Anda di halaman 1dari 11

Macam-macam penyakit reproduksi wanita

1. Condiloma Accuminata

Condiloma Accuminata adalah penyakit reproduksi wanita yang disebabkan oleh virus yang tak
asing lagi. Virus yang dimaksud adalah virus Human Papiloma. Virus tersebut juga merupakan
virus penyebab kutil.

Wanita yang mengalami penyakit condiloma accuminata sebaiknya segera diobati. Hal ini
dikarenakan obat condiluma accuminta bisa berkembang menjadi kanker pada organ lainnya
seperti rahim wanita.

Gejala Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin

Pada wanita, kondiloma akuminata bisa tumbuh di vulva, dinding vagina, area antara genital
eksterna dan anus, lubang anus, dan juga serviks (leher rahim). Sedangkan pada laki - laki, bisa
terjadi pada ujung penis, skrotum (kantung buah zakar), atau anus.

Kondiloma akuminata juga bisa tumbuh di mulut atau tenggorokan orang yang 'melakukan'
secara oral dengan orang yang terinfeksi virus penyebab.

Ciri-ciri dan gejala kondiloma akuminata antara lain:

 Benjolan warna keabuan atau sewarna dengan kulit, kecil di area genital.
 Beberapa kutil tumbuh berdekatan sehingga berbentuk menyerupai kembang kol.
 Gatal atau rasa tak nyaman di area genital.
 Perdarahan saat berhubungan seksual.

Kunjungi dokter jika anda atau pasangan anda memiliki benjolan di daerah genital.

Faktor Risiko dan Penyebab Kutil Kelamin

Penyebab kondiloma akuminata adalah Human Papilloma Virus (HPV). Ada lebih dari 40 strain
HPV yang berbeda yang secara spesifik mempengaruhi area genital.

HPV genital ini ditularkan melalui hubungan seksual. Namun tidak setiap orang yang terpapar
virus ini akan terkena. Pada banyak kasus, sistem imun tubuh berhasil membunuh virus
ini sehingga tanda serta gejala infeksi menjadi tidak berkembang.

Diperkirakan hampir semua orang yang aktif secara seksual bisa terinfeksi sedikitnya satu tipe
HPV sepanjang hidupnya. Faktor – faktor yang meningkatkan risiko terinfeksi HPV meliputi:

 Seks tak aman (melakukan hubungan seks tanpa pengaman dengan banyak partner)
 Memiliki penyakit infeksi menular seksual lainnya
 Berhubungan seks dengan partner yang tidak diketahui riwayat seksualnya
 Telah aktif seks pada usia muda
2. Kanker ovarium

Kanker ovarium juga termasuk ke dalam penyakit reproduksi wanita. Penyakit ini berawal dari
kista ovarium yang merupakan tumor jinak dan kecil di dalam rahim. Kista ovarium yang paling
sering terjadi adalah kista dermoid, kista lutein, dan kista cokelat.

Tumor jinak atau kista ovarium tersebut lambat laun akan berkembang menjadi semakin besar
dan ganas yang menjadi kanker ovarium. Tahukah Anda bahwa kanker ovarium bisa
menyebabkan letak janin mengalami kelainan?

Ya, tumor ganas ovarium (kanker ovarium) dengan ukuran besar dapat menyebabkan kelainan
letak janin. Penyebab penyakit kanker ovarium disebabkan oleh gaya hidup yang keliru, asupan,
kurang olahraga, dan lainnya.

Berhati-hatilah Anda jika memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur karena itu merupakan
gejala dari penyakit kanker ovarium. Selain itu, beberapa gejala kanker ovarium lainnya adalah
nyeri saat berhubungan, pendarahan, dan asites.

tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala kanker ovarium?

Umumnya, tanda-tanda dan gejala kanker ovarium tidak dapat terdeteksi dengan mudah,
terutama pada stadium awal.

Bahkan, banyak pula dokter yang membuat kesalahan ketika mendiagnosis penyakit ini. Hal ini
disebabkan karena gejala kanker ovarium menyerupai kondisi kesehatan lainnya.

Berikut adalah beberapa gejala kanker ovarium yang mungkin muncul pada stadium awal:

 Perut mengalami kembung dan nyeri


 Mudah merasa kenyang ketika makan
 Berat badan menurun drastis
 Tidak nyaman di bagian panggul
 Kesulitan makan
 Adanya perubahan pada proses pencernaan, seperti konstipasi
 Sering buang air kecil
 Jumlah urine yang keluar saat buang air kecil lebih banyak

Gejala lainnya termasuk:

 Perubahan pada siklus menstruasi


 Mual dan muntah
 Kelelahan
 Mengalami masalah pencernaan, bahkan berisiko anoreksia
 Muncul penyakit kulit dan nyeri otot seperti dermatomyositis
 Sakit punggung tanpa alasan yang jelas;
 Terjadi pendarahan di bagian vagina pada saat tidak sedang menstruasi

Yang membedakan gejala-gejala kanker ovarium dengan gejala penyakit lainnya adalah durasi
berlangsungnya. Gejala akan lebih sering atau terus menerus muncul. Bahkan, tingkat
keparahannya akan bertambah seiring dengan pertumbuhan tumor.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala kanker ovarium yang tidak disebutkan di atas. Bila
Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Penyebab

Apa penyebab kanker ovarium?

Hingga saat ini, penyebab pasti dari terjadinya kanker ovarium masih belum diketahui. Namun,
para ahli meyakini bahwa secara umum, sel kanker berkembang dari adanya mutasi atau
perubahan pada DNA.

DNA berfungsi untuk mengatur cara kerja sel-sel di dalam tubuh kita. Namun, DNA yang
bermasalah atau bermutasi dapat menyebabkan pertumbuhan sel-sel menjadi tidak terkendali.
Kondisi inilah yang berpotensi memicu tumbuhnya sel kanker serta penyebarannya ke organ
tubuh lain.

Ada dugaan bahwa kanker ovarium berawal dari sel-sel yang terletak di ujung tuba falopi, dan
tidak selamanya berawal di ovarium. Namun, dugaan ini masih membutuhkan penelitian lebih
lanjut.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk terkena kanker ovarium?

Kanker ovarium adalah penyakit yang dapat menyerang wanita dari berbagai golongan usia dan
ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit
ini.

Berikut adalah berbagai faktor risiko yang memicu munculnya gejala-gejala kanker ovarium:

1. Usia

Risiko Anda terserang kanker ini semakin tinggi seiring dengan bertambahnya usia. Kanker
ovarium jarang ditemukan pada wanita di bawah 40 tahun.

Kebanyakan kasus kanker ini berkembang setelah masa menopause. Setengah dari kasus
penyakit ini ditemukan pada wanita berusia 63 tahun ke atas.

2. Keturunan

Jika Anda memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium, peluang Anda terserang
penyakit ini pun lebih besar.

Selain itu, memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit kanker lainnya, seperti kanker
payudara dan kanker usus, juga berpotensi meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini.

3. Pernah atau sedang menderita kanker payudara

Apabila Anda pernah atau sedang terserang kanker payudara, kemungkinan Anda juga memiliki
peluang terkena penyakit ini.

Kondisi ini disebabkan oleh adanya mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, yang berkaitan dengan
munculnya sel kanker pada ovarium.

4. Menggunakan terapi pengganti hormon

Wanita yang menjalani terapi estrogen setelah menopause memiliki peluang yang besar untuk
terserang kanker ini.
5. Merokok

Apabila Anda aktif merokok, Anda berisiko terserang kanker ovarium. Semakin lama Anda
merokok, semakin besar peluang Anda terkena penyakit ini.

6. Kondisi medis lainnya

Jika Anda memiliki masalah kesehatan lain seperti endometriosis dan diabetes, ada kemungkinan
Anda dapat terserang kanker ini.

3. Kanker serviks

Kanker serviks adalah penyakit reproduksi wanita yang juga umum terjadi. Penyakit ini
disebabkan karena adanya sel-sel abnormal yang tumbuh pada lapisan epitel serviks. Sel
abnormal tersebut akan terus tumbuh dengan ganas.

Hal tersebut membuat jaringan yang ada di sekitar leher rahim jadi kurang berfungsi. Pengobatan
kanker serviks umumnya dilakukan dengan mengangkat rahim, oviduk, ovarium, sepertiga dari
vagina (bagian atas).

Tanda-tanda & gejala

Apa saja ciri-ciri dan gejala kanker serviks (kanker leher rahim)?

Pada tahap awal, wanita dengan kanker serviks awal dan pre-kanker tidak akan mengalami
gejala. Pasalnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala hingga tumor terbentuk. Tumor
kemudian bisa mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. Gejala kanker serviks
bisa ditandai dengan ciri-ciri berikut ini.

 Perdarahan yang tidak wajar dari vagina. Misalnya perdarahan padahal Anda tidak
sedang haid, menstruasi yang lebih panjang, perdarahan setelah atau saat berhubungan
seks, setelah menopause, setelah buang air besar, atau setelah pemeriksaan panggul.
 Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
 Nyeri pada panggul (di perut bagian bawah).
 Nyeri saat berhubungan seks atau berhubungan seks.
 Nyeri di pinggang (punggung bawah) atau kaki.
 Badan lemas dan mudah lelah.
 Berat badan menurun padahal tidak sedang diet.
 Kehilangan nafsu makan.
 Cairan vagina yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
 Salah satu kaki membengkak.

Ada beberapa kondisi lainnya, seperti infeksi, yang dapat menyebabkan berbagai ciri-ciri kanker
serviks tersebut. Namun, apa pun penyebabnya, Anda tetap harus mengunjungi dokter untuk
memeriksakannya. Mengabaikan kemungkinan gejala kanker serviks hanya akan membuat
kondisi memburuk dan kehilangan kesempatan perawatan yang efektif.

Lebih baik lagi, jangan menunggu hingga gejala kanker serviks muncul. Cara terbaik untuk
merawat kelamin Anda dengan melakukan tes pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin
ke dokter kandungan.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala kanker serviks yang tidak disebutkan di atas. Bila
Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda menunjukkan beberapa tanda atau gejala kanker serviks di atas atau pertanyaan
lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu
konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda dan memeriksakan diri setiap
muncul ciri-ciri kanker serviks.

Akan tetapi, sebenarnya semua wanita (terutama yang sudah menikah atau aktif secara seksual)
harus ke dokter untuk memeriksakan diri dan mendapatkan vaksin HPV. Tidak perlu menunggu
sampai muncul ciri-ciri kanker serviks baru mencari bantuan medis.

Wanita yang berusia di atas 40 tahun juga sangat disarankan untuk periksa ke dokter dan
melakukan tes pap smear secara rutin. Pasalnya, semakin bertambah usia Anda makin rentan
terhadap kanker ini. Sedangkan Anda mungkin saja tidak merasakan berbagai gejala kanker
serviks yang sudah mulai menyerang.

Penyebab

Apa penyebab kanker serviks (kanker leher rahim)?

Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau disingkat HPV.
Ada lebih dari seratus jenis HPV, tapi sejauh ini hanya ada kira-kira 13 jenis virus yang bisa jadi
penyebab kanker serviks. Virus ini sering ditularkan melalui hubungan seksual.

Di dalam tubuh wanita, virus ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan E7. Kedua protein
ini berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam tubuh wanita yang berperan
dalam menghentikan perkembangan tumor.

Kedua protein ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara agresif. Pertumbuhan
sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan gen (disebut juga sebagai mutasi gen).
Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab kanker serviks berkembang dalam tubuh.

Beberapa jenis HPV tidak menyebabkan gejala sama sekali. Namun, sebagian jenis bisa
menyebabkan kutil pada kelamin, dan beberapa bisa jadi penyebab kanker serviks. Hanya dokter
yang bisa mendiagnosis dan memastikan seberapa bahaya jenis HPV yang Anda alami.

Dua turunan dari virus HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui berperan dalam 70% dari kasus
kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak
wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi. Faktanya, kebanyakan wanita dewasa
sebenarnya pernah menjadi “tuan rumah” HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka.
HPV dapat dengan mudah ditemukan melalui tes pap smear. Inilah mengapa tes pap smear
sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Tes pap smear mampu mendeteksi perbedaan
pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika Anda menangani perubahan sel tersebut,
Anda dapat melindungi diri dari kanker leher rahim.

Faktor-faktor risiko

Siapa yang berisiko terkena kanker serviks (kanker leher rahim)?

Sejauh ini HPV memang diketahui jadi penyebab kanker serviks yang utama. Akan tetapi, ada
beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang Anda kena kanker ini, meski Anda tidak
punya riwayat infeksi HPV sekalipun. Simak berbagai faktor risiko penyebab kanker serviks
berikut ini.

 Infeksi human papilloma virus. Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan
dapat meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18. Begitu juga dengan perilaku seksual
berisiko seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang sama. Selain
itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV tentu lebih rentan
terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker serviks.
 Merokok. Tembakau mengandung banyak zat kimia yang tidak baik untuk tubuh.
Wanita yang merokok memiliki risiko hingga dua kali lebih besar dibanding wanita non-
perokok dalam terkena kanker serviks.
 Imunosupresi. Pengobatan atau kondisi yang mempengaruhi sistem imun, seperti human
immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS, bisa meningkatkan
risiko terkena infeksi HPV dan jadi penyebab kanker serviks.
 Infeksi klamidia. Beberapa penelitian menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari kanker
serviks pada wanita dengan hasil tes darah yang menunjukkan pernah atau sedang
memiliki infeksi salah satu penyakit menular seksual, yaitu klamidia.
 Kurangnya konsumsi buah dan sayur. Wanita yang memiliki pola makan kurang
sehat, misalnya jarang makan buah dan sayur, mungkin memiliki risiko lebih tinggi
terhadap kanker serviks.
 Berat badan berlebih (obesitas). Wanita dengan kelebihan berat badan lebih mudah
memiliki adenocarcinoma pada serviks.
 Penggunaan kontrasepsi minum (pil KB) jangka panjang. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu yang lama, yaitu
lebih dari sekitar lima tahun, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kalau Anda
sudah lama minum pil KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan untuk
memilih kontrasepsi lain dan bicarakan dengan dokter kandungan Anda. Penelitian
terbaru menemukan bahwa wanita yang menggunakan intrauterine device (IUD,
perangkat yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan) memiliki risiko
lebih rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi jenis IUD bisa jadi alternatif
buat Anda yang belum ingin hamil.
 Sudah beberapa kali hamil dan melahirkan. Wanita yang pernah mengalami
kehamilan hingga melahirkan (tidak keguguran) 3 kali atau lebih memiliki risiko yang
lebih tinggi terkena kanker serviks.
 Hamil atau melahirkan di usia sangat muda. Sangat muda berarti berusia di bawah 17
tahun saat kehamilan hingga melahirkan pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih
muda dari 17 tahun saat hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena
kanker serviks.
 Kemiskinan. Meskipun keadaan ekonomsi seseorang tidak serta-merta jadi penyebab
kanker serviks, kemiskinan sangat mungkin menghalangi akses wanita terhadap layanan
serta pendidikan kesehatan yang memadai, termasuk tes pap smear.
 Diethylstilbestrol (DES). DES adalah obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk
mencegah keguguran. Ibu yang menggunakan obat ini saat kehamilan memiliki risiko
lebih besar terhadap kanker serviks. Anak perempuan yang dilahirkan juga memiliki
risiko yang lebih besar. Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil sejak tahun
1980-an. Akan tetapi, buat Anda yang pernah hamil atau dilahirkan sebelum 1980 masih
berisiko mengalami kanker.
 Faktor keturunan. Apabila dalam keluarga Anda, misalnya nenek, ibu, atau sepupu
wanita yang pernah kena kanker serviks, Anda pun jadi dua hingga kali lebih rentan
mengalami kanker serviks dibandingkan orang yang tidak punya faktor keturunan kanker.
Masalahnya, mutasi gen yang jadi penyebab kanker serviks bisa diturunkan ke generasi
selanjutnya.
 Usia. Perempuan di bawah usia lima belas tahun memiliki risiko paling rendah terhadap
kanker ini. Sedangkan risiko semakin meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun.
Macam-macam penyakit reproduksi pria

1. Epididimitis

Selain prostatitis, ada lagi penyakit reproduksi pria yang disebabkan karena adanya infeksi pada
organ reproduksi pria. Penyakit tersebut adalah epididimitis. Epididimitis adalah kondisi di mana
bagian epididimis mengalami peradangan.

Beberapa bakteri yaitu Chlamydia trachomatis, E. coli, dan Neisseria gonorrhoeae adalah jenis
bakteri yang sering menyebabkan penyakit epididimitis. Penyakit ini sering menimpa para pria
yang suka berganti-ganti pasangan seks.

Ada beberapa gejala dari penyakit epididimitis, yaitu nyer pada testis, ada darah di dalam
sperma, sakit saat ejakulasi, nyeri pada testis, dan disuria. Apabila Anda mengalami beberapa
gejala tersebut maka periksakan diri Anda segera.

Gejala Epididimitis

Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita epididimitis:

 Skrotum akan membengkak, terasa hangat, dan nyeri saat disentuh.


 Nyeri pada testis, biasanya di salah satu satu sisi.
 Darah pada cairan sperma.
 Nyeri saat buang air kecil.
 Sering ingin buang air kecil dan selalu merasa tidak tuntas.
 Muncul benjolan di sekitar testis yang disebabkan karena penumpukan cairan.
 Ujung penis mengeluarkan cairan tidak normal, biasanya terkait dengan penyakit menular
seksual.
 Nyeri saat ejakulasi atau berhubungan seksual.
 Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian bawah atau sekitar panggul.
 Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.
 Demam.

Penyebab Epididimitis

Sebagian besar kasus epididimitis disebabkan oleh infeksi bakteri yang dimulai dari uretra,
prostat, atau kandung kemih. Selain infeksi bakteri, epididimitis juga dapat disebabkan oleh:

 Endapan urine di dalam epididimis. Kondisi ini terjadi ketika urine mengalir kembali ke
epididimis.
 Gondongan (mumps).
 Efek samping amiodarone.
 Infeksi menular seksual, seperti gonore dan chlamydia.
 Torsio testis.
 Penyakit Behḉet.
 Tuberkulosis.

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena epididimitis.
Di antaranya adalah:

 Berhubungan seksual dengan penderita penyakit menular seksual, tanpa menggunakan


kondom.
 Memiliki riwayat infeksi menular seksual.
 Pernah menjalani prosedur medis yang memengaruhi saluran urine.
 Menderita pembesaran prostat.
 Pernah mengalami infeksi prostat atau infeksi saluran kemih.
 Pria yang belum disunat.
 Memiliki letak anatomis saluran kemih yang tidak normal.
 Menggunakan kateter urine untuk jangka panjang.

2. Gonorhea

Gonorhea atau kencing nanah juga merupakan penyakit reproduksi pria yang sering terjadi.
Penyebab dari gonorhea adalah bakteri Neisseria Gonorrheae. Penyakit ini ditularkan melalui
aktivitas seksual yang bebas dan menyimpang.

Gejalanya pada laki-laki

Sebagian besar laki-laki mungkin tidak akan menyadari gejala bahwa ia telah mengidap gonore,
karena beberapa laki-laki memang tidak mendapatkan gejalanya.

Gejala yang paling umum dan paling pertama dikenali adalah rasa panas atau terbakar ketika
buang air kecil. Setelah itu akan diikuti oleh gejala lainnya berupa:

 Frekuensi buang air kecil yang cukup sering


 Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning, krem atau kehijau-
hijauan)
 Bengkak dan kemerahan pada bukaan atau kulup penis
 Bengkak atau nyeri pada testis
 Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus

Ketika telah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di tubuh selama beberapa hari.
Pada kasus yang jarang ditemui, gonore dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh, khususnya
urethra dan testis. Rasa nyeri juga dapat dirasakan hingga ke rektum.

pa penyebab gonore?

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini tertarik pada selaput lendir dari
tubuh Anda atau pada daerah hangat dan lembap di saluran reproduksi Anda, seperti leher rahim,
saluran rahim, dan saluran tuba pada wanita, dan di uretra pada wanita dan laki-laki.
Dalam lingkungan ini, bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak. Bakteri Neisseria gonorrhea
penyebab kencing nanah ini sering tertular dari satu orang ke orang lain selama kontak seksual,
termasuk pada hubungan oral, anal, atau vagina.

3. Hipogonadisme

Penyakit sistem reproduksi lainnya pada pria adalah hipogonadisme. Hipogonadisme adalah
kondisi di mana testis pria tidak dapat memproduksi hormon testosteron yang cukup. Masalah ini
bisa dialami sejak janin berkembang di perut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja gejala hipogonadisme?

Penyakit ini merupakan suatu kondisi yang bisa dimulai selama masa perkembangan janin,
sebelum pubertas, atau selama usia dewasa. Tanda dan gejala tergantung kapan kondisi
berkembang.

Gejala yang mungkin memengaruhi pria termasuk:

 Fungsi dan fisik alat kelamin tidak normal


 Berkurangnya massa otot
 Gangguan pertumbuhan bulu tubuh
 Gangguan pertumbuhan penis dan testis
 Pertumbuhan berlebihan pada lengan dan kaki yang berhubungan dengan batang tubuh
 Perkembangan jaringan payudara (ginekomastia)
 Disfungsi ereksi
 Kemandulan
 Kehilangan massa tulang (osteoporosis)
 Kelelahan
 Berkurangnya gairah seksual
 Kesulitan berkonsentrasi

Gejala yang mungkin mempengaruhi wanita termasuk:

 Berhenti menstruasi
 Gairah seksual berkurang
 Pertumbuhan payudara berkurang
 Mengeluarkan cairan seperti susu dari payudara (dari prolaktinoma)
 Merasa panas
 Perubahan energi dan suasana hati
Penyebab

Apa penyebab hipogonadisme?

Ada dua jenis hipogonadisme, yaitu primer dan sekunder.

Penyebab umum hipogonadisme primer meliputi:

 Kelainan autoimun tertentu macam penyakit Addison dan hipoparatiroidisme


 Kelainan genetik dan perkembangan macam sindrom Turner (pada wanita) dan sindrom
Klinefelter (pada pria)
 Infeksi
 Penyakit hati dan ginjal
 Radiasi
 Operasi
 Kelebihan zat besi (hemokromatosis)

Penyebab umum hipogonadisme sekunder termasuk:

 Anorexia nervosa
 Pendarahan di area pituitari
 Minum obat seperti glucocorticoid dan opiates
 Menghentikan penggunaan anabolic steroid
 Gangguan genetik termasuk sindrom Kallmann
 Infeksi
 Kekurangan gizi
 Radiasi
 Kehilangan berat badan dengan sangat cepat dan drastis (termasuk kehilangan berat
badan setelah operasi bariatric
 Operasi
 Trauma
 Tumor
 HIV / AIDS

Nama : Miranda

Nama : Eka rizki puspita sari

Nama : Wulan damayanti

Anda mungkin juga menyukai