1. Pendahuluan
Dengan berkembang pesatnya persaingan, perusahaan harus terus berkembang berusaha
mencari cara atau proyek agar dapat bertahan dalam persaingan tersebut. Namun, dalam upaya
mencari cara atau memilih proyek, perusahaan harus mengambil sejumlah risiko. Manager atau
executive perusahaan adalah agent yang biasanya diberikan amanat untuk membuat keputusan
tersebut. Dalam hal mengambil risiko, banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh agent selain
tingkat potential return. Tujuan studi ini adalah untuk meneliti bagaimana bonus incentive dan
pengalaman terkait kinerja sebelumnya mempengaruhi tingkat risiko yang diambil manager
dalam memilih proyek.
Untuk mencapai sebuah breakthrough, risiko pada tingkat tertentu memang perlu diambil,
terkadang dapat mencapai tingkat yang signifikan. Namun, mengambil risiko yang terlalu besar
dapat berakibat sangat buruk bagi perusahaan. Sebagai contohnya, sebuah manager hotel
bintang tiga yang ingin mempromosikan hotelnya memiliki berbagai pilihan, diantaranya
marketing lewat influencer yang memiliki 2,5 juta follower (dengan pembayaran lumpsum 100
juta rupiah) dan lewat online travel agent seperti traveloka (dengan pembayaran awal 10 juta
rupiah dan komisi dari penjualan melalui website). Dari sudut pandang akuntansi dan tingkat
risiko, marketing melalui influencer hanya akan menghasilkan perluasan coverage atau market
scope, dan tidak memberikan potential return yang reliable, dengan kata lain sangat tinggi
risikonya. Di lain pihak, traveloka dapat memberikan potential return yang relatif reliable
didukung tingkat pengeluaran yang dapat dikatakan berisiko rendah, jadi cenderung dipilih oleh
manager. Kenyatannya, ada beberapa yang juga mengambil risiko yang lebih besar disamping
mengambil proyek yang risikonya rendah. Dalam hal ini, pengambilan risiko yang lebih besar
dapat terjadi karena adanya pengalaman positive sebelumnya yang membuat manager yakin
akan potential return yang dapat dihasilkan dari biaya yang digunakan, atau karena adanya
bonus scheme yang berdasarkan earnings. Fokus dalam penelitian ini adalah keputusan
manager dalam mengambil risiko untuk proyek tertentu, dan motivasi penelitian adalah untuk
dapat menjelaskan mengapa, berdasarkan informasi tertentu, manager bersedia mengambil
suatu tingkat risiko.
Dalam penelitian oleh Chen et al. (2019), dikemukakan bahwa tingkat risiko yang diambil
manager dipengaruhi oleh tingkat kesulitan target yang ingin dicapai. Dalam hal ini, tingkat
kesulitan target sering hanya dapat diketahui apakah sulit atau tidak apabila sudah pernah
merasakan atau memiliki pengalaman dalam menjalani proyek yang mirip. Pengalaman terkait
kinerja sebelumnya diduga dapat mempengaruhi tingkat risiko yang dapat diambil manager
dalam memilih suatu proyek. Justifikasi dari pernyataan ini adalah pengalaman kinerja
sebelumnya yang positive dapat memberikan mindset bahwa suatu proyek akan berhasil atau
gagal jika pengalaman sebelumnya adalah negative. Hal ini sesuai dengan prospect theory dan
dapat menjadi penyebab terpengaruhnya tingkat risiko yang diambil manager.
Berdasarkan penelitian oleh Healy (1985), bonus incentive dapat menyebabkan seorang
manager menerapkan prosedur akuntansi yang income-decreasing atau income-increasing
dengan mempertimbangkan prosedur mana yang paling menguntungkannya. Bonus scheme
dalam penelitian ini adalah berdasarkan earnings yang didefinisikan sebagai earnings sebelum
pajak penghasilan. Dalam penelitian oleh Leisen (2014), dia menyatakan bahwa bonus scheme
hampir selalu menyebabkan manager mengambil risiko yang terlalu tinggi, namun hal ini tidak
selalu benar, terlebih jika ada upper limit dari bonus scheme yang diberikan kepada manager.
Maka dalam penelitian ini, akan diteliti menggunakan metode experimental bagaimana
manager akan berperilaku dalam hal mangambil risiko ketika dihadapkan dengan bonus scheme
dan pengalaman masa lalu tertentu.