakan membuat atau
menciptakan benda atau sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang mana dari proses
tersebut akan menimbulkan keuntungan baik untuk produsen maupun konsumen. Perusahaan
yang berperan sebagai produsen disini tentunya akan mengambil jalan pintas dengan
menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan sebesar-besarnya. Sehingga ini akan
menimbulkan sebuah konflik antara etika dengan keuntungan, oleh karena itu pada bab ini
kita akan membahas mengenai relevansi etika dan bisnis. Sebagaimana kita tahu keuntungan
menjadi hal pokok bagi kelangsungan sebuah bisnis, terkait dengan relevansi bisnis dan etika
maka untuk melihat baik atau buruknya cara sebuah bisnis dalam hal mencari keuntungan
bagi perusahaannya dilihat dari sudut pandang etika, dan apakah etika tersebut akan
bermanfaat atau menghambat perusahan dalam mendapatkan keuntungan maka selanjutnya
dalam bab ini kita akan membahas mengenai keuntungan dan etika. Untuk menggugah
kesadaran moral para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis yang baik dan tidak
menggunakan cara-cara yang kotor atau tidak sesuai dengan etika dalam mencari keuntungan
bagi perusahaannya maka harus mengaplikasikan norma moral yang sesuai dengan tujuan
perusahaannya, ini akan dibahas lebih lengkap dalam pengertian etika bisnis. Untuk
mengetahui siapa saja yang sebenarnya harus menerapkan etika dan apa saja yang dicakup
oleh etika bisnis ini maka kita perlu membahas mengenai sasaran dan ruang lingkup dari
etika bisnis ini. Etika bisnis ini juga tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan individual
dalam bisnis, tetapi juga menyangkut kepentingan semua pihak yang berkepentingan
(individu dan organisasi), baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan. Berkaitan
dengan hal ini maka kita akan membahasas mengenai tingkatan etika dalam bisnis.

Setelah membahas kelima sub bab materi diatas tentunya sudah bisa dipastikan bahwa
setiap bisnis harus memiliki atau menerapkan etika dalam mencapai tujuan perusahaannya.
Dapat dilihat dari pengertian etika bisnis itu sendiri yang merupakan sebuah seni dan disiplin
dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah – masalah
moral yang kompleks (Weisis dan Keraf, 1993:66). Oleh karena kita belum mengetahui
tentang prinsip-prinsip etika yang dimaksud pada pengertian etika bisnis tersebut, maka kita
akan membahasnya pada sub bab terakhir ini mengenai Prinsip-prinsip Etika Bisnis.

1
II. PEMBAHASAN

1. Relevansi Etika dan Bisnis


Dipandang dari sudut ekonomis, bisnis yang baik adalah bisnis yang mendatangkan
banyak keuntungan. Fokus itu membuat perusahaan mengambil jalan pintas dengan
menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan. Tidaklah mengherankan bila
pandangan lama menyatakan bahwa bisnis itu immoral (tidak bermoral). Dari sudut pandang
ini, bisnis dianggap sebagai aktivitas yang tidak bermoral.
Pandangan bahwa bisnis immoral kemudian mengalami perubahan menjadi lebih
lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral, artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang
sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat dicampuradukkan. Sering dikatakan
bahwa"business is business". Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Inilah ungkapan-
ungkapan yang oleh De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Yang mau
digambarkan dalam mitos ini adalah bahwa tugas pelaku bisnis adalah berbinis dan bukan
beretika. Atau secara lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan.
Tokoh etika Amerika Serikat, Richard T. De Georgemengemukakan alasan-alasan tentang
keberadaan etika bisnis sebagai berikut:
1. Bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang dituntut
keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya
uang, melainakan juga dimensi kemanusiaan, seperti martabat atau nama baik
pengusaha dengan keluarganya, nasib semua pegawai dengan keluarganya, termasuk
nasib orang-orang lain pada umumnya, dan bahkan seluruh hidup si pengusaha.
2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang.
3. Dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktek bisnis yang berhasil adalah
yang memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh
kepercayaan dari masyarakat atas produk atau jasa yang dijualnya.
4. Asas legalitas harus dibedakan dari asas moralitas. Praktek monopoli dan
monopsoni yang dilakukan oleh BPPC, misalnya secara resmi memang ada
hukumnya, tetapi secara etis tidak bisa diterima karena merugikan petani cengkeh
dan pabrik rokok.
5. Etika bukanlah ilmu pengetahuan empiris. Tindakan yang dilakukan oleh lebih
banyak orang tidak otomatis berarti yang lebih baik. Sekalipun korupsi dan kolusi

2
merajalela dimana-mana, hal itu tidak dengan sendirinya dapat dibenarkan secara
etis.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa etika sesungguhnya sangat relevan diterapkan
dalam bisnis. Kendati bisnis menyangkut nilai-nilai yang hakiki seperti kehidupan manusia
dan nasib begitu banyak orang yang terkait. Bahkan pertaruhan itu tidak hanya berdimensi
jangka pendek melainkan juga perlu memperhitungkan segala akibat dan resikonya untuk
jangka panjang.

2. Keuntungan dan Etika


Bisnis sering dibayangkan sebagai sebuah medan pertempuran. Terjun ke dunia bisnis
berarti siap untuk bertempur habis-habisan dengan sasaran akhir meraih keuntungan sebesar-
besarnya secara konstan. Keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis,
walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang
ideal. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral
keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena pertama, Keuntungan
memungkinkan perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya. Kedua, Tanpa memperoleh
keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu
berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan
ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional. Ketiga, keuntungan memungkinkan
perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat menghidupi karyawan-karyawannya
bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik. Lebih dari itu, dengan keuntungan yang
terus diperoleh, perusahaan dapat mengembangkan terus usahanya dan berarti membuka
lapangan pekerjaan bagi banyak orang lainnya, dan dengan demikian memajukan ekonomi
nasional.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru
demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan, sangat relevan, dan mempunyai
tempat yang sangat strategis dalam bisnis dewasa ini.
a. Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-
orang profesional di bidangnya. Mereka dituntut untuk mempunyai keahlian dan
keterampilan bisnis yang melebihi kemampuan dan keterampilan bisnis orang
kebanyakan lainnya. Hanya orang profesional yang akan menang dalam bisnis yang
penuh persaingan. Kaum profesional ini dituntut untuk memperlihatkan kinerja
tertentu yang berada diatas rata-rata kinerja pembisnis amatir. Namun yang menarik,

3
kinerja ini tidak hanya menyangkut aspek bisnis, manajerial dan organisasi teknis
murni, melainkan juga menyangkut aspek teknis.
b. Kedua dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar
bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu hal yang paling pokok untuk
bisa untung dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana suatu
perusahaan bisa merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen. Ini bukan
hal yang mudah. Karena dalam pasar yang bebas dan terbuka, dimana ada beragam
barang dan jasa yang ditawarkan, dengan harga dan mutu yang kompetitif, sekali
konsumen dirugikan, maka mereka akan berpaling dari perusahaan tersebut. Ini
punya efek berantai yang mempengaruhi konsumen lainnya sehingga lama
kelamaan, kalau perusahaan tidak berhati-hati maka akan dijauhi oleh konsumen
lainnya.
c. Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak
berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah
dijamin, para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur
tangan pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya.
Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya
secara secara baik dan etis yaitu dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa
secara sengaja merugikan hak dan kepentinga semua pihak yang terkait dengan
bisnisnya.
d. Keempat, perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan
bukanlah tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntunga yang
sebesar-besarnya. Justru sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek
utama dari bisnis suatu perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya,
bertahan tidaknya perusahaan tersebut.

Bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata
lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk
dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan
etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan
kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam
kegiatan bisnisnya.

4
3. Pengertian Etika Bisnis

Menurut Weisis dan Keraf (1993:66), etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam
menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahlan masalah – masalah moral
yang kompleks. Laura Nash (1990) mendefinisikan etika bisnis sebagai studi mengenai
bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan. Etika
bisnis menyangkut tiga hal dalam pembuatan keputusan yaitu :

a. Pilihan-pilihan tentang bagaimana seharusnya aturan hukum itu dan apakah akan
mengikuti aturan hukum itu
b. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan social diluar ranah hukum
c. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang tertentu atas kepentingan
perusahaan.
Etika bisnis juga dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-
prinsip etika bidang hubungan ekonomi antar manusia. Dimana etika bisnis adalah studi yang
mensyaratkan penelaran dan penliaan, baik yang didasarkan atas prinsip-prinsip maupun
kepercayaan dalam mengambil keputusan guna menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri
sendiri terhadap tuntutan social dan kesejahteraan.

4. Sasaran dan ruang lingkup etika bisnis

Terdapat 3 (tiga) sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis ( Keraf, 1998:86 )

a. Etika bisnis sebagai etika professional membahas berbagai prinsip, kondisi, dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain etika
bisnis etika bisnis bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan
bisnisnya secara baik dan etis yang termasuk didalamnya, himbauan yang berdasarkan
pada hakikat dan tujuan bisnis, yakni meraih keuntungan.
b. Etika bisnis sebagai cara untuk menyadarkan masyarakat, konsumen, buruh atau
pegawai dan masyarakat luas dimana pada tingkatan ini etika bisnis berfungsi untuk
menggugah masyarakat agar menuntut para pelaku bisnis agar berbisnis secara baik
demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut. Etika bisnis juga
mengajak masyarakat untuk bersatu dan secara bersama melawan kecendrungan
arogan bisnis ketika bisnis tidak lagi peduli pada hak dan kepentingan pihak tertentu,
atau hak dan kepentingan masyarakat luas.
c. Etika bisnis juga membahas mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis makro, sehingga disebut
etika ekonomi. Dalam lingkup makro etika bisnis berbicara mengenai
monopoli,ologopoli,monopolistic, kolusi dan praktek-praktek semacamnya yang akan
sengat mempengaruhi baik buruknya bisnis dalam suatu Negara.

5. Tingkatan Etika Bisnis


Etika bisnis tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan individual dalam bisnis,
tetapi juga menyangkut kepentingan semua pihak yang berkepentingan (individu dan

5
organisasi), baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan. Berkaitan dengan hal ini
terdapat 5 tingkatan etika bisnis, yaitu :
a. Individual
Pada tingkat ini tanggung jawab suatu tindakan etis berada pada individu
pelaku. Misalnya, seseorang berbohong tentang rekening pengeluaran, menerima
suap, pelecehan seks, membocorkan rahasia perusahaan,dll. Untuk mengatasi masalah
etis pada tingkat ini, perlu ditelusuri motif dan standar etika perilaku.
b. Organisasional
Masalah etis pada tingkat organisasional muncul bila seseorang atau
sekelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau memaklumi kesalahan seseorang
demi kepentingan seluruh organisasi. Untuk mengatasi masalah etis pada tingkat ini
dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji prosedur kerja, kebijakan, dan kode
etik perusahaan.
c. Asosiasi
Seorang anggota asosiasi profesi seperti akuntan, konsultan, dokter,
pengacara, notaries, harus berpedoman pada kode etik profesinya sebelum
memberikan saran kepada klien.
d. Masyarakat
Pada tingkat masyarakat, hukum, peraturan, norma, kebiasaan, dan tradisi
sangatlah menentukan perbuatan-perbuatan yang dapat diterima secara sah. Setiap
Negara memiliki pedoman yang berbeda-beda, sehingga suatu ketentuan tidak berlaku
untuk semua Negara.
e. Internasional
Masalah etika bisnis pada tingkat internasional lebih rumit karena nilai-nilai
budaya, politik, agama ikut berperan. Tuntutan masyarakat internasional agar etika
bisnis dilaksanakan semakin kuat terutama menyangkut mutu agar konsumen terjamin
kepuasannya. Tuntutan ini melahirkan dibentuknya Internasional Organization for
Standardization (ISO).

6. Prinsip-prinsip etika bisnis


Sudah dapat dipastikan bahwa bisnis mempunyai etika. Prinsip-prinsip etika yang
berlaku dalam bisnis tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan kata lain
prinsip-prinsip etika bisnis sangat dipengaruhi oleh system nilai masyarakat setempat.
Sebagai etika terapan, prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah

6
penerapan dari prinsip etika yang berlaku umum. Menurut Keraf (1998:73) prinsip-prinsip
etika yang berlaku dalam bisnis adalah :
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan.
Untuk dapat bertindak otonom diperlukan kebebasan untuk mengambil keputusan dan
bertindak sesuai dengan keputusan yang dianggapnya baik.
Kebebasan adalah unsur hakiki dalam prinsip otonomi dan menjadi prasyarat
utama untuk bertindak secara etis. Hanya orang yang bebas dapat bertindak secara
etis. Namun tidak semua orang yang bertindak bebas dapat dikatakan etis karena
kebebasan dapat mengakibatkan seseorang bertindak membabi buta tanpa menyadari
tindakannya baik atau buruk. Oleh karena itu selain kebebasan, tanggung jawab juga
merupakan unsur terpenting dalam bertindak.
Tanggung jawab merupakan ciri dari mahluk bermoral. Prinsip ekonomi ini
sejalan dengan tuntutan bisnis modern. Otonomi mendorong inovasi, kreativitas, dan
meningkatkan produktivitas bisnis ditengah persaingan yang ketat. Tanggung jawab
moral tidak hanya ditujukan kepada pelaku bisnis, tetapi juga kepada semua pihak
yang berkepentingan (stakeholder), seperti pemasok, konsumen, pemerintah, pegawai,
dll.
2. Prinsip kejujuran
Prinsip ini merupakan prinsip yang problematic, karena sekilas tampak aneh
bila kejujuran menjadi prinsip sebuah bisnis yang dikenal dengan tipu-menipu demi
meraup untung. Kejujuran terkait dengan kepercayaan. Kejujuran relevan dalam
bisnis berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
- Pemenuhan syarat-syarat kontrak atau perjanjian. Kejujuran ini sangat penting
dalam menjaga hubungan bisnis dengan para relasi.
- Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang sebanding.
Kesesuain mutu dan harga sebagaimana yang diiklankan akan menciptakan
kepercayaan dan kepuasan konsumen.
- Hubungan kerja internal. Hubungan kerja internal ini merupakan dimana
perusahan mampu bertahan apabila hubungan kerja antar individu yang ada
didalamnya dilakukan dengan berlandaskan pada kejujuran.
3. Prinsip keadilan

7
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara adil sesuai dengan
kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan menuntut
agar setiap orang/pihak dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh
dirugikan hak dan kepentingannya. Tidak merugikan hal dan kepentingan orang lain
disebut sebagai prinsip no harm.
4. Prinsip saling menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, tetap harus diupayakan
terjadinya win-win solution.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga nama baik dirinya
dan perusahaannya.

Dari kelima prinsip diatas, Adam Smith mengatakan bahwa prinsip keadilan (no
harm) merupakan prinsip yang paling pokok. Prinsip keadilan menjadi jiwa bagi aturan bisnis
dan semua praktek bisnis yang melanggar prinsip ini harus dilarang. Praktek bisnis yang
melanggar prinsip keadilan antara lain monopoli, kolusi, nepotisme, manipulasi, hak
istimewa, perlindungan politik, dll.

8
III. KESIMPULAN

1. Relevansi Etika dan Bisnis, dapat dipahami bahwa etika sesungguhnya sangat relevan
diterapkan dalam bisnis. Kendati bisnis adalah sebuah pertaruhan, pertaruhan dalam
bisnis menyangkut nilai-nilai yang sangat hakiki seperti kehidupan manusia dan nasib
bagitu banyak orang yang terkait. Bahkan pertaruhan itu tidak hanya berdimensi jangka
pendek malainkan juga perlu memperhitungkan segala akibat dan risikonya untuk jangka
panjang.
2. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika
memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak
dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan
dalam kegiatan bisnisnya.
3. Pengertian Etika Bisnis, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan
menerapkan prinsip-prinsip etika di bidang hubungan ekonomi antar manusia. Terdapat
konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan penalaran dan penilaian,
baik yang didasarkan atas prinsip-prinsip maupun kepercayaan dalam mengambil
keputusan guna menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri sendiri terhadap tuntutan
sosial dan kesejahteraan.
4. Terdapat 3 (tiga) sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis (Keraf, 1998:69), yaitu:
etika bisnis sebagai etika profesi, untuk menyadarkan masyarakat, etika bisnis juga
membahas mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis.
5. Terdapat 5 (lima) tingkatan etika bisnis, yaitu : individual, organisasional, asosiasi,
masyarakat, internasional.
6. Menurut Keraf (1998:73) prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis yaitu :
a. Prinsip Otonomi
b. Prinsip Kejujuran
c. Prinsip Keadilan
d. Prinsip Saling Menguntungkan
e. Prinsip Integritas Moral

9
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. 2011.Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Denpasar: Udayana
University Press.
Velazquez, Manuel G.2005.Etika Bisnis : Konsep dan Kasus, Edisi ke 5 Yogyakarta :
Penerbit Andi.

Keraf, Dra. Sonny, 1998, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta: KANISIUS

10

Anda mungkin juga menyukai