Anda di halaman 1dari 55

LAB.

TERPADU
FK UNIZAR

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


MAHASISWA

FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIZAR
LABORATORIUM TERPADU II
FK UNIZAR
Gd.LAB TERPADU II
Jl. Unizar No.20 Turida, Cakranegara
Mataram
METABOLISME DAN IMUNOLOGI
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN
KOLESTEROL SERUM, LDL DAN HDL

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk memahami metode pemeriksaan kolesterol serum, LDL dan HDL


2. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan berkaitan dengan pemeriksaan kolesterol
serum, LDL dan HDL

TEORI

Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah. Profil lipid biasanya memeriksa
kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL di dalam darah. Di dalam plasma, terdapat
beberapa jenis lipid yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas.
Lipid- lipid tersebut tidak larut dalam plasma. Agar lipid dapat diangkut dalam sirkulasi, maka
susunan molekul lipid harus dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut
dalam air. Lipoprotein terdiri dari kolesterol ester dan trigliserida yang mengisi inti dan
dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non ester dan apolipoprotein. Lipoprotein ini bertugas
mengangkut lipid dari tempat sintesisnya ke tempat penggunaannya.
Lipoprotein dapat dibagi ke dalam lima kategori utama, tergantung pada komposisinya.
Pengelompokan dimulai dari ukuran yang paling besar dengan densitas yang kecil hingga ke
ukuran yang terkecil dengan densitas yang besar yaitu kilomikron, Very Low Density
Lipoprotein (VLDL), Intermediate-Density Lipoprotein (IDL) , Low-Density Lipoprotein
(LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL).
Partikel yang lebih besar dan lebih ringan terutama memiliki inti kaya trigliserida,
sedangkan partikel yang lebih kecil dan lebih padat memiliki inti kolesterol ester. Kadar
kolesterol total, kolesterol HDL diukur menggunakan metode CHOD-PAP, Direct dan GPO-
PAP dengan 2 kali frekuensi pengumpulan. Sampel yang digunakan adalah plasma subyek
sedangkan reagen yang digunakan merupakan reagen merek Human®berupa cholesterol
complete test kit.

ALAT DAN BAHAN


Sampel : serum, heparin plasma, atau EDTA plasma
Stabilitas sampel: 7 hari pada suhu 20-25OC, 7 hari pada suhu 4-8OC, 3 bulan pada suhu -
20OC.

Alat :
- Sentrifus - Spektrofotometer
- Vorteks - Tabung ependof 1,5 ml
- Tabung reaksi1x12 cm - Yellow tip dan blue tip
- Rak tabung reaksi - Mikropipet
- Pipet - Kuvet

Bahan
- Serum dari darah segar 5 ml - Reagen kolesterol HD
1) Reagen kolesterol dan Reagen standar - Reagen kolesterol LDL
2) Reagen trigliserida - Aqua bidestilata

A. PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL

TEORI

Kolesterol adalah bagian dari lemak yang ada pada semua sel dalam tubuh dan
berasal dari dalam tubuh maupun makanan. Normal sebagai kalori, bahan lapisan sel, bahan
dasar hormon dan jaringan tubuh. Sintesis Kolesterol di dalam Liver dan Konsumsi
Kolesterol Berasal dari Daging dan Dairy Product

 Metode: “CHOD-PAP”, tes fotometrik enzimatik


 Prinsip : penentuan kolesterol setelah hidrolisis enzimatik dan oksidasi. Indikator
kalorimetrik yaitu quinoneimine yang dibentuk dari 4-aminoantipirin dan fenol oleh
hidrogen peroksida yang dikatalisis enzim peroksidae (Trinder’s reaction).
 Reaksinya sebagai berikut:
REAGEN

 Buffer (pH 6,7) 50mmol/L


 Fenol 5mmol/L
 4-aminoantipirin 0,3mmol/L
 Cholesterol esterase (CHE) ≥ 200U/L
 Cholesterol oxidase (CHO) ≥ 50U/L
 Peroksidase (POD) ≥ 3 kU/L
 Standar 200mg/dl (5,2mmol/L)

CARA KERJA

1) Siapkan tiga buah tabung dan isi masing-masing tabung dengan komponen seperti
pada tabel di bawah ini:
Komponen Blanko Sampel Standar
Sampel/standar - 10µL 10µL
Aquabides 10µL - -
Reagen 1000µL 1000µL 1000µL
2) Vortex selama 10 detik
3) Inkubasi selama 20 menit pada suhu 20-250C
4) Baca absorbansi dalam waktu 60 menit dan bandingkan dengan blanko

B. PEMERIKSAAN KADAR HDL

TEORI
Merupakan protein pengangkut kolesterol dari jaringan tepi ke organ hati. Kadar
HDL yang tinggi mengurangi risiko aterosklerosis.
 Metode : “CHOD-PAP” dengan sistem fotometrik
 Prinsip : kilomikron, VLDL dan LDL diendapkan dengan penambahan asam
fosfotungstik dan ion magnesium ke dalam sampel. Sentrifugasi akan menyebabkan
hanya HDL yang berada pada supernatan. Kandungan kolesterol ditentukan secara
enzimatis dengan memakai Diasys Cholesterol FS.

REAGEN :

 Asam fosfotungstik 1,4mmol/L


 Magnesium klorida 8,6mmol/L

CARA KERJA

(1) Presipitasi:
1. Siapkan tiga buah tabung ependof dan isi masing-masing tabung tersebut
dengan komponen seperti pada tabel di bawah ini:

Komponen Blanko Sampel Standar


Sampel/standar - 200µL 200µL
Aquabides 200µL - -
Reagen Presipitat 500µL 500µL 500µL
2. Gojog sampai larutan homogen
3. Inkubasi selama 15 menit pada suhu 20-250C
4. Sentrifugasi dengan kecepatan 2500rpm selama 20 menit

(2) Pemeriksaan:
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi dan dan isi masing-masing tabung dengan
komponen seperti pada tabel di bawah ini :

2.
Komponen Blanko Sampel Standar
Supernatan dr masing2 100 µL 100µL 100µL
tabung
NaCl 0,9% - - -
Reagen kolesterol 500µL 500µL 500µL
3. Vortex selama 10 detik
4. Inkubasi selama 10menit pada suhu 20-250C
5. Baca absorbansi dalam waktu 60 menit dan bandingkan dengan blanko

C. PEMERIKSAAN KADAR LDL

TEORI

Merupakan protein pengangkut kolesterol dari organ hati ke jaringan tepi.


Kadar LDL yang tinggi meningkatkan risiko aterosklerosis.
Metode: Tes kolorimetrik enzimatik dengan gliserol 3 fosfat oxidase (GPO)
Prinsip : menentukan trigliserid setelah pemecahan enzimatis oleh LPL. Indikatornya
adalah quinoneimin yang dibentuki dari 4-aminoantipirin dan 4 klorofenol oleh
hidrogen proksida di katalisis oleh peroksidase.

REAGEN

 Buffer (pH 7,2) 50mmol/L


 4-klorofenol 4mmol/L
 ATP 2mmol/L
 Mg2+ 15mmol/L
 Glicerokinase (GK) ≥ 0,4kU/L
 Peroksidase (POD) ≥ 2kU/L
 Lipoprotein lipase (LPL) ≥ 2kU/L
 4-aminoantipirin 0,5mmol/L
 Gliserol-3-fosfat-aksidase ≥ 0,5kU/L
 Standar 200mg/dl (2,3mmol/L)

CARA KERJA

(1) Presipitasi:
1. Siapkan tiga buah tabung ependof dan isi masing-masing tabung dengan
komponen seperti pada tabel di bawah ini:
Komponen Blanko Sampel Standar
Sampel/standar - 50µL 50µL
Aquabides 50µL - -
Reagen Presipitat 500µL 500µL 500µL
2. Gojog larutan sampai homogen
3. Inkubasi selama 15 menit pada suhu 20 - 25 OC
4. Sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 20 menit

(2) Pemeriksaan
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi dan dan isi masing-masing tabung dengan
komponen seperti pada tabel di bawah ini:
Komponen Blanko Sampel Standar*
Supernatan dr masing2 100 µL 100µL 100µL
tabung
NaCl 0,9% - - 1ml
Reagen kolesterol 1000µL 1000µL 1000µL
*Khusus untuk tabung standar: dari 100 µL supernatan + 1ml NaCl diambil 100
µL saja kemudian tambahkan 500 µL reagen kolesterol
2. Vortex selama 10 detik
3. Inkubasi selama 10menit pada suhu 20 – 25 OC
4. Baca absorbansi dalam waktu 60 menit dan bandingkan dengan blanko

PERHITUNGAN

Kadar Kolesterol Total


Δ Sampel

Kolesterol Total (mg/dL) = x Konstanta Standar (mg/dL)


Kadar Trigliserid
Δ Standar
Faktor konversi: Δ Sampel

TrigliseridaKolesterol
(mg/dL) (mg/dL)
= x 0,02586x=Konstanta Standar (mg/dL)
Kolesterol (mmol/L)
Kadar Kolesterol HDL
Δ Standar

Untuk mengkoreksi kadar gliserol bebas:

Kadar gliserol bebas = kadar Trigliserida – 10 mg/dL (0,11 mmol/L)


Kadar Kolesterol LDL
Faktor konversi:

Trigliserida (mg/dL) x 0,01126 = Trigliserida (mmol/L)

Kolesterol Supernatan (mg/dL) = Δ Sampel x Konstanta Standar (mg/dL)

Δ Standar

Kolesterol LDL (mg/dL) = Kolesterol Total – Kolesterol Supernatan (mmol/L)

Kadar normal profil lipid dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
Klasifikasi Kadar Kolesterol Total, Kolesterol HDL dan Kolesterol
LDL (mg/dL)
Kolesterol Total
< 200 Diharapkan
200 – 239 Borderline High
≥ 240 Tinggi
Kolesterol HDL
< 40 Rendah
≥ 60 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100-129 Mendekati optimal/diatas optimal
130-159 Borderline High
160-189 Tinggi
Trigliserida
< 200 (puasa) Diharapkan
200 – 400 Borderline High
> 400 Tinggi

PEMERIKSAAN KOLESTEROL SERUM, LDL DAN HDL


Tanggal Nilai

Judul praktikum Paraf Asisten


PRAKTIKUM PEMERIKSAAN GLUKOSA
DARAH PUASA (GDP) DAN PEMERIKSAAN
GLUKOSA URINE (BENEDICT)
TUJUAN

Untuk mengetahui metode pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) dan pemeriksaan
glukosa urine (Benedict)

TEORI

GLUKOSA DARAH PUASA


Kadar glukosa darah memuncak pada sekitar 1 jam setelah makan, kemudian menurun seiring dengan
oksidasi atau perubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Dua jam setelah makan, kadar
kembali ke rentang puasa. Penurunan glukosa darah ini menyebabkan pancreas menurunkan sekresi insulinnya, dan
kadar insulin turun. Hati berespon terhadap sinyal hormon ini dengan memulai degradasi simpanan glikogen dan
melepaskan glukosa ke dalam aliran darah. Apabila kita terus berpuasa selama 12 jam, kita masuk ke keadaan basal.
Pada saat ini kadar insulin serum rendah dan glukagon meningkat.
Pada pokoknya selama fase awal puasa, kadar glukosa dipertahankan dalam rentang 60 – 100 mg/dl, dan
kadar asam lemak serta badan keton meningkat. Hati berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah,
yakni dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis.

Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO)


Harus dicurigai adanya diabetes mellitus (DM) apabila kadar glukosa plasma vena yang diambil tanpa memandang
kapan saat makan terakhir “jelas meningkat” (≥ 200 mg/dl), terutama pada seseorang yang memperlihatkan tanda
dan gejala klasik dari hiperglikemia kronik. Untuk memastikan diagnosis tersebut, penderita harus berpuasa satu
malam (10 – 16 jam), dan pengukuran gula darah harus diulang. Nilai yang kurang dari 100 mg/dl masih dianggap
normal. Nilai yang lebih dari 125 mg/dl mengisyaratkan diabetes mellitus.

Dalam uji ini penderita yang tidak hamil dan telah berpuasa semalam, minum 50 gram glukosa dalam bentuk larutan.
Dilakukan pengambilan sampel darah sebelum pemberian glukosa darah oral dan pada 30, 60, 90 dan 120 menit
kemudian. Apabila salah satu dari sampel lebih besar dari 140 mg/dl, diindikasikan adanya diabetes mellitus.

Penetapan kadar gula/glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan kimia darah paling sering dilakukan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap darah, plasma atau serum.
Bermacam-macam cara digunakan dalam penetapan kadar gula darah, baik secara makro (dengan menggunakan
darah vena), maupun secara mikro (darah kapiler). Cara yang sering digunakan pada dasarnya dapat dibedakan
dalam beberapa golongan.
1. Penetapan kolorimetri berdasarkan sifat mereduksi glukosa, misalnya metode Folinwu dan Somogyi nelson
2. Penetapan dengan cara titrasi berdasarkan sifat mereduksi glukosa (iodometri), misalnya metode Hagedord-
Jensen dan Somogyi-Schaffer-Hartmann
3. Pembentukan kompleks berwarna oleh glukosa dengan suatu zat misalnya o-tolouidin (kolorimetri)
4. Reaksi enzim dengan menggunakan glukosa-oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi
zat kromogen seperti o-dianisidin (CH3O.C6H3.(NH2)2)

ALAT DAN BAHAN

a. Tabung reaksi
b. Serum atau plasma
c. Larutan standar
d. Reagensia warna

CARA KERJA

a. Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda masing-masing tabung dengan :
Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar Blanko
Serum atau plasma 20 μl - -
Larutan standar - 20 μl -
Reagensia warna 2 ml 2 ml 2 ml
b. Campurkan baik-baik & inkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar dalam waktu 30 menit.
c. Ukur absorban sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 510 nm

PERHITUNGAN :

Absorban sampel

Kadar glukosa = ----------------------- x 100 mg/dl

Absorban standard
NILAI NORMAL :

Normoglikemia GDPT atau TGT Diabetes


GDP < 100 mg/dl GDP ≥ 100 mg/dl dan < 126 mg/dl GDP ≥ 126 mg/dl
(GDPT)
2 jam PP < 140 mg/dl 2 jam PP ≥ 140 mg/dl dan < 200 2 jam PP ≥ 200 mg/dl symptom
mg/dl (TGT) diabetes dan GDS ≥ 200 mg/dl

GLUKOSA URINE (TEST BENEDICT)

TEORI

Larutan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
Larutan Benedict (tembaga alkalis) ini akan direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas membentuk endapan kuproksida yang
berwarna merah bata.Tidak semua karbohidrat memberi reaksi positif, sukrosa
memberi reaksi negatif demikian pula larutan kanji.

ALAT DAN BAHAN

a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Water bath
d. Urine normal
e. Urine patologis
f. Benedict

CARA KERJA

1. Masukkan 2,5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi.


2. Tambahkan 4-8 tetes larutan yang akan diperiksa (urin normal dan patologis)
3. Campur dengan baik.
4. Panaskan selama 3 menit (sampai mendidih), kemudian dinginkan.
5. Catat warna yang terjadi.
Test posif bila terbentuk warna hijau dengan endapan merah bata atau warna
orange (positif 1 sampai positif 4)
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PUASA (GDP) DAN
GLUKOSA URINE (BENEDICT)

Tanggal Nilai

Judul praktikum Paraf Asisten


PRAKTIKUM PERSIAPAN DAN
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
(Hb, Ht, Leukosit, Laju Endap Darah
(LED), Trombosit)

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

A. Pengambilan Darah Kapiler


Prinsip : Darah kapiler diambil dari ujung jari atau anak daun telinga untuk orang
dewasa dan dari tumit atau ibu jari kaki untuk bayi.

ALAT DAN BAHAN

a. Lancet
b. Kapas alkohol
c. Tissue/kapas kering

CARA KERJA

a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering


b. Pegang bagian yang dipilih supaya tidak bergerak
c. Tekan sedikit untuk mengurangi nyeri
d. Tusuk dengan cepat dan cukup dalam menggunakan lancet
e. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering.

B. Pengambilan darah vena


Prinsip : Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam
fosakubiti.
Untuk bayi, darah vena diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis superior.
ALAT DAN BAHAN

a. Kapas alkohol
b. Spuit
c. Tourniquet
d. Kapas kering
e. Hansaplast

CARA KERJA

a. Persiapkan alat dan bahan


b. Lakukan pendekatan pada pasien dengan tenang dan ramah, usahakan pasien
senyaman mungkin
c. Minta pasien ulurkan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas
d. Minta pasien menggepalkan tangannya
e. Pasang tourniquet kira-kira 10 cm diatas lipatan siku
f. Pilih bagian vena mediana cubital/cephalic lakukan perabaan atau palvasi untuk
memastikan posisi vena
g. Bersihkan kulit dengan menggunakan alkohol dan biarkan kering
h. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. kemudian
tourniquet dilepas
i. Ambil darah secukupnya dan minta pasien membuka kepalan tangannya
j. Letakkan kapas kering ditempat suntikan lalu segera lepaskan atau tarik jarum
k. Tutup luka dengan hansaplast

B. MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)


TUJUAN

1. Mahasiswa mengetahui cara pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dengan metode


Sahli, untuk diagnosa kelainan darah.
2. Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) pada sampel darah

TEORI

Hemoglobin adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah merah yang
terdiri atas zat besi, yang merupakan pembawa oksigen. Nilai hemoglobin yang tinggi
dapat disebabkan karena hemokonsentrasi akibat dehidrasi. Nilai hemoglobin yang
rendah berhubungan dengan masalah klinis seperti anemia. Anemia merupakan suatu
keadaan kadar sumber zat besi kurang, meningkatnya kebutuhan hemoglobin (Hb) di
dalam darah lebih rendah dari zat besi. Penyebab kurangnya zat besi adalah konsumsi
sumber zat besi yang berasal dari makanan dengan tingkat absorpsi rendah,
masukkan sumber zat besi kurang, meningkatnya kebutuhan hemoglobin (Hb) di
dalam darah lebih rendah dari zat besi (keadaan hamil, pertumbuhan),
kekurangan pada nilai normal untuk kelompok orang yang kekurangan
darah misalnya adanya parasit.
Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah
merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa
mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah
melewati pembuluh darah. Beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah eritrosit
dan Hb, yaitu:
1) Jumlah eritrosit normal, tetapi kadar Hb kurang karena ukuran eritrosit lebih kecil
daripada normal yang disebut anemia mikrositik.
2) Jumlah eritrosit normal, tetapi kadar Hb memang kurang daripada normal
yang disebut anemia hipokromik.

Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam


metode. Metode yang paling tepat adalah berdasarkan atas analisa kandungan besi atau
kapasitas peningkatan oksigen dari molekul tersebut. Sejumlah prosedur yang cepat
telah dikembangkan berdasarkan pengamatan secara langsung pada warna darah dan
menyamakan dengan suatu standar buatan. Penetapan Hb metode Sahli didasarkan
atas pembentukan asam hematin setelah darah ditambahkan dengan larutan HCl 0,1 N
kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan
mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas stand

ALAT DAN BAHAN


a. Hemometer Sahli-Adams, terdiri dari:
 Warna standar
 Tabung hemometer dengan skala dalam g% dan % dari normal
 Pipet Sahli yang memiliki volume 20 cmm
 Pengaduk kaca
b. Pipet tetes
c. Beaker glass
d. Sampel darah EDTA
e. Spuit
f. Larutan HCl 0,1 N
g. Aquadest
h. Kapas alkohol

CARA KERJA

a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2 g%.
b. Sampel darah dihisap dengan pipet Sahli sampai tanda 20 cmm.
c. Bagian luar pipet dibersihkan dengan kertas saring.
d. Darah segera ditiup dengan hati-hati ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam tabung
Hemometer tanpa menimbulkan gelembung udara.
e. Pipet dibilas dengan cara meniup dan menghisap HCl 0,1 N yang ada di dalam
tabung hemometer beberapa kali. Juga bagian luar pipet Sahli dibilas beberapa
kali dengan beberapa tetes larutan HCl 0,1 N atau aquadest.
f. Ditunggu selama 10 menit untuk memberi kesempatan terbentuknya asam
hematin (95%).
g. Asam hematin ini kemudian diencerkan denan aquadest tetes demi tetes sambil
diaduk sampai mendapatkan warna yang sama dengan warna standar.
h. Miniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g% (g/dl).
Nilai Normal Hb :
Pria = 13 – 18 g/dL
Wanita = 12 – 16 g/dL
C. MENGUKUR KADAR HEMATOKRIT (Ht)

TUJUAN

1. Mahasiswa mengetahui cara mengukur kadar hematokrit (Ht), untuk diagnosa


kelainan darah dan membantu pemantauan penyakit.
2. Untuk mengetahui kadar hematokrit pada sampel darah.

TEORI

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV)
adalah presentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar
pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV
ditetapkan secara automatic menggunakan hematology analyzer atau secara manual.
Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada dua, yaitu:
1) Metode Makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter
2,5-3,0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian dicentrifuge selama 30 menit
dengan kecepatan 3000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam %.
2) Metode Mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin,
atau darah amonium kalium oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai
ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada
dua macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler
(langsung), dan yang tanpa antikoagula (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium kalium oksalat. Prosedur pemeriksaan adalah sampel darah
dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung
tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu dicentrifuge selama lima menit dengan
kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit.
Prinsip pengukuran hematokrit yaitu eritrosit dimampatkan dengan alat pemusing (microhematocrit
centrifuge), kemudian eritrosit yang sudah mampat dibaca pada chart.
ALAT DAN BAHAN

a. Microhematocrit centrifuge
b. Seal (malam)
c. Chart
d. Tabung mikrohematokrit
e. Sampel darah
f. Tabung antikoagulan EDTA
g. Tissue

CARA KERJA

a. Tabung microhematocrit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3 bagian.


b. Salah satu ujung tabung microhematokrit (yang tertutup darah) di seal
dengan malam.
c. Tabung microhemtocrit ditempatkan pada microhemtocrit centrifuge dengan seal
berada diluar.
d. Dipusingkan selama 15 menit, dengan kecepatan 8.000 rpm.
e. Hasilnya dibaca pada chart.

D. MENGHITUNG JUMLAH LEUKOSIT

TUJUAN

1. Mahasiswa mengetahui cara menghitung jumlah sel darah putih (leukosit), untuk
diagnosa kelainan darah dan membantu pemantauan penyakit infeksi.
2. Untuk mengetahui jumlah leukosit pada sampel darah

TEORI

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5.000-9.000
sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12.000, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5.000 disebut leukopenia. Dilihat dari mikroskop cahaya maka sel
darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk
bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler: Limfosit sel kecil,
sitoplasma sedikit; Monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak.
Terdapat tiga jenis leukosit granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau
Eosinofil) yang daoat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral
basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terhadap dalam jenis
leukosit tertentu dan pada sebagian besar prekursor.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap sel-sel asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan
melalui proses diapedosis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos
antara sel-sel endotel dan menembus ke jaringan penyambung. Jumlah sel darah
putih (leukosit) lebih sedikit dibandingkan eritrosit. Sel ini daoat bermigrasi dengan
bebas dari pembuluh darah ke jaringan dan kembali lagi ke pembuluh darah dengan
gerakan amuboid. Eksudat dan fraksi protein dari kerusakan sel atau infeksi jaringan
dapat menyebabkan peningkatan kecepatan produksi sel darah putih. Terdapat dua cara
untuk menghitung sel leukosit, yaitu denan cara manual dan automatik. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan haemocytometer.
Haemocytometer adalah perangkat yang awalnya dirancang untuk
penghitungan sel darah. Sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis sel serta
partikel mikroskopis lainnya. Haemocytometer diciptakan oleh Louis-Charles
Malassez dan terdiri dari tebal kaca mikroskop slide dengan lekukan persegi panjang
yang menciptakan ruang. Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama sama
dengan cara menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit) hanya saja yang digunakan
pipet dan kamar hitung yang berbeda. Larutan yang digunakan adalah Turk yang
berfungsi untuk melisiskan eritrosit dan kamar hitung yang digunakan adalah kotak
yang berukuran besar dengan jumlah 16 kamar.
Prinsip penghitungan darah diencerkan dengan larutan Turk, lalu sel-sel darah putih
dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif
10x.

ALAT DAN BAHAN


a. Haemocytometer dengan pipet pengencer Thoma (skala E: 0,5-101; L: 0,5-11; T:
0,5-101)
b. Mikroskop binokuler (objektive E: 45x; L: 10x; T:45x)
c. Kamar hitung Improved Neubauer
d. Reagen Turk yang mempunyai komposisi :
- Larutan gentianviolet 1% dalam air 1 ml.
- Asam asetat glacial 1 ml.
- Aqua destilata 100 ml.
e. Darah EDTA
f. Tissue
g. Aquadest

CARA KERJA

a. Sampel darah dihisap dengan pipet pengencer Thoma leukosit hingga tanda 0,5
kemudian disusul dengan larutan pengencer yaitu larutan Turk sampai tanda 11TM.
b. Pipet pengencer dikocok dengan membentuk angkat 8.
c. Tiga sampai empat tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi dengan
tetesan berikutnya secukupnya.
d. Dibiarkan beberapa menit agar sel mengendap.
e. Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan dibawah mikroskop.
f. Perhitungan sel dilakukan dalam kamar hitung empat persegi kotakkotak dengan
kode 1, 2, 3, 4 dengan pembesaran lensa objektif 10x.
g. Dilakukan penghitungan sel darah putih /µL darah.

Nilai rujukan leukosit (x103//mL)


Laki –laki 4,5 – 11,0
Perempuan 4,5 – 11,0

E. MENGUKUR LAJU ENDAP DARAH (LED)

TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) dengan
metode Westergren dengan baik dan benar.
2. Untuk mengetahui nilai Laju Endap Darah (LED) pada sampel darah

TEORI

Laju Endap Darah (LED) atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan
salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi
(pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus
selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap, maka makin tinggi Laju
Endap Darah (LED).
Tinggi rendahnya nilai Laju Endap Darah (LED) sangat dipengaruhi oleh
keadaan tubuh terutama saat terjadi radang. Namun, ternyata orang yang anemia pada
kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai LED yang tinggi. Jadi, orang-orang normal
pun belum tentu tidak ada masalah. Pemeriksaan LED masih termasuk pemeriksaan
penunjang yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari dokter. Selain itu
pemeriksaan rutin LED juga dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu
penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan
berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Pada kasus dengan keluhan gampang lelah dan pandangan berkunangkunang,
kemungkinan besar diagnosisnya anemia. Biasanya didukung dengan nilai Hemoglobin
(Hb) yang rendah. Untuk penanganannya, anemia harus diidentifikasi terlebih dahulu
apakah Hb yang turun akibat dari zat besi (Fe) yang turun, atau komponen Hb yang lain
turun. Bila memang zat besi (Fe) yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi
tablet besi (Sulfusferrosus).
Proses pengendapan darah terjadi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Pengendapan Lambat I?
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan
melayang, sulit mengendap (1-30 menit).

2. Tahap Pengendapan Cepat


Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rouleaux permukaan relatif kecil,
massa menjadi lebih berat (30-60 menit). Pembentukan rouleaux tergantung dari
komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah
pembentukan rouleaux, sehingga LED cepat, sedangkan kadar albumin yang tinggi
menyebabkamn LED lambat.
3. Tahap Pengendapan Lambat II
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)

ALAT DAN BAHAN

a. Pipet Westergren
b. Tabung Westergren
c. Rak Westergren
d. Ball pipet
e. Beaker
f. Tabung EDTA
g. Spuit
h. NaCl 0,9%
i. Sampel darah EDTA

CARA KERJA

a. NaCl 0,9% dipipet dengan pipet Westergren sampai skala 150, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung Westergren.
b. Sampel darah dengan anti koagulan EDTA dipipet dengan pipet Westergren
sampai skala 0, kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergren yang telah
diisi dengan NaCl 0,9% sebelumnya.
c. NaCl 0,9% dan sampel darah dihomogenkan.
d. Campuran dalam tabung Westergren kemudian dihisap dengan pipet Westergren
sampai skala 0, kemudian diletakkan pipet Westergren tegak lurus pada rak
Westergren.
e. Tinggi pengendapan dibaca setelah 1 jam.
F. MENGHITUNG JUMLAH TROMBOSIT
TUJUAN

1. Mahasiswa mengetahui teknik dan metode penghitungan jumlah trombosit.


2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah trombosit dalam sampel darah.

TEORI

Trombosit (platelet/keping darah) adalah sel anuclear nulliploid (tidak


mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tidak beraturan dan ber diameter 2-3
µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit (Campbell, 2008). Megakariosit
merupakan suatu sel muda yang besar dalam sumsum tulang. Megakariosit matang ditandai
proses replikasi endomiotik inti dan makin besarnya volume plasma sehingga pada
akhirnya sitoplasma menjadi granular dan terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakariosit
mampu menghasilkan 3.000 - 4.000 trombosit, waktu dari diferensiasi sel asal (stem cell)
sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar10 hari.
Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti,
berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda
kasar. Dalam keadaan tidak teraktivasi, trombosit berbentuk cakram bikonveks dan
volumenya 7-8 fl. Selubung eksternal trombosit lebih tebal dan padat dari sel dan banyak
mengandung glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor. Secara ultrastruktur
trombosit dibagi atas zona perifer, zona sol gel, dan zona organella. Zona perifer terdiri atas
glikobalik, suatu membran ekstra yang terletak di bagian paling luar, di dalamnya terdapat
membran plasma dan lebih dalam lagi terdapat sistem kanal terbuka. Zona sol gel terdiri
atas mikrotubulus, mikrofilamen, sistem tubulus padar (berisi nukleotida adenin dan
kalsium). Selai itu juga terdapat trombostenin, suatu protein penting untuk fungsi
kontraktil. Zona organella terdiri atas granula padat, mitokondria, granula α, dan
organella (lisosom dan retikulum endoplasmik).
Trombosit memiliki peran dalam hemostatis, suatu mekanisme faal tubuh untuk
melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama
trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-
trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding
pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan
trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi
(perlekatan antar sel trombosit).
Beberapa uji laboratorium yang digunakan utnuk menilai kualitas trombosit adalah
agregasi trombosit, retensi trmbosit, refraksi bekuan, dan antibodi anti trombosit.
Sedangkan uji laboratorium untuk menilai kualitas trombosit adalah massa perdarahan
(bleeding time) dan hitung trombosit. Hitung trombosit dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Hitung secara langsung, metode yang digunakan adalah
dengan kamar hitung (dengan mikroskop fase kontras dan cahaya). Metode otomatis,
dianjurkan dengan menggunakan perhitungan dengan mikroskop fase kontras dan
otomatis.
Jumlah trombosit normal adalah 150,000-450.000 per mm3 darah.
- Trombositopenia ringan : 100.000-150.000 per mm3 darah
- Cenderung terjadi perdarahan: <60.000 per mm3darah.
- Tidak terjadi perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma
adalah >40.000 per mm3 darah
- Terjadi perdarahan spontan : <40.000 per mm3darah.
- Perdarahan berat: <10.000 per mm3darah.

Praktikum yang akan dilakukan adalah menghitung jumlah trombosit dengan metode
manual atau cara langsung menggunakan kamar hitung. Prinsip dari metode ini yaitu dengan
cara darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker, lalu sel-sel darah (trombosit) dihitung dalam
kamar hitung di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 40x.

ALAT DAN BAHAN

a. Haemocytometer dengan pipet pengencer Thoma (skala T:0,5-101)


b. Mikroskop binokuler (objektive 40x)
c. Kamar hitung Improved Neubauer
d. Sampel darah EDTA
e. Larutan Ress Ecker
f. Tissue

CARA KERJA
a. Sampel darah dihisap dengan pipet pengencer Thoma eritrosit hingga tanda 0,5
kemudian disusul dengan larutan pengencer yaitu larutan Turk? sampai tanda 101 TM.
b. Pipet pengencer dikocok dengan membentuk angkat 8.
c. Tiga sampai empat tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi dengan tetesan
berikutnya secukupnya. Biarkan beberapa menit agar sel mengendap.
d. Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan di bawah mikroskop.
e. Perhitungan sel dilakukan dalam kamar hitung empat persegi kotak dengan kode 1, 2,
3, 4 dengan pembesaran lensa objektif 10x.

Nilai rujukan trombosit (x 103/µl)


♂/♀= 150 – 440

PERSIAPAN DAN PEMERIKSAAN DARAH RUTIN


Tanggal Nilai

Judul praktikum Paraf Asisten


PRAKTIKUM PEMERIKSAAN
PROFIL PEMBEKUAN (Bleeding Time,
Clotting Time)
TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui profil Bleeding Time dan Clotting Time


2. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui profil Bleeding Time dan Clotting Time
dalam sampel darah.

A. MASA PERDARAHAN (BLEEDING TIME/BT)

1. Pemeriksaan Masa Perdarahan Metode Duke

Prinsip : Diukur masa perdarahan pada cuping telinga per 30 detik

ALAT DAN BAHAN

a. Lancet
b. Kertas saring / Tissue
c. Stopwatch
d. Kapas alkohol

CARA KERJA

a. Dibersihkan bagian cuping telinga dengan kapas alkohol


b. Ditusuk bagian cuping telinga dengan lancet sedalam 2 mm
c. Jalankan stopwatch ketika darah sudah mulai keluar
d. Hapus tetes darah pertama dengan kertas saring/tissue dan hapus tetes darah
selanjutnya tiap 30 detik
e. Hentikan stopwatch jika darah tidak keluar lagi

Nilai Normal : 1-3 menit

2. Metode Ivy
Prinsip : Diukur masa perdarahan pada lengan tangan per 30 detik

ALAT DAN BAHAN


a. Lancet
b. Kertas saring / Tissue
c. Stopwatch

CARA KERJA

a. Dibersihkan bagian lengan tangan dibawah siku jauh dari vena dengan kapas
alkohol
b. Ditusuk bagian lengan tangan dengan lancet sedalam 2 mm
c. Jalankan stopwatch ketika darah sudah mulai keluar
d. Hapus tetes darah pertama dengan kertas saring/tissue dan hapus tetes darah
selanjutnya tiap 30 detik
e. Hentikan stopwatch jika darah tidak keluar lagi

Nilai Normal : 1-3 menit

B. MASA PEMBEKUAN (CLOTHING TIME/CT)

Pemeriksaan Masa Pembekuan Metode Lee dan White


Prinsip : Diukur rata-rata masa pembekuan pada 4 tabung

ALAT DAN BAHAN

a. Darah tanpa antikoagulan


b. Tiga (3) buah Tabung clotting
c. Spuit
d. Kapas alkohol
e. Stopwatch

CARA KERJA

a. Sediakan 3 buah tabung


b. Diambil darah vena 5 mL, sambil dijalankan stopwatch ketika darah terlihat masuk
ke spuit
c. Isi tiap tabung dengan maing-masing 1 mL darah
d. Inkubasi semua tabung pada suhu 37⁰ (water bath atau digenggam) selama 4 menit,
setiap 30 detik semua tabung dimiringkan, perhatikan tabung mana yang sudah
tampak membeku. Catat waktunya (I)
e. setiap 30 detik berikutnya miringkan 2 tabung yang tersisa, perhatikan tabung mana
yang sudah tampak membeku. Catat waktunya (II)
f. Setiap 30 detik berikutnya perhatikan tabung terakhir dan catat saat tampak
membeku (III)
g. Ambil rata-rata dari pengamatan waktu I + II + III

Nilai Normal : 5 - 15 Menit

PEMERIKSAAN PROFIL PEMBEKUAN


(Bleeding Time, Clotting Time)
Tanggal Nilai

Judul praktikum Paraf Asisten


PRAKTIKUM PEMERIKSAAN
GOLONGAN DARAH DAN
INKOMPABILITAS
TUJUAN

Untuk mengetahui metode pemeriksaan golongan darah dan inkompabilitas.

A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

ALAT DAN BAHAN

a. Slide
b. Lancet
c. Batang pengaduk
d. Reagen Anti A, Anti B, Anti AB, dan Rh.
e. Centrifuge dan mikroskop
f. Pipet pasteur
g. Kertas putih untuk alas penentuan dengan objek gelas
h. Sampel darah yang akan diperiksa

CARA KERJA

a. Siapkan alat dan bahan


b. Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol
c. Tusuk ujung jari dengan lancet
d. Teteskan darah pada slide
e. Teteskan reagen Anti A, Anti B, Anti AB, dan Rh
f. Aduk dengan batang pengaduk
g. Amati hasilnya

Interpretasi hasil
Golongan Anti A Anti B Anti AB
darah
A Menggumpal Tidak Menggumpal
menggumpal
B Tidak Menggumpal Menggumpal
Menggumpal
AB Menggumpal Menggumpal Menggumpal

O Tidak Tidak Tidak


Menggumpal Menggumpal Menggumpal

B. CROSSMATCING (COMPATIBILITY TESTING)


Reaksi silang adalah reaksi pencocokan darah donor dengan darah recivien in vitro

Ada 2 jenis rekasi silang yaitu:


1. Reaksi silang major
Prinsip:
RS-M adalah interaksi antara eritrosit (sel) donor dengan serum pasien.
Disini kita ingin mengetahui apakah ada antibody di dalam serum pasien yang akan
menghancurkan eritrosit donor. Bagian tes major ini sangat penting karena antibody
dalam tubuh pasien siap menghancurkan eritrosit donor yang mengandung antigen
lawannya

2. Reaksi silang minor


Prinsip:
RS-m adalah kebalikan RS-M, di sini kita ingin mengetahui adanya intraksi
antara antibody di dalam plasma donor yang melawan eritrosit pasien. Bagian tes
minor ini kurang penting karena antibody dalam plasma donor yang ditransfusikan
akan mengalami pengenceran di dalam peredaran darah pasien sehingga walau ia
beraksi di dalam tubuh biasanya reaksinya ringan dan lambat

Berdasarkan medium yang dipakai reaksi silang dibedakan menjadi:


1. Reaksi silang medium saline (NaCl 0,9%)
Rekasi ini digunakan untuk mengetahui inkompabilitas darah donor dengan
resipien yang disebabkan oleh Ab alami seperti sistem ABO
2. Reaksi silang dalam medium high protein
Reaksi ini digunakan untuk mengetahui inkompabilitas darah donor dengan
resipien yang disebabkan oleh antibody imun seperti pada sistem Rh

3. Reaksi dalam comb’s


Reaksi ini digunakan untuk mengetahui inkompabilitas darah donor dengan
resipien yang disebabkan oleh antibody yang bersifat blocking

Persiapan reaksi silang


1. Sampel darah
Sampel darah pasien:
 Sampel darah pasien harus beku yang berumuran kurang dari 2x24 jam
 Pisahkan serumnya yang jernih dengan pemusingan
 Siapkan eritrosit pasien sampel susupensi sel 5% dalam saline, setelah dicuci 1x

Sampel darah donor:


 Sampel darah donor dari tubing kantong darah (darah ACD/CPD)
 Pisahkan plasmanya yang jernih dengan pemusingan
 Siapkan eritrosit donor suspensi sel 5% dalam saline setelah dicuci 1x

2. Alat dan reagen


 Pipet tetes Pasteur dengan volume tetesan 0,05mL
 Tabung gelas ukuran 10-12 mL x 75 mL
 Centrifuge (blood bank centrifuge)
 Incubator (waterbath atau oven yang suhunya 370C)
 Saline bersih dalam labu semprot
 Bovime albumin 22%
 Antihuman globulin serum (coomb’s serum)
 CCC (coomb’s control cell)

CARA KERJA
Reaksi silang rutin:
Tab I Tab II

Major Minor

2 tetes serum Pasien 2 tetes serum donor

1 tetes suspense sel 5% donor 1 tetes suspense sel 5%

 Fase I (fase suhu kamar dalam medium saline)


 Campuran isi tabung dikocok-kocok
 Inkubasi 370C selama 15 menit
 Pusing 1000 rpm, 1 menit/3.400 rpm, 15 detik
 Baca makroskopis hemolisis? aglutinasi?
 Bila negative lanjut ke fase II
 Fase II (fase inkubasi 370C)
 Kedalam masing –masing tabung tambahkan 2 tetes bovine albumin 22%
 Campurab isi tabung dikocok-kocok
 Inkubasi 370C selama 15 menit
 Pusing 1000 rpm, 1 menit/3.400 rpm, 15 detik
 Baca makroskopis hemolisis? aglutinasi?
 Bila negative lanjut ke fase III
 Fase III (indirect coomb’s test)
 eritrosit didalam masing-masing tabung dicuci 3x dengan saline
 setiap kali mencuci dengan 3-4 mL saline, lalu dipusingkan
 supernatant saline dibuang dengan cara menungkan ke tabung
 setelah pencucian 3x, supernatant saline dibuang sebanyak-banyaknya
 untuk menghindari terjadinya pengenceran comb’s serum yang akan
ditambahkan
 kepada sedimen eritrosit ditambahkan 2 tetes coomb’s serum
 baca makroskopis dan mikroskopis
setelah test reaksi silang pada fase ini selesai dan akan diambil kesimpulan apakah
reaksi silang itu valid atau tidak.

PENGUJIAN REAKSI SILANG


Kepada tabung yang hasil coomb’s tesnya negatif ditambahkan 1 tetes CCC, pusingkan
1000 rpm, 1 menit/3.400, 15 detik. Jika hasilnya positif maka reaksi silang valid, jika
hasilnya negative reaksinya invalid.
Coomb’s test atau antiglobulin test validitasnya diuji dengan CCC
COOMB’S CONTROL CELL (CCC)
CCC: eritrosit normal, biasanya dibuat dari golongan darah O Rh(+) yang sengaja
dibuat coated dengan suatu antibody inkomplit. Dibuat sedemikian rupa coatednya dan
memberikan hasil 1+ s.d 2+ bila CCC direaksikan dengan coomb’s serum yang
digunakan.
Kegunaan CCC:
1. Untuk menguji coomb’s serum apakah masih aktip atau tidak. Bila masih aktip
pembacaan CCC kedalam coomb’s serum member hasil reaksi positif
2. Menguji kebenaran hasil coomb’s test yang negative. Setiap coomb’s test yang
negative harus diuji validitasnya dengan cara menambahkan 1 tetes CCC
3. Bila hasil reaksinya positif tes dimyatakan valis sedangkan bola negative dinyatan
invalid

Interaksi Reaksi Silang


Dari hasil reaksi silang yang valid dari fase I samapi denga fase III tadi kita akan
menarik suatu kesimpulan :
1. Dimana saja (major/minor) pada fase mana saja (I,II,III) ada reaksi, dikatakan reaksi
saling incompatible (tidak cocok)
2. Bila pada major dan minor dari fase I samapi Fase III tidak ada reaksi, dikatan reaksi
silang compatible (cocok)
3. Bila reaksi silang incompatible pada minor, ada kesenjangan, darah donor dapat
diberikan dengan penuh pertimbangan. Berikan packed red cellnya saja
Apabila reaksi silang invalid maka test reaksi silang harus diulang. Invalidnya reaksi silang
terutama setelah fase III, bias disebabkan oleh:
1. Pencucian eritrosit yang tidak sempurna, masih ada sisa-sisa globulin yang bebas
disekitar eritrosit yang menetralkan coomb’s serum
2. Sumber saline dalam labu semprot tercemar protein /globulin serum
3. Coomb’s serum sudah tidak aktif (karena tercemar)
4. Lupa meneteskan coomb’s serum
Reaksi Silang Darurat Medic
Teknik penetuan sama seperti reaksi silang rutin, hanya setelah penentuan fase I
yaitu fase pada suhu kamar dalam medium saline darah donor sudah dapat dikirim
kerumah sakit dimana resepien berada dengan catatan:
1. Hasil reaksi silang M dan m negative(tidak aglutinasi maupun hemolisis)
2. Melanjutkan penentuan-penentuan ke fase-fase berikutnya
3. Bila dijumpai hasil reaksi silang positf baik M dan atau m maka segera hubungi
rumah sakit yang bersangkutan dan darah dapat ditarik.

Reaksi Silang Dengan Beberapa Donor (Sistem Pooling)


Pada penentuan reaksi silang dengan beberapa donor, darah-darah donor boleh
dipool (maksimal 3 darah donor). Cara menghubungkannya dalah sebagai berikut:
1. Serum atau plasma donor dari masing-masing donor digabungkan (pool) jadi satu
dengan perbandingan sama banyak. Disebut pool serum atau plasma donor
2. Susupensi sel eritrosit 5% dari maisng-masing donor digabungkan (pool) jadi satu
dengan perbandingan sama banyak. Disebut pool suspense eritrosit donor 5%
Prosedur kerja berikutnya:
1. M : pool suspensi eritrosit 5% donor direaksikan dengan serum resepien
2. M : pool serum atau plasma donor direaksikan dengan pool suspensi eritrosit 5%
donor
3. Auto control pool donor : pool serum atau plasma donor direaksikan dengan pool
suspense eritrosit 5% donor.
Perbandinga serum atau plasma dengan suspense eritrosit = 2 tetes/1 tetes. Teknik reaksi
silang sama dengan diatas . kejelekan dengan sistem pooling adalah bila ada reaksi positif
maka harus diulang satu per satu. Sebaliknya, kebaikannya adalah bila reaksi negative
semua maka pekerjaan jadi lebih cepat/dipersingkat waktunya.

LAMPIRAN
1. Memisahkan Serum Atau Plasma Dari Sel Darah
Memisahkan serum atau plasma dari sel darah untuk penentuan serologi golongan
darah, baik itu dari sampel darah beku (serum) ataupun dari samel darah tidak beku
(dengan antikoagulan ACD/CPD plasma) harus dipisahkan terdahulu dari sel-sel
darahnya dengan cara pemusingan.
Bila sampel darah merupakan sampel darah beku didapat, maka sampel darah harus
dibiarkan dahulu membeku denga sempurna (kira-kira 2 jam) serum tampak keluar di
tepi bekuan, kemudian baru dipusingkan.
Prosedur kerja:
 Ambillah bagian darah yang mencair sebanyak yang dapat diambil dan tabung
ke dalam tabung reaksi
 Pusingkan tabung yang berisi darah cair tadi dengan centrifugepada kecepatan
3.400 selama 1-2 menit. Setelah pemusingan akan tampak sel-sel darah
mengendap dibawah dan serum atau plasma yang bebas dari sel-sel darah
dibagian atasnya.
 Dengan pipet Pasteur yang bersih ambilah serum atau plasma dan tampunglah
dalam tabung reaksi yang lain dan diberi label yang sesuai
 Setelah dipakai sebagai bahan penentuan, serum atau plasma dan sel-sel
darahnya harus disimpan terpisah. Tidak boleh dicampur kembali

2. Mencuci Sel Darah


Tergantung pada tujuan pencucian maka sel-sel darah dapat dicuci dengan 2 cara yaitu:
(pisahkan dahulu serum atau plasma dari sel-sel darahnya)
Pencucian untuk penentuan golongan darah:
 Cuci endapan sel-sel darahnya dengan cara menambahkan saline yang
jumlahnya dibandingkan dengan endapan sel-seldarah 10 bagian atau lebih
berbanding satu bagian
 Campurkan isi tabung reaksi dengan pipet patear agar merata
 Kemudian pusingkan seperti pada cara memisahkan serum atau plasma dari sel-
sel darah
 Buang supernatant saline, diulangi pencucian sebanyak 3-4 kali
 Setelah pencucian terakhir, supernatant saline puncuci dibuang sebanyak-
banyaknya sehingga didapatkan sel darah pekat

Pencucian unruk penentuan coomb’s


 Tujuan pencucian ini adalah : untuk menghilangkan sisa-sisa globulin yang
tidak melekat (uncoated) pada sel, tetapi berada disekitar sel
 Cara pencucian pada prinsipnya sama, hanya saline pencuci jauh lebih banyak
 Perbandinga sel yang dicuci dengan saline pencuci adalah 1 bagian berbanding
100 bagian atau lebih
 Pencucian dilakukan minimal 3 kali

3. Membuat Suspense Sel


Kepekatan sel-sel darah di dalam mediumnya akan mempengaruhi interaksi antigen-
antibodi. Oleh karena itu kepekatan sel dapat diatur dan dibuat sesuai dengan kebutuhan
, yang kita sebut % suspense sel.
% suspense sel dibuat berdasarkan perbandingan bagian sel pekat dengan mediumnya.
Mediumnya dapat berupa saline, serum/plasma, atau albumin
Misal :
% suspense sel Sel pekat Medium Volume total

2% 1 bagian 49 bagian 50

5% 1 bagian 19 bagian 20

10 % 1 bagian 9 bagian 10

25 % 1 bagian 3 bagian 4

40 % 2 bagian 3 bagian 5

Dan seterusnya

Membuat suspense sel –A,-B, -O


Suspense sel –A : berisi sel darah golongan A
Suspense sel –B : berisi sel darah golongan B
Suspense sel –O : berisi sel darah golongan O
Masing masing sel darah golongan A, B, O diatas setelah dicuci 3 kali dibuat suspense
sel 5% atau 10% dalam medium saline, sasuai dengan tujuan penentuan. Setelah itu
diperiksa ulang golongannya dengan anti sera –A, -B, dan anti –AB. Setelah sesuai
golongannya dilabel pengenal yang sesuai sebagai suspense sel.

PENENTUAN GOLONGAN DARAH


DAN INKOMPABILITAS

Tanggal Nilai
Judul praktikum Paraf Asisten
PRAKTIKUM
HAPUSAN DARAH TEPI
TUJUAN

Untuk mengetahui teknik pembuatan sediaan dan pemeriksaan hapusan darah.

TEORI

Prinsip
Setetes darah dipaparkan di atas sebuah objek glass, kemudian dilakukan pewarnaan,
dan selanjutnya dievaluasi.

ALAT DAN BAHAN

Objek glass
Glass objek harus bersih, kering dan bebas lemak. Permukaan harus rata dan licin. Bila
kotor harus dicuci dahulu dengan sabun atau alkohol, lalu dikeringkan dengan kain atau
kapas yang kering dan bersih.

Gelas penghapus
Dapat dibuat dari glass objek dengan menghilangkan sudut-sudutnya. Tepinya harus
rata dan bersih.

CARA KERJA

a. Teteskan 1 tetes sampel darah pada salah satu ujung objek glass.
b. Dengan tangan kanan letakkan gelas penghapus di sebelah kiri dari tetesan darah
sehingga menyentuh tetesan darah tersebut, dan tetes darah akan menyebar pada sisi
gelas penghapus tersebut.
c. Segerah geser gelas penghapus ke kiri sambil memegangnya miring dengan sudut
antara 30 – 45º, dengan demikian tetesan darah tadi akan merata di atas gelas objek.
d. Keringkan sediaan dengan menggerak-gerakkannya di udara, jangan ditiup dengan
hembusan nafas.
e. Tebal tipisnya hapusan tergantung dari : besarnya tetesan darah, kecepatan
menggerakkan gelas penghapus, sudut antara gelas penghapus dengan gelas objek.
Gerakkan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 30º akan menghasilkan lapisan
darah yang tipis dan sebaliknya penghapus yang cepat atau sudut yang lebih besar akan
menghasilkan lapisan darah yang tebal.
f. Leukosit-leukosit tidak boleh menggerombol di bagian akhir dari hapusan. Bila ini
terjadi maka distribusi dari macam-macam leukosit tidak representatif. Gerakkan yang
terlalu pelan atau gelas penghapus yang kotor dapat menyebabkan kesalahan ini.
g. Mengeringkan hapusan dengan segera penting sekali sebab bila tidak maka eritrosit
akan mengalami kerusakan dan memudahkan terjadinya terbentuknya rouleaux.

Pewarnaan hapusan
Pewarnaan yang dapat dipakai banyak macamnya. Biasanya dipakai salah satu
pewarnaan Romanosky (Giemsa, Wright). Adapun prosedur pewarnaan adalah :

h. Letakkan sediaan yang akan dicat pada bak pengecatan.


i. Teteskan metanol pada sediaan sedimikian rupa sehingga menutupi seluruh permukaan
sediaan. Biarkan selama ± selama 5 menit.
j. Tuang kelebihan metanol dari objek gelas.
k. Teteskan sediaan dengan larutan giemsa yang telah diencerkan dengan larutan
penyangga (1 tetes giemsa pokok untuk setiap 1 mL penyangga) dan biarkan selama 20
menit.
l. Bilas sediaan dengan air secara perlaha.
m. Keringkan sediaan lalu periksa dengan mikroskop.

Penilaian Kualitas HDT


Penilaian kualitas HDT dilakukan dengan memakai perbesaran kecil (objektif
10x), meliputi :

 Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu
sama lainnya.
 Hapusan tidak boleh mengandung endapan warna.
 Eritrosit dan leukosit harus terwarnai dengan baik.
 Leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir HDT.
 Bila HDT tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, sebaiknya dibuat HDT yang
baru, sehingga tidak menyulitkan waktu dievaluasi.

Pemeriksaan HDT
Pemeriksaan HDT terdiri dari :

Pemeriksaan dengan perbesaran kecil ( objektif 10x)


 Penilaian kualitas HDT
 Penafsiran jumlah leukosit dan eritrosit
 Penafsiran hitung jenis leukosit.
 Pemeriksaan adanya sel-sel muda dan abnormal.

Periksaan dengan kuat ( objektif 100x + oil emersi)


 Eritrosit : apakah ada kelainan atau variasi morfologi
 Leukosit : untuk hitung jenis leukosit dan mencari kelainan morfologik.
 Trombosit : penafsiran jumlah dan morfologinya.
 Sel-sel abnormal : pemeriksaan morfologi

Evaluasi Hapusan Darah Tepi

Prinsip

Untuk dapat melakukan evaluasi HDT dengan baik, maka ciri-ciri jenis sel darah
harus diketahui dahulu dengan baik.

HDT yang telah telah memenuhi syarat mula-mula diperiksa dengan :

1) Perbesaran objektif 10x


 Penentuan kesan jumlah leukosit
Lakukan hal ini di daerah perhitungan (counting area), bila didapatkan :
20 – 30 leukosit/Lp = 5000 leukosit/cmm
40 – 50 leukosit/Lp = 10.000 leukosit/cmm
 Bila kita jumpai sel-sel muda berinti (normoblast) maka hitunlah beberapa sel
muda berinti setiap 100 leukosit. Hal ini diperlukan untuk membuat koreksi
terhadap jumlah leukosit yang didapat dengan pemeriksaan dengan memakai
kamar hitung.
 Cara koreksi :
Jumlah leukosit yang benar = 100/ (100 + N) x L

N = jumlah normoblast

L = jumlah leukosit yang dihitung dengan kamar hitung.

2) Perbesaran objektif 100x + oil emersi


 Eritrosit
 Besarnya (Cyter)
 Warnanya (Chromasi)
 Sel-sel muda dan sel abnormal
 Leukosit
 Kesan jumlah leukosit
 Hitung jenis leukosit
 Sel-sel muda dan abnormal
 Trombosit
Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT

 Jumlah normal pada tiap lapang pandang ada beberapa trombosit : 2 – 4/Lp
 Jumlah dikatakan meningkat, apabila pada tiap lapang pandang jumlahnya
banyak (> 15/Lp) atau dalam bentuk menggerombol-gerombol.
 Jumlah dikatakan menurun, apabila agak sulit menemukan trombosit/Lp
 Pada regerasi yang aktif dari daerah sering dijumpai trombosit yang besar-besar
yang disebut giant trombosit.

PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH TEPI


Tanggal Nilai

Judul praktikum Paraf Asisten

Anda mungkin juga menyukai