Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat

sayatan, setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak

perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan

selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan

atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala

yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998).

Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan

tubuh (Wall & Jones, 1991). Untuk menjaga homeostasis, tubuh melakukan

mekanisme untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan tubuh yang

mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan inilah terjadi reaksi kimia dalam

tubuh sehingga nyeri dirasakan oleh pasien (Fields, 1987). Pada proses operasi

digunakan anestesi agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dibedah. Namun

setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, ia akan merasakan nyeri pada bagian

tubuh yang mengalami pembedahan (Wall & Jones, !991).

Mastectomi adalah operasi di mana seluruh payudara diangkat, termasuk

semua jaringan payudara dan kadang-kadang jaringan lain di dekatnya. Ada

beberapa jenis mastektomi yang berbeda. Beberapa wanita juga bisa mendapatkan

mastektomi ganda, di mana kedua payudara diangkat. (ACS,2006)


Anestesi umum adalah suatu keadaan reversible yang mengubah status

fisiologis tubuh, ditandai dengan hilangnya kesadaran (sedasi), hilangnya persepsi

nyeri (analgesia), hilangnya memori (amnesia) dan relaksasi. Beberapa substansi

yang dapat menghasilkan keadaan anestesi umum antara lain bersifat inert (xenon),

norganik (nitrous oxide), inhalasi hidrokarbon (halothan), dan struktur organic

komplek (barbiturat) (Morgan, 2013).

Anestesi umum menggunakan agen intravena dan inhalasi untuk

memungkinkan akses bedah yang memadai ke tempat operasi. Satu hal yang perlu

diperhatikan adalah bahwa anestesi umum mungkin tisdak selalu menjadi pilihan

terbaik, tergantung pada presentasi klinis pasien, anestesi local atau regional

mungkin lebih tepat. Salah satu kekurangan dari anestesi umum ini adalah

komplikasi seperti mual muntah, sakit tenggorakan, sakit kepala, menggigil, dan

tertunda kembali ke fungsi mental normal. (Brunton LL, 2015)

Nyeri Adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Nyeri

adalah alas an seseorang untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan. Nyeri terjadi

bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan

diagnostic atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih

banyak orang disbanding suatu penyakit manapun. (Smeltzer&Bare, 2001)

Jordan,Sue (2003) menguraikan defenisi nyeri yang ditelaah dari berbagai

pakar yaitu suati perasaan sensorik yang tidak menyenangkan dengan disertai

kerusakan jaringan yang actual dan potensial. (Jordan Sue, 2003)

Terapi opioid adalah pendekatan lini pertama untuk nyeri sedang atau berat

pada populasi dengan kanker aktif. Jika terapi opioid dengan sendirinya
menghasilkan hasil yang baik (analgesia yang memuaskan dan efek samping yang

dapat ditoleransi) intervensi tambahan untuk nyeri tidak diperlukan. Jika pasien

menunjukkan respon yang buruk terhadap opioid, terapi harus diubah. Skenario

umum ini dapat diatasi dengan banyak cara, di antaranya adalah penambahan obat

analgesik lain. Dalam beberapa kasus, penggunaan analgesik nonopioid, seperti

acetaminophen (paracetamol) atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), sudah

cukup. Di lain, manfaat yang signifikan dapat diperoleh dengan penambahan apa

yang disebut "analgesik adjuvant" atau coanalgesic.

Analgesik Adjuvant merupakan suatu istilah umum untuk obat (misalnya,

antidepresan, antikonvulsan) yang tidak dirancang untuk mengelola rasa sakit,

tetapi yang memiliki efek yang dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk

analgesik yang ditentukan. Analgesik adjuvan dilaporkan digunakan dalam

mengelola nyeri neuropatik, fibromyalgia dan sindrom nyeri lainnya.

Manajemen nyeri Agen tambahan dengan analgesik independen atau aditif, yang

memungkinkan penurunan jumlah analgesik yang diperlukan untuk meredakan

gejala yang membahayakan kualitas hidup pada pasien dengan CA, AIDS, dan

penyakit ketakutan lainnya. (ISO 9001:2008)

Analgesik adjuvant bukan merupakan obat utama dalam mengontrol rasa

sakit, tetapi dapat digunakan untuk tujuan ini. Beberapa contoh obat adjuvan adalah

obat-obatan seperti antidepresan dan antikonvulsan. Mereka juga dapat disebut

coanalgesics. Analgesik adjuvant cenderung kurang efektif untuk nyeri

muskuloskeletal, seperti nyeri punggung atau nyeri sendi. Namun, mereka dapat

bekerja dengan baik untuk nyeri neuropatik dan sindrom nyeri, seperti
fibromyalgia. Mereka juga memiliki peran dalam mengobati nyeri kanker. (Erica

Jacquise,2018)

Pemberian lidokain intravena sebagai adjuvant pada kontrol nyeri pasca-

operasi sangat dianjurkan. Penggunaannya telah terbukti aman dan efektif dalam

pembedahan perut, payudara, tulang belakang, dan, baru-baru ini, juga dalam bedah

toraks. Obat Lidocaine mengurangi konsumsi opioid, yang dapat berkontribusi pada

komplikasi paru pasca-operasi dan dapat berimplikasi pada kekambuhan kanker.

(Segat M, 2016)

Pada penelitiannya Teruyuki Kajiume dkk menjelaskan sulitnya mengobati

nyeri neuropatik dari kanker, sehingga mereka menggunakan anlgesik adjuvant

bersama opioid. Penelitian ini dilakukan pada seorang gadis berusia 5 tahun dengan

diagnosis meningitis yang disebabkan oleh Limfoma sel T maligna. Dia menderita

nyeri neuropatik berat yang tidak berkurang dengan meningkatnya dosis infus

fentanyl. Kemudian pada pasien ini diberikan lidocaine intravena dalam kombinasi

dengan fentanyl memberikan analgesia yang sangat baik tanpa efek samping yang

signifikan. Lidocaine dapat diinfus secara aman bersama dengna opioid bersamaan

denga pengobatan nyeri neuropatik rafrakter yang disebabkan oleh kanker.

(Teruyuki kajiume, Yasuhiko Sera dkk, 2012)

Jay Thomas dkk dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa dari 82

orang pasien yang diberikan therapy lidocaine untuk terapi nyeri, 50 pasien (82%

pasien yang dapat dievalusi) melaporkan respons utama rasa sakit mereka terhadap

lidocaine, 5 pasien (8% yang dapat dievaluasi) melaporkan respon parsial, dan 6

orang (10% pasien yang dapat dievaluasi) melaporkan tidak ada manfaat, sementara
sebanyak 21 orang sisanya yang mendapat lidocaine tidak dapat dievaluasi. (Jay

Thomas, Robert Kronenberg, dkk, 2004)

Shekhar Sharma dalam penelitiannya menjelaskan bahwa relief dari terapi

adjuvant sering terjadi setelah jeda waktu. Bukti restropektif menunjukan peran

lidocaine intravena (IV) dalam pengaturan ini untuk menghilangkan rasa sakit.

Penelitian ini dilakukan sebagai studi crossover acak, double blind, placebo-

terkontrol, dimana pasien yang memenuhi syarat menerima baik lidocaine dan

placebo infus dipisahkan oleh dua minggu. Titik akhir primer adalah besar dan

durasi pereda nyeri. 50 orang pasien dilibatkandalam penelitian ini. Pereda nyeri

secara signifikan lebih baik (P<0,001) dan lebih banyak pasien melaporkan

penurunan kebutuhan analgesic (P=0,0012) setelah infus lidocaine dibandingkan

dengan placebo. Onset analgesia tercatat pada rata-rata 40 ±16,28 menit setelah

inisiasi infus lidocaine Intravena(IV). Berarti durasi analgesia ini, 9,34 ± 2,58 hari

setelah infus tunggal, secara signifikan lebih lama dari itu untuk placebo (P<0,01).

Efek samping yang diamati adalah tinnitus, kebas perioral,, sedasi, pusing ringan

dan sakit kepala. Semua efek samping terbatas dan tidak memerlukan intervensi

kecuali terminasi infus lidocaine dalam satu kasus. Data ini menunjukan bahwa

infus lidocaine IV tunggal memberikan magnitude dan durasi pereda nyeri yang

jauh lebih besar daripada infus placebo pada pasien refrakter opioid dengan nyeri

kanker. (Shekhar Sarma.dkk, 2008)

Dalam banyak penelitian, efek analgesik telah bertahan setelah infus

lidokain dihentikan, yang menunjukkan pencegahan hipersensitivitas sentral,

hipersensitivitas perifer, atau keduanya. Penghambatan reseptor NMDA,

polymorphonuclear leucocyte priming, atau keduanya dapat memainkan peran


dalam efek ini. Lidokain perioperatif juga ditemukan memiliki efek pencegahan

pada nyeri pasca operasi hingga 72 jam setelah pembedahan abdomen. (Shankar

Ramaswary,2013)

Berdasarkan latar belakang diatas , peneliti berkeinginan mengetahui

apakah pemberian lidokain intravena sebagai analgetik adjuvant dapat lebih

menurunkan nilai VAS pada pasien yang menjalani pembedahan mastectomy

dengan general anestesi di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ditemukan penurunan nilai VAS dari pemberian lidokain intravena

sebagai analgetik adjuvant pada pasien yang menjalani pembedahan mastectomy

dengan general anestesi.

1.3 HIPOTESIS

Ditemukan penurunan nilai VAS dari pemberian lidokain intravena sebagai

analgetik adjuvant pada pasien yang menjalani pembedahan mastectomy dengan

general anestesi.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penurunan nilai VAS dari pemberian lidokain intravena

sebagai analgetik adjuvant pada pasien yang menjalani pembedahan mastectomy

dengan general anestesi di RSUP Haji Adam Malik Medan


1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendapatkan manfaat dari pemberian Lidocaine intravena dalam

mengatasi nyeri pada pasien post operatif mastectomy dengan general

anestesi.

2. Utnuk mendapatkan perbandingan dari nilai VAS pada pasien dengan

pemberian lidocaine intravena sebagai analgetic adjuvant dan pasien dengan

pemberian NaCl 0,9%.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber rujukan

tambahan dalam penelitian lanjutan tentang upaya-upaya dalam pemberian lidokain

intravena sebagai analgetik adjuvant pada pasien yang menjalani pembedahan

mastectomy dengan general anestesi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan

dalam pemberian lidokain intravena pada keadaan berikut:

1. Sebagai data untuk penelitian lanjutan mengenai pemberian lidokain

intravena preoperative sebagai analgetik adjuvant pada pasien dengan

pembedahan mastectomy dengan general anesthesia..

2. Sebagai data untuk penelitian lanjutan mengenai alternative analgetik lain

yang lebih efektif digunakan sebagai analgetik adjuvant pada pasien dengan

pembedahan mastectomy.
3. Sebagai data untuk penelitian lanjutan mengenai apakah pemberian lidokain

intravena sebagai analgetik adjuvant bias digunakan pada pembedahan

mayor lainnya.

1.5.3 Manfaat Pelayanan Masyarakat

1. Untuk mengurangi nyeri yang diakibatkan pasca pembedahan mastectomy.

2. Untuk mengurangi penggunaan opiod sebagai anlgetik.

3. Untuk mempercepat waktu pemulihan,

4. Untuk menghindari timbulnya efek samping yang dapat terjadi akibat

penggunaan opiod dalam jumlah besar.

Anda mungkin juga menyukai