Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PELKSANAAN AKTUALISASI
A. PELAKSANAAN
Kegiatan aktualisasi ini mulai dilaksanakan sejak tanggal 21 Mei 2019
sampai dengan 20 Juni 2019

B. HASIL KEGIATAN
Berdasarkan rancangan aktualisasi yang telah disetujui, ada empat kegiatan
yang akan dilaksanakan diantaranya:
1. Kegiatan 1
Mengumpulkan informasi tentang pasien TB
a. Tahapan Kegiatan:
1. Melakukan konsultasi dengan Kepala Program TB Paru
Pada tanggal 21 Mei setelah kegiatan Latsar, saya menelpon
Kepala Program TB Paru dala hal ini ibu sujkirah,S.Kep.,Ns untuk
membuat janji bertemu karena saya ingin melakukan konsultasi
mengenai kegiatan Latsar saya yaitu mengumpulkan informasi
mengenai pasien TB Paru. Kemudian ibu Sukirah sepakat untuk
bertemu dengan saya pada siang hari selesai shalat duhur di kantor
sementara Puskesmas Liukang Tangaya yang terletak di jalan Andi
Mauraga kabupaten Pangkep. Setelah selesai shalat duhur saya
kemudian menuju kantor sementara Puskesmas Liukang Tangaya
tempat saya janji untu bertemu dengan ibu Sukirah. Setelah sampai di
tempat tersebut saya mendatangi ruangan dimana kepala program TB
Paru berada kemudian mengetuk pintu ruangan beliau, setelah
dipersilahkan masuk saya kemudian masuk, dan setelah dipersilahkan
duduk saya kemudian duduk lesehan bersama beliau karena diruangan
tersebut tidak tersedia kursi dan meja. Setelah duduk, saya dengan
sopan dan santun (Etika Publik) menyampaikan maksud dan tujuan
saya yaitu ingin mengumpulkan data tentang pasien TB Paru kemudian
menjelaskan dengan jelas (Akuntabilitas) tujuan saya yaitu ingin
mengumpulkan data pasien tersebut, setelah ketua program setuju
maka saya dengan sopan meminta data pasien tersebut lalu meminta
beliau untuk menandatangani format kesediaan untuk memberikan data
30
pasien TB Paru yang sudah saya siapkan. Namun pada saat itu beliau
mengatakan data pasien TB Paru ada di Puskesmas Liukang Tangaya
dan beliau tidak membawa data pasien tersebut, jadi beliau
menyarankan saya untuk menemui ibu Nurfaidah,AMK ketika saya
sudah sampai di Pulau untuk meminta data pasien TB Paru. Ibu
Nurfaidah,AMK adalah salah satu perawat senior di Puskesmas Liukang
Tangaya. Jadi pada saat bertemu dengan Kepala Program TB saya
hanya mendapat persetujuan untuk menmgambil data pasien TB Paru.
melakukan konsultasi dengan kepala program TB Paru yang
bertujuan untuk meminta dan mengumpulkan data pasien TB Paru.
 Output: Ada lembar persetujuan yang ditandatangani oleh Kepala
Program TB Paru dan mendapat penjelasan serta saran
 Dokumentasi kegiatan

Gambar 1: Melakukan Konsultasi dengan kepala program TB Paru


 Analisi Dampak
1) Etika Publik. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Sopan dan Santun, sehingga peserta
mampu menyampaikan maksud dan tujuan kepada kepala
program TB Paru sehingga Kepala Program TB Paru merasa
dihargai. Sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak
diterapkan maka peserta akan dianggap tidak bisa menghargai
orang yang lebih tua dan lebih senior dibanding peserta.
2) Akuntabilitas. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Kejelasan, sehingga Kepala program TB Paru
bisa mengerti maksud dan tujuan dari peserta yaitu ingin
mengumpulkan inform,asi dan data tentang pasien TB di Pulau
Sapuka. Sedangkan dampak negatif jika nilai tersebut tdk
31
dilaksanakan maka Kepala program TB tidak akan mengerti apa
maksud dan tujuan dari peserta
2. Mencatat nama-nama pasien TB Paru dan alamatnya
Pada tanggal 24 Mei 2019 setibanya di Pulau Sapuka dan saya
mulai masuk kerja hari pertama di Puskesmas Liukang Tangaya saya
kemudian mencari ruangan ibu Nurfaidah,AMK untuk memperoleh
data tentang pasin TB. Setelah mengetahui ruangannya saya
kemudian mendatangi ruangan tersebut kemudian berada kemudian
mengetuk pintu ruangan beliau, setelah dipersilahkan masuk saya
kemudian masuk, dan setelah dipersilahkan duduk saya kemudian
duduk. Setelah duduk, saya dengan sopan dan santun
menyampaikan maksud dan tujuan saya yaitu ingin mengumpulkan
data tentang pasien TB Paru kemudian menjelaskan dengan jelas
(Akuntabilitas) tujuan saya yaitu ingin mencatat nama-nama pasien
beserta alamat lengkapnya, kemudian saya menjelaskan bahwa saya
telah mendapat persetujuan dari Kepala Program TB Paru yaitu ibu
Sukirah untuk meminta data pasien TB Paru kepada beliau karena ibu
Sukirah tidajk membawa data pasien TB tersebut ketika kami bertemu
di daratan. Setelah ibu Nurfaidah mengerti maklsud dan tujuan saya
beliau kemudiuan memberikan data pasien TB Paru tersebut lalu
saya mencatatnya pada buku catatan saya. Kemudian setelah
mencatat saya meminta ijin untuk meninggalkan ruangan beliau
kemudian mencetak nama pasien TB Paru tersebut beserta
alamatnya.
 Output: Ada daftar nama pasien TB Paru beserta alamatnya
 Dokumentasi kegiatan

32
Gambar 2: Daftar nama pasien TB Paru

 Analisis Dampak
1) Etika Publik. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Sopan dan Santun, sehingga peserta mampu
menyampaikan maksud dan tujuan kepada perawat senior
puskesmas Liukang Tangaya sehingga beliau merasa dihargai
dan mau membantu peserta dalam hal ini memberikan data
pasien TB Paru. Sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak
diterapkan maka peserta akan dianggap tidak bisa menghargai
orang yang lebih tua dan lebih senior dibanding peserta.
2) Akuntabilitas. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Kejelasan, sehingga perawat
seniorPuskesmas Liukang Tangaya dalkam hal ini ibu
Nurfaidah,AMK bisa mengerti maksud dan tujuan dari peserta

33
yaitu mengumpulkan data tentang pasien TB di Pulau Sapuka.
Sedangkan dampak negatif jika nilai tersebut tdk dilaksanakan
maka beliau tidak akan mengerti apa maksud dan tujuan dari
peserta.
3. Mengklasifikasikan pasien berdasarkan kategori pengobatan TB Paru.
Pada tanggal 24 Mei 2019 setelah mendapat seluiruh data pasien
dan mencatat serta alamat lengkap pasien saya kemudian
mengklasifikasikan pasien berdasarkan kategori pengobatan TB Paru
pasien secara efektif dan efisien (Komitmen Mutu) dengan
memanfaatkan data yang sudah dimiliki oleh kepala program
TB.dimana pasien dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
 Pengobatan TB kategori 1, yaitu pasien baru TB ParuBTA Positif,
pasien TB Paru BTA Negatif foto thoraks positif, dan pasien TB
ekstra paru.
 Pengobatan TB Paru kategori 2 yaitu : pasien kambuh, pasien
gagal, dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
Tetapi sebelum saya cetak saya memperhatikan dengan jelas
(Akuntabilitas) apakah data yang saya masukkan sudah benar dan
sudah sesuai dengan yang saya catat dan peroleh dari ibu
Nurfaidah,AMK.
 Output: ada daftar nama pasien serta kategori pengobatan TB
Paru
 Dokumentasi kegiatan

34
Gambar 3: Daftar nama pasien TB Paru serta Kategori
pengobatannya
 Analisis Dampak
1) Komitmen Mutu. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
efektif dan efisien dengan memanfaatkan data yang sudah
ada di Puskesmas tentang pasien TB sehingga peserta dapat
mengefisienkan waktu untuk melaksanakan kegiatan yang lain.
Sedankan jika nilai ini tidak diterapkan maka akan
membutuhkan waktu yang lama bagi peserta untuk
mengumpulkan semua data yang diperlukan karena peserta
harus mendatangi satu persatu rumah pasien untuk mengkaji
pasien yang jarak rumahnya saling berjauhan.
2) Akuntabilitas. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Kejelasan, sehingga dapat meminimalisir
kesalahan dalam pembuatan draft nama pasienTB beserta
kategori pengobatannya. Sedangkan dampak negatif jika nilai
ini tidak diterapkan maka memungkinkan terjadinya kesalahan
dalam pengetikan sehingga data pasien beserta kategori
pengobatan pasien bisa tertukar.
b. Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan
Kegiatan ini terkait dengan mata pelatihan Whole Of Government-
(konsultasi) karena pada kegiatan ini peserta mengumpulkan informasi
tentang pasien TB dengan meminta data pada kepala program TB
c. Kontribusi terhadap visi dan Misi Organisasi
Dengan melakukan konsultasi dengan kepala program TB dan
memanfaatkan data yang sudah ada maka akan mewujudkan misi
organisasi yang ke-1 yaitu memaksimalkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat melalui sarana yang tersedia
d. Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan konsultasi dengan Kepala program TB diharapkan
mampu tata nilai organisasi yaitu membangun suasana saling percaya
dan terbuka di antara petugas/manajemen

35
2. Kegiatan 2
Membuat kartu kontrol minum obat
a. Tahapan Kegiatan:
1. Melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas
Pada tanggal 27 Mei 2019, pada siang hari setelah Kepala
Puskesmas dalam hal ini ibu Hj.Suriyanti Sattuang,AMK berada
diruangannya karena beliau baru saja slelesai menghadiri penyuluhan
kesehatan Kerja di Aula Puskesmas saya kemudian mendatangi
ruangan beliau, setelah tiba di depan ruangan beliau saya kemudian
mengetuk pintu ruangan beliau, setelah dipersilahkan masuk saya
kemudian masuk, dan setelah dipersilahkan duduk saya kemudian
duduk. Setelah duduk, saya dengan sopan dan santun (Etika Publik)
menyampaikan maksud dan tujuan saya yaitu ingin melakukan
konsultasi mengenai pembuatan kartu kontrol minum obat pasien serta
menjelaskan dengan jelas (Akuntabilitas) tujuan dibuatnya kartu
kontrol tersebut agar pasien ingat untuk terus meminum obatnya karena
sudah ada kartu kontrol yang harus mereka isi setiap hari. Setelah saya
menjelaskan kepada beliau akhirnya Kepala Puskesmas setuju
kemudian saya dengan sopan meminta kesediaan beliau untuk
menandatangani format persetujuan untuk membuat kartu kontrol
pasien TB Paru yang sudah saya siapkan, lalu beliau menandatangani
format pernyataan kesediaan tersebut.karena tujuan utama saya yaitu
untuk mendapat ijin dari kepala Puskesmas untuk membuat kartu
kontrol minum obat bagi pasien TB Paru.
 Output: Mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas dan
penjelasan serta saran.
 Dokumentasi kegiatan

36
Gambar 4: Konsultasi dengan Kepala Puskesmas
 Analisis Dampak
1) Etika Publik. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Sopan dan Santun, sehingga peserta
mampu menyampaikan maksud dan tujuan kepada kepala
Puskesmas sehingga Kepala Puskesmas merasa dihargai.
Sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak diterapkan maka
peserta akan dianggap tidak bisa menghargai Pimpinan.
2) Akuntabilitas. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Kejelasan, sehingga Kepala Puskesmas
mampu memahami maksud dan tujuan dari peserta yaitu
ingin membuat kartu kontrol. Sedangkan dampak negatif jika
nilai ini tidak diterapkan maka memungkinkan terjadinya
kesalahanpahaman antara peserta dan Kepala Puskesmas
mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh peserta
dalam proses konsultasi tersebut.
2. Merancang kriteria kartu kontrol minum obat
Pada tanggal 28 mei saya kembali menemui Kepala
Puskesmas di ruangan beliau untuk berkonsultasi mengenai
kriteria apa yang akan saya masukkan ke dalam kartu kontrol
minum obat pasien, karena pada tanggal 25 mei saya tidak bisa
melakukan konsultasi karena Kepala Puskesmas masih harus
menghadiri penyuluhan di Posyandu. Saya lalu mendatangi
ruangan beliau. setelah tiba di depan ruangan beliau saya
kemudian mengetuk pintu ruangan beliau, setelah dipersilahkan

37
masuk saya kemudian masuk, dan setelah dipersilahkan duduk
saya kemudian duduk. Setelah duduk, saya dengan sopan dan
santun (Etika Publik) menyampaikan maksud dan tujuan saya
yaitu ingin melakukan konsultasi mengenai pembuatan kartu
kontrol minum obat pasien. Setelah beliau mengerti maksud dan
tujuan saya, beliau mengajak saya untuk merancang kriteria yang
nantinya akan saya masukkan ke dalam kartu kontrol minum obat
yang akan saya buat, setelah berdiskus dan bekerjasama
(Nasionalisme) akhirnya kami sepakat untuk memasukkan
beberapa kriteria kedalam kartu kontrol yang akan saya buat,
diantaranya nama pasien, umur, alamat, pekerjaan, tanggal
minum obat serta jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama
pasien.s setelah disepakati saya kemudian membuat dengan
jelas dan teliti (Akuntabilitas) draft kriteria yang sudah saya
sepakati bersama kepala Puskesmas
 Output: Ada kriteria kartu kontrol minum obat pasien: nama
pasien, umur, alamat, pekerjaan, tanggal minum obat serta
jumlah anggota keluarga
 Dokumentasi kegiatan

38
Gambar 5: Kriteria kartu kontrolminum obat pasien
 Analisis Dampak
1) Etika Publik. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Sopan dan Santun, sehingga peserta
mampu menyampaikan maksud dan tujuan kepada kepala
Puskesmas yaitu ingin merancang kriterian yang akan
dimasukkan dalam keartu kontrol minum obat pasien
sehingga Kepala Puskesmas mengerti dan merasa dihargai.
Sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak diterapkan
maka peserta akan dianggap tidak bisa menghargai
Pimpinan serta Kepala Puskesmas tidak akan mengerti
yujuan dari peserta.
2) Akuntabilitas. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Kejelasan, sehingga meminimalisir
kesalahan dalam pmbuatan kriteria yang telah disepakati..
Sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak diterapkan
maka memungkinkan terjadinya dalam pembuatan kriteria
yang telah disepakati.
3) Nasionalisme. dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai kerjasama sehingga memudahkan
peserta memperoleh kriteria kartu kontrol yang disepakati
oleh kepala Puskesmas karena kriteria tersebut dibuat oleh
peserta dan Kepala Puskesmas sendiri. Sedangkan
39
dampak negatif jika nilai tersebut tidak diterapkan maka
memungkinkan kepala Puskesmas akan merasa keberatan
dengan kriteria yang dimasukkan jika tidak dilakukan
koordinasi sebelumnya.
3. Membuat kartu kontrol minum obat pasien
Setelah menetapakan kriteria dalam kartu kontrol obat pasien
pada tanggal 28 Mei bersama Kepala Puskesmas, saya kemudian
membuat kartu kontrol minum obat tersebut dengan cara
mengetik sendiri Kartu kontrol tersebut dan memasukkan kriteria
yang sudah saya sepakati bersama kepala Puskesmas. Saya
membuat kartu kontrol tersebut dengan teliti dan memperhatikan
dengan jelas (Akuntabilitas) apakah kriteria yang saya
masukkan sudah sesuai dengan kriteria yang sudah saya dan
Kepala Puskesmas sepakati. Pembuatan kartu kontrol tersebut
merupakan suatu inovasi (Komitmen Mutu) karena menurut
Kepala Puskesmas kartu kontrol seperti itu belum pernah di
programkan oleh Puskesmas sehingga diharapkan dapat
menekan jumlah penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas..
 Output: Format kartu kontrol sudah tersedia
 Dokumentasi kegiatan

40
Gambar 6: Kartu kontrol minum obat pasien
 Analisis Dampak
1) Akuntabilitas. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Kejelasan, sehingga meminimalisir
kesalahan dalam pmbuatan kartu kontrol minum obat
pasien.. Sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak
diterapkan maka memungkinkan terjadinya kesalahan
dalam pembuatan kartu kontrol sesuai dengan kriteria yang
telah disepakati.
2) Komitmen Mutu. Dalam melakukan kegiatan ini peserta
menerapkan nilai Inovasi karena pembuatan kartu kontrol
tersebut merupakan kegiatan yang belum pernah dilakukan
sebelumnya oleh puskesmas sehungga diharapkan dapat
dignakan dengan baik oleh pasien sehingga mampu
mengurangi angka kejadian TB serta angka kejadian putus
obat terhadap pasien. Sedangkan dampak negatif jika nilai
ini tidak diterapkan memungkinkan untuk terjadinya drop out
obat terhadap pasien sehingga banyak pasien yang
mengalami kegagalan dalam pengobatan.
b. Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan
Kegiatan ini terkait dengan mata pelatihan Manajemen ASN-Peran
ASN sebagai perencana karena disini peserta membuat kartu kontrol
minum obat untuk pasien TB Paru
c. Kontribusi terhadap visi dan Misi Organisasi

41
Dengan membuat kartu kontrol dapat mewujudkan misi organisasi yang
ke-1 yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
melalui sarana yang tersedia
d. Penguatan Nilai Organisasi
Dengan membuat kartu kontrol dapat membangun budaya ingin maju
dengan memaksimalkan sumber daya yang ada di wilayah kerja
sehingga lebih inovatif.

3. Kegiatan 3
Melakukan deteksi dini kepada keluarga dan orang terdekat pasien
serta melakukan penyuluhan tentang TB Paru
a.Tahapan Kegiatan:
1) Menyiapkan materi/ bahan penyuluhan
Pada tanggal 28 Mei saya membuat leaflet penyuluhan tentang
TB Paru sebagai bentuk tanggung jawab (Akuntabilitas) saya
untuk memfasilitasi proses penyuluhan yang akan saya laksanakan
terhadap pasien serta keluarganya sehingga mampu memudahkan
saya dalam menyampaikan tujuan dari penyuluhan serta pasien dan
keluarga juga mampu mempelajari materi penyuluhan tidak hanya
mendengarkan dari penjelasan saya tapi juga dapat merekka baca
sendiri dalam leaflet tersebut. Leaflet tersebut saya buat dengan
mengetik sendiri materi penyuluhannya dengan melakukan browsing
di internet materi tentang TB Paru, dalam leaflet tersebut saya
mencantumkan dengan jelas (Akuntabilitas) pengertian TB Paru,
tanda dan gejala awal, cara penularan, cara pencegahan, cara
pemeriksaan atau deteksi TB Paru, serta cara bersin dan batuk yang
benar.
 Output: Ada Leaflet.
 Dokumentasi kegiatan

42
Gambar 7: Leaflet Penyuluhan
 Analisis Dampak
1) Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
tanggungjawab karena peserta menyiapkan materi
penyuluhan berupa leaflet sebagai bahan materi yang akan
diberikan pada saat penyuluhan sehingga proses
penyuluhan bisa berjalan lancar serta keluarga pasien bisa
mempahami materi penyuluhan tidak hanya dari apa yang
disampaikan nantinya oleh peserta namun juga bisa dari
leaflet yang dibagikan. Sedangkan dampak negatif jika nilai
ini tidak diterapkan yaitu akan memperlambat pemahaman
pasien dan keluarga dalam memahami materi penyuluhan
karena hanya mendengar dari peserta

43
2) Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini pesrta menerapkan nilai
kejelasan sehingga setiap point penting tentang TB Paru
yang seharusnya diketahui oleh sasaran penyuluhan
terdapat dalam leaflet, sedangkan jika nilai tersebut tidak
dilaksanakan maka materi yang diberikan tidak akan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan oleh peserta.
2) Mendatangi rumah pasien kemudian menjelaskan tujuan kedatangan
Pada tanggal 29 Mei 2019 pagi hari saya mendatangi rumah
pasien TB Paru kemudian setelah sampai di rumah salah seorang
pasien TB Paru dalam hal ini rumah ibu Welli saya dengan sopan
dan santun (Etika Publik) memperkenalkan diri saya bahwa saya
adalah salah seorang CPNS baru yang ditempatkan di Puskesmas
Liukang Tangaya kemudian Setelah keluarga mempersilahkan saya
duduk saya kemudian duduk. Setelah itu saya menanyakan dengan
jelas ( Akuntabilitas) apa benar itu rumah pasien yang memang
ingin saya datangi dengan menanyakan kepada orang yang ada di
rumah tersebut sesuai dengan data yang sudah saya miliki. Setelah
saya yakin jika itu memang benar rumah pasien yang hendak saya
datangi maka kemudian saya menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan saya secara terbuka (Etika Publik) yaitu ingin
mengumpulkan data tentang pasien TB Paru kemudian saya akan
melakukan penyuluhan terhadap pasien TB Paru dan keluarganya,
melakukan deteksi dini terhadap anggota keluarga serta melakukan
pengawasan terhadap jadwal minum obat pasien TB Paru.
 Output: Pasien dan keluarga mengerti maksud kedatangan perawat
 Dokumentasi kegiatan

44
Gambar 8: Mendatangi rumah pasien serta menjelaskan maksud
dan tujuan kedatangan
 Analisis Dampak
1) Etika Publik. Dalam hal ini peserta menerapkan nilai sopan
dan santun sehingga pasien dan keluarga merasa dihargai oleh
peserta, sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak diterapkan
maka pasien dan keluarga akan merasa tidak dihargai dan tidak
menerima dengan baik kedatangan peserta
2) Akuntabilitas. Dalam hal ini peserta menerapkan nilai
kejelasan sehingga pasien dan keluarga mengerti maksud dan
tujuan kedatangan peserta, sedangkan jika nilai ini tidak
diterapkan maka pasien dan keluarga akan bingung mengapa
peserta datang ke rumah mereka.
3) Terbuka (Etika Publik). Dalam kegiatan inui peserta

45
menerapkan nilai terbuka dimana peserta memberitahukan
kepada pasien dan keluarga secara terbuka mengenai apa-apa
saja yang akan dilakukan oleh peserta sehingga keluarga
menjadi paham tentang ksgiatan yang akan dilakukan oleh
peserta. Sedangkan jikan nilai tersebut tidak diterapkan maka
pasien dan keluarga tidak akan mebgerti apa maksud dan
tujuan dari peserta serta apa yang akan dilakukan oleh
peserta.
3) Menjelaskan tata cara deteksi dini pada keluarga pasien serta
memberikan penyuluhan tentamng TB Paru
Setelah keluarga pasien mengerti maksud dan tujuan kedatangan
saya, saya kemudian meminta ijindengan sopan dan santun (Etika
Publik) kepada pasien dan keluarga untuk terlebih dahulu memulai
penyuluhan. Dalam proses penyuluhan saya berada di ruang tamu
pasien dan posisi saya berada di depan pasien dan anggota
keluarganya, saya kemudian memberikan leaflet yang sudah saya
siapkan sebelumnya sebagai tanggung jawab saya ( Akuntabilitas)
untuk memfasilitasi proses penyuluhan kemudian saya memulai
menyampoaikan materi penyuluhan dengan jelas (Akuntabilitas)
mengenai pengertian TB Paru, tanda dan gejalanya, cara
pencegahannya, dan cara pemeriksaan serta deteksi dini pasien dan
keluarga yaitu dengan melakukan pemeriksaan dahak awal ketika
anggota sudah mulai merasakan tanda dan gejala awal seseorang
terjangkit virus TB seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya
sehingga diharapkan agar ketika sudah mengalami tanda dan gejala
tersebut keluarga langsung memeriksakan diri ke Puskesmas serta
tidak lupa saya juga menjelaskan cara minum obat yang benar
kepada pasien untuk mencegah kegagalan pengobatan yang
mengharuskan pasien untuk mengulangi pengobatan dari awal lagi.
 Output: Penyuluhan sudah diberikan dan keluarga pasien mengerti
 Dokumentasi kegiatan

46
Gambar 9: Memberikan penyuluhan serta Menjelaskan cara
deteksi dini penyakit TB Paru
 Analisis Dampak
1) Etika Publik. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
sopan dan santun dengan meminta ijin kepada pasien dan
keluarga untuk dilakukan penyuluhan sehingga pasien dan
anggota keluarga akan merasa dihargai, sedangkan jika nilai
ini tidak diterapkan maka pasien dan keluarga akan merasa
tidak dihargai oleh peserta dan tidak akan memperhatikan
mapteri prnyuluhan yang akan disampaikan
2) Akuntabilitas. Dalam kegiuatan ini peserta menerapkan nilai
tanggung jawab karena peserta menyiapkan leaflet
penyuluhan sehingga memudahkan pasien dan keluarga
dalam memahami materi yang disampaikan, sedangkan jika
nilai ini tidak diterapkan maka pasien dan keluarga hanya akan
47
mendengarkan materi yang disampaikan peserta tanpa
melihat langsung sehingganpemahaman pasien dan keluarga
juaga kurang
3) Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
kejelasan karena peserta menyampaikan point dari tiap materi
dengan jelas sehingga memudahklan pasien dan keluarga
memahami apa yang disampaikan oleh peserta, sedangkan
jika nilai tersebut tidak diterapkan maka keluarga akan merasa
bingung dalam menerima materi yang disampaikan oleh
peserta.
4) Mengevaluasi hasil penyuluhan terhadap pasien dan keluarga
Setelah menyampaikan materi penyuluhan saya kemudian
mengevaluasi hasil penyuluhan yang saya berikan kepada pasien
dan keluarga, dengan menanyakan kembali beberapa materi
penyuluhan yang sudah saya sampaikan untuk menilai sejauh mana
pemahaman pasien dan keluarga terhadap materi penyuluhan
tentang TB Paru yang baru saja saya sampaikan. serta tidak lupa
saya memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya tentang materi penyuluhan yang sudah saya sampaikan jika
ada hal yang kurang dimengerti kemudian saya menjelaskan kembali
secara teliti dan jelas ( Akuntabilitas) hal-hal yang tidak dimengerti
oleh pasien dan keluarga sehingga akan menumbuhkan sikap
responsive (Komitmen mutu) serta terdapat sikap saling terbuka
(Etika Publik) antara petugas dan pasien serta keluarganya dalam
proses penyuluhan tersebut. sehingga peserta mampu menilai secara
adil (Anti Korupsi) sejauh mana pemahaman pasien dan keluarga
terhadap materi penyuluhan yang sudah disampaikan oleh peserta.
 Output: Pasien dan keluarga mampu menjelaskan tentang
penyakit TB dan cara penularannya serta cara pengobatannya
 Dokumentasi kegiatan
Video Terlampir
 Analisis Dampak
1) Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
48
ketelitian dan kejelasan sehingga peserta mampu memahami
bagian mana dari penyuluhan yang tidak dimengerti oleh
pasien kemudian menjelaskan kembali sehingga pasien dan
keluarga menjadi mengerti dan paham. Sedangkan dampak
negatif jika nilai ini tidak diterapkan maka peserta tidak akan
mampu membuat pasien dan keluarganya menjadi paham
terkait jawaban dari pertanyaan mereka.
2) Komitmen mutu dan Etika Publik. Dalam kegiatan ini
peserta menerapkan nilai responsive dan terbuka sehingga
peerta mampu menilai sejauh mana pemahaman pasien dan
keluarga terhadap penyuluhan yang telah diberikan.
Sedangkan jika nilai tersebut tidak diterapkan maka peserta
akan kesulitan menilai apakah pasien dan keluarga sudah
paham tentang materi yang diberikan atau tidak
3) Anti korupsi, dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
adil dalm nenilai sejauh mana pemahaman pasien terhadap
penyuluhan yang diberikan. Jika nilai ini tidak diterapkan maka
peserta tidak bisa menetapkan dengan baik apakah pasien
dan keluarga sudah mengerti dengan baik atau tidak.
5) Meminta kesediaan keluarga pasien untuk diperiksa
Setelah menyampaikan penyuluhan tentang TB Paru dan cara
deteksi dini penyakit TB Paru yaitu dengan mengenali sejak dini
tanda dan gejalanya dan langsung memeriksakan diri ke Puskesmas,
saya kemudian meminta dengan sopan( Etika Publik) kesediaan
anggota keluarga untuk dilakukan pemeriksaan di Puskesmas.
Ketika anggota keluarga menyatakan bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan maka saya akan memberikan format kesediaan untuk
dilakukan pemeriksaan yang sudah saya saya siapkan sebelumnya
kemudian meminta kepada anggota keluarga untuk menandatangani
format tersebut sebagai bentuk kerjasama (Nasionalisme) antara
peserta dan keluarga pasien dan sebagai respon (Komitmen Mutu)
positif dari keluarga pasien terhadap peserta yang telah meminta
kesediaan anggota keluarga untuk dilakukan pemeriksaan

49
 Output: Keluarga pasien setuju dengan menandatangani format
persetujuan.
 Dokumentasi kegiatan

Gambar 10: Meminta kesediaan anggota keluarga untuk


dilakukan pemeriksaan
 Analisis Dampak
1) Etika Publik. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
sopan dalam meminta kesediaan anggota keluarga untuk
diperiksa sehingga keluarga merasa dihargai dan setuju untuk
dilakukan pemeriksaan. Sedangkan dampak negatif jika nilai
tersebut tidak diterapkan maka keluarga akan merasa
tersinggung dan tidak akan menyetujui untuk dilakukan
pemeriksaan
2) Nasionalisme dan Komitmen Mutu. Dalam kegiatan ini
peserta menerapkan nilai kerjasama dan responsive dimana
50
peserta menyetujui untuk bekerjasama dengan peserta untuk
dilakukan pemeriksaan sebagai bentuk respon dari kegiatan
penyuluhan yang disampaikan. Sedangkan jika nilai tersebut
tidak diterapkan maka kegiatan yang direncanakan oleh
peserta tidak akan terlaksana.
6) Melakukan pemeriksaan terhadap keluarga pasien
Setelah keluarga menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan di
Puskesmas, saya kemudian meminta kesediaan keluarga untuk
datang ke puskesmas dengan melakukan kesepakatan dengan
keluarga kapan keluarga memiliki waktu dan kesempatan untuk
dilakukan pemeriksaan. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap
keluarga saya akan melakukan kerjasama (Nasionalisme) dengan
tenaga kesehatan lain dalam hal ini dokter dan tenaga analis
Puskesmas Liukang Tangaya untuk melakukan pemeriksaan
terhadap keluarga pasien, dan meminta dengan sopan kepada
petugas kesehatan lainnya untuk ikut memberikan informasi tentang
penyakit TB kepada setiap pasien yang datang untuk memeriksakan
diri sehingga dalam proses ini ada peran serta dari kader kesehatan
yang lain dalam sosialisasi tentang penyakit TB tersebut kepada
masyarakat yang datang.
 Output: kegiatan tidak terlaksana karena pada tanggal 27 Mei
tenaga dokter dan analis yang dimiliki oleh Puskesmas Liukang
Tangaya sedang berada di daratan untuk mengikuti kegiatan
Puskesmas dan menghadiri pertemuan, sedangkan tenaga dokter
dan analis yang dimiliki oleh Puskesmas Liukang Tangaya
masing-masing hanya satu orang. Kemudian menurut informasi
yang saya peroleh dari Kepala Puskesmas bahwa tenaga Dokter
dan Analis belum ada jadwal pasti untuk kembali ke Puskesmas
mengingat waktu untuk libur lebaran sudah dekat dan setelah libur
lebaran mereka masih akan mengikuti seminar dan pelatihan di
daratan.
 Analisis Dampak
1) Nasionalisme. nilai yang rencana diterapkan oleh peserta

51
adalah kerjasama dalam hal ini dengan dokter dan tenaga
analis untuk memudahkan memperoleh hasil pemeriksaan
yang akurat terhadap pasien, namun kegiatan tersebut tidak
terlaksana karena tenaga dokter dan analis sedang berada
daratan sehingga pemeriksaan terhadap keluarga pasien
tertunda.
b. Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan
Kegiatan ini terkait dengan mata pelatihan Pelayanan Publik-
Transparan karena melakukan deteksi dini kepada keluarga dan
orang terdekat pasien secara terbuka serta Pelayanan Publik-
Partisipatif karena memberikan penyuluhan kepada pasien dan
keluarga kemudian melakukan evaluasi
c. Kontribusi terhadap visi dan Misi Organisasi
Dengan melakukan deteksi dini kepada keluarga dan orang terdekat
pasien dapat mewujudkan misi organisasi yang ke-1 yaitu
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui
sarana yang tersedia serta Dengan melakukan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga sudah sesuai dengan misi organisasi ke-1 yaitu
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui
sarana yang tersedia, serta misi organisasi yang ke-3 yaitu
memberikan pelayanan yang ramah dan terjangkau
d. Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan deteksi dini terhadap keluarga pasien peserta
mampu memberikan pelayanan yang merata tanpa membedakan
pasien adil dan dengan integritas modal yang tinggi (Etis),
Sedangkan dengan melaukan penyuluhan selain mampu
memberikan pelayanan adil, etis juga dengan terbuka karena ada
rasa saing menghormati antara petugas dengan pasien dan keluarga
pasien.
4. Kegiatan 4
Melakukan pengawasan minum obat terhadap pasien
a. Tahapan Kegiatan
1. Meminta persetujuan pasien untuk dilakukan pengawasan terhadap

52
minum obatnya
Pada tanggal 29 Mei masih berada di rumah pasien setelah
proses penyuluhan selesai saya kemudian meminta dengan sopan
dan santun (Etika Publik) kepada pasien kesediaannya untuk
dilakukan pengawasan terhadap minum obatnya, saya kemudian
menyampaikan dengan jelas (Akuntabilitas) tujuan dilakukan
pengawasan yaitu agar tidak terjadi drop out obat terhadap pasien
karena selama ini jika tidak dilakukan pengawasan terhadap jadwal
minum obat, pasien biasanya tidak teratur minum obat dan akhirnya
pasien akan mengalami kegagalan minum obat dan harus memulai
lagi dari awal hanya karena lupa meminum obatnya sekali saja.
Ketika pasien mengatakan bersedia saya kemudian meminta
pasien menandatangani format kesediaan yang sudah saya
siapkan sebagai bentuk kerjasama (Nasionalisme) saya dengan
pasien serta sebagai bentuk transparansi (Akuntabilitas) karena
ada surat pernyataan yang ditandatangani sendiri oleh pasien yang
berisi bahwa pasien setuju untuk dilakukan pengawasan tarhadap
jadwal minum obatnya
 Output: Pasien setuju dan menandatangani surat pernyataan
kesediaan.
 Dokumentasi kegiatan

Gambar 11: Meminta persetujuan pasien untuk dilakukan


pengawasan minum obat
 Analisis Dampak

53
1) Etika Publik. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
sopan dan santun sehingga pasien merasa dihargai dan
bersedia untu dilakukan pengawasan terhadap jadwal
minum obatnya. Sedangkan dampak negatif jika nilai
tersebut tidak dilaksanakan pasie akan merasa tidak
dihargai dan menolak untuk dilakukan pengawasan
terhadap jadwal minum obantya.
2) Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan
nilai kejelasan sehingga pasien mengerti maksud dan
tujuan dilakukannya pengawasan terhadap jadwal minum
obat pasien, sedangkan dampak negatif jika nilai tersebut
tidak diterapkan maka pasien akan merasa bingung untuk
apa pasien akan dilakukan pengawasan.
3) Nasionalisme dan Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini
peserta menerapkan nilai kerjasama dan transparansi
sehingga pasien mampu memahami maksud dari peserta
dan peserta dapat melaksanakan kegiatannya karena
pasien mau bekerjasama. Sedangkan dampak negatif jika
nilai tersebut tidak dilaksanakan maka tidak ada bukti
pesetujuan dari pasien untuk dilakukan pengawasa
terhadap jadwal minum obatnya.
2. Memberikan kartu kontrol minum obat kepada pasien
Setelah pasien setuju dan menandatangani format pernyataan
kesediaan yang telah saya siapkan saya lalu memberikan kartu
kontrol minum obat pasien tersebut sebagai rasa tanggungjawab (
Akuntabilitas) saya terhadap pasien karena saya ingin mengontrol
jadwal minum obat pasien. Saya kemudian memberikan kartu
kontrol tersebut kepada pasien yang kebetulan berada tepat
dihadapan saya lalu pasien tersebut juga merespon (Komitmen
Mutu) dengan mengambil kartu kontrol yang saya berikan.
 Output: Pasien mengambil kartu kontrolnya.
 Dokumentasi kegiatan

54
Gambar 12 Memberikan kartu kontrol minum obat
 Analisis Dampak
1) Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan
nilai tanggung jawab karena peserta menyiapkan kartu
kontrol pengawasan jadwal minum obat pasien,
sedangkan dampak negatif jika nilai tersebut tidak
dilaksanakan maka pasien akan menganggap bahwa
peserta hanya menyuuruh untuk dilakukan pengawasan
terhadap pasien namun tidak membawa format yang
harus diisi.
2) Komitmen Mutu, Nilai yang muncul pada tahap kegiatan
ini adalah responsive dimana pasien mengambil kartu
kontrol yang diberikan oleh peserta yang membuktika
bahwa pasien benar-benar bersedia untuk dilakukan
pengawasan minum obatnya. Sedangkan dampak negatif
jika nilai tersebut tidak muncul adalah pasien akan
menolak dan tidak mau mengambil kartu kontrol yang
diberikan oleh peserta.
3) Meminta kesediaan salah seorang anggota keluarga untuk
mengawasi jadwal minum obat pasien.
Setelah pasien mengambil kartu kontrolnya, saya lalu meminta
dengan sopan dan santun ( Etika Publik) kesediaan anggota
keluarga untuk bekerjasama (Nasionalisme) membantu saya
dalam mengontrol waktu minum obat pasien.Saya kemudian

55
menjelaskan bahwa saya ingin meminta kepada salah seorang
anggota keluarga pasien untuk membantu saya mengawasi jadwal
minum obat pasien karena lokasi rumah pasien yang jauh dari
tempat tinggal saya dan Puskesmas sedangkan jika mengandalkan
motor dinas puskesmas yang hanya satu itu tida bisa karena
banyak kegiatan lain yang akan dilakukan oleh petugas puskesmas
yang lain dan mereka menggunakan motor tersebut. Ketika
keluarga pasien mengatakan bersedia saya kemudian meminta
dengan sopan kepada anggota keluarga untuk menandatangani
format kesediaan yang sudah saya siapkan sebagai bentuk
kejelasan dan transparansi (Akuntabilitas) bahwa keluarga
benar-benar setuju untuk membantu saya.
 Output: Keluarga bersedia dan menandatangani surat
pernyataan kesediaan.
 Dokumentasi kegiatan

Gambar 13: Meminta kesediaan anggota keluarga mengawasi


jadwal minum obat pasien
 Analisis Dampak
1) Nasionalisme. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
kerjasama dengan anggota keluarga sehingga
memudahkan peserta untuk mengawasi jadwal minum obat
pasien, sedngkan jika nilai ini tidak dilaksanakan maka
peserta akan sulit mengawasi jadwal minum obat pasien
karena lokasi rumah pasien yang tidak bisa dijangkau
56
dengan berljalan kaki.
2) Etika Publik. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
sopan dan santun sehingga anggota keluarga pasien
merasa dihargai dan ingin bekerjasama membantu peserta,
sedangkan jika nilai tersebut tidak diterapkan maka anggota
keluarga tidak akan mau membantu peserta karena
menganggap peserta tidak bisa menghargai orang lain
apalagi peserta ingin meminta tolong.
3) Akuntabilitas. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
kejelasan dan transparansi dengan meminta anggota
keluarga menandatangani format pernyataan kesediaan
yang sudah peserta siapkan. Jika nilai tersebut tidak
diterpkan maka tidak ada pembuktian bagi peserta bahwa
anggota keluarga benar-benar bersedia membantu peserta.
4 Menjelaskan kepada anggota keluarga cara pengisian kartu
kontrol dan meminta untuk mengisi kartu kontrol setiap kali pasien
minum obat
Pada tahap ini saya meminta dengan sopan dan santun
(Etika Publik) kepada keluarga untuk mengisi format kartu
kontrol yang sudah saya siapkan. Saya kemudian menjelaskan
bahwa kartu kontrol tersebut diisi setiap hari setiap kali pasien
selesai minum obatnya, kemudian saya menjelaskan cara
pengisian kartu kontrol tersebut dengan jelas (Akuntabilitas)
bahwa dalam kartu kontrol tersebut ada terdapat beberapa kolom
yang perlu diisi yaitu kolom hari, kolom tanggal, kolom jam.
Dimana setiap pasien selesai meminum obatnya keluarga harus
langsung mencatat dan mengisi kolom sesuai dengan kapan
waktu pasien minum obat, dan saya juga menjelaskan bahwa
keluarga tidak boleh mengisi kartu kontrol tersebut jika pasien
tidak meminum obatnya. Saya menjelaskan sampai anggota
keluarga mengerti dan setelah keluarga mengatakan betul-betul
sudah mengerti saya tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada anggota keluarga atas kesediaannya untuk

57
membantu saya dalam melakukan pengawasan terhadap jadwal
minum obat pasien.
 Output: Keluarga bersedia dan mengerti cara pengisian kartu
kontro minum obat pasien
 Dokumentasi kegiatan

Gambar 14: Menjelaskan cara pengisian kartu kontrol minum


obat pasien
 Analisis Dampak
1) Etika Publik. Dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
sopan dan santun sehingga anggota keluarga merasa
dihargai dan bersedia mengisi kartu kontrol minum obat
pasien, sedangkan dampak negatif jika nilai ini tidak
diterapkan anggota keluarga akan merasa tidak dihargai
dan mungkin tidak akan bersedian membantu peserta.
2) Akuntabilitas, dalam kegiatan ini peserta menerapkan nilai
kejelasan sehimgga keluarga akan mengerti cara pengisian
kartu kontrol minum obat pasien, sedangkan dampak
negatif jika nilai tersebut tidak dilaksanakan maka anggota
keluarga akan bingung ketika akan mengisi kartu kontrol
minum obat pasien tersebut.
b. Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan
Kegiatan ini terkait dengan mata pelatihan Whole Of Government-
Kedekatan dan Pelibatan karena Melakukan pengawasan minum obat
terhadap pasien dengan melibatkan keluarga.

58
c. Kontribusi terhadap visi dan Misi Organisasi
Dengan melakukan pengawasan minum obat terhadap pasien sesuai
dengan misi organisasi yang ke-4 yaitu melibatkan peran serta
masyarakat terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
d. Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan pengawasan terhadap jadwal minum obat pasien
dengan meminta bantuan anggota keluarga dapat membangun sikap
terbuka yaitu saling menghormati dan membangun suasana saling
percaya.

59
28

Anda mungkin juga menyukai