TERPADU
FK UNIZAR
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIZAR
LABORATORIUM TERPADU II
FK UNIZAR
Gd.LAB TERPADU II
Jl. Unizar No.20 Turida, Cakranegara
Mataram
METABOLISME DAN IMUNOLOGI
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN
KOLESTEROL SERUM, LDL DAN HDL
TUJUAN PRAKTIKUM
TEORI
Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah. Profil lipid biasanya memeriksa
kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL di dalam darah. Di dalam plasma, terdapat
beberapa jenis lipid yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas.
Lipid- lipid tersebut tidak larut dalam plasma. Agar lipid dapat diangkut dalam sirkulasi, maka
susunan molekul lipid harus dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut
dalam air. Lipoprotein terdiri dari kolesterol ester dan trigliserida yang mengisi inti dan
dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non ester dan apolipoprotein. Lipoprotein ini bertugas
mengangkut lipid dari tempat sintesisnya ke tempat penggunaannya.
Lipoprotein dapat dibagi ke dalam lima kategori utama, tergantung pada komposisinya.
Pengelompokan dimulai dari ukuran yang paling besar dengan densitas yang kecil hingga ke
ukuran yang terkecil dengan densitas yang besar yaitu kilomikron, Very Low Density
Lipoprotein (VLDL), Intermediate-Density Lipoprotein (IDL) , Low-Density Lipoprotein
(LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL).
Partikel yang lebih besar dan lebih ringan terutama memiliki inti kaya trigliserida,
sedangkan partikel yang lebih kecil dan lebih padat memiliki inti kolesterol ester. Kadar
kolesterol total, kolesterol HDL diukur menggunakan metode CHOD-PAP, Direct dan GPO-
PAP dengan 2 kali frekuensi pengumpulan. Sampel yang digunakan adalah plasma subyek
sedangkan reagen yang digunakan merupakan reagen merek Human®berupa cholesterol
complete test kit.
Alat :
- Sentrifus - Spektrofotometer
- Vorteks - Tabung ependof 1,5 ml
- Tabung reaksi1x12 cm - Yellow tip dan blue tip
- Rak tabung reaksi - Mikropipet
- Pipet - Kuvet
Bahan
- Serum dari darah segar 5 ml - Reagen kolesterol HD
1) Reagen kolesterol dan Reagen standar - Reagen kolesterol LDL
2) Reagen trigliserida - Aqua bidestilata
TEORI
Kolesterol adalah bagian dari lemak yang ada pada semua sel dalam tubuh dan
berasal dari dalam tubuh maupun makanan. Normal sebagai kalori, bahan lapisan sel, bahan
dasar hormon dan jaringan tubuh. Sintesis Kolesterol di dalam Liver dan Konsumsi
Kolesterol Berasal dari Daging dan Dairy Product
CARA KERJA
1) Siapkan tiga buah tabung dan isi masing-masing tabung dengan komponen seperti
pada tabel di bawah ini:
Komponen Blanko Sampel Standar
Sampel/standar - 10µL 10µL
Aquabides 10µL - -
Reagen 1000µL 1000µL 1000µL
2) Vortex selama 10 detik
3) Inkubasi selama 20 menit pada suhu 20-250C
4) Baca absorbansi dalam waktu 60 menit dan bandingkan dengan blanko
TEORI
Merupakan protein pengangkut kolesterol dari jaringan tepi ke organ hati. Kadar
HDL yang tinggi mengurangi risiko aterosklerosis.
Metode : “CHOD-PAP” dengan sistem fotometrik
Prinsip : kilomikron, VLDL dan LDL diendapkan dengan penambahan asam
fosfotungstik dan ion magnesium ke dalam sampel. Sentrifugasi akan menyebabkan
hanya HDL yang berada pada supernatan. Kandungan kolesterol ditentukan secara
enzimatis dengan memakai Diasys Cholesterol FS.
REAGEN :
CARA KERJA
(1) Presipitasi:
1. Siapkan tiga buah tabung ependof dan isi masing-masing tabung tersebut
dengan komponen seperti pada tabel di bawah ini:
(2) Pemeriksaan:
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi dan dan isi masing-masing tabung dengan
komponen seperti pada tabel di bawah ini :
2.
Komponen Blanko Sampel Standar
Supernatan dr masing2 100 µL 100µL 100µL
tabung
NaCl 0,9% - - -
Reagen kolesterol 500µL 500µL 500µL
3. Vortex selama 10 detik
4. Inkubasi selama 10menit pada suhu 20-250C
5. Baca absorbansi dalam waktu 60 menit dan bandingkan dengan blanko
TEORI
REAGEN
CARA KERJA
(1) Presipitasi:
1. Siapkan tiga buah tabung ependof dan isi masing-masing tabung dengan
komponen seperti pada tabel di bawah ini:
Komponen Blanko Sampel Standar
Sampel/standar - 50µL 50µL
Aquabides 50µL - -
Reagen Presipitat 500µL 500µL 500µL
2. Gojog larutan sampai homogen
3. Inkubasi selama 15 menit pada suhu 20 - 25 OC
4. Sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 20 menit
(2) Pemeriksaan
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi dan dan isi masing-masing tabung dengan
komponen seperti pada tabel di bawah ini:
Komponen Blanko Sampel Standar*
Supernatan dr masing2 100 µL 100µL 100µL
tabung
NaCl 0,9% - - 1ml
Reagen kolesterol 1000µL 1000µL 1000µL
*Khusus untuk tabung standar: dari 100 µL supernatan + 1ml NaCl diambil 100
µL saja kemudian tambahkan 500 µL reagen kolesterol
2. Vortex selama 10 detik
3. Inkubasi selama 10menit pada suhu 20 – 25 OC
4. Baca absorbansi dalam waktu 60 menit dan bandingkan dengan blanko
PERHITUNGAN
TrigliseridaKolesterol
(mg/dL) (mg/dL)
= x 0,02586x=Konstanta Standar (mg/dL)
Kolesterol (mmol/L)
Kadar Kolesterol HDL
Δ Standar
Δ Standar
Kadar normal profil lipid dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
Klasifikasi Kadar Kolesterol Total, Kolesterol HDL dan Kolesterol
LDL (mg/dL)
Kolesterol Total
< 200 Diharapkan
200 – 239 Borderline High
≥ 240 Tinggi
Kolesterol HDL
< 40 Rendah
≥ 60 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100-129 Mendekati optimal/diatas optimal
130-159 Borderline High
160-189 Tinggi
Trigliserida
< 200 (puasa) Diharapkan
200 – 400 Borderline High
> 400 Tinggi
Untuk mengetahui metode pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) dan pemeriksaan
glukosa urine (Benedict)
TEORI
Dalam uji ini penderita yang tidak hamil dan telah berpuasa semalam, minum 50 gram glukosa dalam bentuk larutan.
Dilakukan pengambilan sampel darah sebelum pemberian glukosa darah oral dan pada 30, 60, 90 dan 120 menit
kemudian. Apabila salah satu dari sampel lebih besar dari 140 mg/dl, diindikasikan adanya diabetes mellitus.
Penetapan kadar gula/glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan kimia darah paling sering dilakukan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap darah, plasma atau serum.
Bermacam-macam cara digunakan dalam penetapan kadar gula darah, baik secara makro (dengan menggunakan
darah vena), maupun secara mikro (darah kapiler). Cara yang sering digunakan pada dasarnya dapat dibedakan
dalam beberapa golongan.
1. Penetapan kolorimetri berdasarkan sifat mereduksi glukosa, misalnya metode Folinwu dan Somogyi nelson
2. Penetapan dengan cara titrasi berdasarkan sifat mereduksi glukosa (iodometri), misalnya metode Hagedord-
Jensen dan Somogyi-Schaffer-Hartmann
3. Pembentukan kompleks berwarna oleh glukosa dengan suatu zat misalnya o-tolouidin (kolorimetri)
4. Reaksi enzim dengan menggunakan glukosa-oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi
zat kromogen seperti o-dianisidin (CH3O.C6H3.(NH2)2)
a. Tabung reaksi
b. Serum atau plasma
c. Larutan standar
d. Reagensia warna
CARA KERJA
a. Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda masing-masing tabung dengan :
Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar Blanko
Serum atau plasma 20 μl - -
Larutan standar - 20 μl -
Reagensia warna 2 ml 2 ml 2 ml
b. Campurkan baik-baik & inkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar dalam waktu 30 menit.
c. Ukur absorban sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 510 nm
PERHITUNGAN :
Absorban sampel
Absorban standard
NILAI NORMAL :
TEORI
Larutan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
Larutan Benedict (tembaga alkalis) ini akan direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas membentuk endapan kuproksida yang
berwarna merah bata.Tidak semua karbohidrat memberi reaksi positif, sukrosa
memberi reaksi negatif demikian pula larutan kanji.
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Water bath
d. Urine normal
e. Urine patologis
f. Benedict
CARA KERJA
Tanggal Nilai
a. Lancet
b. Kapas alkohol
c. Tissue/kapas kering
CARA KERJA
a. Kapas alkohol
b. Spuit
c. Tourniquet
d. Kapas kering
e. Hansaplast
CARA KERJA
TEORI
Hemoglobin adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah merah yang
terdiri atas zat besi, yang merupakan pembawa oksigen. Nilai hemoglobin yang tinggi
dapat disebabkan karena hemokonsentrasi akibat dehidrasi. Nilai hemoglobin yang
rendah berhubungan dengan masalah klinis seperti anemia. Anemia merupakan suatu
keadaan kadar sumber zat besi kurang, meningkatnya kebutuhan hemoglobin (Hb) di
dalam darah lebih rendah dari zat besi. Penyebab kurangnya zat besi adalah konsumsi
sumber zat besi yang berasal dari makanan dengan tingkat absorpsi rendah,
masukkan sumber zat besi kurang, meningkatnya kebutuhan hemoglobin (Hb) di
dalam darah lebih rendah dari zat besi (keadaan hamil, pertumbuhan),
kekurangan pada nilai normal untuk kelompok orang yang kekurangan
darah misalnya adanya parasit.
Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah
merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa
mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah
melewati pembuluh darah. Beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah eritrosit
dan Hb, yaitu:
1) Jumlah eritrosit normal, tetapi kadar Hb kurang karena ukuran eritrosit lebih kecil
daripada normal yang disebut anemia mikrositik.
2) Jumlah eritrosit normal, tetapi kadar Hb memang kurang daripada normal
yang disebut anemia hipokromik.
CARA KERJA
a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2 g%.
b. Sampel darah dihisap dengan pipet Sahli sampai tanda 20 cmm.
c. Bagian luar pipet dibersihkan dengan kertas saring.
d. Darah segera ditiup dengan hati-hati ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam tabung
Hemometer tanpa menimbulkan gelembung udara.
e. Pipet dibilas dengan cara meniup dan menghisap HCl 0,1 N yang ada di dalam
tabung hemometer beberapa kali. Juga bagian luar pipet Sahli dibilas beberapa
kali dengan beberapa tetes larutan HCl 0,1 N atau aquadest.
f. Ditunggu selama 10 menit untuk memberi kesempatan terbentuknya asam
hematin (95%).
g. Asam hematin ini kemudian diencerkan denan aquadest tetes demi tetes sambil
diaduk sampai mendapatkan warna yang sama dengan warna standar.
h. Miniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g% (g/dl).
Nilai Normal Hb :
Pria = 13 – 18 g/dL
Wanita = 12 – 16 g/dL
C. MENGUKUR KADAR HEMATOKRIT (Ht)
TUJUAN
TEORI
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV)
adalah presentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar
pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV
ditetapkan secara automatic menggunakan hematology analyzer atau secara manual.
Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada dua, yaitu:
1) Metode Makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter
2,5-3,0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian dicentrifuge selama 30 menit
dengan kecepatan 3000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam %.
2) Metode Mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin,
atau darah amonium kalium oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai
ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada
dua macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler
(langsung), dan yang tanpa antikoagula (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium kalium oksalat. Prosedur pemeriksaan adalah sampel darah
dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung
tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu dicentrifuge selama lima menit dengan
kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit.
Prinsip pengukuran hematokrit yaitu eritrosit dimampatkan dengan alat pemusing (microhematocrit
centrifuge), kemudian eritrosit yang sudah mampat dibaca pada chart.
ALAT DAN BAHAN
a. Microhematocrit centrifuge
b. Seal (malam)
c. Chart
d. Tabung mikrohematokrit
e. Sampel darah
f. Tabung antikoagulan EDTA
g. Tissue
CARA KERJA
TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui cara menghitung jumlah sel darah putih (leukosit), untuk
diagnosa kelainan darah dan membantu pemantauan penyakit infeksi.
2. Untuk mengetahui jumlah leukosit pada sampel darah
TEORI
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5.000-9.000
sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12.000, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5.000 disebut leukopenia. Dilihat dari mikroskop cahaya maka sel
darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk
bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler: Limfosit sel kecil,
sitoplasma sedikit; Monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak.
Terdapat tiga jenis leukosit granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau
Eosinofil) yang daoat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral
basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terhadap dalam jenis
leukosit tertentu dan pada sebagian besar prekursor.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap sel-sel asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan
melalui proses diapedosis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos
antara sel-sel endotel dan menembus ke jaringan penyambung. Jumlah sel darah
putih (leukosit) lebih sedikit dibandingkan eritrosit. Sel ini daoat bermigrasi dengan
bebas dari pembuluh darah ke jaringan dan kembali lagi ke pembuluh darah dengan
gerakan amuboid. Eksudat dan fraksi protein dari kerusakan sel atau infeksi jaringan
dapat menyebabkan peningkatan kecepatan produksi sel darah putih. Terdapat dua cara
untuk menghitung sel leukosit, yaitu denan cara manual dan automatik. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan haemocytometer.
Haemocytometer adalah perangkat yang awalnya dirancang untuk
penghitungan sel darah. Sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis sel serta
partikel mikroskopis lainnya. Haemocytometer diciptakan oleh Louis-Charles
Malassez dan terdiri dari tebal kaca mikroskop slide dengan lekukan persegi panjang
yang menciptakan ruang. Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama sama
dengan cara menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit) hanya saja yang digunakan
pipet dan kamar hitung yang berbeda. Larutan yang digunakan adalah Turk yang
berfungsi untuk melisiskan eritrosit dan kamar hitung yang digunakan adalah kotak
yang berukuran besar dengan jumlah 16 kamar.
Prinsip penghitungan darah diencerkan dengan larutan Turk, lalu sel-sel darah putih
dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif
10x.
CARA KERJA
a. Sampel darah dihisap dengan pipet pengencer Thoma leukosit hingga tanda 0,5
kemudian disusul dengan larutan pengencer yaitu larutan Turk sampai tanda 11TM.
b. Pipet pengencer dikocok dengan membentuk angkat 8.
c. Tiga sampai empat tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi dengan
tetesan berikutnya secukupnya.
d. Dibiarkan beberapa menit agar sel mengendap.
e. Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan dibawah mikroskop.
f. Perhitungan sel dilakukan dalam kamar hitung empat persegi kotakkotak dengan
kode 1, 2, 3, 4 dengan pembesaran lensa objektif 10x.
g. Dilakukan penghitungan sel darah putih /µL darah.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) dengan
metode Westergren dengan baik dan benar.
2. Untuk mengetahui nilai Laju Endap Darah (LED) pada sampel darah
TEORI
Laju Endap Darah (LED) atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan
salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi
(pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus
selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap, maka makin tinggi Laju
Endap Darah (LED).
Tinggi rendahnya nilai Laju Endap Darah (LED) sangat dipengaruhi oleh
keadaan tubuh terutama saat terjadi radang. Namun, ternyata orang yang anemia pada
kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai LED yang tinggi. Jadi, orang-orang normal
pun belum tentu tidak ada masalah. Pemeriksaan LED masih termasuk pemeriksaan
penunjang yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari dokter. Selain itu
pemeriksaan rutin LED juga dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu
penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan
berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Pada kasus dengan keluhan gampang lelah dan pandangan berkunangkunang,
kemungkinan besar diagnosisnya anemia. Biasanya didukung dengan nilai Hemoglobin
(Hb) yang rendah. Untuk penanganannya, anemia harus diidentifikasi terlebih dahulu
apakah Hb yang turun akibat dari zat besi (Fe) yang turun, atau komponen Hb yang lain
turun. Bila memang zat besi (Fe) yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi
tablet besi (Sulfusferrosus).
Proses pengendapan darah terjadi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Pengendapan Lambat I?
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan
melayang, sulit mengendap (1-30 menit).
a. Pipet Westergren
b. Tabung Westergren
c. Rak Westergren
d. Ball pipet
e. Beaker
f. Tabung EDTA
g. Spuit
h. NaCl 0,9%
i. Sampel darah EDTA
CARA KERJA
a. NaCl 0,9% dipipet dengan pipet Westergren sampai skala 150, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung Westergren.
b. Sampel darah dengan anti koagulan EDTA dipipet dengan pipet Westergren
sampai skala 0, kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergren yang telah
diisi dengan NaCl 0,9% sebelumnya.
c. NaCl 0,9% dan sampel darah dihomogenkan.
d. Campuran dalam tabung Westergren kemudian dihisap dengan pipet Westergren
sampai skala 0, kemudian diletakkan pipet Westergren tegak lurus pada rak
Westergren.
e. Tinggi pengendapan dibaca setelah 1 jam.
F. MENGHITUNG JUMLAH TROMBOSIT
TUJUAN
TEORI
Praktikum yang akan dilakukan adalah menghitung jumlah trombosit dengan metode
manual atau cara langsung menggunakan kamar hitung. Prinsip dari metode ini yaitu dengan
cara darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker, lalu sel-sel darah (trombosit) dihitung dalam
kamar hitung di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 40x.
CARA KERJA
a. Sampel darah dihisap dengan pipet pengencer Thoma eritrosit hingga tanda 0,5
kemudian disusul dengan larutan pengencer yaitu larutan Turk? sampai tanda 101 TM.
b. Pipet pengencer dikocok dengan membentuk angkat 8.
c. Tiga sampai empat tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi dengan tetesan
berikutnya secukupnya. Biarkan beberapa menit agar sel mengendap.
d. Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan di bawah mikroskop.
e. Perhitungan sel dilakukan dalam kamar hitung empat persegi kotak dengan kode 1, 2,
3, 4 dengan pembesaran lensa objektif 10x.
a. Lancet
b. Kertas saring / Tissue
c. Stopwatch
d. Kapas alkohol
CARA KERJA
2. Metode Ivy
Prinsip : Diukur masa perdarahan pada lengan tangan per 30 detik
CARA KERJA
a. Dibersihkan bagian lengan tangan dibawah siku jauh dari vena dengan kapas
alkohol
b. Ditusuk bagian lengan tangan dengan lancet sedalam 2 mm
c. Jalankan stopwatch ketika darah sudah mulai keluar
d. Hapus tetes darah pertama dengan kertas saring/tissue dan hapus tetes darah
selanjutnya tiap 30 detik
e. Hentikan stopwatch jika darah tidak keluar lagi
CARA KERJA
a. Slide
b. Lancet
c. Batang pengaduk
d. Reagen Anti A, Anti B, Anti AB, dan Rh.
e. Centrifuge dan mikroskop
f. Pipet pasteur
g. Kertas putih untuk alas penentuan dengan objek gelas
h. Sampel darah yang akan diperiksa
CARA KERJA
Interpretasi hasil
Golongan Anti A Anti B Anti AB
darah
A Menggumpal Tidak Menggumpal
menggumpal
B Tidak Menggumpal Menggumpal
Menggumpal
AB Menggumpal Menggumpal Menggumpal
CARA KERJA
Reaksi silang rutin:
Tab I Tab II
Major Minor
LAMPIRAN
1. Memisahkan Serum Atau Plasma Dari Sel Darah
Memisahkan serum atau plasma dari sel darah untuk penentuan serologi golongan
darah, baik itu dari sampel darah beku (serum) ataupun dari samel darah tidak beku
(dengan antikoagulan ACD/CPD plasma) harus dipisahkan terdahulu dari sel-sel
darahnya dengan cara pemusingan.
Bila sampel darah merupakan sampel darah beku didapat, maka sampel darah harus
dibiarkan dahulu membeku denga sempurna (kira-kira 2 jam) serum tampak keluar di
tepi bekuan, kemudian baru dipusingkan.
Prosedur kerja:
Ambillah bagian darah yang mencair sebanyak yang dapat diambil dan tabung
ke dalam tabung reaksi
Pusingkan tabung yang berisi darah cair tadi dengan centrifugepada kecepatan
3.400 selama 1-2 menit. Setelah pemusingan akan tampak sel-sel darah
mengendap dibawah dan serum atau plasma yang bebas dari sel-sel darah
dibagian atasnya.
Dengan pipet Pasteur yang bersih ambilah serum atau plasma dan tampunglah
dalam tabung reaksi yang lain dan diberi label yang sesuai
Setelah dipakai sebagai bahan penentuan, serum atau plasma dan sel-sel
darahnya harus disimpan terpisah. Tidak boleh dicampur kembali
2% 1 bagian 49 bagian 50
5% 1 bagian 19 bagian 20
10 % 1 bagian 9 bagian 10
25 % 1 bagian 3 bagian 4
40 % 2 bagian 3 bagian 5
Dan seterusnya
Tanggal Nilai
Judul praktikum Paraf Asisten
PRAKTIKUM
HAPUSAN DARAH TEPI
TUJUAN
TEORI
Prinsip
Setetes darah dipaparkan di atas sebuah objek glass, kemudian dilakukan pewarnaan,
dan selanjutnya dievaluasi.
Objek glass
Glass objek harus bersih, kering dan bebas lemak. Permukaan harus rata dan licin. Bila
kotor harus dicuci dahulu dengan sabun atau alkohol, lalu dikeringkan dengan kain atau
kapas yang kering dan bersih.
Gelas penghapus
Dapat dibuat dari glass objek dengan menghilangkan sudut-sudutnya. Tepinya harus
rata dan bersih.
CARA KERJA
a. Teteskan 1 tetes sampel darah pada salah satu ujung objek glass.
b. Dengan tangan kanan letakkan gelas penghapus di sebelah kiri dari tetesan darah
sehingga menyentuh tetesan darah tersebut, dan tetes darah akan menyebar pada sisi
gelas penghapus tersebut.
c. Segerah geser gelas penghapus ke kiri sambil memegangnya miring dengan sudut
antara 30 – 45º, dengan demikian tetesan darah tadi akan merata di atas gelas objek.
d. Keringkan sediaan dengan menggerak-gerakkannya di udara, jangan ditiup dengan
hembusan nafas.
e. Tebal tipisnya hapusan tergantung dari : besarnya tetesan darah, kecepatan
menggerakkan gelas penghapus, sudut antara gelas penghapus dengan gelas objek.
Gerakkan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 30º akan menghasilkan lapisan
darah yang tipis dan sebaliknya penghapus yang cepat atau sudut yang lebih besar akan
menghasilkan lapisan darah yang tebal.
f. Leukosit-leukosit tidak boleh menggerombol di bagian akhir dari hapusan. Bila ini
terjadi maka distribusi dari macam-macam leukosit tidak representatif. Gerakkan yang
terlalu pelan atau gelas penghapus yang kotor dapat menyebabkan kesalahan ini.
g. Mengeringkan hapusan dengan segera penting sekali sebab bila tidak maka eritrosit
akan mengalami kerusakan dan memudahkan terjadinya terbentuknya rouleaux.
Pewarnaan hapusan
Pewarnaan yang dapat dipakai banyak macamnya. Biasanya dipakai salah satu
pewarnaan Romanosky (Giemsa, Wright). Adapun prosedur pewarnaan adalah :
Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu
sama lainnya.
Hapusan tidak boleh mengandung endapan warna.
Eritrosit dan leukosit harus terwarnai dengan baik.
Leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir HDT.
Bila HDT tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, sebaiknya dibuat HDT yang
baru, sehingga tidak menyulitkan waktu dievaluasi.
Pemeriksaan HDT
Pemeriksaan HDT terdiri dari :
Prinsip
Untuk dapat melakukan evaluasi HDT dengan baik, maka ciri-ciri jenis sel darah
harus diketahui dahulu dengan baik.
N = jumlah normoblast
Jumlah normal pada tiap lapang pandang ada beberapa trombosit : 2 – 4/Lp
Jumlah dikatakan meningkat, apabila pada tiap lapang pandang jumlahnya
banyak (> 15/Lp) atau dalam bentuk menggerombol-gerombol.
Jumlah dikatakan menurun, apabila agak sulit menemukan trombosit/Lp
Pada regerasi yang aktif dari daerah sering dijumpai trombosit yang besar-besar
yang disebut giant trombosit.