ABORTUS
Pembimbing:
dr. H. Doddy Rodiat M Sp.OG(K)
Disusun oleh:
Bintang Aditya 03015045
Marcellino Satriaman H 03014117
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih
sayang serta nikmat-Nya, sehingga kami sebagai dokter muda Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Abortus”.
Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas dan pembelajaran dalam
menempuh Kepanitieraan Klinik Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan di
RSUD Karawang periode 19 Agustus – 26 Oktober 2019. Penyusunan laporan
kasus ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Unggul Yudatmo, Sp.OG selaku ketua SMF
dan pembimbing bagian Ilmu Kandungan dan Kabidanan di RSUD Karawang, dr.
David M Allorante Sp.OG, dr. H Doddy Rodiat M Sp.OG, dr Farid M. Ghazali
Sp.OG, dr. Rhabbi Chandra Sp.OG, dan dr. Budiyanto Sp.OG selaku dokter
pembimbing bagian Ilmu Kandungan dan Kabidanan di RSUD Karawang, serta
teman-teman satu kelompok stase ilmu kandungan dan kebidanan di RSUD
Karwang.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pembaca dan semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Judul:
Abortus
Ditujukan untuk memenuhi nilai dalam menempuh
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan
RSUD Karawang - Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode 19 Agustus – 26 Oktober 2019
Disusun oleh:
Bintang Aditya 03015045
Marcellino Satriaman H 03014117
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB II ILUSTRASI KASUS.................................................................................3
2.1 Identitas Pasien....................................................................................3
2.2 Anamnesis............................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik................................................................................5
2.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................7
2.5 Resume.................................................................................................8
2.6 Diagnosis..............................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan...................................................................................9
2.8 Prognosis............................................................................................10
2.9 Tindak Lanjut (Follow up).................................................................10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................15
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya
mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan
kelahiran hidup.(4)
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana
pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah
50%.4 Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.(3)
Insiden abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari
seluruh kehamilan. Angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-
kurangnya ada 2 hal yang selalu berubah, yaitu kegagalan untuk mengikut
sertakan abortus dini yang karena itu tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus
yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan. Abortus
iminens sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun
sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis.
Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun yang penting
diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi. 1,2,3
Abortus iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan
masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila
keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami
guncangan psikis, tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama
pada keluarga yang sangat menginginkan anak. Sangat penting bagi para pelayan
kesehatan untuk mengetahui lebih dalam tentang abortus agar mampu
menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai
dan akurat, serta mencegah komplikasi.
BAB II
2
ILUSTRASI KASUS
2.2 Anamnesis
3
Keluhan Utama
Pasien datang sendiri ke IGD RSUD Karawang dengan G4P2A1 mengeluh
keluar gumpalan darah sejak 1 jam SMRS.
Riwayat Mestruasi
4
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali (menarche) saat usia 15 tahun.
Siklus menstruasi biasanya kurang lebih 28 hari namun tidak teratur, dengan lama
mestruasi 5-7 hari. Dalam satu hari biasanya pasien mengganti pembalut sebanyak
2-3x. Keluhan nyeri saat mestruasi disangkal.
Riwayat Pernikahan
Pasien mengaku menikah satu kali pada usia 18 tahun
Riwayat Obstetri
G4P2A1 dengan anak pertama perempuan, usia saat ini 13 tahun (2007), lahir
spontan di bidan, berat badan saat lahir 3500 gram, hidup. Anak kedua perempuan
usia saat ini 9 tahun (2011), lahir spontan di bidan, berat badan saat lahir 3100
gram, hidup. Hamil ketiga (2018) pasien mengalami keguguran pada usia
kehamilan 2 minggu, keluar jaringan tidak utuh dan dilakukan kuretase.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku pernah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sekali
5
Keadaan lain : Dyspnoe (-), sianosis (-), ikterik (-), pucat (-)
- Leher
JVP tidak meningkat, Pembesaran tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah
bening (-)
6
- Thorax
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, otot bantu napas (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SNV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Striae gravidarum (-)
Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Palpasi : turgor kulit baik, pembesaran hepar dan lien tidak dinilai
Perkusi : tidak dinilai
- Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-)
Palpasi : AH (+), OE (-) , CRT < 2 detik
Tanggal : 29/9/2019
8
MCHC 34 g/dL 32-36
RDW CV 13.1 % 12-14,8
2.4.3 USG
Crown Rump Length (CRL) ~19.2mm sesuai 8+5 minggu
2.5 Resume
Pasien datang sendiri ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan perdarahan
dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien lupa hari pertama haid terakhirnya,
namun menurut keterangan pasien mengaku telah hamil dengan usia kehamilan 9
minggu. Pasien pernah melakukan antenatal care (ANC) sebanyak 3x di klinik
dan Puskesmas. Pasien pernah melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
sebanyak 1x di RS Islam. Pasien mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak 1
jam SMRS. Pasien mengatakan darah berwarna merah segar banyak melebihi haid
beserta gumpalan darah yang keluar dari jalan lahirnya. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut VAS 3 dan perut merasa mulas. Keluhan mual dirasakan oleh pasien,
namun keluhan demam, pusing dan muntah, serta kaki bengkak disangkal. Buang
air kecil dan buang air besar dalam batas normal.
Riwayat abortus sebelumnya (+) di usia kehamilan 2 minggu pada 7 bulan
yang lalu, Riwayat tekanan darah tinggi (-), tekanan darah tinggi selama
kehamilan (-), DM (-), alergi (-), asma (-), penyakit jantung (-), penyakit kronis
(-).
Riwayat abortus pada kakak pasien (+), Riwayat tekanan darah tinggi (-),
alergi (-), asma (-), penyakit jantung (-), penyakit kronis (-)
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali (menarche) saat usia 15 tahun.
Siklus menstruasi biasanya kurang lebih 28 hari namun tidak teratur, dengan lama
mestruasi 5-7 hari. Dalam satu hari biasanya pasien mengganti pembalut sebanyak
2-3x. Keluhan nyeri saat mestruasi disangkal.
Pemeriksaan fisik saat pasien datang keadaan umum baik dan kesadaran
compos mentis. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 82x/menit, reguler,
pernafasan 20x/menit, reguler , suhu 36.5°C dan saturasi oksigen 99%.
9
Pemeriksaan fisik umum dalam batas normal. Pemeriksaan obsetri
didapatkan, pemeriksaan inspeksi pada genitalia didapatkan vulva uretra tenang,
tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan aktif. Pada pemeriksaan inspekulo
didapatkan ostium uretra eksternum tertutup.
2.7 Penatalaksanaan
Bed rest
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Methyl ergometrin 3 x 200 Mcg
Cefixime 2 x 200 mg
Sulfat Ferrous 1 x 300 mg
Inj Ceftriaxone 1x2gr
Inj Ketorolac 3x 30mg
2.8 Prognosis
Ibu:
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Janin
Ad Vitam : dubia ad malam
2.9 Follow Up
10
S Pasien datang sendri dengan perdarahan
Mules (+) sejak 1 hari SMRS, keluar gumpalan darah (+) sejak 1 jam SMRS
perdarahan sebanyak +/- ½ botol air mineral bercampur air BAK, mual (+)
muntah (-)
O KU : CM
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Laju nadi : 130x/menit, reguler
Lanju nafas : 22x/menit, reguler
Suhu : 36.4°C
Saturasi O2 : 99%
STATUS GENERALIS
Conjungtiva anemis (+)
STATUS OBSTETRI
I : V/U tenang (-), perdarahan aktif (+), kontraksi baik (+)
A G4P2A1 abortus inkomplit hamil 9 minggu + ibu dengan syok hipovolemik
Grade II
P Rencana kuretase cito
Rencana transfusi darah 250cc
IV line loading cairan 1500cc
Asam tranexamat 3 x 500 mg
S Pasien mengatakan keluar darah berkurang, nyeri perut (+), pusing (+), BAK
dbn
O KU : CM
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Laju nadi : 87x/menit, reguler
Lanju nafas : 20x/menit, reguler
Suhu : 36.7°C
Saturasi O2 : 98%
STATUS GENERALIS
dbn
STATUS OBSTETRI
I : V/U tenang, perdarahan aktif (-), kontraksi baik (+)
12
A P2A2 post kuretase a/i abortus inkomplit, ibu riwayat syok hipovolemik gr.II
P Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Methyl ergometrin 3 x 200 Mcg
Cefixime 2 x 200 mg
Sulfat Ferrous 1 x 300 mg
S Pasien mengatakan keluar darah (-), nyeri perut (-), pusing (+)
O KU : CM
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Laju nadi : 76x/menit, reguler
Lanju nafas : 20x/menit, reguler
Suhu : 36.6°C
Saturasi O2 : 99%
STATUS GENERALIS
dbn
STATUS OBSTETRI
I : V/U tenang, perdarahan aktif (-), kontraksi baik (+)
A P2A2 post kuretase a/i abortus inkomplit, ibu riwayat syok hipovolemik gr.II
P Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Methyl ergometrin 3 x 200 Mcg
Cefixime 2 x 200 mg
Sulfat Ferrous 1 x 300 mg
Acc rawat jalan
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut National Center for Health Statics, Centers for Disease Control
and Prevention dan World Health Organization mendefinisikan abortus sebagai
pengehentian kehamilan sebelum gestasi 20 minggu atau dengan janin memiliki
berat lahir kurang dari 500 gram. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan batasan pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.2
2.2 Epidemiologi
Prevalensi abortus rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian
studi menyatakan kejadian abortus jika dikaji lebih jauh sebenanrnya dapat
mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss
yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar
kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan amet (misalnya sperma dan
disfungsi oosit). Pada 1988 Wilcox dkk melakukan studi terhadap 221 perempuan
yang diikuti selama 707 siklus haid total. Didapatkan total 198 kehamilan, dimana
43 (22%) mengalami abortus sebelum saat haid berikutnya. 1Di Indonesia dalam
1
laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 disebutkan bahwa presentase
abortus dalam lima tahun terakhir adalah sebesar empat persen pada perempuan
pernah kawin usia 10-59 tahun. Dilihat per provinsi, angka ini bervariasi mulai
terendah 2,4% yang terdapat di Bengkulu sampai dengan yang tertinggi sebesar
6,9% di Papua Barat. Terdapat empat provinsi yang memiliki angka kejadian lebih
dari 6% dengan urutan teratas yaitu Papua Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan masing-masing 6,3%, serta Sulawesi Selatan sebesar 6,1%. Di
DKI Jakarta angka kejadiannya sebesar 5,5%.(3)
2.3 Etiologi
Lebih dari 80% abortus terjadi pada minggu pertama, dan setelah itu angka
ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab, pada paling sedikit
seperuh dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidennya juga menurun.
Faktor penyebab terjadinya abortus dibagi menjadi beberapa faktor yaitu :
a. Faktor janin
2. Abortus aneuploidi
a. Trisomi autosom
Merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai pada abortus t
rimester pertama. Trisomi dapat disebabkan oleh nondisjunction tersen
diri, translokasi seimbang materal atau paternal, atau inversi kromoso
m seimbang. Trisomi untuk semua autosom kecuali kromosom nomor
1 pernah dijumpai pada abortus, tetapi yang tersering adalah autosom 1
3, 16, 18,21 dan 22.
b. Monosomi X
Merupakan kelainan kromosom tersering berikutnya dan memungkink
an lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner). Triploidi sering di
kaitkan dengan degenerasi hidropik pada plasenta. Janin yang memperl
ihatkan kelainan ini sering mengalami abortus dini, dan beberapa mam
pu bertahan hidup lebih lama mengalami malformasi berat.
c. Kelainan struktural kromosom
Sebagian bayi lahir hidup dengan dengan translokasi seimbang dan mu
ngkin normal.
3. Abortus euploid
b. Faktor maternal
1. Usia ibu
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30 sampai 35 tahun.(7)
3
2. Paritas Ibu
3. Infeksi
4. Anemia
5. Faktor hormonal
Salah satu dari penyakit hormonal ibu hamil yang dapat menyebabkan
abortus adalah penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus pada saat
hamil dikenal dengan diabetes mellitus gestasional (DMG). DMG
didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali
ditemukan pada saat hamil. Dinyatakan DMG bila glukosa plasma puasa ≥
4
126 mg/dl atau 2 jam setelah beban glukosa 75 gram ≥ 200 mg/dl atau
toleransi glukosa terganggu.13,15 Pada DMG akan terjadi suatu keadaan
dimana jumlah atau fungsi insulin menjadi tidak normal, yang
mengakibatkan sumber energi dalam plasma ibu bertambah. Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut
terjadi komposisi sumber energi abnormal yang menyebabkan
kemungkinan terjadi berbagai komplikasi yang salah satunya adalah
abortus spontan.15
7. Trauma fisik
a. Faktor paternal
5
2.4 Patofisiologi
Pada janin yang telah meninggal dan tida dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi; janin mongering dank arena cairan amnion menjadi kurang oleh
sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis seperti kertas nperkamen (fetus papiraseus).(8)
6
Kemungkinan lain pada janin-mati yang tida lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi; kulit terkupas, perut membesar karena terisi cairan, dan
seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
a. Abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau deng
an tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medicinalis, semata-mata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b. Abortus provokatus (induksi abortus)
adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan mem
akai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi :
1) Abortus medicinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tind
akan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat mem
bahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mend
apat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-ti
ndakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan bias
anya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
a. Abortus Iminens
Merupakan abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadi
nya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertut
up dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
b. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
c. Abortus Inkompletus
7
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada ya
ng tertinggal
d. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan k
urang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
8
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dala
m kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluru
hnya masih tertahan dalam kandungan.
f. Abortus Habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih b
erturut-turut
g. Abortus Infeksiosus
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genital
ia.
h. Abortus Septik Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran i
nfeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau pe
ritonitis).
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Rasa mulas atau kram perut di daerah atau simphisis, sering disertai
keluarnya jaringan konsepsi.
9
b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan le
mah, suhu badan normal atau meningkat.
c. Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam, ada atau tidak hasil konsepsi, tercium atau tid
ak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo
Ostium Uteri terbuka atau tertutup, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
3. Colok Vagina
Portio masih terbuka atau tidak, besar uterus lebih kecil atau sesuai dar
i usia kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang.
d. Pemeriksaan Bimanual
Uterus membesar atau tidak, besar uterus sesuai dengan riwayat haid, tida
k mendatar dan mempunyai konsistensi hamil normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
Hal ini membantu untuk memeriksa detak jantung janin dan menentuk
an apakah embrio berkembang normal atau tidak.
2. Pemeriksaan Darah
HCG beta berguna untuk membedakan dengan diagnosis banding lainn
ya.
3. Pemeriksaan Jaringan
Jika terdapat sisa jaringan, dapat dikirim ke laboratorium untuk mengk
onfirmasi bahwa keguguran telah terjadi dan bahwa gejala tidak berhu
bungan dengan penyebab lain dari perdarahan kehamilan.
10
belum membuka. Pada inspekulo dijumpai bercak darah di sekitar dinding
vagina, porsio tertutup, tidak ditemukan jaringan.
1. Abortus Iminens
Hal pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam
sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin
terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis; nyeri dapat berupa nyeri punggung
bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul; atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.(11)
12
malam. Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang
diberikan. Bila ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan
harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan USG
diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui
keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran
biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan
HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan di samping ada
tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan
USG dapat dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal. Pada USG
transabdominal jangan lupa pasien harus tahan kencing terlebih dahulu untuk
mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas.
2. Abortus Insipiens
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin
kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus
yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin
masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan
serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan
plasenta dari dinding uterus.(3)
13
Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan
banyak. Pada umur kehamilan di atas 12 minggu, uterus biasanya sudah melebihi
telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus hati-hati, kalau perlu dilakukan
evakuasi dengan cara digital yang kemudian disusul dengan tindakan kuretase
sambil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya
perforasi pada dinding uterus. Pascatindakan perlu perbaikan keadaan umum,
pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis.
3. Abortus Inkompletus
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara
terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau
lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus incomplete.
Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun
bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan
terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa
jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian
terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi
untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan
bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari
umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak
massa hiperekoik yane bentuknya tidak beraturan.
14
Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung
baik dan perdarahan bisa berhenti Selanjurnya dilakukan tindakan kuretase.
Tindakan kuretase harus dilakukan secara hatihati sesuai dengan keadaan umum
ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet vakum
menggunakan kanula dari plastik. Pascatindakan perlu diberikan uterotonika
parenteral ataupun per oral dan antibiotika .(12)
4. Abortus Kompletus
5. Missed Abortion
15
rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada
payudara mulai menghilang.
16
Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan
prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion.
Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian mesoprostol
secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam
jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi
pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada
tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang
menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat
hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen.
Pascatindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin
dan pemberian antibiotika.
6. Abortus Habitualis
18
terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil, dan
tekanan darah turun.
Antibiotik dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari
pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis
vagina/uterus dengan larutan peroksida (H2O2) kalau perlu histerektomi total
secepatnya.
19
Missed Sedikit dan warna Agak kenyal dan Lebih kecil Gejala kehamilan
abortion kehitaman tertutup dari umur menghilang Uterus tak
kehamilan membesar
Diagnosis Banding(13)
20
Abortus - perdarahan - TFU kurang dari tes kehamilan urin
inkomplit banyak / sedang umur kehamilan masih positif
dari uterus pada
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks - USG : terdapat
20 minggu - nyeri (+) sisa hasil konsepsi
perut ringan (+)
- teraba jaringan
- keluar jaringan dari cavum uteri
sebagian (+) atau masih
menonjol pada
osteum uteri
eksternum
- muntah (+)
22
- Uterus dapat
teraba agak
membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul
segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
24
BAB IV
ANALISA KASUS
25
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
maka pada arah diagnosa dari pasien ini adalah abortus. Abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yaitu
berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Secara umum abortus dibagi menjadi abortus spontan dan provokatus.
Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable
abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus
habitualis (recurrent abortion), abortus infeksiosus, dan abortus septik. Abortus
iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum 20 minggu tanpa
disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus. Abortus iminens dapat
berujung pada abortus inkomplet yang memiliki komplikasi yang dapat
mengancam keselamatan ibu. Selanjutnya yaitu abortus insipiens, adalah abortus
yang sedang mengancam yang ditandai dengan ostium uteri telah membuka, akan
tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Pada abortus inkomplit sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
namun masih ada yang tertinggal. Sedangkan abortus komplit seluruh hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan ostium uteri sudah menutup kembali.
Pada pasien ini terjadi perdarahan bercak tanpa keluar gumpalan darah, kemudian
dilakukan pemeriksaan inspekulo didapatkan ostium uteri yang menutup dan
dengan USG didapatkan janin masih berada didalam uterus dengan CRL
~19.2mm sesuai 8+5 minggu. Maka dari itu pada pasien ini ditegakkan diagnosis
abortus imminens
Faktor risiko terjadinya abortus spontan diantaranya adalah usia ibu, jumlah
kehamilan (gravida), dan riwayat abortus spontan. Terdapat beberapa faktor risiko
yang menyebabkan pasien ini memiliki risiko untuk mengalami abortus
diantaranya usia ibu yang melebihi rentang usia ideal untuk kehamilan dan
persalinan, jumlah kehamilan dan pasien memiliki riwayat abortus spontan satu
kali. Usia yang ideal untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Sedangkan pada pasien ini hamil yang pertama kali saat ia berusia 18 tahun dan
26
hamil saat ini disaat pasien berusia 41 tahun. Saat ini pasien hamil yang ke-4,
dengan G4P2A1 dengan anak pertama laki-laki, usia saat ini 23 tahun, lahir
spontan di bidan, berat badan saat lahir 3000 gram, hidup. Pada saat pasien hamil
pertama kali, pasien masih berusia 18 tahun. Anak kedua perempuan usia saat ini
17 tahun, lahir spontan di bidan, berat badan saat lahir 3500 gram, hidup. Hamil
ketiga pasien mengalami keguguran pada usia kehamilan 8 minggu di usia pasien
yang menginjak 35 tahun. Angka kejadian abortus sangat tergantung kapada
riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang
sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir
dengan kelahiran hidup dimana ibu hamil dengan riwayat abortus sebelumnya
memiliki risiko 1,4 kali lebih besar mengalami abortus pada kehamilan
selanjutnya.
Tidak terdapat riwayat penyakit pada pasien seperti tekanan darah tinggi,
tekanan darah tinggi selama kehamilan, diabetes mellitus, alergi, asma, penyakit
jantung, maupun penyakit kronis lainnya
Pasien memiliki faktor risiko yaitu dalam keluarga, terdapat riwayat abortus
pada kakak pasien (+), Riwayat tekanan darah tinggi, alergi, asma, penyakit
jantung, penyakit kronis pada keluarga pasien disangkal.
Makadari itu pada pasien ini ditegakkan diagnosis abortus imminens karena
terdapat perdarahan dari jalan lahir pada usia kehamilan muda, dengan perdarahan
berupa bercak tanpa pengeluaran jaringan. Pada pemeriksaan inspekulo
didapatkan tidak ada pembukaan atau ostium uteri menutup. Hasil pemeriksaan
USG didapatkan janin seutuhnya masih berada didalam uterus dengan CRL
~9.8mm sesuai dengan usia kehamilan 8+5minggu. Kemudian pasien diobservasi
diruangan dengan penatalaksanaan berupa tirah baring dan mengedukasi pasien
agar tidak melakukan kegiatan berat dan hanya bed rest. Pasien diberikan
tatalaksana medikamentosa berupa Uterogestan 1x200mg. Uterogestan sendiri
berisi progesteron. Progesteron diberikan sebagai tata laksana abortus imminens
karena adanya teori yang menyatakan bahwa kadar progesteron yang kurang dapat
menyebabkan abortus. Progesteron dan β-hCG adalah hormon yang sangat
27
berperan penting untuk mempertahankan kehamilan, terutama pada awal
kehamilan sehingga rendahnya kadar progesteron dan kadar β-hCG diduga dapat
menyebabkan terjadinya abortus.
Pasien dilakukan observasi selama total 5 hari. Namun pada hari perawatan ke
4 pasien mengeluh keluarnya gumpalan daging saat pasien ke kamar mandi.
Dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk menilai serviks dan didapatkan ostium
terbuka. Pasien ini kemudian dilakukan USG ulang untuk mengonfirmasi dan
didapatkan hasil sisa konsepsi berdiameter 4.64 x 1.43 x 2.04 cm. Pasien
kemudian direncanakan untuk kuretase cito dan MOW atas indikasi cukup anak.
Setelah tindakan dilakukan, pasien kembali diobservasi di ruangan Pasien
diberikan injeksi Ceftriaxone 1x2gr, injeksi Ketorolac 3x30mg dan Methergin tab
3x1. Post operasi pasien tidak ada keluhan dan keadaan umum pasien membaik.
Pasien kemudian dipulangkan dengan diberikan obat-obatan Cefadroxil 2x500mg,
Tab Sulfat Ferrosus 1x300mg, Tab Asam Mefenamat 3x500mg. Pasien juga
dijadwalkan kontrol ke poliklinik untuk kontrol 2 minggu kemudian, dan pada
saat kontrol pasien tidak ada keluhan, luka operasi kering.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Cunningham et al. Obstetri Williams 23rd Volume 1 : Abortus. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2016. P226-246
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan: Perdarahan pada Kehamilan Muda.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008.
3. Riset Dasar Kesehatan 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2010; 2010
4. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. J
akarta: EGC, 2005.
5. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB, Rachimha
dhi T, Wiknjosastro GH (editor), In : Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jaka
rta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.
6. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In: Obstetri
cs Illustrated, 6th Edition. London : Churchill-Livingstone, 2003.
7. Riset Dasar Kesehatan 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2010; 2010
8. World Health Organization. Managing incomplete abortion. WHO, 2008.
9. Sharing responsibility : women, society and abortion worldwide. New Yor
k, The Allan Guttmacher Institute,1999.
10. Christopher P. Crum. The Female Genital Tract. In: Ramzi S. Cotran, Vina
y Kumar, Tucker Collins. Pathologic Basis of Disease.7th ed. Philadelphia :
WB. Saunders 2004; 1079-80.
11. Greenwold N, Jauniaux E. Collection of villous tissue under ultrasound gu
idance to improve the cytogenetic study of early pregnancy failure. Hum R
eprod 2002; 17: 452–56.
12. Fawcus S, McIntyre J, Jewkes RK, Rees H, Katzenellenbogen JM,Shabodi
en R, et al. Management of incomplete abortions at South African public h
ospitals. National Incomplete Abortion Study Reference Group. S Afr Med
J 1997;1(4):438–442.
13. Norwitz, E.R., Schorge, J.O, 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. J
akarta: Penerbit Erlangga; Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., Wirakus
umah, F.F., 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Ed. 2. Ja
karta : EGC.
14. Evans & Arthur T. Manual of Obstetric 7th. Lippincott Williams and Wilki
ns. 2007.
15. POGI. Standar Pelayanan Medik. POGI, 2006.
29
30