Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DEKOMPRESI

MAKALAH

Oleh :

R.A. Nadia Haq 716620795


Rosyidatul Umrah 716620785
Muzay Yana 716620787
Moh. Syahril Ilham 716620763
RB. Nur Syarif H 716620774
Miftahol Warisin 716620777

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami
memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis,
baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Makalah Keperawatan Kelautan yang telah kami buat berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Dekompresi”. Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini
tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa
membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini antara lain :
1. Ibu Sri Sumarni, S. kep. ,Ns. M. kes Selaku pembibingan yang telah
memberikan bingbingan pengarahan dan saran dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
2. Ayah anda dan Ibunda yang sangat banyak memberikan bantuan moril,
material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama
menempuh pendidikan.
3. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Keperawatan yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini kedepannya.
Sumenep, 23 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
BAB 2...................................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULUAN............................................................................6
2.1 Definisi......................................................................................................6
2.2 Epidemiologi.............................................................................................7
2.3 Etiologi......................................................................................................8
2.4 Patogenesis................................................................................................9
2.5 Diagnosis.................................................................................................14
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................16
BAB 3....................................................................................................................19
ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................19
BAB 4....................................................................................................................26
PENUTUP..............................................................................................................26
4.1 Simpulan.....................................................................................................26
4.2 Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 17.508

pulau. Luas Negara Indonesia 87.764 km2 dengan 2/3 luasnya merupakan lautan.

Potensi kekayaan alam perairan laut Indonesia melimpah, sehingga untuk

mengelolanya diperlukan sumber daya manusia yang handal. Laut selain sebagai

jalur transportasi, obyek wisata juga merupakan sumber mata pencaharian bagi

masyarakat terutama nelayan. Dalam mengelola kekayaan alam tersebut

masyarakat nelayan kita masih menggunakan cara-cara tradisional, antara lain

menyelam dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan tanpa pelatihan

penyelaman yang benar.

Perkembangan peralatan penyelaman dimulai pada abad XIX dengan

ditemukannya ”diving bells”. Kemudian perbaikan alat tersebut berkembang

sampai pada tahun 1837 dengan ditemukannya alat penyelaman ”Siebe’s

Improved Diving Dress” oleh Augustus Siebe. Penemuan alat penyelaman oleh

Augustus Siebe ini merupakan tonggak perkembangan alat penyelaman modern.

Pada perang dunia II diperkenalkan alat penyelaman ”Survace-Supplied Mask”

dan alat penyelam perorangan yang diberi nama ”Self Contained Underwater

Breathing Apparatus (Scuba)”.

Di Indonesia aspek kelautan merupakan hal yang relatif baru berkembang

dan memerlukan penanganan yang multi sektor dan disiplinilmu dengan didukung

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yangmemadai. Salah satu aspek yang

22
perlu diperhatikan adalah bidangkesehatan, terutama perhatian terhadap sumber

daya manusianya.

Sebagai Negara Maritim Indonesia memiliki wilayah yang sebagian besar

adalah lautan, dengan demikian banyak aktivitas masyarakat yang berhubungan

dengan perairan/laut, baik untuk kebutuhan ekonomi, pelayaran sampai olahraga

dan penelitian. Dewasa ini banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat maupun

para kelompok profesional untuk memanfaatkan dan mengetahui keadaan dasar

laut serta yang ada didalamnya. Dari banyak kegiatan masyarakat yang

berhubungan dengan laut kegiatan penyelaman merupakan kegiatan yang sering

dilakukan, kegiatan penyelaman ini di kalangan masyarakat awam atau nelayan

sering mereka lakukan untuk mencari ikan, atau mencari hasil laut lainnya.

Kegiatan yang mereka lakukan ini kadang tidak mereka sadari sering

menimbulkan masalah pada kesehatannya, mereka kurang memperhatikan akibat-

akibat yang di timbulkan terutama yang menyangkut kesehatannya.

Menyelam merupakan olahraga yang meningkat popularitasnya beberapa

tahun terakhir ini sejak Jacques-Yves dan Emile Gagnon mengembangkan katup

regulator dan tabung portable pada tahun 1943. Professional Association of

Diving Instructor (PADI) telah memberikan sertifikasi terhadap lebih dari 5 juta

penyelam diseluruh dunia. Menyelam juga mempunyai peranan penting pada

beberapa bidang lainnya seperti dalam bidang militer, industri dan penelitian.

Banyak para nelayan atau penyelam mengeluh perasaan tidak enak, keram-

keram pada kaki bahkan sampai kelumpuhan dan kematian yang mereka alami.

Mereka tidak menyadari bahwa semua keluhan itu adalah sebagai komplikasi

23
penyelaman yang mereka lakukan yang di sebut Penyakit Decompresi

atau Caisson Disease (CD). Penyakit Decompresi atau Caisson Disease

merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan

gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah/jaringan akibat penurunan

tekanan sekitar.

Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu penyakit

atau kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat

disekitarnya sehingga memicu pelepasan dan pengembangan gelembung-

gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-

paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary

Overinflation Syndrome”. Penurunan tekanan yang tiba-tiba tadi dapat

mengakibatkan adanya emboli udara di arteri.

Caisson disease diklasifikasikan menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan,

tidak mengancam nyawa, dan ditandai dengan rasa nyeri pada persendian dan

otot-otot serta pembengkakan pada limfonodus. Caisson disease tipe II merupakan

masalah serius dan dapat menyebabkan kematian. Manifestasinya bisa berupa

gangguan respirasi, sirkulasi, dan biasanya gangguan nervus perifer dan / atau

gangguan susunan saraf pusat.

Data dari berbagai sumber melaporkan kematian akibat penyelaman pada

wisata penyelam sebanyak 1 kematian per 6.250 penyelam tiap tahun, olah raga

menyelam 1 kematian per 5.000 penyelam tiap tahun. Sedangkan yang mengalami

penyakit dekompresi di Amerika untuk penyelam militer 1 kasus per 3.770

24
penyelam, wisata menyelam 1 kasus per 2.900 penyelam dan penyelam komersial

1 kasus per 280 penyelam tiap tahunnya.

The Divers Alert Network (DAN) melaporkan sejak tahun 1980 ratarata

setiap tahun terjadi kematian 90 penyelam dan antara 900 sampai 1.000 penyelam

melakukan terapi rekompresi. Sedangkan menurut Perhimpunan Kesehatan

Hiperbarik Indonesia (PKHI, 2000) didunia 5-6 orang dari tiap 100.000 orang

mati akibat tenggelam setiap tahunnya.

Di Amerika Serikat kasus kecelakaan akibat penyelaman diperkirakan 3

sampai 4 kasus setiap 10.000 penyelam, rata-rata setiap tahunnya adalah 1.000

kasus. Sedangkan di regional Asia-Pacific berkisar antara 500-600 kasus tidak

termasuk Jepang. Depkes (2004) dalam penelitiannya di 10 propinsi terhadap

gangguan kesehatan akibat penyelaman, memberikan gambaran tentang penyakit

yang dialami penyelam. Dari 204 responden, yang menderita penyakit tuli sebesar

39,7%, kelumpuhan kaki 13,2%, kehilangan kesadaran 3,9% dan berkurangnya

penglihatan 14,7%.

Penelitian yang dilakukan oleh Hagberg & Ornhagen (2003) tentang insiden

dan faktor risiko gejala penyakit dekompresi pada penyelam dan instruktur pria

dan wanita menunjukkan bahwa: penyelam dan instruktur laki-laki mempunyai

faktor risiko terkena penyakit dekompresi 1,48 kali dibanding dengan penyelam

dan instruktur perempuan, penyelam dan instruktur berusia 18-24 tahun

mempunyai faktor risiko terkena penyakit dekompresi sebesar 1,34 kali dibanding

penyelam dan instruktur yang berusia lebih dari 24 tahun, penyelam dan istruktur

yang mengkonsumsi alkohol mempunyai faktor risiko terkena penyakit

25
dekompresi sebesar 1,56 kali dibanding dengan penyelam dan instruktur yang

tidak mengkonsumsi alkohol, penyelam dan instruktur yang kelebihan berat badan

(BMI ≥ 25) mempunyai faktor risiko terkena penyakit dekompresi sebesar 0,74

kali dibanding dengan penyelam dan instruktur dengan berat badan normal (BMI

< 25).

Penelitian tentang caisson disease masih jarang dilakukan dilihat dari

susahnya memperoleh data epidemiologi yang menggambarkan tentang kasus

caisson disease di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Maka dari itu akan

dilakukan penelitian tentang gambaran karakteristik pasien caisson disease di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pemilihan lokasi berdasarkan

pertimbangan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah sakit tipe A dan

merupakan pusat rujukan di kawasan Indonesia Timur, sehingga pasien yang

menggunakan jasa pelayanan medis di rumah sakit tersebut cukup banyak dan

memiliki fasilitas pemeriksaan dalam mendiagnosis dan pengobatan caisson

disease.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana laporan pendahuluan dari Decompresi?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Decompresi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari Decompresi.
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Decompresi.

26
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi
Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu penyakit
atau kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat
disekitarnya sehingga memicu pelepasan dan pengembangan gelembung-
gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-
paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary
Overinflation Syndrome”. Penurunan tekanan yang tiba-tiba tadi dapat
mengakibatkan adanya emboli udara di arteri. Caisson disease diklasifikasikan
menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai
dengan rasa nyeri pada persendian dan otot-otot serta pembengkakan pada
limfonodus. Caisson disease tipe II merupakan masalah serius dan dapat
menyebabkan kematian. Manifestasinya bisa berupa gangguan respirasi, sirkulasi,
dan biasanya gangguan nervus perifer dan / atau gangguan susunan saraf pusat.

2.2 Etiologi
Penyakit dekompresi biasanya diakibatkan oleh pembentukan gelembung

gas, yang dapat menyebar ke seluruh tubuh, yang menyebabkan berbagai macam

gangguan. Suatu gelembung gas yang terbentuk di punggung atau persendian

dapat menyebabkan nyeri terlokalisir (the bends). Gelembung gas pada jaringan

medulla spinalis atau pada nervus perifer dapat menyebabkan paraestesia,

neuropraxia, atau paralisis. Sementara gelembung gas yang terbentuk pada system

sirkulasi dapat mengakibatkan emboli gas pada pulmonal atau serebrum.

Beberapa macam gas bersifat lebih mudah larut dalam lemak. Nitrogen misalnya,

5 kali lebih larut dalam lemak daripada dalam air.

27
2.3 Diagnosis
Gejala klnis timbul saat dekompresi atau dipermukaan (paling lama 24 jam

setelah menyelam). Mula-mula rasa kaku kemudian rasa nyeri, kekuatan otot

menurun, bengkak kemerahan Peau d’orange, banyak pada penyelam ulung dan

singkat, anggota atas 2-3x lebih banyak dari bawah, ⅓ kasus pada bahu kemudian

siku, pergelangan tangan, tangan, sendi paha, lutut dan kaki, asimetri, kasus

ringan, tidak rekompresi, nyeri hilang 3-7 hari.

Tipe I

CD tipe I ditandai dengan satu atau beberapa dari gejala berikut :

1) Rasa nyeri ringan yang menetap setelah 10 menit onset (niggles),


2) Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau terbakar pada

kulit, dan
3) Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau menyerupai marmer atau

papular, atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus tertentu yang jarang

menyerupai kulit jeruk.

Tipe II

Caisson disease tipe II ditandai oleh :

1) Gejala gangguan pada paru,


2) Syok hipovolemik, atau
3) Gangguan pada sistem saraf. Dari kasus yang dilaporkan hanya ada sekitar

30% yang disertai dengan keluhan nyeri. Tanda dan gejalanya bervariasi

karena kompleksnya susunan saraf pusat dan perifer. Onset gejala biasanya

segera atau hingga 36 jam.

28
Diagnosis caisson disease dapat ditegakkan melalui pertanyaan anamnesa

mengenai riwayat menyelam penderita sebelumnya (dalam waktu 24 jam terakhir)

dan dari pemeriksaan fisis, didapatkan gejala-gejala caisson disease.

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk menentukan

diagnosis caisson disease adalah :

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin

Pada pasien yang datang gejala neurologik yang persisten dalam beberapa

minggu setelah cedera bisa didapatkan hematokrit (Hct) sebanyak 48%

atau lebih.

b. Analisis gas darah

Menentukan alveolar-arterial gradient pada pasien dengan suspek emboli.

c. Creatinine Phosphokinase (CPK)

Peningkatan CPK menunjukkan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh

mikroemboli.

2. Pemeriksaan radiologi (mis: Radiografi, USG Doppler, foto thoraks)

3. Elektrokardiogram (EKG)

2.4 Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pada pasien Caisson Disease, pertama-tama yang

harus dilakukan adalah mempertahankan jalan napas dengan menjamin ventilasi

dan mencapai sirkulasi. Pasien harus ditempatkan dalam posisi terlentang.

Langkah-langkah penatalaksanaan lainnya meliputi :

29
a) Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker

reservoir. Namun perlu diperhatikan pemberian oksigen 100% hanya dapat

ditoleransi hingga 12 jam karena dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.


b) Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang baik. Cairan yang

diberikan lebih dari 0.5ml/kg/hari. Hemokonsentrasi yang terkait dengan

Caisson Disease adalah hasil dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah

yang dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral

atau diberikan secara intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid

untuk mengatasi dehidrasi yang mungkin timbul setelah penyelaman (diuresis

perendaman menyebabkan penyelam kehilangan 250-500 cc cairan per jam)

atau pergeseran cairan yang dihasilkan dari DCS.


c) Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara intravena, kemudian

dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam.


d) Diazepam ( 5-10 mg ) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan

gangguan visual terkait dengan kerusakan labirin (vestibular) pada telinga

bagian dalam.
e) Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500 mg

pertama dan kemudian 100 mg setiap 30 menit setelahnya untuk memantau

konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari

25 mcg / mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg sebagai

anti-platelet.
f) DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga

antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu

pengecualian untuk aturan ini adalah kasus kelemahan ekstremitas bawah.

Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien

dengan ketidakmampuan berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ekstremitas

30
bawah yang disebabkan oleh DCS neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara

diberikan secara subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai sesegera

mungkin setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT)

dan emboli paru pada pasien lumpuh.


g) Terapi in-air recompression dalam ruang hiperbarik.

31
BAB 4
PENUTUP

1.1 Simpulan
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan
oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut
dalam darah atau jaringan-jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya.
Manifestasi yang paling umum mencakup parestesia, hypesthesia, nyeri sendi.
Tanda dan gejala yang lebih serius meliputi kelemahan motorik, ataksia, dispnea,
disfungsi sfingter uretra dan dubur, syok dan kematian. Penggunaan oksigen
dengan tekanan untuk mempercepat difusi gas dan resolusi gelembung, alasan
untuk pengobatan dengan oksigen hiperbarik (HBO2) mencakup pengurangan
langsung volume gelembung.

1.2 Saran
Kepada penyelam agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat
membahayakan diri, dan berlatih kepada penyelam profesional dan
berpengalaman.
Kepada instansi mengadakan seminar dan pelatihan dari persiapan
menyelam hingga teori-teori yang digunakan dalam menyelam dan
pertolongan pertama pada decompression sickness.
Kepada masyarakat awam agar segera dibawa ke Rumah sakit atau
pelayanan kesehatan terdekat apabila terjadi decompression sickness pada
rekannya agar mendapat pertolongan pertama.

32
DAFTAR PUSTAKA

Alias, syakirah. 2014. (available from:


https://www.scribd.com/document/236010132/Decompression-Sickness , diakses
pada : 25 Mei 2017)
Bahar,Azhari. Penyakit Dekompresi. Slide Kuliah: Sisten Neuropsikiatri.2009.
Bennet, michael, Dr. Decompression illness. 2006 (available from:
https://powcs.med.unsw.edu.au/sites/default/files/powcs/group/2006DivingMedici
ne.pdf , diakses pada 25 Mei 2017)
Bennett, Mike. Handbook of diving and Hyperbaric Medicine, The Prince
of Wales Hospital
Oktober 2004.2.
Bullechek, Gloria M. Howard K. Butcher, Joanne M.Dchterman, Cheryl M.
Wagner. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Bahasa
Indonesia keenam. Elsevier
Christina L. Javier. Decompression of Sickness. B.S Biology
Kusuma, Ratih. Caisson Disease. 2012. (Available from:
http://www.scribd.com/doc/92963588/Caisson-Disease, diakses pada : 25 Mei
2017)
Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters Kluwer

33

Anda mungkin juga menyukai

  • Lampiran Jurnal+
    Lampiran Jurnal+
    Dokumen6 halaman
    Lampiran Jurnal+
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • ABSENSI
    ABSENSI
    Dokumen2 halaman
    ABSENSI
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan Harian Mahasiswa
    Laporan Kegiatan Harian Mahasiswa
    Dokumen5 halaman
    Laporan Kegiatan Harian Mahasiswa
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • DM Gerontik
    DM Gerontik
    Dokumen20 halaman
    DM Gerontik
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Alfun
    Alfun
    Dokumen2 halaman
    Alfun
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Anggaran Dana Custem Super Cup
    Anggaran Dana Custem Super Cup
    Dokumen2 halaman
    Anggaran Dana Custem Super Cup
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Konsul 1
    Konsul 1
    Dokumen3 halaman
    Konsul 1
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Format Askep
    Format Askep
    Dokumen7 halaman
    Format Askep
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Dokumen20 halaman
    Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen45 halaman
    Bab 2
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Format Askep
    Format Askep
    Dokumen7 halaman
    Format Askep
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Kom Unitas
    Kom Unitas
    Dokumen39 halaman
    Kom Unitas
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Definisi
    Definisi
    Dokumen3 halaman
    Definisi
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Sap Pneumonia
    Sap Pneumonia
    Dokumen5 halaman
    Sap Pneumonia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Komunitas, Kelompok 3
    Komunitas, Kelompok 3
    Dokumen38 halaman
    Komunitas, Kelompok 3
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Sap Pneumonia
    Sap Pneumonia
    Dokumen5 halaman
    Sap Pneumonia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Indra
    Indra
    Dokumen1 halaman
    Indra
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Ilham
    Ilham
    Dokumen4 halaman
    Ilham
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • b5, Atre - Ani Ilham
    b5, Atre - Ani Ilham
    Dokumen19 halaman
    b5, Atre - Ani Ilham
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Sap Pneumonia
    Sap Pneumonia
    Dokumen5 halaman
    Sap Pneumonia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Bray
    Bray
    Dokumen4 halaman
    Bray
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Amplop
    Amplop
    Dokumen15 halaman
    Amplop
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Komunitas, Kelompok 3
    Komunitas, Kelompok 3
    Dokumen9 halaman
    Komunitas, Kelompok 3
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Amplop
    Amplop
    Dokumen1 halaman
    Amplop
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • B3, Adhd
    B3, Adhd
    Dokumen16 halaman
    B3, Adhd
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • B2, Thalasemia
    B2, Thalasemia
    Dokumen15 halaman
    B2, Thalasemia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • b3, Autisme
    b3, Autisme
    Dokumen14 halaman
    b3, Autisme
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • NS
    NS
    Dokumen35 halaman
    NS
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • VSD Pada Anak
    VSD Pada Anak
    Dokumen18 halaman
    VSD Pada Anak
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat