Anda di halaman 1dari 20

Nama : Sabrina Oktarini

NIM : 04.13.038
Kelas : II. A
Prodi : DIII Kebidanan

Kasus 1:
Bidan R alumni STIKes Muhammadiyah Palembang ditugaskan didesa P
untuk melakukan Asuhan Kebidanan Komunitas. Langkah awal adalah melakukan
pengkajian untuk memperoleh data-data yang akurat dan lengkap. Ia baru
memperolah data sekilas tentang kondisi kesehatan masyarakat dari tokoh
masyarakat melalui kegiatan survey mawas diri (SMD) dan PRA. Data yang
diperoleh antara lain : jumlah penduduk didominasi oleh lanjut usia (lansia) dan
anak usia dibawah lima tahun (BALITA). Berbagai faktor yang mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat. Masyarakat terbiasa membuang sampah
sembarangan sehingga dalam 1 tahun terakhir ini sering terjadi kasus ISPA dan
Diare pada anak BALITA. Agar data yang diperoleh mendapat respon dari
masyarakat maka bidan R mengadakan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa.

1. Klarifikasi Istilah
a. Askeb komunitas
 merupakan bagian integral dari system pelayanan kesehatan, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana.
b. Akurat
 apabila dapat memberikan/mengatakan informasi sesuai dengan fakta yang
ada dan sesuai
c. SMD (Survey Mawas Diri)
 pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masyarakat kesehatan yang
dilakukan oleh kader dan tokok masyarakat setempat dibawah bimbingan
kepala Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan
di Desa). (Depkes RI, 2007)
 pengenalan, pengumpulan, pengkajian masalah kesehatan pekerja untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat pekerja mengenai kesehatan kerja.
d. PRA
 pengkajian,penilaian, dan penelitian keadaan desa secara partisipatip
e. Lansia
 secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65
tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009).
f. balita
 salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai
dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia
prasekolah.
g. pengkajian
 pemikiran dasar dari proses kebidanan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan klien,
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
h. kesehatan masyarakat
 ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
i. ISPA
 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (saluran pernapasan adalah organ mulai
dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.)
j. Diare
 suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari
3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul,
2008).
\
k. MMD
 pertemuan perwakilan warga desa untuk membahas hasil Survei Mawas
Diri (SMD) dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari hasil SMD (Wrihatnolo, 2007).

2. Identifikasi Masalah
No. Observed Expected Concern
1. Bidan R melakukan Asuhan Sesuai
Kebidanan Komunitas
2. Langkah awal adalah Sesuai
melakukan pengkajian untuk
memperoleh data-data yang
akurat dan lengkap
3. Ia baru memperolah data Sesuai
tentang kondisi kesehatan
masyarakat dari tokoh
masyarakat melalui kegiatan
SMD dan PRA
4. Data yang diperoleh antara lain Sesuai
: jumlah penduduk didominasi
oleh lansia dan BALITA
5. faktor yang mempengaruhi Senjang XXXX
kondisi kesehatan masyarakat.
Masyarakat terbiasa
membuang sampah
sembarangan
6. dalam 1 tahun terakhir ini Senjang XXX
sering terjadi kasus ISPA pada
anak BALITA
7. dalam 1 tahun terakhir ini Senjang XXX
sering terjadi kasus diare pada
anak BALITA
8. bidan R mengadakan kegiatan Sesuai
Musyawarah Masyarakat Desa

3. Analisis Masalah
A. Sampah Sembarangan
1. Apa dampak dari membuang sampah sembarangan?
 Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol
dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit.
 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
 Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).
 Dampak Terhadap Sosial Ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang
baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat, menyebakan bencana alam, alam yang menjadi tidak sehat
dan tidak bersahabat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk
karena sampah bertebaran dimana – mana.
2. Bagaimana cara mengatasinya?
 Memberikan kesadaran tentang arti penting lingkungan yang bersih
kepada masyarakat
 Buatlah tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non
organik. Hal ini penting dilakukan agar memudahkan upaya untuk
menanggulangi timbunan sampah
 Buatlah jadwal rutin untuk melakuan aktivitas pembersihan lingkungan
secara terjadwal.
 Buatlah sebuah aktivitas kreatif untuk mengelola sampah non organik
menjadi sebuah benda yang bersifat produktif dan bisa menghasilkan uang
 Biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya

B. ISPA
1. apa itu ISPA?
 infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus,
ruang telinga tengah dan selaput paru.
2. Apa penyebab ISPA?
 Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
 bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara
bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
yaitu tenggorokan dan hidung.
 Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
 rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.
3. Apa tanda dan gejala ISPA?
 Gejala ISPA utamanya pada anak dapat dikenali dengan melihat antara
lain adanya flu, batuk, demam dan sesak nafas.
 Infeksi pada saluran pernapasan menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan
sesak atau pernapasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang, menjadi
kejang bahkan bila tidak segera ditolong bisa menyebabkan kematian.
4. Bagaimana penatalaksanaan ISPA?
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
• Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menyusu

Pengobatan antara lain :


1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat,pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

C. Diare
1. Apa pengertian diare?
 suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari
3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul,
2008).
2. Apa penyebab diare?
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella,
Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie,
Poliomielitis).
3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides).
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti :
otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.

2. Faktor Malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida, lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

3. Apa tanda dan gejala diare?


 Balita biasanya rewel karena diare menyebabkan kekurangan cairan,
sehingga perlu diberi minum yang banyak.
 Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, balita akan terlihat gelisah.
 Diare ditandai disentriform yaitu tinja berlendir, cair dan kadang-kadang
berdarah.
 Diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang ditandai dengan suhu
tubuh meningkat.
 Nafsu makan menurun akibat diare harus diimbangi makan yang cukup
supaya kondisi tubuh membaik.
 Balita biasanya akan muntah sebelum atau sesudah makan karena
merupakan gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan,
infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain yang
merupakan factor penyebab diare.
 Dehidrasi (kekurangan cairan)

4. Bagaimana pencegahan diare?


 Buang air besar di jamban atau kakus yang sehat
 Gunakan sumber air minum yang bersih
 Makanan dan minuman yang dimasak
 Kebersihan perorangan
 Membiasakan cara hidup sehari-hari, seperti : mencuci tangan dengan
sabun.
 Menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga : Biasakan mencuci alat-alat
makan dan minum dengan sabun, jangan mencuci pakaian penderita ke
sungai dan sumber air lainnya.
 Makanan yang bergizi, Makanan yang bergizi bukan berarti makanan
yang mahal. Supaya tidak membosankan, penyajian makanan dapat
berganti-ganti.
 Lingkungan yang bersih dan sehat

5. Bagaimana penatalaksanaan diare?


Cara pengobatan diare di rumah :
1. Tingkatkan pemberian cairan
a. Pemberian ASI (Air Susu Ibu).
b. Pemberian susu buatan (campuran sama banyaknya dengan air masak).
c. Pemberian cairan lain, seperti : air teh, sop, air tajin dari pemasakan nasi,
LGG (Larutan Gula Garam), air kelapa, larutan oralit).
2. Teruskan makanan
a. Berikan makanan yang mudah dicerna, yang mengandung kalium (sari
buah, sayur).
b. Jangan berikan makanan yang pedas.
3. Berikan makanan yang sering.
4. Bila diare tidak dapat diatasi dengan pemberian oralit atau LGG, bahkan
tambah berat, segera bawa penderita ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.

4. Hipotesis

Buang sampah ispa dan diare


sembarangan
MAKALAH DIARE

A. Pengertian
Diare adalah berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 x atau lebih dalam
sehari) dan berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja, kadang-kadang
juga disertai dengan muntah, panas dan lain-lain (Widoyono, 2008).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan
volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih
dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul,
2008).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi dan Rita Yulianni, 2006).

B. Faktor Penyebab Diare


1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis).
3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides).
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida, lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

C. Tanda-tanda Penyakit Diare


1. Balita biasanya rewel karena diare menyebabkan kekurangan cairan,
sehingga perlu diberi minum yang banyak.
2. Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, balita akan terlihat gelisah.
3. Diare ditandai disentriform yaitu tinja berlendir, cair dan kadang-kadang
berdarah.
4. Diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang ditandai dengan suhu
tubuh meningkat.
5. Nafsu makan menurun akibat diare harus diimbangi makan yang cukup
supaya kondisi tubuh membaik.
6. Balita biasanya akan muntah sebelum atau sesudah makan karena
merupakan gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan,
infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain yang
merupakan factor penyebab diare.
7. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tingkatan dehidrasi ada tiga, yaitu :
a. Dehidrasi Ringan
Muka memerah, rasa haus yang sangat, kulit hangat dan kering, tidak buang
air atau volume urine berkurang atau berwarna lebih gelap, pusing dan lemah,
kram pada otot kaki dan tangan, menangis dengan sedikit atau tidak ada air mata,
mengantuk, mulut dan lidah disertai berkurangnya air liur.
b. Dehidrasi Sedang
Tekanan darah menurun, pingsan, kontraksi yang kuat pada otot lengan,
kaki, perut dan punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, dan ubun-ubun
cekung, denyut nadi cepat dan lemah.
c. Dehidrasi Berat
Gejala-gejala dehidrasi ringan terlihat semakin jelas dan mengarah pada
keadaan yang lebih berat dengan tanda dan gejala sebagai berikut : Berkurangnya
kesadaran, tidak buang air kecil, tangan teraba dingin dan lembab, denyut nadi
yang semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba, tekanan darah yang menurun
hingga tidak terukur, kebiruan pada ujung kuku, mulut, dan lidah. Jika tidak
diatasi keadaan ini dapat mengancam jiwa atau kematian.

D. Akibat dari Diare


Akibat dari diare yaitu tubuh kekurangan cairan dan garam-garaman yang
sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Makin lama seseorang terkena
penyakit diare makin banyak dan cepat pula tubuh kehilangan cairan. Akibat
kekurangan cairan, kemungkinan besar akan menyebabkan kematian. Dalam
istilah kedokteran disebut dehidrasi.

E. Cara Penularan Diare


1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari
sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah atau tercemar
pada saat disimpan di rumah.pencemaran di rumah terjadi bila tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung
virus/bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang
dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang yang memakannya.

F. Pencegahan Penyakit Diare


1. Buang air besar di jamban atau kakus yang sehat
2. Gunakan sumber air minum yang bersih
3. Makanan dan minuman yang dimasak
4. Kebersihan perorangan
Membiasakan cara hidup sehari-hari, seperti : mencuci tangan dengan
sabun.
5. Menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga
a. Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan sabun.
b. Jangan mencuci pakaian penderita ke sungai dan sumber air lainnya.
6. Makanan yang bergizi
Makanan yang bergizi bukan berarti makanan yang mahal. Supaya tidak
membosankan, penyajian makanan dapat berganti-ganti.
7. Lingkungan yang bersih dan sehat

G. Penanganan
Cara pengobatan diare di rumah :
1. Tingkatkan pemberian cairan
a. Pemberian ASI (Air Susu Ibu).
b. Pemberian susu buatan (campuran sama banyaknya dengan air masak).
c. Pemberian cairan lain, seperti : air teh, sop, air tajin dari pemasakan nasi,
LGG (Larutan Gula Garam), air kelapa, larutan oralit).
2. Teruskan makanan
a. Berikan makanan yang mudah dicerna, yang mengandung kalium (sari
buah, sayur).
b. Jangan berikan makanan yang pedas.
3. Berikan makanan yang sering.
4. Bila diare tidak dapat diatasi dengan pemberian oralit atau LGG, bahkan
tambah berat, segera bawa penderita ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.

H. Cara membuat oralit :


1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum membuat larutan oralit.
2. Menuangkan air matang ke dalam gelas bersih sebanyak 200 cc
3. Menuangkan gula pasir sebanyak 1 sendok teh, kemudian menambahkan
garam halus ¼ sendok teh
4. Aduk sampai larut, minumkan LGG sampai habis setiap anak buang air
besar.
I. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam usaha pertolongan pertama pada
balita yang terkena diare
Pada balita yang mengalami diare biasanya disertai dengan nafsu makan
menurun dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan demikian sangat
membahayakan balita. Maka dari itu ibu harus melakukan penanganan segera
pada diare yang sering dianggap ringan padahal sangat membahayakan.
ISPA

1. Pengertian
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian.

2. Jenis Jenis ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai


berikut:
 Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
 Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
 Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
 Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
 Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
 Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
 ukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

3. Tanda dan gejala ISPA


Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda klinis ISPA


Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan
cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris ISPA

hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing

4. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan
dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim
kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan.

5. .Manifestasi Klinik
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.

6. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubu
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga
untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien.
Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada
di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang
sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan
antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang
dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok
dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak
terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap
rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan
alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di
saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan
antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang
terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,
perkontinuitatum dan udara nafas.

7. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program
(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik
dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi
penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan
kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :


Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Prinsip perawatan ISPA antara lain :


• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek

Pengobatan antara lain :


1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat,pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll

Anda mungkin juga menyukai