Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA

TATANAN SEKOLAH DENGAN KEJADIAN DIARE

Bibis Junatan1 Tri Ratnaningsih2, Indah Kusmindarti 3


1
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Bina sehat PPNIMojokerto
2
Dosen Keperawatan Anak Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
3
Dosen Kebidanan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
e-mail: bibisjunatan1606@gmail.com

ABSTRAK

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku


yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) pada tatanan sekolah dengan kejadian diare di SDN Tinggarbuntut
Kecamatan Bangsal. Desain penelitian ini analitik korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Semua siswa
kelas 1-4 SDN Tinggarbuntut Kecamatan Bangsal sejumlah 78 siswa. Sampel
diambil dengan teknik total sampling sebanyak 78 responden. Instrumen
penelitian menggunakan kuisioner perilaku hidup bersih dan sehat. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner PHBS dan kuesioner kejadian diare
kemudian diuji dengan distribusi statistika (crosstab) disajikan dalam bentuk
tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah responden PHBS
dalam kategori kurang (42,3%) pernah mengalami diare dan PHBS dalam
kategori cukup (17,9%) tidak mengalami diare. Ada hubungan perilaku hidup
bersih dan sehat pada tatanan sekolah dengan kejadian diare di SD Negeri
Tinggarbuntut kecamatan Bangsal. Perilaku seperti cuci tangan dan
membersihkan lingkungan sekolah merupakan pencegahan penting dalam
kejadian diare pada anak.

Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Diare, Siswa Sekolah Dasar
PENDAHULUAN untuk anak usia sekolah dasar di
seluruh dunia. World Health
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Organization (WHO) menyatakan
(PHBS) merupakan sekumpulan kematian anak pada usia sekolah
perilaku yang dipraktikan atas dasar dasar mencapai angka 6,9 juta anak
kesadaran sebagai hasil pembelajaran pada tahun 2015, dari 14% kematian
yang menjadikan seseorang atau tersebut di sebabkan oleh 2,5 miliar
keluarga yang dapat menolong diri anak di usia sekolah dasar menderita
sendiri di bidang kesehatan dan diare tiap tahunnya di seluruh dunia,
berperan aktif dalam mewujudkan lebih dari setengah kasus diare
kesehatan masyarakatnya. Perilaku disebabkan oleh lingkungan dan
Hidup Bersih dan Sehat terbagi atas buruknya perilaku kesehatan
berbagai tatanan, yaitu Tatanan masyarakat, peningkatan kualitas
Rumah Tangga, Institusi Pendidikan anak berperan penting sejak masa
(Sekolah), Institusi Kesehatan, dini kehidupan, yaitu masa dalam
Tempat Kerja maupun Tempat- kandungan bayi, dan sampai anak
tempat Umum (Lolowang, 2017). masuk dunia sekolah. Kelangsungan
Sekolah sehat harus memiliki hidup anak adalah anak tidak
lingkungan yang mendukung meninggal pada awal kehidupanya
pembelajaran.Program ini sampai mencapai usia dewasa (Siti,
menekankan pada aspek lingkungan 2017).
yang meliputi lingkungan fisik dan Menurut Renstra Dinkes
non fisik. Aspek lingkungan fisik Kabupaten Mojokerto Tahun 2016
menekankan pada fasilitas seperti Diare merupakan penyakit yang
konstruksi ruang dan bangunan; terjadi ketika terdapat perubahan
ventilasi dan intensitas pencahayaan; konsistensi feses selain dari frekuensi
kepadatan ruang kelas; jarak papan buang air besar.Seseorang dikatakan
tulis dengan siswa; kualitas dan menderita Diare bila feses lebih
kuantitas meja dan kursi siswa; berair dari biasanya, atau bila buang
ketersediaan toilet, tempat cuci air besar tiga kali atau lebih.Diare
tangan, dan air bersih; pengendalian adalah perkiraan jumlah penderita
kebisingan; tempat sampah; program diare yang datang ke sarana
pengelolaan sampah; program kesehatan dan kader adalah 10% dari
pemberantasan bibit penyakit; serta angka kesakitan dikali jumlah
kantin sehat. Lingkungan non fisik penduduk di suatu wilayah kerja
meliputi perilaku sehingga kriteria dalam waktu satu tahun.Penderita
Sekolah sehat yang selanjutnya diare yang ditangani adalah Jumlah
adalah Sekolah memiliki program penderita yang datang dan dilayani di
pembinaan dalam mendorong dan sarana kesehatan dan kader di suatu
membiasakan siswa untuk wilayah tertentu dalam waktu satu
berperilaku hidup bersih dan sehat, tahun. Jumlah penderita diare yang
yang tentu saja juga memberikan ditangani di Kabupaten Mojokerto
panutan kepada siswa (Melita tahun 2016 sebesar 20.358 penderita,
Amelia Lolowang, 2017). dengan jumlah target penemuan
Diare merupakan salah satu sebesar 58.864 penderita merupakan
permasalahan kesehatan yang utama
10% dari jumlah penduduk tahun METODE PENELITIAN
2016.
Desain penelitian ini analitik
Berdasarkan hasil study korelasional dengan pendekatan
pendahuluan yang di lakukan di SD cross sectional. Populasi dalam
Tinggarbuntut Kecamatan Bangsal penelitian ini adalah Semua siswa
pada tanggal 30 november 2018 saya kelas 1-4 SDN Tinggarbuntut
melihat di sekitar halaman sekolah Kecamatan Bangsal sejumlah 78
masih terdapat sampah berserakan siswa. Sampel diambil dengan teknik
dan tidak terdapat tempat untuk cuci total sampling sebanyak 78
tangan di depan kelas dan toilet nya responden. Instrumen penelitian
berbau,terlihat kotor. Derajat menggunakan kuisioner perilaku
kesehatan anak pada saat ini masih hidup bersih dan sehat. Data
belum bisa dikatakan baik sebab dikumpulkan dengan menggunakan
masih banyak terdapat masalah kuesioner PHBS dan kuesioner
kesehatan khususnya pada anak kejadian diare kemudian diuji dengan
sekolah dasar. Permasalahan perilaku distribusi statistika (crosstab)
kesehatan pada anak usia sekolah disajikan dalam bentuk tabel.
dasar biasanya berkaitan dengan
kebersihan perorangan, lingkungan HASIL PENELITIAN
dan munculnya berbagai penyakit
yang sering menyerang anak usia Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi
sekolah yang ternyata pada Responden Berdasarkan Perilaku
umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SDN
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tinggarbuntut Kecamatan
Masalah-masalah yang terjadi pada Bangsal pada bulan Februari 2019
anak usia sekolah dasar semakin
memperjelas bahwa nilai-nilai PHBS
di sekolah masih minim dan belum
No PHBS F %
mencapai tingkat yang diharapkan.
Oleh sebab itu perlu adanya suatu 1 Baik 2 2,6
kegiatan intervensi yang dapat 2 cukup 38 48,7
meningkatkan pengetahuan dan sikap 3 Kurang 38 48,7
tentang pelaksanaan PHBS pada Jumlah 78 100
anak sekolah dasar (Siti, 2017). Sumber : Data Primer, 2019
Salah satu cara yang paling
aplikatif sebagai upaya pencegahan Tabel 1.2 menujukkan bahwa
infeksi penyakit pada anak ialah hampir setengah responden
dengan senantiasa melaksanakan mempunyai perilaku hidup bersih
tatacara perilaku hidup bersih dan dan sehat dalam kategori cukup dan
sehat atau yang biasa dikenal dengan kurang sebanyak 38 responden
PHBS. (Siti, 2017). (48,7%).
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi sehat dengan kejadian diare di SDN
Responden Berdasarkan Kejadian Tinggarbuntut.
Diare di SDN Tinggarbuntut
Kecamaan Bangsal pada bulan PEMBAHASAN
Februari 2019

No Kejadian Diare F % 1. Perilaku Hidup Bersih Dan


Pernah Sehat Di SDN Tinggarbuntut
1 Mengalami Diare 58 74,4 Kecamatan Bangsal
Tidak pernah
Banyak siswa mempunyai
2 Mengalami Diare 20 25,6
kebiasaan sesudah makan di kantin
Jumlah 78 100 SD Negeri Tinggarbuntut mencuci
Sumber : Data Primer, 2019 tangan tanpa menggunakan sabun
dan hanya sekedar membasahi
Berdasarkan tabel 1.2 tangan saja. Di dukung tabel 1.1
menujukkan bahwa hampir Menunjukkan bahwa hampir
seluruhnya responden pernah setengah responden memiliki
mengalami diare sebanyak 58 perilaku hidup bersih dan sehat
responden (74,4%). dalam kategori kurang yaitu
sebanyak 33 responden (42,3%).
1.3 Analisa Hubungan Perilaku Mencuci tangan dengan air
Hidup Bersih dan Sehat Dengan yang megalir dan menggunakan
Kejadian Diare di SDN sabun. Kebersihan kedua tangan
Tinggarbuntut Kecamatan sangat penting untuk membantu
Bangsal pada bulan Februari 2019 menyelesaikan berbagai kegiatan
seperti malan dan minum sangat
Kejadian Diare membutuhkan kerja dari tangan. Jika
Tidak Total tangan bersifat kotor, maka tubuh
PHBS Pernah Pernah sangat beresiko terhadap masuknya
Diare Diare mikroorganisme. Cuci tangan dapat
F % F % F % berfungsi untuk menghilangkan
Baik 1 1,3 1 1,3 2 2,6 /mengurangi mikroorganisme yang
Cukup 24 30,8 14 17,9 38 48,7 menempel di tangan.Cuci tangan
harus dilakukan dengan
Kurang 33 42,3 5 6,4 38 48,7
menggunakan air bersih dan sabun
Jumlah 58 74,4 20 25,6 78 100 (Proverawatidan Rahmawati, 2012).
Sumber :Data Primer 2019
Maryunani (2013) menjelaskan
Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa air yang tidak bersih banyak
hampir setengah responden PHBS mengandung kuman dan bakteri
dalam kategori kurang (42,3%) penyebab penyakit.Bila digunakan,
pernah mengalami diare dan PHBS kuman berpindah ke tangan. Pada
dalam kategori cukup (17,9%) tidak saat makan, kuman dengan cepat
mengalami diare. Sehingga hasil masuk ke dalam tubuh yang bias
penelitian ini menunjukkan ada menimbulkan penyakit. Sabun dapat
hubungan perilaku hidup bersih dan membersihkan kotoran dan
membunuh kuman, karena tanpa
sabun kotoran dan kuman masih sanitasi yakni usaha untuk membina
tertinggal di tangan. Proverawati dan dan menciptakan suatu keadaan yang
Rahmawati (2012), waktu yang tepat baik di bidang kesehatan,
untuk mencuci tangan yaitu pada saat menyehatkan lingkungan hidup
setiap kali tangan kita kotor (setelah: manusia, terutama lingkungan fisik,
memegang uang, memegang yaitu tanah, air dan udara.
binatang, berkebun, dll), setelah Permasalahan perilaku kesehatan
buang air besar, setelah menceboki pada anak usia sekolah dasar
bayi atau anak, sebelum makan dan biasanya berkaitan dengan
menyuapi anak, sebelum memegang kebersihan perorangan, lingkungan
makanan, sebelummenyusui bayi, dan munculnya berbagai penyakit
sebelum menyuapi anak, setelah yang sering menyerang anak usia
bersin, batuk, membuang ingus, sekolah yang ternyata pada
setelah pulang dari bepergian dan umumnya berkaitan dengan Perilaku
sehabis bermain/memberi makan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
atau memegang hewan peliharaan. Masalah-masalah yang terjadi pada
anak usia sekolah dasar semakin
Penelitian ini sejalan dengan
memperjelas bahwa nilai-nilai PHBS
Hasil ini didukung oleh penelitian
di sekolah masih minim dan belum
yang dilakukan Fahrial Syam (2014)
mencapai tingkat yang diharapkan.
mengatakan bahwa ada hubungan
Oleh sebab itu perlu adanya suatu
perilaku hidup bersih dan sehat
kegiatan intervensi yang dapat
dengan kejadian diare. Perilaku
meningkatkan pengetahuan dan sikap
Hidup Bersih dan Sehat adalah suatu
tentang pelaksanaan PHBS pada
aktifitas atau tindakan yang
anak sekolah dasar.
mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai kesehatan pribadi dan 2. Kejadian diare di sekolah
lingkungan, yaitu yang mencakup Tinggarbuntut Kecamatan
beberapa kebiasaan hidup bersih Bangsal
yang merupakan salah satu upaya
Kebersihan responden masih
pencegahan Penyakit diare. Perilaku
kurang dan perilaku hidup bersih dan
kebiasan hidup bersih dan sehat
sehatnya tidak diterapkan atau belum
selalu diajarkan disekolahini, karena
paham akan bias terjadinya diare. di
sekolah ini merupakan sekolah yang
dukung tabel 4.4 menujukkan bahwa
bernuansa Islami.Semua anak yang
Sebagian besar responden pernah
duduk di bangku sekolah ini
mengalami diare sebanyak 58
beragama Islam termasuk sampel
responden (74,4%),.
dalam penelitian ini.Kebiasaan -
Dalam penelitian ini di
kebiasaan tersebut mencakup
temukan bahwa proporsi kejadian
mencuci tangan dengan memakai
diare pada anak lebih banyak terjadi
sabun, mengkonsumsi makanan dan
pada anak di dalam keluarganya
minuman yang bersih, membuang
tidak melakukan cuci tangan.
sampah pada tempatnya serta buang
Pemahaman mereka tentang cara
air besar di toilet. Kebersihan dalam
cuci tangan dengan sabun secara baik
ajaran Islam di kenal dengan istilah
dan benar masih kurang karena
“thaharah” sebagai wujud nyata dari
kebiasaan mereka melakukan cuci kesehatan mengenai PHBS kepada
tangan hanya mencuci dengan air siswa agar siswa memiliki
biasa dan tidak mengalir. Kemenkes pengetahuan, sikap, dan tindakan
RI (2010) diare adalah suatu keadaan yang baik terhadap PHBS agar dapat
pengeluaran tinja yang tidak normal mengurangi resiko terkena diare.
atau tidak seperti biasanya, ditandai hasil tabulasi silang PHBS pada
dengan peningkatan volume ke tatanan sekolah dengan kejadian
enceran, serta frekuensi lebih dari diare diperoleh data pada PHBS
tiga kali sehari pada anak dan pada dalam kategori kurang sebanyak 34
bayi lebih dari empat kali sehari responden dan hampir setengah
dengan atau tanpa lender darah.Diare responden pernah mengalami diare
menurut Ngastiyah (2013) adalah sebanyak 33 responden (42,3%) dan
keadaan frekuensi buang air besar 1 responden tidak pernah mengalami
lebih dari empat kali sehari pada bayi diare sebanyak 1 responden (1,3%).
dan lebih dari tiga kali sehari pada Berdasarkan hasil penelitian
anak, konsistensi feces encer, dapat Juliana siti (2017) tentang Hubungan
berwarna hijau ataud apat pula perilaku hidup bersih dan sehat
bercampur lender dan darah atau (PHBS) dengan kejadian
lender saja.Gejala diare yang sering diare.Disarankan kepada pihak
ditemukan mula-mula pasien sekolah SD Negeri 1 Padang
cengeng, gelisah, suhu tubuh matinggi kota Padang sidimpuan
meningkat, nafsu makan berkurang, untuk bekerjsama dengan Puskesmas
tinja mungkin disertai lender atau untuk melakukan penyuluhan
darah, gejala muntah dapat timbul kesehatan mengenai PHBS kepada
sebelum dan sesudah diare. Bila siswa agar siswa memiliki
penderita banyak kehilangan cairan pengetahuan, sikap, dan tindakan
dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai yang baik terhadap PHBS agar dapat
nampak, yaitu beat badan menurun, mengurangi resiko terkena diare.
turgor berkurang, mata dan ubun- Pihak sekolah juga harus
ubun besar menjadi cekung, selaput memperbaiki fasilitas sanitasi dasar
lender bibir dan mulut tampak sekolah agar sesuai dengan kriteria
kering. atau persyaratan yang telah
ditentukan.
3. Hubungan Perilaku Hidup Menurt Maryunani (2013), ada
Bersih Dan Sehat Dengan beberapa manfaat pembinaan PHBS
Kejadian Diare di SDN di sekolah, yaitu: terciptanya
Tinggarbuntut Kecamatan sekolah yang bersih dan sehat
Bangsal sehingga siswa, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah terlindungi dari
Tentang hubungan perilaku berbagai gangguan dan ancaman
hidup bersih dan sehat (PHBS) penyakit, meningkatkan semangat
dengan kejadian diare.Disarankan proses belajar mengajar yang
kepada pihak sekolah SD Negeri berdampak pada prestasi belajar
Tinggarbuntut kecamatan bangsal siswa, citra sekolah sebagai institusi
untuk bekerjsama dengan Puskesmas pendidikan semakin meningkat
untuk melakukan penyuluhan sehingga mampu menarik minat
orang tua, meningkatkan citra 2. Bagi Peneliti Lain
pemerintahdaerah di bidang
Untuk peneliti selanjutnya agar
pendidikan, dan menjadi percontohan
sekolah sehat bagi daerah lain dilakukan penelitian terhadap
(Maryunani, 2017). kemungkinan faktor lainyang
Hasil penelitian menunjukkan mempengaruhi perilaku hidup bersih
bahwa PHBS dengan kejadian diare dan sehat seperti fasilitas kesehatan
di SDN Tinggar Buntut Kecamatan misalnya puskesmas berpengaruh
Bangsal dalam kategori kurang sebagai sarana dalam mendukung
karena itu pentingnya penerapan
penerapan perilaku hidup bersih dan
tentang PHBS harus di tingkatkan
dalam sekolah agar menekan angka sehat siswa.
derajat kesehatan yang optimal, 3. Bagi pihak Sekolah
penerapan PHBS akan sangat
berpengaruh terhadap terjadinya Dalam hal ini hendaknya dapat
suatu penyakit, suatu contoh diare, meningkatkan dan mempertahankan
apabila PHBS diterapkan dengan tingkat pengetahuan siswa tentang
baik maka akan sehat, apabila PHBS perilaku hidup bersih dan sehat yang
tidak diterapkan dengan baik maka sudah baik. Dengan memfasilitasi
sangat mungkin terjadi diare. siswa sesuai indikator PHBS di
SIMPULAN tatanan sekolah yang meliputi:
kebersihan pribadi, makanan yang
Sebagian besar responden bergizi, menjauhi NARKOTIKA,
menerapkan PHBS dalam kategori obat berbahaya dan alcohol.
cukup 38%, Sebagian besar
UCAPAN TERIMA KASIH
responden pernah mengalami diare
sebanyak 79,5%, Hasil analisis data Saya ucapkan terima kasih sebanyak-
didapatkan bahwa ada hubungan banyaknya kepada kedua orangtua
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat saya, keluarga besar saya, Stikes
Dengan Kejadian Diare Bina Sehat PPNI Mojokerto, dosen
pembimbing saya, responden
SARAN penelitian saya, sahabat-sahabat dan
teman-teman saya atas ketersediaan,
1. Bagi Orang Tua
waktu serta motivasi yang telah
Diharapkan pihak orang tua diberikan kepada saya sehingga tugas
lebih memperhatikan perilaku hidup akhir ini dapat terselesaikan dengan
bersih dan sehat anak di rumah baik.
agar anak dapat meningkatkan
kebersihan dan kesehatan diri dan DAFTAR PUSTAKA
lingkungannya dengan cara Anik Maryunani. (2013). perilaku
menyediakan alat cuci tangan seperti hidup bersih dan sehat. Jakarta.
sabun, dan tempat sampah.
Kemenkes. (2011). pedoman
pembinaan perilaku hidup
bersih dan sehat(PHBS).
Melita Amelia Lolowang. (2017).
Gambaran Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Sekolah
Dasar.
Siti, J. (2017). Hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan Kejadian Diare pada
Siswa SD negeri 1
Padangmatinggi Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.
Proverawati dan Rahmawati. (2012).
perilaku hidup bersih dan sehat.
Jakarta: Graha Ilmu.
Fahrial Syam. (2014). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak
Sakit. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai