DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
1. Adestina
2. Anes Mutiara Putri
3. Anggelia Intan Farmitha
4. Annisa Aprilianthy
5. Anita Anggraini
6. Apriza
7. Bella Rahayu
8. Celine Feronica
9. Defi Yulian Dari
10. Delia Valentiana Fahrudin
11. Delti Pebrianti
Dosen Pembimbing :
Diah Eka Nurgaheni SST, M.Keb
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang MahaEsa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yangmembantu dalam pembuatan makalah ini.Tim penulis menyadari
bahwa dalam proses penulisan makalahini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun carapenulisannya.
Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengansegala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapatselesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendahhati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usulguna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Bengkulu, Oktober2018
Penyusun
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
A. Latar Belakang
Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator dalam menilai
status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan juga sebagai ukuran untuk
menilai kualitas pengawasan antenatal.
Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan mencolok, tapi angka
kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang lebih menetap. Misi MPS (Making
Pregnancy Safer) di Indonesia tahun 2001-2010 antara lain adalah menurunkan angka
kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup dari 77,3-137,7 per 1000 (referrai
hospital) untuk mencapai sasaran tersebut. Intervensi yang sangat kritis adalah
tersedianya tenaga penolong persalinan yang terampil dan dapat memberikan pelayanan
medik.Dengan adanya standart pelayanan medik. Dengan adanya standar tersebut para
petugas kesehatan mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka apa yang harus
mereka lakukan pada setiap tingkat pelayanan, serta kompetensiapa yang diperlukan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Bayi Baru Lahir Esensial?
2. Bagaimana Melaukan Pemotongan Tali Pusat?
3. Bagaimana Cara Evaluasi Nilai Apgar?
4. Bagaimana Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia?
5. Bagaimana Cara MelakukanTeknik Resusitasi Bayi Baru Lahir yang Efektif?
6. Apa Yang Dimaksud Dengan Bounding Attachment?
7. Bagaimana Cara Pemberian ASI awal?
8. Bagaimana Melakukan Inisiasi Menyusu Dini?
C. Tujuan
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Asuhan Bayi Baru Lahir Esensial.
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Melaukan Pemotongan Tali Pusat.
3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Evaluasi Nilai Apgar.
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia.
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara MelakukanTeknik Resusitasi Bayi
Baru Lahir yang Efektif.
6. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Bounding Attachment.
7. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Pemberian ASI awal.
8. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada prinsipnya waktu yang sangat penting untuk melakukan pemeriksaansetelah bayi
lahir adalah:
Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa menit pertama
setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari placenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat
diantara dua klem, dengan jarak sekitar 8-10 cm dari umbilikus. Kassa steril yang
dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan darah ke daerah
persalinan.Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah
diklem dengan baik.Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah
berlebih dari bayi.Cara perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa segera
setelah persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan
geografis.Waktu optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan masih belum jelas.
Beberapa pusat persalinan menganjurkan menunda pemotongan tali pusat hingga
pernapasan bayi stabil dan pulsasi berhenti hingga memastikan bahwa janin telah
mendapatkan transfusi placenta sebanyak 70 ml darah.akan tetapi pendapat ini dibantah
oleh para ahli yang berpendapat bahwa transfusi placenta yang didapat dengan cara
demikian dapat mengakibatkan ikterus pada neonatus. Hal yang disepakati bersama
bahwa bayi aterm dapat diletakkan diatas perut ibu, tetapi tidak terlalu tinggi dan bayi
prematur dapat diletakkan setinggi placenta. Hal ini disebabkan jika bayi prematur
diangkat melebihi tingi placenta dapat menyebabkan anemia, dan jika bayi diposisikan
lebih rendah dari placenta dapat mengakibatkan bayi menerima transfusi darah
(Pusdiknakes, 2003).
Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali pusat menurut
Pusdiknakes (2003):
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan
sebelum menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata
sudah kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan
hangat
d. memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah
didesinfeksi tingkat tinggi
e. pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f. jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g. hindari pembungkusan tali pusat
Tanda 0 1 2
frekwensi jantung tidak ada < 100x/mnt < 100x/mnt
upaya pernapasan tidak ada lambat, tidak teratur baik atau menangis aktif
tonus otot lunglai fleksi ekstremitas aktif
respons reflek terhadap tidak ada meringis minimal batuk atau bersin
mrangsang
Warna biru, pucat tubuh merah muda, seluruh tubuh merak
ekstremitas biru muda
F. Bounding Attachment
Secara harfiah kata Bounding dapat diartikan sebagai ikatan dan attachment adalah
sentuhan. Attachment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan
yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberi dukungan asuhan dalam
perawatannya. Bounding adalah masa sensitive pada menit pertama dan beberapa jam
setelah dan kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang
anak menjadi optimal.
Selain pengertian tersebut bounding attachment dapat di artikan pula sebagai berikut :
1. Bounding attachment adalah interaksi orang tua dan bayi secara nyata baik fisik,
emosi dan sensorik pada menit – menit dan jam – jam pertama segara setalah bayi
lahir, ( Klause dan Kennel,1983 ).
2. Bounding menurut Nelson ( 1986 ) adalah dimulainya interaksi emosi sensorik fisik
antara ornag tua dan bayi segera setelah lahir, sedangkan Attachment adalah ikatan
yang terjalin diantara individu meliputi pencurahan perhatian, hubunngan emosi dan
fisik yang akrab.
3. Menurut Bennet dan Brown ( 1999 ) pengertian Bounding adalah terjadinya hubungan
orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, sedangkan attachment adalah pencurahan
kasih sayang diantara individu.
4. Bounding Attachment adalah permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua dan anak pad pertemuan pertama, ( Brozelton dalam Bobak, 1995 ).
5. Parmi ( 2000 ) mendefinisikan sebagai suatu usaha untuk memberikan kasih sayang
dan suatu proses yang saling menrespon antara orang tua dan bayi lahir.
6. Menurut Perry ( 2002 ) Bounding adalah proses pembentukan attachment atau
bangunan ikatan, dan Attachment adalah suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan
denga kualitas – kualitas khusus yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
7. Bounding Attachment yaitu suatu peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterkaitan batin antara oranng tua dan bayi, ( subroto Cit Lestari, 2002 ).
Tahap – Tahap Bounding Attachment :
1. Perkenalan
Sentuhan, mengajak bicara dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya
2. Ketertarikan
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain
Kesuksesan bounding dan attachment antara ibu dan anak selama periode awal masa anak
( usia 0 – 3 ), merupakan dasar untuk terbentuknya hubungan yang sehat bagi anak dalam
kehidupan selanjutnya. Bagi anak usia 0 – 6 bulan, kurang interaksi dengan ibunya dalam
pembentukan ikatan akan menimbulkan penyimpangan pola perilaku seperti : menarik
diri, menyakiti diri sendiri atau orang lain dan sebagainya. Jika keadaan ini tidak segera
diatasi, maka akan memunculkan problem – problem perilaku pada tahap perkembangan
selanjutkan.
Menurut Steel dan Pollack : Dalam proses terdapat dua komponen yang mempengaruhi
fungsi keibuan, dua komponen tersebut adalah :
1. Keterampilan kognitif – motorik meliputi aktivitas perawatan anak seperti menyusui,
menggendong, mengganti pakaian, memandikan dan melindungi dari bahaya.
2. Keterampilan afektif meliputi perilaku – perilaku kelembutan, perhatian dan kasih
sayang yang dibutuhkan anak disini emosional ibu memegang peranan yang sangat
besar. Kedua komponen tersebut berpengaruh terhadap penyediaan lingkungan,
dimana kebiasaan terhadap perawatan anak dipraktekkan.
Respon – respon berikut merupakan respon yang terjadi antara ibu dan bayi sejak terjadi
kontak awal hingga tahap perkembangan selanjutnya, yaitu :
1. Touch ( sentuhan )
Sebuah penelitian menunjukan bahwa dalam kontak pertama antara ibu dan
bayinya terjadi perilaku menyentuuh tanpa kecuali pada ibu muda atau tua, primipara
atau multipara, menikah atau tidak.Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya
memeriksa bagian kepala dan ekstermitas bayinya. Dalam waktu singkat secara
terbuka perabaan digunakan untuk membelai tubuh, dan mungkin bayi akan dipeluk
dilengan ibu, gerakan dilanjutkan sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi,
bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau seuntai ranbut dan
terjadilah ikatan antara keduanya.
2. Eye to eye contact ( kontak mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakkukan kemudian dengan segera
sebagian ibu berpendapat bahwa sesuatu dari bayinya terdapat kemiripan dengan
dirinya dan mereka sangat dekat sekali. Kontak mata mempunyai efek yang erat
terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang
penting dalam hubungan manusia pada umumnya
3. Odor ( bau badan )
Perilaku lain antara ibu dan bayi yang sangat responsive adalah bau badan
masing – masing diantara mereka. Para ibu berpendapat terhadap bau badan bayi saat
lahir dan dicatat bahwa tiap anak mempunyai bau badan berasal darinya. Hal ini
terjadi lebih awal dimana bayi belajar secara cepat untuk mengenal bau badan ibunya
dari dari air susu ibunya sendiri.
4. Body warm ( kehangatan tubuh )
Ibu dan bayi tampak menikmati saat saling berbagi kehangatan tubuh masing-
masing.Peneliti telah membutikan bahwa bayi tidak kehilangan panas tubuhnya jika
perlindungan yang layak diberikan misalnya jika di keletakkan diatas perut ibunya
setelah lahir dan di keringkan segera.Bayi tampak nyaman bersentuhan dengan
kehangatan tubuh ibunya.
5. Voice ( suara )
Hal lain yang menarik perhatian adalah respon antara ibu – bayi yang berupa suara
masing – masing. Yang dinantikan orang tua adalah tangisan pertama bayi. Dari
tangisan tersebut ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja ( hidup ),
dan selanjutnya dapat memulai tingkah laku mengenali suara masing – masing. Bayi
akan terjaga saat orang tua berbicara dengan suara yang tinggi dan menoleh kearah
mereka.
6. Entrainment ( logat )
Bayi yang baru lahir menemukan perubahan structur pembicaraan dari orang dewasa
(Condon dan Sander, 1974). Artinya bahwa bayi sudah berkembang yang ditentukan
secara kultur dalam berbicara jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara ( logat ).
7. Biorhythmicity ( irama kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah bayinya
seperti halnya denyut jantung.Salah satu tugasnya setelah lahir, sehingga dicatat lebih
awal adalah untuk menyatakan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat mambantu proses
ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan
menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan
interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon
maaf.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun agar
kami dapat membuat makalah yang lebih bai dikemudian hari.
Daftar Pustaka
1. Rochmah K. M., S.Pd, SKM; Elita Vasra, SST; Dahliana,SKM; Heni Sumastri, S.Pd.
Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita : Jakarta EGC, 2011
2. Depkes RI.2003.Asuhan bayi baru lahir.Jakarta:Pusdiknakes-WHD-JHPIEGO
3. Helmi, Zairin Noor.2012.Buku Ajar Gangguan Muskuluskletal.Jakarta:Salemba
Medika
4. Irianto, Kus. (2010). Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung : Yrama Widya
5. Keperawatan anak, 2008 : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas