PENDAHULUAN
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat
atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala
tubuh (Wall & Jones, 1991). Untuk menjaga homeostasis, tubuh melakukan
mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan inilah terjadi reaksi kimia dalam
tubuh sehingga nyeri dirasakan oleh pasien (Fields, 1987). Pada proses operasi
digunakan anestesi agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dibedah. Namun
setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, ia akan merasakan nyeri pada bagian
beberapa jenis mastektomi yang berbeda. Beberapa wanita juga bisa mendapatkan
yang dapat menghasilkan keadaan anestesi umum antara lain bersifat inert (xenon),
memungkinkan akses bedah yang memadai ke tempat operasi. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa anestesi umum mungkin tisdak selalu menjadi pilihan
terbaik, tergantung pada presentasi klinis pasien, anestesi local atau regional
mungkin lebih tepat. Salah satu kekurangan dari anestesi umum ini adalah
komplikasi seperti mual muntah, sakit tenggorakan, sakit kepala, menggigil, dan
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Nyeri
adalah alas an seseorang untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan. Nyeri terjadi
pakar yaitu suati perasaan sensorik yang tidak menyenangkan dengan disertai
Terapi opioid adalah pendekatan lini pertama untuk nyeri sedang atau berat
pada populasi dengan kanker aktif. Jika terapi opioid dengan sendirinya
menghasilkan hasil yang baik (analgesia yang memuaskan dan efek samping yang
dapat ditoleransi) intervensi tambahan untuk nyeri tidak diperlukan. Jika pasien
menunjukkan respon yang buruk terhadap opioid, terapi harus diubah. Skenario
umum ini dapat diatasi dengan banyak cara, di antaranya adalah penambahan obat
cukup. Di lain, manfaat yang signifikan dapat diperoleh dengan penambahan apa
tetapi yang memiliki efek yang dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk
Manajemen nyeri Agen tambahan dengan analgesik independen atau aditif, yang
gejala yang membahayakan kualitas hidup pada pasien dengan CA, AIDS, dan
sakit, tetapi dapat digunakan untuk tujuan ini. Beberapa contoh obat adjuvan adalah
muskuloskeletal, seperti nyeri punggung atau nyeri sendi. Namun, mereka dapat
bekerja dengan baik untuk nyeri neuropatik dan sindrom nyeri, seperti
fibromyalgia. Mereka juga memiliki peran dalam mengobati nyeri kanker. (Erica
Jacquise,2018)
operasi sangat dianjurkan. Penggunaannya telah terbukti aman dan efektif dalam
pembedahan perut, payudara, tulang belakang, dan, baru-baru ini, juga dalam bedah
toraks. Obat Lidocaine mengurangi konsumsi opioid, yang dapat berkontribusi pada
(Segat M, 2016)
bersama opioid. Penelitian ini dilakukan pada seorang gadis berusia 5 tahun dengan
diagnosis meningitis yang disebabkan oleh Limfoma sel T maligna. Dia menderita
nyeri neuropatik berat yang tidak berkurang dengan meningkatnya dosis infus
fentanyl. Kemudian pada pasien ini diberikan lidocaine intravena dalam kombinasi
dengan fentanyl memberikan analgesia yang sangat baik tanpa efek samping yang
signifikan. Lidocaine dapat diinfus secara aman bersama dengna opioid bersamaan
orang pasien yang diberikan therapy lidocaine untuk terapi nyeri, 50 pasien (82%
pasien yang dapat dievalusi) melaporkan respons utama rasa sakit mereka terhadap
lidocaine, 5 pasien (8% yang dapat dievaluasi) melaporkan respon parsial, dan 6
orang (10% pasien yang dapat dievaluasi) melaporkan tidak ada manfaat, sementara
sebanyak 21 orang sisanya yang mendapat lidocaine tidak dapat dievaluasi. (Jay
adjuvant sering terjadi setelah jeda waktu. Bukti restropektif menunjukan peran
lidocaine intravena (IV) dalam pengaturan ini untuk menghilangkan rasa sakit.
Penelitian ini dilakukan sebagai studi crossover acak, double blind, placebo-
terkontrol, dimana pasien yang memenuhi syarat menerima baik lidocaine dan
placebo infus dipisahkan oleh dua minggu. Titik akhir primer adalah besar dan
durasi pereda nyeri. 50 orang pasien dilibatkandalam penelitian ini. Pereda nyeri
secara signifikan lebih baik (P<0,001) dan lebih banyak pasien melaporkan
dengan placebo. Onset analgesia tercatat pada rata-rata 40 ±16,28 menit setelah
inisiasi infus lidocaine Intravena(IV). Berarti durasi analgesia ini, 9,34 ± 2,58 hari
setelah infus tunggal, secara signifikan lebih lama dari itu untuk placebo (P<0,01).
Efek samping yang diamati adalah tinnitus, kebas perioral,, sedasi, pusing ringan
dan sakit kepala. Semua efek samping terbatas dan tidak memerlukan intervensi
kecuali terminasi infus lidocaine dalam satu kasus. Data ini menunjukan bahwa
infus lidocaine IV tunggal memberikan magnitude dan durasi pereda nyeri yang
jauh lebih besar daripada infus placebo pada pasien refrakter opioid dengan nyeri
pada nyeri pasca operasi hingga 72 jam setelah pembedahan abdomen. (Shankar
Ramaswary,2013)
1.3 HIPOTESIS
general anestesi.
anestesi.
yang lebih efektif digunakan sebagai analgetik adjuvant pada pasien dengan
pembedahan mastectomy.
3. Sebagai data untuk penelitian lanjutan mengenai apakah pemberian lidokain
mayor lainnya.