MAKALAH
Oleh :
2019
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami
memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis,
baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Makalah Keperawatan Kelautan yang telah kami buat berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Dekompresi”. Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini
tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa
membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini antara lain :
1. Ibu Sri Sumarni, S. kep. ,Ns. M. kes Selaku pembibingan yang telah
memberikan bingbingan pengarahan dan saran dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
2. Ayah anda dan Ibunda yang sangat banyak memberikan bantuan moril,
material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama
menempuh pendidikan.
3. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Keperawatan yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini kedepannya.
Sumenep, 23 September 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
BAB 2...................................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULUAN............................................................................6
2.1 Definisi......................................................................................................6
2.2 Epidemiologi.............................................................................................7
2.3 Etiologi......................................................................................................8
2.4 Patogenesis................................................................................................9
2.5 Diagnosis.................................................................................................14
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................16
BAB 3....................................................................................................................19
ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................19
BAB 4....................................................................................................................26
PENUTUP..............................................................................................................26
4.1 Simpulan.....................................................................................................26
4.2 Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
pulau. Luas Negara Indonesia 87.764 km2 dengan 2/3 luasnya merupakan lautan.
mengelolanya diperlukan sumber daya manusia yang handal. Laut selain sebagai
jalur transportasi, obyek wisata juga merupakan sumber mata pencaharian bagi
Improved Diving Dress” oleh Augustus Siebe. Penemuan alat penyelaman oleh
dan alat penyelam perorangan yang diberi nama ”Self Contained Underwater
dan memerlukan penanganan yang multi sektor dan disiplinilmu dengan didukung
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yangmemadai. Salah satu aspek yang
22
perlu diperhatikan adalah bidangkesehatan, terutama perhatian terhadap sumber
daya manusianya.
dan penelitian. Dewasa ini banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat maupun
laut serta yang ada didalamnya. Dari banyak kegiatan masyarakat yang
sering mereka lakukan untuk mencari ikan, atau mencari hasil laut lainnya.
Kegiatan yang mereka lakukan ini kadang tidak mereka sadari sering
tahun terakhir ini sejak Jacques-Yves dan Emile Gagnon mengembangkan katup
Diving Instructor (PADI) telah memberikan sertifikasi terhadap lebih dari 5 juta
beberapa bidang lainnya seperti dalam bidang militer, industri dan penelitian.
Banyak para nelayan atau penyelam mengeluh perasaan tidak enak, keram-
keram pada kaki bahkan sampai kelumpuhan dan kematian yang mereka alami.
Mereka tidak menyadari bahwa semua keluhan itu adalah sebagai komplikasi
23
penyelaman yang mereka lakukan yang di sebut Penyakit Decompresi
tekanan sekitar.
gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-
paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary
Caisson disease diklasifikasikan menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan,
tidak mengancam nyawa, dan ditandai dengan rasa nyeri pada persendian dan
gangguan respirasi, sirkulasi, dan biasanya gangguan nervus perifer dan / atau
wisata penyelam sebanyak 1 kematian per 6.250 penyelam tiap tahun, olah raga
menyelam 1 kematian per 5.000 penyelam tiap tahun. Sedangkan yang mengalami
24
penyelam, wisata menyelam 1 kasus per 2.900 penyelam dan penyelam komersial
The Divers Alert Network (DAN) melaporkan sejak tahun 1980 ratarata
setiap tahun terjadi kematian 90 penyelam dan antara 900 sampai 1.000 penyelam
Hiperbarik Indonesia (PKHI, 2000) didunia 5-6 orang dari tiap 100.000 orang
sampai 4 kasus setiap 10.000 penyelam, rata-rata setiap tahunnya adalah 1.000
yang dialami penyelam. Dari 204 responden, yang menderita penyakit tuli sebesar
penglihatan 14,7%.
Penelitian yang dilakukan oleh Hagberg & Ornhagen (2003) tentang insiden
dan faktor risiko gejala penyakit dekompresi pada penyelam dan instruktur pria
faktor risiko terkena penyakit dekompresi 1,48 kali dibanding dengan penyelam
mempunyai faktor risiko terkena penyakit dekompresi sebesar 1,34 kali dibanding
penyelam dan instruktur yang berusia lebih dari 24 tahun, penyelam dan istruktur
25
dekompresi sebesar 1,56 kali dibanding dengan penyelam dan instruktur yang
tidak mengkonsumsi alkohol, penyelam dan instruktur yang kelebihan berat badan
(BMI ≥ 25) mempunyai faktor risiko terkena penyakit dekompresi sebesar 0,74
kali dibanding dengan penyelam dan instruktur dengan berat badan normal (BMI
< 25).
caisson disease di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Maka dari itu akan
pertimbangan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah sakit tipe A dan
menggunakan jasa pelayanan medis di rumah sakit tersebut cukup banyak dan
disease.
26
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu penyakit
atau kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat
disekitarnya sehingga memicu pelepasan dan pengembangan gelembung-
gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-
paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary
Overinflation Syndrome”. Penurunan tekanan yang tiba-tiba tadi dapat
mengakibatkan adanya emboli udara di arteri. Caisson disease diklasifikasikan
menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai
dengan rasa nyeri pada persendian dan otot-otot serta pembengkakan pada
limfonodus. Caisson disease tipe II merupakan masalah serius dan dapat
menyebabkan kematian. Manifestasinya bisa berupa gangguan respirasi, sirkulasi,
dan biasanya gangguan nervus perifer dan / atau gangguan susunan saraf pusat.
2.2 Etiologi
Penyakit dekompresi biasanya diakibatkan oleh pembentukan gelembung
gas, yang dapat menyebar ke seluruh tubuh, yang menyebabkan berbagai macam
dapat menyebabkan nyeri terlokalisir (the bends). Gelembung gas pada jaringan
neuropraxia, atau paralisis. Sementara gelembung gas yang terbentuk pada system
Beberapa macam gas bersifat lebih mudah larut dalam lemak. Nitrogen misalnya,
27
2.3 Diagnosis
Gejala klnis timbul saat dekompresi atau dipermukaan (paling lama 24 jam
setelah menyelam). Mula-mula rasa kaku kemudian rasa nyeri, kekuatan otot
menurun, bengkak kemerahan Peau d’orange, banyak pada penyelam ulung dan
singkat, anggota atas 2-3x lebih banyak dari bawah, ⅓ kasus pada bahu kemudian
siku, pergelangan tangan, tangan, sendi paha, lutut dan kaki, asimetri, kasus
Tipe I
kulit, dan
3) Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau menyerupai marmer atau
papular, atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus tertentu yang jarang
Tipe II
30% yang disertai dengan keluhan nyeri. Tanda dan gejalanya bervariasi
karena kompleksnya susunan saraf pusat dan perifer. Onset gejala biasanya
28
Diagnosis caisson disease dapat ditegakkan melalui pertanyaan anamnesa
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin
Pada pasien yang datang gejala neurologik yang persisten dalam beberapa
atau lebih.
mikroemboli.
3. Elektrokardiogram (EKG)
2.4 Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pada pasien Caisson Disease, pertama-tama yang
29
a) Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker
yang dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral
atau diberikan secara intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid
bagian dalam.
e) Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500 mg
konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari
anti-platelet.
f) DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga
antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu
Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien
30
bawah yang disebabkan oleh DCS neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara
mungkin setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT)
31
BAB 4
PENUTUP
1.1 Simpulan
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan
oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut
dalam darah atau jaringan-jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya.
Manifestasi yang paling umum mencakup parestesia, hypesthesia, nyeri sendi.
Tanda dan gejala yang lebih serius meliputi kelemahan motorik, ataksia, dispnea,
disfungsi sfingter uretra dan dubur, syok dan kematian. Penggunaan oksigen
dengan tekanan untuk mempercepat difusi gas dan resolusi gelembung, alasan
untuk pengobatan dengan oksigen hiperbarik (HBO2) mencakup pengurangan
langsung volume gelembung.
1.2 Saran
Kepada penyelam agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat
membahayakan diri, dan berlatih kepada penyelam profesional dan
berpengalaman.
Kepada instansi mengadakan seminar dan pelatihan dari persiapan
menyelam hingga teori-teori yang digunakan dalam menyelam dan
pertolongan pertama pada decompression sickness.
Kepada masyarakat awam agar segera dibawa ke Rumah sakit atau
pelayanan kesehatan terdekat apabila terjadi decompression sickness pada
rekannya agar mendapat pertolongan pertama.
32
DAFTAR PUSTAKA
33