NIM : 04.13.038
Kelas : II. A
Prodi : DIII Kebidanan
Kasus 1:
Bidan R alumni STIKes Muhammadiyah Palembang ditugaskan didesa P
untuk melakukan Asuhan Kebidanan Komunitas. Langkah awal adalah melakukan
pengkajian untuk memperoleh data-data yang akurat dan lengkap. Ia baru
memperolah data sekilas tentang kondisi kesehatan masyarakat dari tokoh
masyarakat melalui kegiatan survey mawas diri (SMD) dan PRA. Data yang
diperoleh antara lain : jumlah penduduk didominasi oleh lanjut usia (lansia) dan
anak usia dibawah lima tahun (BALITA). Berbagai faktor yang mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat. Masyarakat terbiasa membuang sampah
sembarangan sehingga dalam 1 tahun terakhir ini sering terjadi kasus ISPA dan
Diare pada anak BALITA. Agar data yang diperoleh mendapat respon dari
masyarakat maka bidan R mengadakan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa.
1. Klarifikasi Istilah
a. Askeb komunitas
merupakan bagian integral dari system pelayanan kesehatan, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana.
b. Akurat
apabila dapat memberikan/mengatakan informasi sesuai dengan fakta yang
ada dan sesuai
c. SMD (Survey Mawas Diri)
pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masyarakat kesehatan yang
dilakukan oleh kader dan tokok masyarakat setempat dibawah bimbingan
kepala Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan
di Desa). (Depkes RI, 2007)
pengenalan, pengumpulan, pengkajian masalah kesehatan pekerja untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat pekerja mengenai kesehatan kerja.
d. PRA
pengkajian,penilaian, dan penelitian keadaan desa secara partisipatip
e. Lansia
secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65
tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009).
f. balita
salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai
dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia
prasekolah.
g. pengkajian
pemikiran dasar dari proses kebidanan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan klien,
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
h. kesehatan masyarakat
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
i. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (saluran pernapasan adalah organ mulai
dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.)
j. Diare
suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari
3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul,
2008).
\
k. MMD
pertemuan perwakilan warga desa untuk membahas hasil Survei Mawas
Diri (SMD) dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari hasil SMD (Wrihatnolo, 2007).
2. Identifikasi Masalah
No. Observed Expected Concern
1. Bidan R melakukan Asuhan Sesuai
Kebidanan Komunitas
2. Langkah awal adalah Sesuai
melakukan pengkajian untuk
memperoleh data-data yang
akurat dan lengkap
3. Ia baru memperolah data Sesuai
tentang kondisi kesehatan
masyarakat dari tokoh
masyarakat melalui kegiatan
SMD dan PRA
4. Data yang diperoleh antara lain Sesuai
: jumlah penduduk didominasi
oleh lansia dan BALITA
5. faktor yang mempengaruhi Senjang XXXX
kondisi kesehatan masyarakat.
Masyarakat terbiasa
membuang sampah
sembarangan
6. dalam 1 tahun terakhir ini Senjang XXX
sering terjadi kasus ISPA pada
anak BALITA
7. dalam 1 tahun terakhir ini Senjang XXX
sering terjadi kasus diare pada
anak BALITA
8. bidan R mengadakan kegiatan Sesuai
Musyawarah Masyarakat Desa
3. Analisis Masalah
A. Sampah Sembarangan
1. Apa dampak dari membuang sampah sembarangan?
Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol
dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit.
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).
Dampak Terhadap Sosial Ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang
baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat, menyebakan bencana alam, alam yang menjadi tidak sehat
dan tidak bersahabat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk
karena sampah bertebaran dimana – mana.
2. Bagaimana cara mengatasinya?
Memberikan kesadaran tentang arti penting lingkungan yang bersih
kepada masyarakat
Buatlah tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non
organik. Hal ini penting dilakukan agar memudahkan upaya untuk
menanggulangi timbunan sampah
Buatlah jadwal rutin untuk melakuan aktivitas pembersihan lingkungan
secara terjadwal.
Buatlah sebuah aktivitas kreatif untuk mengelola sampah non organik
menjadi sebuah benda yang bersifat produktif dan bisa menghasilkan uang
Biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya
B. ISPA
1. apa itu ISPA?
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus,
ruang telinga tengah dan selaput paru.
2. Apa penyebab ISPA?
Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara
bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
yaitu tenggorokan dan hidung.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.
3. Apa tanda dan gejala ISPA?
Gejala ISPA utamanya pada anak dapat dikenali dengan melihat antara
lain adanya flu, batuk, demam dan sesak nafas.
Infeksi pada saluran pernapasan menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan
sesak atau pernapasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang, menjadi
kejang bahkan bila tidak segera ditolong bisa menyebabkan kematian.
4. Bagaimana penatalaksanaan ISPA?
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
• Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menyusu
C. Diare
1. Apa pengertian diare?
suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari
3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul,
2008).
2. Apa penyebab diare?
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella,
Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie,
Poliomielitis).
3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides).
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti :
otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida, lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
4. Hipotesis
A. Pengertian
Diare adalah berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 x atau lebih dalam
sehari) dan berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja, kadang-kadang
juga disertai dengan muntah, panas dan lain-lain (Widoyono, 2008).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan
volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih
dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul,
2008).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi dan Rita Yulianni, 2006).
G. Penanganan
Cara pengobatan diare di rumah :
1. Tingkatkan pemberian cairan
a. Pemberian ASI (Air Susu Ibu).
b. Pemberian susu buatan (campuran sama banyaknya dengan air masak).
c. Pemberian cairan lain, seperti : air teh, sop, air tajin dari pemasakan nasi,
LGG (Larutan Gula Garam), air kelapa, larutan oralit).
2. Teruskan makanan
a. Berikan makanan yang mudah dicerna, yang mengandung kalium (sari
buah, sayur).
b. Jangan berikan makanan yang pedas.
3. Berikan makanan yang sering.
4. Bila diare tidak dapat diatasi dengan pemberian oralit atau LGG, bahkan
tambah berat, segera bawa penderita ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
1. Pengertian
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
ukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing
4. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan
dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim
kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan.
5. .Manifestasi Klinik
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
6. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubu
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga
untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien.
Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada
di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang
sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan
antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang
dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok
dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak
terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap
rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan
alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di
saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan
antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang
terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,
perkontinuitatum dan udara nafas.
7. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program
(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik
dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi
penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan
kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.