Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Metode Penyelesaian Masalah Dalam Pelayanan Keperawatan

oleh:

Peminatan GADAR

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
NAMA–NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. Desi Holifatus S

2. AnaDwi ana Arief

3. Angelina Yoan Lompoliu

4. Muhammad Nur Rahmad

5. Marlyn Anggelina Pondete

6. I Wayan Edi Sanjana

7. Ifirlana Hermanto

8. Iil Dwi lactone

9. Sunardiman

10. Moh Husyn Ainul Yaqin

11. Mangsur M Nur

12. Suhendra

13. Nikma Alfi Rosida

14. Wahyu Nur Indahsah

15. Zenita Habibatul Ilmiyah

16. Monika Wulan S R

17. Hamdy Abdillah

18. Fransiskus Vaverius Meku

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas segala
kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan judul “Penerapan Metode Penyelesaian Masalah Dalam Pelayanan
Keperawatan”.

Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga Tuhan
senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

3
Latar belakang

Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan dalam menjalankan fungsinya


didukung oleh berbagai macam disiplin ilmu yang memiliki tipe kepribadian berbeda.
Kepribadian merupakan salah satu faktor pemicu konflik interpersonal dalam suatu organisasi.
Ada lima gaya interpersonal konflik yang umumnya digunakan yaitu gaya integrating, obliging,
dominating, avoiding dan compromising

Perawat adalah salah satu profesi yang menyediakan pelayanan jasa keperawatan dan
langsung berinteraksi dengan banyak orang dalam hal ini adalah klien. Profesi perawat juga
menjalin hubungan kolaboratif antar tim kesehatan, baik itu dengan dokter, laboran, ahli gizi,
apoteker, dan semua yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan pekerjaannya,
perawat akan saling berinteraksi dengan tim kesehatan tersebut dan ketika tim ini memandang
suatu masalah atau situasi dari sudut pandang yang berbeda maka dapat terjadi sebuah konflik.
Perawat seringkali mengambil tindakan menghindar dalam menyelesaikan permasalahan atau
konflik yang terjadi dengan tujuan mempertahankan status nyaman dan mencegah perpecahan
dalam kelompok (Hudson, 2005).
Dengan banyaknya konflik yang dihadapi perawat, maka belajar mengelola dan
menyelesaikan konflik dengan cara yang paling efektif dan konstruktif harus menjadi prioritas
bagi perawat. Hal tersebut penting untuk meningkatkan efektifitas fungsi organisasi keperawatan
dan keberhasilan asuhan keperawatan. Manajemen konflik yang konstruktif dapat dilihat sebagai
proses, kerjasama kreatif dalam pemecahan masalah, dimana konflik didefinisikan sebagai
masalah bersama menjadi terselesaikan

Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan manajemen konflik yang mampu
mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-tengah perubahan
dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan. Setiap individu perawat dalam
menyelesaiakan konflik mungkin berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat untuk memberikan gambaran dan solusi tentang manajemen
konflik yang dialami perawat sesuai kasus.

4
1.1 Manfaat
Hasil pembahasan ini dapat menjadi data tambahan serta dapat juga menjadi solusi
ketika terjadi konflik di pelayanan keperawatan.

5
Studi kasus

Kasus

Anda seorang ners. Anda telah bekerja di unit rawat Onkologi sejak luus dari perguruan tinggi
negeri setahun yang lalu. Atasan anda memuji kinerja anda. Akhir-akhir ini, ia telah mengizinkan
anda menjadi perawat yang bertanggung jawab pada shift sore dan malam. Kadang-kadang, anda
di minta bekerja di unit rawat bedah ketika jumlah pasien di ruang anda rendah. Meskupun anda
tidak suka meninggalkan unit anda sendiri, anda menyanggupinya karena anda merasa dapat
menangani tugas klinis lainnya dan ingin menunjukkan fleksibilitas anda. Saat tiba di tempat
kerja malam ini, kantor perawat menelepon dan meminta anda membantu di ruang bersalin yang
sibuk. Anda memprotes bahwa anda tidak tahu apa-apa tentang kebidanan dan tidak mungkin
bagi anda untuk mengambil tugas. Pengawas dari kantor keperawatan menegaskan bahwa anda
adalah orang yang paling memenuhi syarat. Dia berkata “pergi saja dan lakukan yang terbaik
yang kamu bisa.” Supervisor unit anda sedang tidak bertugas. Anda merasa terpecah antara
kewajiban professional, pribadi, dan organisasi.

STUDI KASUS MANAJEMEN KONFLIK

1. Identifikasi Masalah
 Interpersonal konflik: Seorang ners di unit ruang onkologi dan merangkap bekerja di
unit rawat bedah
 Intrapersonal konflik: meskipun tidak suka meninggalkan unit sendiri tetap
menyanggupi karena merasa dapat menangani tugas klinis lainnya dan ingin
menunjukkan fleksibilitas. Merasa tidak tahu tentang kebidanan dan tidak mungkin
untuk mengambil tugas tersebut.
 Intergroup konflik: pengawas menegaskan perawat tersebut adalah orang yang paling
memenuhi syarat.
2. Mencari Solusi
 Berkaca pada diri sendiri untuk memenuhi profesionalitas kerja
 Menjelaskan secara menyeluruh keinginan atau pandangan kita terhadap tugas yang
didelegasikan kepada pengawas
 Mengklarifikasi kepada pengawas apakah kita memang pantas dan kompeten terhadap
tugas yang didelegasikan
 Meminta pendapat dari perawat lain tentan konflik yang sedang dihadapi

6
 Menyampaikan kepada kepala ruang bersalin bahwa saya tetap melakuan tindakan di
ruang rumah sakit sesuai dengan kemmpuan.
 Melakukan mediasi untuk menolak perintah atasan
 Menolak perintah atasan karena tugas atau beban kerja yang berat.

3. Evaluasi Solusi
 Melaksanakan ketiga tanggung jawab yaitu menjadi penanggung jawab shift sore dan
malem di ruangan, menjadi perawat klinik bedah (saat di butuhkan) dan menjadi
perawat di ruang bersalin karena perintah atasan tidak dapat di bantah sesuai kondisi
rumah sakit tersebut.

4. Memprioritaskan solusi
 Melakukan tugas perawat onkologi sebagai tanggung jawab shift sore dan malem.
 Menjalankan tugas perawat bedah dan perawat bersalin saat dibutuhkan dengan
kondisi onkologi sedang tidak ramai.
 Jika terjadi peran yang terjadi secara bersamaan maka lebih memprioritaskan tugas
perawat onkologi sebagai tanggung jawab shift sore dan malam.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, Baharudin, Kurdi, Fauziah Nuraini, & Lionardo, Andries. (2015). Analisis Perbedaan Tipe
Kepribadian A dan B Terhadap Manajemen Konflik Interpersonal Pada Pegawai Rumah Sakit
Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan. Psikis: Jurnal Psikologi Islami, 1(2), 25-33.

7
Deutsch, Morton. (1983). Conflict resolution: Theory and practice. Political Psychology, 431-453.
Hudson, K, Grisham, T, Srinivasan, P, & Moussa, N. (2005). Conflict management, negotiation, and
effective communication: Essential skills for project managers. Australian Project Manager,
25(4), 25-27.

Anda mungkin juga menyukai