240210170014
Kelompok 4
untuk membilas (mencuci) atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri
(mikroorganisme). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi
dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak
akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar,
maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat
mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan
alkohol 96% juga menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar
permeabilitas dinding sel.
Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian
didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga
warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder.
Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna
utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan
warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau
pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi
berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif
dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya
rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat
masuk sehingga sel berwarna ungu.
Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna
lain dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut
dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena
itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama
sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat. Bakteri gram negatif
memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin
akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa
peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori
dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap
menahan warna biru (Hadioetomo, 1990).
Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan
terhadap kaca objekdengan menggunakan air. pembilasan ini bertujuan untuk
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4
mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir
pembilasan pada masing-masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan
dari air dengan menggunakan kertas tissu agar aquades tidak tercampur dengan
reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan terakhir, gelas
benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika terbentuk warna ungu
maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau
merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif.
Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil uji sanitasi tangan sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Sanitasi Tangan
sebanyak 65 koloni. Hasil tersebut lebih banyak dari tangan yang belum dicuci,
padahal seharusnya tangan yang sudah dicuci dengan air memiliki kemungkinan
mengurangi mikroba pada tangan. Koloni tangan yang dicuci air lebih banyak
daripada koloni tangan belum dicuci diduga dikarenakan adanya kontaminasi dari
udara setelah tangan dicuci. Tangan yang basah atau lembab dapat membuat
mikroba dari udara lebih mudah melekat. Selain itu, diduga pula dikarenakan jari
yang ditempel adalah 2 jari sehingga hasil koloni yang tumbuh lebih banyak dari
tangan perlakuan lain.
Jumlah koloni bakteri pada tangan perlakuan dicuci dengan sabun dan
dicuci dengan antiseptik lebih sedikit dari perlakuan yang belum dicuci. Hal
tersebut menandakan bahwa terjadi pengurangan bakteri pada tangan apabila dicuci
dengan sabun atau antiseptik, namun tidak menghilangkan sepenuhnya. Antiseptik
yang digunakan memiliki kandungan alkohol di dalamnya. Aktivitas alkohol
sebagai antimikroba adalah dengan cara mendenaturasi protein bakteri sehingga
mengganggu proses metabolisme sel bakteri yang menyebabkan kematian sel
bakteri. Alkohol efektif membunuh bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Alkohol juga efektif untuk membuhuh jamur (Larson, 1995). Sabun biasa dirancang
untuk mengurangi tegangan permukaan air sehingga kotoran yang ada di
permukaan kulit jadi lebih mudah dibersihkan. Sebenarnya, sabun biasa juga efektif
untuk menyingkirkan bakteri. Namun, kadang produk sabun biasa lebih
diformulasikan untuk menghilangkan bau pada tangan saja sehingga belum tentu
efektif membunuh bakteri. Sabun (bukan yang antibakteri) sebenarnya tidak
membunuh kuman. Selama ini sabun yang gunakan tersebut hanya memindahka
mikroba ke tempat lain, bukan membunuhnya. Jadi, cara kerja sabun sebenarnya
hanya mengangkat kuman dan bakteri penyakit yang ada pada permukaan kulit.
Lalu, ketika dibilas dengan air, kuman dan bakteri tersebut terbawa serta berpindah
pada aliran air tersebut.
Perkiraan bakteri yang ada pada kulit tangan adalah Staphylococcus aureus.
Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri S. aureus yaitu termasuk bakteri Gram positif,
non motil, berbentuk kokus yang anaerob fakultatif dan tidak membentuk spora
(Fardiaz, 1993). Suhu pertumbuhannya berkisar antara 7ºC-48°C dengan
pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 37°C. Bakteri ini tumbuh pada kisaran pH
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4
7/ rambut NA 6 - Perbesaran:
keramas 100x
- Bakteri: gram
positif
- Bentuk: Basil
8/ rambut PDA 33
keramas
9/ nafas: NA 4 - Perbesaran:100x
belum - Bakteri:gram
kumur positif
- Bentuk: coccus
beterbangan ke dalam makanan serta kuku menjadi kotor. Pada saat bekerja para
pekerja diharuskan menggunakan tutup kepala (hair cap).
Selama bekerja usahakan jangan mengorek hidung karena pada hidung
manusia terdapat banyak sekali bakteri. Dalam keadaan terpaksa, pergunakan sapu
tangan atau tisu yang langsung dapat dibuang. Setelah itu, tangan harus dicuci.
Apabila bersin, hidung harus ditutup dengan sapu tangan sambil wajah dipalingkan
dari makanan yang sedang dipersiapkan, untuk menghindari bakteri-bakteri yang
berasal dari hidung.
Dalam rongga mulut terdapat banyak sekali bakteri terutama pada gigi yang
berlubang. Apabila ada makanan yang terselip diantara gigi, jangan sekali-kali
membersihkannya dengan jari tangan, tetapi pergunakan tusuk gigi. Membersihkan
gigi jangan pada saat sedang menyiapkan makanan. Periksalah gigi secara teratur
ke poliklinik gigi. Pada saat batuk mulut harus ditutup dengan tisu dan wajah
dialihkan dari arah makanan.
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4
DAFTAR PUSTAKA
Adam M.R. dan Moss M.O. 1995. Food Microbiology. The Royal Society of
Chemistry. Cambridge, England.
Adams, M. dan Y. Motarjemi. 1999. Basic Food Safety for Health Workers. World
Health Organization of the United Nations, Rome.
Depkes. 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM dan PLP.
Depkes RI, Jakarta.
Doyle M.P., Beuchat L.R., Montville T.J. 2001. Food Microbiology. ASM Press,
Washington DC.
Larson, Elaine L. 1995. APIC Guideline for hand washing and hand antiseptic in
health care settings. APIC Guideline Committee, Infect Control and
Epidemiology,Inc.
Lelieveld H.L.M., Moster M.A., Holal J., and White B. 2000. Hygiene in Food
Processing. Woodhead Publ and CRC Press, Cambridge.
Suprihatin S.D. 1982. Kandida dan Kandidiasis pada Manusia. FKUI, Jakarta.
Pelczar, M.J dan E.C.S, Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.
Puspitasari. 2004. Sanitasi dan Higiene dalam Industri Pangan. Jurusan THP FTP
UNEJ, Jember.