Anda di halaman 1dari 2

WOC OSTEOSARCOMA

FAKTOR RISIKO

GENETIK/ HEREDITER:
LINGKUNGAN : PENYAKIT YANG RETINOBLASTOMA, Li-FRAUMENI,
DEMOGRAFI : USIA, TERPAPAR SINAR RADIOAKTIF BERHUBUNGAN DENGAN ROTHMUND THOMSON SYNDROME,
TRAUMA
TINGGI BADAN, & ZAT KARSINOGENIK TULANG : PENYAKIT PIAGET, BLOOM
GENDER, RAS OSTEOCHONDROMA SYNDROME, WERNER SYNDROME,
DIAMOND BLACKFAN SYNDROME

KERUSAKAN GEN
INSIDEN : PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :

- Di AS 5,6 kasus per 1 juta anak pada usia kurang 1. CT Scan


dari 15 tahun 2. MRI Skeletal Scintigraphy
- Di Indonesia, berdasarkan data sistem registrasi 3. Foto Thoraks
kanker di Indonesia tahun 2005 – 2007 estimasi 4. Biopsi Tumor
insiden kanker pada anak (0 – 17 tahun) sebesar TUMOR PADA TULANG 5. Laboratorium : CBC Count, Chemical Level, Serum
9/100.000 anak – anak dan anak dengan Alkaline, Fosfat, Lactad Dehydrogenasi (LDH)
osteosarcoma sebesar 0.97 / 100.000
- Sebanyak 35% dari seluruh kasus terjadi pada usia
INVASI SEL TUMOR KE
10 – 20 tahun JARINGAN LUNAK
(Arndt, 2011 dalam James, Nelson, & Ashwill, 2013)

RESPON PADA TULANG

OSTEOSARCOMA (SARCOMA OSTEOGENIK) RESPON OSTEOBLASTIK


RESPON OSTEOLITIK
NEOPLASMA TULANG PRIMER YANG SANGAT GANAS
DAN TUMBUH DI BAGIAN METAFISIS TULANG (Arndt,
TUMOR TUMBUH DARI 2011 dalam James, Nelson, & Ashwill, 2013)
UJUNG METAFISIS KALSIFIKASI JARINGAN
LUNAK & REAKSI
PERIOSTEAL
DIAFISIS
PEMBENTUKAN TULANG
DESTRUKSI KORTEKS SKLEROTIK BARU

TIMBUL LESI DESTRUKTIF PERTUMBUHAN TULANG ABNORMAL


IRREGULER

TULANG RUSAK FRAKTUR MK : NYERI KRONIK PEMBENGKAKAN (TERABA MASSA)

MK : RISIKO CEDERA PANGGUL TULANG PANJANG FEMUR DISTAL


(15%) NEOPLASMA (59%)
MK : CEMAS
TIBIA PROKSIMAL
MK : KURANG BAHU (18%) OSTEOSARCOMA RAHANG (8%)
PENGETAHUAN HUMERUS
PROKSIMAL
TERAPI METASTASE HEMATOGEN

RADIOTERAPI BEDAH KEMOTERAPI OTAK PARU VERTEBRA TULANG LAIN


PARU

MK :
KULIT 1. AMPUTASI ALOPECIA MUAL, MUNTAH SESAK NAFAS
POLA NAFAS TIDAK
MENGELUPAS 2. LIMB SALVAGE
EFEKTIF
SURGERY
3. REKONSTRUKSI MK : NAUSEA BB MENURUN
LIMB
MK : 4. LOCAL
KERUSAKAN RECURRENCE MK : GANGGUAN MK : RESIKO MK : GANGGUAN MK : PERUBAHAN NUTRISI KURANG
INTEGRITAS AFTER SURGERY CITRA TUBUH INFEKSI MOBILITAS FISIK DARI KEBUTUHAN TUBUH
KULIT

DAFTAR REFERENSI
1.Ando, K., Heymann, M.F., Stresing, V., Mori, K., Redini, F., & Heymann, D. (2013). Current Therapeutic Strategies and Novel Approaches
in Osteosarcoma. Cancers, 5, 591-616. doi:10.3390/cancers5020591
2.James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill. (2013). Nursing care of children principles and practice. St. Louis: Elsevier.
3.Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2012). Pediatric nursing: Caring for children and their families. 3rd ed. USA: Delmar Cengage Learning.
1. Resiko infeksi b/d penurunan daya tahan tubuh, fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d 3. Kerusakan integritas kulit b/d pemberian agen kemoterapi, radioterapi, imobilisasi
NOC : Tujuan: pasien mengalami resiko infeksi yang minimal (status imun, pengetahuan: kehilangan selera makan, ketidakmampuan untuk menelan NOC: self-care: hygiene, respon pengobatan, tissue integrity : skin and mucous
managemen penyakit kronik, status nutrisi: intake makanan, kontrol resiko, recoveri setelah makanan. membranes, wound healing : primer dan sekunder
pembedahan NOC: nutritional status: adequacy of nutrient, nutritional NIC
NIC: Status : food and Fluid Intake, weight control, appetite (nafsu Managemen pengobatan kulit
makan) Intervensi mandiri:
Perawatan amputasi NIC:  Kaji riwayat pengobatan sebelumny dan riwayat alergi
Intervensi mandiri: Managemen cairan dan elektrolit  Kaji kondisi kulit anak yang akan diberikan obat
 Posisikan stump (ekstremitas yang telah diamputasi) pada body aligment Intervensi mandiri:  Beri obat topical yang telah diresepkan sesuai petunjuk
 Hindari dressing perban luka amputasi segera setelah operasi, kecuali jika ditemukan rembesan  Catat intake dan output cairan  Monitor efek local dan sistemik local terhadap pengobatan
atau tanda infeksi  Monitor status hidrasi  Ajarkan bagaimana cara memberikan obat secara mandiri
 Monitor edema pada tungkai  Monitor status hemodinamik  Lakukan perawatan kulit dan membrane mukosa dengan teliti
 Monitor penyembuhan luka  Kaji adanya lokasi edema  Ubah posisi tubuh dengan sering untuk menstimulasi sirkulasi darah dan
 Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana merawat dan memakai protese  Monitor status elektrolit pasien mengurangi tekanan
Intervensi kolaborasi:  Fasilitasi kebutuhan personal hygiene klien
 Kolaborasi pemberian antibiotic Intervensi kolaborasi:  Berikan lingkungan yang hangat, rileks, privasi untuk kebutuhan personal
 Kolaborasi pemasangan IV line untuk jalur hidrasi Intervensi kolaborasi:
Kontrol infeksi  Kolaborasi cairan elektrolit sesuai kondisi pasien  Kolaborasi obat topical sesuai kondisi kulit anak
Intervensi mandiri:  Siapkan produk darah jika diperlukan sesuai hasil lab
 Ganti peralatan perawatan pasien setiap prosedur Managemen radiasi terapi
 Batasi pengunjung jika diperlukan Managemen nutrisi Intervensi mandiri:
 Sarankan semua pengunjung, pasien, dan petugas kesehatan rumah sakit untuk melakukan Intervensi mandiri:  Berikan informasi pada anak dan keluarga tentang efek radiasi
teknik mencuci tangan yang baik 1. Anjurkan orang tua untuk melonggarkan tekanan pada  Monitor perubahan integritas kulit terhadap radiasi
 Tempatkan anak di ruang perawatan khusus untuk mengurangi keterpajanan dengan saat menyuruh anaknya makan, jelaskan bahwa  Monitor pasien terhadap anorexia mual dan muntah
organisme hilangnya selera makan merupakan akibat langsung dari  Monitor indikasi infeksi membran mukosa
 Lakukan prosedur universal precaution efek kemoterapi  Pilih pakaian yang longgar di bagian tubuhn yang menjalani iradiasi
 Gunakan teknik aseptik untuk semua prosedur invasif 2. Biarkan anak memilih setiap makanan yang bisa
 Lindungi bagian tubuh yang diterapi terhadap sinar matahari dan perubahan suhu
 Rawat luka dengan teknik aseptik diterimanya yang mendadak
 Evaluasi anak untuk menemukan setiap lokasi yang berpotensi menjadi tempat infeksi 3. Sajikan makanan dalam porsi kecil dan sering
4. Buat penyajian makanan agar tetap menarik
 Berikan diet dengan kandungan nutrisi yang lengkap sesuai usia pasien
5. Biarkan anak terlibat dalam persiapan dan pemilihan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan setiap pasien
makanan 6. Kurang pengetahuan b/d unfamiliar dengan proses penyakit dan pengobatan
 Monitor pasien terhadap efek terapeutik pengobatan
6. Kaji alergi makanan pada anak NOC: knowledge: diseases process, knowledge: treatment procedure, knowledge:
 Monitor vital sign sebelum pengobatan jika perlu
health behaviour
 Catat dan laporkan hasil laboratorium Intervensi kolaborasi: NIC:
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan alternatif Teaching diseases process
Pendidikan kesehatan
makanan yang sesuai dengan kondisi anak Intervensi mandiri:
Intervensi mandiri:
 Kolaborasi pemasangan NGT jika diperlukan 1. Kaji kemampuan dan pemahaman klien tentang proses penyakit dan kondisinya
 Ajarkan pada pasien dan keluarga tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan secara cepat
2. Jelaskan proses penyakit dan pengobatan yang akan dilakukan pada pasien dan
kepada perawat/dokter seperti kemerahan, panas, bengkak, nyeri, adanya cairan/discharge,
keluarga
kenaikan suhu tubuh. 5. Gangguan citra tubuh b/d kerontokan rambut, prosedur 3. Evaluasi pembelajaran setelah penjelasan proses penyakit
 Kaji tingkat pemahaman klien dan keluarga yang terkait dengan proses penyakit pembedahan (kehilangan fungsi eksremitas bawah) 4. Kaji respon anak dan keluarga pasca pembedahan
 Jelaskan tanda dan gejala umum penyakit NOC: body image, koping yang positif, adaptasi 5. Validasi perasaan klien setelah pembelajaran
 Eksplorasi pada pasien dan keluarga apa yang harus dilakukan untuk memanage gejala ketidakmampuan fisik, perawatan amputasi 6. Identifikasi support sistem keluarga
 Berikan informasi tentang prosedur diagnostik Peningkatan body image dan penguatan koping 7. Evaluasi pembelajaran setelah penjelasan proses penyakit
 Diskusikan pilihan terapi Intervensi mandiri: 8. Eksplorasi apa yang telah klien lakukan untuk meminimalisir gejala
 Jelaskan kemungkinan komplikasi kronik 1. Kaji pengharapan body image sesuai perkembangan 9. Gambarkan proses penyakit jika diperlukan
 Identifikasi perubahan kondisi fisik klien usia anak 10. Diskusikan tentang pilihan terapi dan jelaskan rasionalnya
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk mencegah komplikasi atau mengontrol 2. Gunakan anticipatory guidance untuk memprediksi 11. Dukung pasien dan keluarga untuk mendapatkan pilihan atau second opini
proses infeksi perubahan body image 12. Jelaskan kemungkinan komplikasi kronik yang terjadi
3. Bantu anak untuk berdiskusi terhadapa perubahan yang 13. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk melaporkan kepada petugas
disebabkan oleh penyakit atau pembedahan kesehatan tentang tanda dan gejala yang ditemukan
4. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular, nyeri, penurunan kekuatan otot, amputasi 4. Berikan tutup kepala yang sesuai
NOC: ambulasi, mobility level, joint movement: active 5. Anjurkan pemeliharaan rambut yang tipis dan tetap
NIC: Teaching procedur/treatment
bersih Intervensi mandiri:
Latihan ambulasi dan mobilisasi 6. Jelaskan bahwa rambut akan kembali tumbuh dalam 3
Intervensi mandiri:  Informasika kepada klien dan keluarga tentang kapan , dimana, dan berapa lama
hingga 6 bulan
1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan prosedur pengobatan akan dilakukan
7. Dorong pelaksaan higiene yang baik dan penyediaan
2. Dorong ambulasi jika anak mampu  Jelaskan tujuan, gambaran, dan persiapan yang harus dilakukan sebelum
keperluan yang sesuai dengan jenis kelamin anak
3. Gunakan sepatu khusus atau papan kaki untuk mencegah footdrop pengobatan
8. Berikan kesempatan anak untuk membicarakan
4. Berikan perawatan pada sisa anggota badan yang diamputasi perasaan dan kekhawatirannya  Jelaskan dampak atau efek yang akan terjadi setelah pengobatan dan identifikasi
5. Pertahankan pembalutan khusus 9. Beri sarana untuk mengungkapkan ekspresi nonverbal kebutuhan klien
6. Pertahankan kesejajaran tubuh yang tepat untuk menurunkan resiko kontraktur (alat permainan, gambar, boneka)  Ajarkan teknik distraksi pada anak untuk mengalihkan perhatian selama prosedur
7. Lakukan latihan rentang gerak sendi di atas ekstremitas yang diamputsi 10. Dorong kunjungan dari teman sebelum pemulangan  Berikan waktu untuk pasien dan keluarga untuk berdiskusi tentang prosedur
8. Dorong anak untuk beraktivitas seperti bermain yang secara tidak langsung memberikan 11. Dorong interaksi dini dan konsisten dengan teman pengobatan
latihan sebaya  Koreksi harapan yang tidak realistic terhadap prosedur jika perlu
9. Ajarkan penggunaan alat bantu dorong perawatan diri dalam keterbatasan
10. Bantu dengan mobilisasi dini Perawatan amputasi Heatlh education:
11. Bantu dengan penggunaan prosthesis Intervensi mandiri: Intervensi mandiri:
12. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan (nyeri) selama pergerakan  Bantu pasien terhadap proses berduka yang terkait  Identifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keluarga untuk
13. Kontrol nyeri dengan teknik nonfarmakologi sebelum memulai pergerakan dengan kehilangan anggota gerak badan berperilaku hidup sehat
14. Latih ROM aktif dan pasif  Beri support untuk mengatasi perubahan atas kehilangan  Tentukan tujuan program pendidikan kesehatan yang dilakukan
Intervensi kolaborasi: anggota tubuh  Hindari teknik menakut-nakuti untuk mengubah perilaku kesehatan pada keluarga
 Kolaborasi pemberian antinyeri sebelum memulai pergerakan jika diperlukan  Beri penjelasan bagaimana perawatan protese dan cara  Tekankan pentingnya perilaku sehat pada saat melakukan pengobatan
 Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan menggunakannya  Kaji riwayat sosial budaya klien dan keluarga
 Identifikasi modifikasi pakaian yang sesuai  Rencakan program untuk follow up jangka panjang terhadap adaptasi klien
 Ajarkan pasien bagaimana merawat stump
7. Cemas b/d prosedur pengobatan (pembedahan) dan hospitalisasi
 Dukung dan fasilitasi interaksi pada pasien dengan 9. Nyeri kronik b/d efek fisiologis neoplasia
NOC: level kecemasan, kontrol diri terhadap kecemasan, status kenyamanan, koping
amputasi yang sama NOC: kontrol nyeri, level nyeri, status kenyamanan
NIC:
Anxiety reduction  Bersihkan protese NIC:
Intervensi mandiri: Manajemen nyeri:
Intervensi kolaborasi: Intervensi mandiri:
 Kaji tanda verbal dan nonverbal terhadap kecemasan anak
 Refer pada spesialis untuk modifikasi treatment protese  Kaji karakterisktik nyeri secara menyeluruh (PQRST)
 Siapkan anak untuk menghadapi prosedur sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman serta
jika didapatkan komplikasi selama penggunaannya  Observasi ketidaknyamanan secara nonverbal
strategi koping, gunakan pendekatan yang lembut
 Jelaskan seluruh prosedur dan sensasi yang akan timbul selama prosedur pengobatan  Kontrol lingkungan yang mempengaruhi ketidaknyamanan (suhu ruangan,
 Berikan informasi sesuai usia anak tentang diagnosis, pengobatan dan prognosis 8. Resiko cedera b/d perubahan mobiltas pencahayaan, kebisingan)
 Tetap tinggal dengan anak untuk memberikan dukungan NOC: fall prevention behavior, safety behavior, risk kontrol  Verifikasi tingkat kenyamanan klien
 Libatkan orang tua NIC:  Sedapat mungkin, gunakan prosedur yang tidak invasif untuk meminimalkan
 Kenali rasa cemas dan takut anak yang berkaitan dengan penyakit dan prosedur pengobatan Environmental management: safety gangguan rasa nyaman
 Berikan privasi pada anak Intervensi mandiri:  Kaji kebutuhan untuk penanganan rasa nyeri
 Instruksikan anak untuk menggunakan teknik relaksasi 1. Identifikasi kebutuhan yang aman bagi pasien,  Evaluasi efektivitas terapi pereda nyeri
berdasarkan tingkatan mobilitas klien  Implementasikan teknik pereda nonfarmakologik sebagai terapi tambahan pada
Teaching preoperative 2. Lakukan tindakan pengamanan lingkungan untuk pemebrian analgetik
Intervensi mandiri: mencegah cedera (pasang side rail tempat tidur)  Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
 Informasikan pasien dan keluarga jadwal dan lokasi operasi 3. Jaga agar benda yang bahaya jauh dari jangkauan anak  Intervensi kolaborasi:
 Informasikan pada pasien dan keluarga mengenai berapa lama operasi akan berlangsung 4. Libatkan orang tua untuk mengenal toleransi fisik anak  Kolaborasi farmakologi untuk pain relief
 Kaji pengalaman operasi pasien sebelumnya, serta budaya dan pengetahuan tentang dan kebutuhan terhadap bantuan selama aktivitas
pembedahan 5. Orientasikan klien pada lingkungan sekitar, dekatkan bel 11. Mual b/d pengobatan : obat kemoterapi
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi (pemasangan IV, persiapan pasien di jangkauan klien NOC: Nausea & vomiting control, appetite, nutritional Status: food & fluid intake
eliminasi, cek lab, dan premedikasi) 6. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau NIC:
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
 Diskusikan kontrol nyeri setelah pembedahan Nausea dan vomiting management
penyebab penyakit Intervensi mandiri:
 Kaji harapan pasien dan keluarga setelah pembedahan
 Catat respon pasien setelah penjelasan  Kaji secara lengkap tentang mual dan muntah anak, meliputi frekuensi, durasi,
keparahan, dan factor pencetus
 Observasi tanda nonverbal dari ketidaknyamanan anak
10. Pola nafas tidak efektif b/d kerusakan musculoskeletal  Dapatkan riwayat tentang kesukaan anak
NOC: status respiratory: ventilasi, status respiratory: kepatenan  Dukung pasien untuk mempelajari strategi mengatasi mal
jalan nafas, vital sign Status
 Dukung penggunaan nonfarmakologi teknik sebelum, selama, sesudah kemoterapi
NIC:
sebelum mual terjadi
Respiratory monitoring
 Lakukan oral hygiene secara rutin
1. Monitor frekuensi, ritme, kedalaman dan usaha respirasi
 Libatkan orang tua untuk memberikan emotional support
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Kaji produk dari muntah (warna, konsistensi, darah, waktu)
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction  Identifikasi factor yang menyebabkan muntah
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan  Kontrol lingkungan yang mempengaruhi mual dan muntah
6. Monitor respirasi dan status O2  Posisikan untuk mencegah aspirasi
7. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Monitor keefektifan obat anti mual dan muntah
8. Gunakan oksimetri untuk memantau saturasi oksigen  Monitor hasil lab dan elektronik
9. Berikan oksigen sesuai indikasi dan kebutuhan Intervensi kolaborasi:
10. Kolaborasi bronkodilator bila perlu  Kolaborasi pemberian antiemetic baik oral atau injeksi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi anak
 Kolaborasi untuk pemeriksaan lab dan elektronik jika muntah berlebih
 Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kondisi anak

Anda mungkin juga menyukai