Anda di halaman 1dari 13

Nurisa Fadillah Isnaeni

240210170014
Kelompok 4

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Praktikum sanitasi pekerja dilakukan untuk mengetahui dan menghitung
jumlah bakteri, kapang, dan khamir pada tangan, rambut, dan mulut manusia.
Tangan diberi perlakuan tangan belum dicuci, sudah dicuci air, sudah dicuci sabun,
dan sudah dicuci antiseptik. Rambut diberi perlakuan belum keramas dan sudah
keramas. Mulut diberi perlakuan belum kumur dan sudah kumur.
4.1 Uji Sanitasi Tangan
Langkah pengujian sanitasi tangan yang pertama adalah dua cawan petri
disiapkan dan diisi dengan media PCA. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu
medium yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak ragi, dan 0,1 % glukosa
sehingga semua mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh
dengan baik pada medium tersebut (Fardiaz, 1993). Glukosa dan ekstrak ragi
merupakan sumber nutrisi untuk mikroba yang tumbuh. Sedangkan fungsi agar
hanya untuk menjadi pengeras media. Media plate count agar (PCA) dapat
berfungsi sebagai media untuk menumbuhkan mikroorganisme. Untuk
penggunaannya, digunakan PCA instant sebanyak 22,5 gram untuk 1 Liter aquades.
Berdasakan komposisinya, PCA termasuk ke dalam medium semisintetik, yaitu
medium yang komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak
diketahui secara pasti. PCA berwarna putih keabuan, berbentuk granula dan merek
yang digunakan adalah Merck. Sebelum dipanaskan tidak larut sepenuhnya dalam
air, tetapi masih terlihat serbuk-serbuknya, berwarna kuning dan terlihat keruh.
Setelah dipanaskan serbuk media larut seluruhnya dalam air, berwarna kuning.
(Fardiaz, 1993).
Setelah media kering, cawan dibuka dan salah satu jari ditempelkan ke
permukaan media selama 4 detik. Penempelan hanya dilakukan 4 detik karena
ditakutkan apabila lebih dari 4 detik, hasil koloni mikroba TBUD. Selanjutnya,
cawan diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 37oC dengan posisi terbalik. Posisi
cawan terbalik dikarenakan untuk menghindari adanya tetesan air pada tutup cawan
saat inkubasi. Tetesan air dapat mencemari media tumbuh mikroorganisme.
Langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah koloni dan melakukan perwarnaan
gram untuk mengetahui jenis bakteri yang tumbuh.
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan


paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada
tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya
lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram
dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif
memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram
negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.
Penambahan violet pada bakteri. Kristal violet merupakan reagen yang
berwarna ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan
memberi warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga
mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan
perlakuan seperti itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna
(ungu). Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan
warna ungu muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada
bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri
gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam
persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan
didiamkan selama 1 menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat
sempurna pada dinding sel bakteri.
Penambahan lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu
pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme
target atau mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pengecatan Gram
dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat
lugol terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram
positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif
dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Lugol yang diteteskan
didiamkan selama 1 menit bertujuan agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi
semakin lebih kuat.
Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas objek glass tersebut
kemudian didiamkan selama 45 detik. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air
hingga warnanya hilang. Etanol 95% merupakan solven organik yang berfungsi
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

untuk membilas (mencuci) atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri
(mikroorganisme). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi
dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak
akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar,
maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat
mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan
alkohol 96% juga menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar
permeabilitas dinding sel.
Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian
didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga
warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder.
Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna
utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan
warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau
pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi
berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif
dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya
rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat
masuk sehingga sel berwarna ungu.
Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna
lain dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut
dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena
itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama
sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat. Bakteri gram negatif
memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin
akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa
peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori
dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap
menahan warna biru (Hadioetomo, 1990).
Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan
terhadap kaca objekdengan menggunakan air. pembilasan ini bertujuan untuk
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir
pembilasan pada masing-masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan
dari air dengan menggunakan kertas tissu agar aquades tidak tercampur dengan
reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan terakhir, gelas
benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika terbentuk warna ungu
maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau
merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif.
Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil uji sanitasi tangan sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Sanitasi Tangan

Kelompok/Perlakuan ∑Koloni Gambar Keterangan


(Perbesaran, Gram,
Bentuk
1/ tangan dicuci sabun 6 - Perbesaran:
100x
- Bakteri: gram
negative
- Bentuk:
coccus
2/ tangan dicuci 5+1 koloni - Perbesaran:
antiseptic besar 10x
- Bakteri: gram
negative
- Bentuk:
coccus
3/ tangan tidak dicuci 10 - Perbesaran:
100x
- Bakteri: gram
negative
- Bentuk:
coccus
4/ tangan dicuci air 65 - Perbesaran:
100x
- Bakteri:
bakteri gram
positif
- Bentuk:
coccus
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa tangan yang memiliki koloni
kontaminan paling banyak adalah tangan yang telah dicuci dengan air, yaitu
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

sebanyak 65 koloni. Hasil tersebut lebih banyak dari tangan yang belum dicuci,
padahal seharusnya tangan yang sudah dicuci dengan air memiliki kemungkinan
mengurangi mikroba pada tangan. Koloni tangan yang dicuci air lebih banyak
daripada koloni tangan belum dicuci diduga dikarenakan adanya kontaminasi dari
udara setelah tangan dicuci. Tangan yang basah atau lembab dapat membuat
mikroba dari udara lebih mudah melekat. Selain itu, diduga pula dikarenakan jari
yang ditempel adalah 2 jari sehingga hasil koloni yang tumbuh lebih banyak dari
tangan perlakuan lain.
Jumlah koloni bakteri pada tangan perlakuan dicuci dengan sabun dan
dicuci dengan antiseptik lebih sedikit dari perlakuan yang belum dicuci. Hal
tersebut menandakan bahwa terjadi pengurangan bakteri pada tangan apabila dicuci
dengan sabun atau antiseptik, namun tidak menghilangkan sepenuhnya. Antiseptik
yang digunakan memiliki kandungan alkohol di dalamnya. Aktivitas alkohol
sebagai antimikroba adalah dengan cara mendenaturasi protein bakteri sehingga
mengganggu proses metabolisme sel bakteri yang menyebabkan kematian sel
bakteri. Alkohol efektif membunuh bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Alkohol juga efektif untuk membuhuh jamur (Larson, 1995). Sabun biasa dirancang
untuk mengurangi tegangan permukaan air sehingga kotoran yang ada di
permukaan kulit jadi lebih mudah dibersihkan. Sebenarnya, sabun biasa juga efektif
untuk menyingkirkan bakteri. Namun, kadang produk sabun biasa lebih
diformulasikan untuk menghilangkan bau pada tangan saja sehingga belum tentu
efektif membunuh bakteri. Sabun (bukan yang antibakteri) sebenarnya tidak
membunuh kuman. Selama ini sabun yang gunakan tersebut hanya memindahka
mikroba ke tempat lain, bukan membunuhnya. Jadi, cara kerja sabun sebenarnya
hanya mengangkat kuman dan bakteri penyakit yang ada pada permukaan kulit.
Lalu, ketika dibilas dengan air, kuman dan bakteri tersebut terbawa serta berpindah
pada aliran air tersebut.
Perkiraan bakteri yang ada pada kulit tangan adalah Staphylococcus aureus.
Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri S. aureus yaitu termasuk bakteri Gram positif,
non motil, berbentuk kokus yang anaerob fakultatif dan tidak membentuk spora
(Fardiaz, 1993). Suhu pertumbuhannya berkisar antara 7ºC-48°C dengan
pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 37°C. Bakteri ini tumbuh pada kisaran pH
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

4,0-9,3. Bakteri Staphylococcus kebanyakan adalah mikroflora yang normal hidup


pada manusia.
Kebanyakan bakteri ini tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput
lendir manusia dan organisme lainnya. Namun, sebagian bakteri merupakan bakteri
patogen pada manusia yang menyebabkan bermacam-macam penyakit atau
gangguan dalam tubuh seperti radang bernanah, sampai sepsis yang bisa berakibat
fatal. Salah satunya bakteri ini menyebabkan hemolisis yaitu pemecahan sel-sel
darah, menggumpalkan plasma, dan menghasilkan berbagai macam enzim-enzim
yang dapat merusak sistem imun manusia dan kandungan toksin pada bakteri
tersebut yang bersifat destruktif terhadap jaringan tubuh. Perkiraan tersebut sesuai
dengan literatur yang menyatakan sumber bakteri Staphyilococcus aureus dapat
berasal dari tangan, rongga hidung, mulut dan tenggorokan pekerja (Adams dan
Motarjemi, 1999).
Normalnya, bakteri-bakteri tersebut hidup pada habitatnya masing-masing,
misalnya S.aureus. Bakteri ini merupakan flora normal pada mukosa hidung dan
perineum Perpindahan S.aureus dari habitat asalnya ke tangan, dapat terjadi karena
tangan sering berkontak langsung dengan daerah tersebut. Hal ini juga yang
mungkin menyebabkan S.aureus merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan
pada tangan. Bakteri-bakteri tersebut yang ada pada tangan dapat bertahan hidup
sampai tiga jam di tangan. Untuk pertumbuhannya bakteri melakukan multiplikasi
proses doubling (penggandaan), setiap sel membelah menjadi dua sel identik yang
terus mengulang menjadi proses tersebut menjadi empat sel, kemudian
memproduksi menjadi delapan sel dan seterusnya. Periode antara pembelahan sel
dikenal sebagai waktu generasi atau waktu doubling.

4.2 Uji Sanitasi Rambut dan Pernafasan


Prosedur pengujian pada rambut dan mulut sama seperti uji sanitasi
tangan. Hal yang berbeda hanyalah media yang digunakan. Pengujian sanitasi
rambut dan mulut menggunakan media PDA dan NA. Media PDA (Potato Dextrose
Agar) digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang dan khamir
pada bahan makanan dan bahan lainnya. Karbohidrat dan senyawa yang diambil
dari kentang mendukung pertumbuhan khamir dan kapang dan pada kondosi pH
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

yang diturunkan dapat menghambat pertumbuhan kontaminan (bakteri yang ikut).


Jika medium ini dipakai untuk perhitungan jamur, pH medium harus diturunkan
hingga 3,5 karena jamur akan tumbuh pada medium ini untuk mengembangkan
morfologinya (Hadioetomo, 1990). Fungsinya sebagai media selektif untuk
pertumbuhan jamur dan yeast hingga sering digunakan sebagai uji untuk
menentukan jumlah jamur dan yeast yang dilakukan dengan menumbuhkan
mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat atau
dihitung (Fardiaz, 1993).
Nutrient Agar adalah medium pertumbuhan mikrobiologi umum digunakan
untuk budidaya bakteri. Bakteri yang tumbuh di Nutrient Agar tumbuh di
permukaan, dan jelas terlihat sebagai koloni kecil. NA merupakan suatu medium
yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan
senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone
dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Agar digunakan sebagai pemadat
karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa
galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Ekstrak beef dan
pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen,
vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA) merupakan medium yang
berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium ini
berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan
bakteri (Pelczar, 2005).
Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil uji sanitasi rambut dan
pernafasan sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Rambut dan Pernafasan
Kelompok/ Media ∑Koloni Gambar Keterangan
Perlakuan (Perbesaran, Gram,
Bentuk)
5/ rambut NA 4 - Perbesaran:
tidak 100x
keramas - Bakteri: gram
negative
- Bentuk: coccus
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

Kelompok/ Media ∑Koloni Gambar Keterangan


Perlakuan (Perbesaran, Gram,
Bentuk)
6/ rambut PDA 25
tidak
keramas

7/ rambut NA 6 - Perbesaran:
keramas 100x
- Bakteri: gram
positif
- Bentuk: Basil

8/ rambut PDA 33
keramas

9/ nafas: NA 4 - Perbesaran:100x
belum - Bakteri:gram
kumur positif
- Bentuk: coccus

10/ nafas: PDA 1


belum
kumur

11/ nafas: NA 7 - Perbesaran: 10x


sudah - Bakteri: gram
kumur positif
- Bentuk: coccus
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

Kelompok/ Media ∑Koloni Gambar Keterangan


Perlakuan (Perbesaran, Gram,
Bentuk)
12/ nafas: PDA 3
sudah
kumur

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)


Berdasarkan data pada tabel 2, dapat dilihat bahwa pada rambut yang tidak
dikeramas lebih banyak koloni khamir/kapang daripada koloni bakteri, dengan
koloni bakteri (NA) sebanyak 4 koloni dan khamir/kapang(PDA) sebanyak 25
koloni. Rambut dengan perlakuan keramas juga memiliki lebih banyak
kapang/khamir daripada bakteri, dengan bakteri (NA) sebanyak 6 koloni dengan
khamir/kapang (PDA) sebanyak 33 koloni. Koloni pada rambut yang telah
dikeramas lebih banyak dari rambut yang belum dikeramas. Padahal, seharusnya
rambut dikeramas memiliki kontaminan yang lebih sedikit dikarenakan telah diberi
shampoo dan dialiri air sehingga kontaminan yang ada pada rambut bisa berkurang.
Ketidaksesuaian tersebut diduga dikarenakan air yang digunakan untuk keramas
memiliki kontaminan yang banyak. Penelitian menunjukkan bahwa pada rambut
didominasi oleh kontaminan khamir. Kemungkinan khamir yang ada pada rambut
adalah Candida albicans. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang mengatakan
bahwa khamir yang umum terdapat pada rambut adalah Candida albicans
(Suprihatin, 1982).
Mulut yang belum dikumur memiliki kontaminan bakteri yang lebih banyak
daripada kapang/khamir, dengan bakteri sebanyak 4 koloni dan kapang/khamir
sebanyak 1 koloni. Mulut yang telah dikumur juga memiliki kontaminan bakteri
lebih banyak daripada kapang/khamir, dengan bakteri sebanyak 7 koloni dan
kapang/khamir sebanyak 3 koloni. Koloni pada mulut yang telah dikumur lebih
banyak dari mulut yang belum dikumur. Padahal, seharusnya mulut telah kumur
memiliki kontaminan yang lebih sedikit dikarenakan telah dialiri air sehingga
kontaminan yang ada pada mulut bisa berkurang. Ketidaksesuaian tersebut diduga
dikarenakan air yang digunakan untuk kumur memiliki kontaminan yang banyak.
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

Berdasarkan deskripsi bakteri di bawah mikroskop, kemungkinan bakteri


yang ada pada pernafasan atau mulut adalah Staphylococcus aureus. Hal tersebut
didukung oleh literatur yang menyatakan bahwa S. aureus yaitu termasuk bakteri
Gram positif, non motil, berbentuk kokus yang anaerob fakultatif dan tidak
membentuk spora (Winarno, 1993). Perkiraan tersebut juga sesuai dengan literatur
yang menyatakan sumber bakteri Staphyilococcus aureus dapat berasal dari tangan,
rongga hidung, mulut dan tenggorokan pekerja (Adams dan Motarjemi, 1999).
Untuk mengurangi kontaminan, pekerja perlu memperhatikan beberapa hal.
Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu
dalam penyelenggaraan makanan, dan melalui tangan pula makanan banyak
terkontaminasi. Oleh karena itu, kebersihan perlu mendapatkan prioritas tinggi.
Dianjurkan agar setiap kali keluar dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya
tangan dibersihkan dengan air hangat dan sabun, lalu dikeringkan dengan serbet
kertas (tisu) untuk tangan atau dengan menggunakan alat mesin pengering tangan
(hand dryer).
Pekerja yang menyelenggarakan makanan secara langsung tidak
diperbolehkan menggunakan cincin, baik yang bermata maupun tidak, juga jam
tangan karena bakteri-bakteri dapat tertinggal di cincin yang tidak mungkin dapat
dibersihkan pada saat bekerja. Jam tangan tidak boleh digunakan karena akan rusak
terkena uap panas atau air pada waktu mencuci bahan makanan. Kuku harus
dipotong pendek karena sumber kotoran/ penyakit, serta tidak perlu mengunakan
pewarna kuku yang kemungkinan besar akan mengelupas dan jatuh ke dalam
makanan.
Sewaktu mencicipi makanan yang telah matang harus menggunakan sendok
dan bila makanan tersebut diporsikan harus menggunakan alat pengambil, misalnya
sendok, penjepit, garpu. Namun, bila situasi tidak memungkinkan menggunakan
alat tersebut, dianjurkan menggunakan sarung tangan dari plastic transparan yang
tipis dan sekali pakai.
Pencucian rambut dilaksanankan secara teratur karena rambut yang kotor
akan menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong pekerja
untuk menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran-kotoran dari kepala jatuh
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

beterbangan ke dalam makanan serta kuku menjadi kotor. Pada saat bekerja para
pekerja diharuskan menggunakan tutup kepala (hair cap).
Selama bekerja usahakan jangan mengorek hidung karena pada hidung
manusia terdapat banyak sekali bakteri. Dalam keadaan terpaksa, pergunakan sapu
tangan atau tisu yang langsung dapat dibuang. Setelah itu, tangan harus dicuci.
Apabila bersin, hidung harus ditutup dengan sapu tangan sambil wajah dipalingkan
dari makanan yang sedang dipersiapkan, untuk menghindari bakteri-bakteri yang
berasal dari hidung.
Dalam rongga mulut terdapat banyak sekali bakteri terutama pada gigi yang
berlubang. Apabila ada makanan yang terselip diantara gigi, jangan sekali-kali
membersihkannya dengan jari tangan, tetapi pergunakan tusuk gigi. Membersihkan
gigi jangan pada saat sedang menyiapkan makanan. Periksalah gigi secara teratur
ke poliklinik gigi. Pada saat batuk mulut harus ditutup dengan tisu dan wajah
dialihkan dari arah makanan.
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
 Tangan yang dicuci dengan air memiliki total koloni bakteri terbanyak
dengan jumlah bakteri sebanyak 65 koloni.
 Berdasarkan dari hasil pengamatan karakteristik bakteri di bawah
mikroskop, perkiraan kontaminan bakteri pada tangan adalah
Staphylococcus aureus
 Rambut dengan total kontaminan terbanyak ada pada sampel rambut yang
di keramas dengan air, yaitu sebanyak 33 koloni khamir.
 Berdasarkan dari hasil pengamatan karakteristik bakteri di bawah
mikroskop, perkiraan kontaminan khamir pada rambut adalah Candida
albicans.
 Mulut atau pernafasan dengan total kontaminan terbanyak ada pada mulut
yang telah kumur dengan air, yaitu sebanyak 7 koloni.
 Berdasarkan dari hasil pengamatan karakteristik bakteri di bawah
mikroskop perkiraan, kontaminan bakteri pada mulut/pernafasan adalah
Staphylococcus aureus.
5.2 Saran
Sampel mikroba tangan, rambut, dan pernafasan (dengan berbagai
perlakuan), tidak berasal dari satu orang yang sama. Sehingga perbandingannya
bisa tidak sesuai dengan yang seharusnya, karena orang yang satu dengan orang
yang lain memiliki kontaminan yang berbeda-beda jumlahnya.
Nurisa Fadillah Isnaeni
240210170014
Kelompok 4

DAFTAR PUSTAKA
Adam M.R. dan Moss M.O. 1995. Food Microbiology. The Royal Society of
Chemistry. Cambridge, England.

Adams, M. dan Y. Motarjemi. 1999. Basic Food Safety for Health Workers. World
Health Organization of the United Nations, Rome.

Depkes. 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM dan PLP.
Depkes RI, Jakarta.

Doyle M.P., Beuchat L.R., Montville T.J. 2001. Food Microbiology. ASM Press,
Washington DC.

Fardiaz S. 1993. Mikrobiologi Pangan. Penuntun Praktek-Praktek Laboratorium..


Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Gramedia. Jakarta.

Hariyadi P. dan Dewayanti R. 2009. Petunjuk Sederhana Memproduksi Pangan


Yang Aman. Dian Rakyat, Jakarta.

Larson, Elaine L. 1995. APIC Guideline for hand washing and hand antiseptic in
health care settings. APIC Guideline Committee, Infect Control and
Epidemiology,Inc.

Lelieveld H.L.M., Moster M.A., Holal J., and White B. 2000. Hygiene in Food
Processing. Woodhead Publ and CRC Press, Cambridge.

Suprihatin S.D. 1982. Kandida dan Kandidiasis pada Manusia. FKUI, Jakarta.

Pelczar, M.J dan E.C.S, Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.

Puspitasari. 2004. Sanitasi dan Higiene dalam Industri Pangan. Jurusan THP FTP
UNEJ, Jember.

Anda mungkin juga menyukai