Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DALAM 2 JAM PERTAMA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

1. Adestina
2. Anes Mutiara Putri
3. Anggelia Intan Farmitha
4. Annisa Aprilianthy
5. Anita Anggraini
6. Apriza
7. Bella Rahayu
8. Celine Feronica
9. Defi Yulian Dari
10. Delia Valentiana Fahrudin
11. Delti Pebrianti

Dosen Pembimbing :
Diah Eka Nurgaheni SST, M.Keb

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


Kata Penghantar

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang MahaEsa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yangmembantu dalam pembuatan makalah ini.Tim penulis menyadari
bahwa dalam proses penulisan makalahini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun carapenulisannya.
Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengansegala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapatselesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendahhati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usulguna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Bengkulu, Oktober2018

Penyusun
Daftar isi

Kata Penghantar .....................................................................................................................

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .....................................................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................................

BAB II Pembahasan

A. Asuhan Bayi Baru Lahir Esensial ........................................................................


B. Pemotongan Tali Pusat ........................................................................................
C. Evaluasi Nilai Apgar ............................................................................................
D. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia ............................................
E. Teknik Resusitasi Bayi Baru Lahir yang Efektif .................................................
F. Bounding Attachment ..........................................................................................
G. Pemberian ASI awal ............................................................................................
H. Inisiasi Menyusu Dini ..........................................................................................

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................

Daftar Pustaka ..................................................................................................................


BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator dalam menilai
status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan juga sebagai ukuran untuk
menilai kualitas pengawasan antenatal.
Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan mencolok, tapi angka
kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang lebih menetap. Misi MPS (Making
Pregnancy Safer) di Indonesia tahun 2001-2010 antara lain adalah menurunkan angka
kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup dari 77,3-137,7 per 1000 (referrai
hospital) untuk mencapai sasaran tersebut. Intervensi yang sangat kritis adalah
tersedianya tenaga penolong persalinan yang terampil dan dapat memberikan pelayanan
medik.Dengan adanya standart pelayanan medik. Dengan adanya standar tersebut para
petugas kesehatan mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka apa yang harus
mereka lakukan pada setiap tingkat pelayanan, serta kompetensiapa yang diperlukan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Bayi Baru Lahir Esensial?
2. Bagaimana Melaukan Pemotongan Tali Pusat?
3. Bagaimana Cara Evaluasi Nilai Apgar?
4. Bagaimana Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia?
5. Bagaimana Cara MelakukanTeknik Resusitasi Bayi Baru Lahir yang Efektif?
6. Apa Yang Dimaksud Dengan Bounding Attachment?
7. Bagaimana Cara Pemberian ASI awal?
8. Bagaimana Melakukan Inisiasi Menyusu Dini?

C. Tujuan
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Asuhan Bayi Baru Lahir Esensial.
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Melaukan Pemotongan Tali Pusat.
3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Evaluasi Nilai Apgar.
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia.
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara MelakukanTeknik Resusitasi Bayi
Baru Lahir yang Efektif.
6. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Bounding Attachment.
7. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Pemberian ASI awal.
8. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asuhan Bayi Baru Lahir Esensial


1. Menjaga Bayi Tetap Hangat
Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin,bayi
harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untukmenjaga bayi
tetap hangat adalah:
a) Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangatpenting untuk
menjaga bayi tetap sehat
b) Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih, bilaperlu bayi
memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki
c) Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti
d) Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudahmenjangkau
bayinya
e) Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakanpakaian
yang hangat dan diselimuti
f) Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulitke kulit, atau
ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
g) Jaga ruangan tetap hangat

2. Pemeriksaan setelah lahirmenggunakan MTBS

Pada prinsipnya waktu yang sangat penting untuk melakukan pemeriksaansetelah bayi
lahir adalah:

a) Sebelum bayi dipulangkan


Pengertian bayi dipulangkan dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Apabila bayi lahir di rumah, pengertian dipulangkan berarti padasaat petugas


meninggalkan rumah tempat ibu bersalin. Petugasmeninggalkan rumah tempat
bersalin minimal 2 jam setelahlahir.
2) Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan, bayi dipulangkan minimal24 jam
setelah lahirPemeriksaan ini menggunakan formulir bayi baru lahir
sepertidijelaskan pada bab sebelumnya
b) Pada saat kunjungan ulang
Pengertian kunjungan ulang juga terbagi menjadi 2 pengertian, yaitu

1) Apabila bayi dibawa oleh keluarga ke fasilitas kesehatan karenasuatu masalah.


2) Sesuai jadwal kunjungan neonatus Pemeriksaan yang dilakukan mengacu pada
Manajemen TerpaduBalita Sakit khususnya pada kelompok umur kurang dari
2 bulan.

3. Pemeriksaan Neonatus menggunakan MTBS


Untuk mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehatatau
sakit dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama pada
bayi.Pemeriksaan tersebut menggunakan bagan bayi muda pada pedoman Manajemen
Terpadu Balita Sakit.Tanda atau gejala pada bayi muda sakitkadang merupakan suatu
masalah tersendiri atau bagian dari suatu penyakit.
Untuk membantu petugas kesehatan supaya dapat menangani masalah
bayimuda dibuat suatu bagan yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikanpenyakit.Klasifikasi bukan merupakan diagnosis tetapi dengan
klasifikasi inipetugas yst melakukan langkah-langkah untuk melakukan pertolongan
padabayi sakit.Dengan bagan ini petugas kesehatan diharapkan mampu
mengklasifikasikanbayi sakit, melakukan tindakan atau pengobatan, memberikan
konseling.Dan memberikan pelayanan tindak lanjut. Petugas akan menulis
hasilpemeriksaannya di formulir MTBS dan menggunakan buku bagan MTBSsebagai
alat bantunya.Dalam setiap kunjungan rumah petugas harus mampu :
a. Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh bayinya
b. Apabila menemukan bayi sakit, harus mampu mengklasifikasikan
penyakitbayi untuk:
1) Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
2) Diare
3) Ikterus
4) Kemungkinan berat badan rendah
5) Menangani masalah pemberian ASI
6) Menentukan status imunisasi
7) Menentukan masalah atau keluhan lain
8) Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan bila diperlukan
9) Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberi tindakan pra rujukan
10) Melakukan konseling bagi ibu
11) Memberikan pelayanan tindak lanjut.
Keterampilan tersebut diatas secara lengkap dipelajari dalam pelatihan
MTBSdi bagian Bayi Muda. Pada buku ini akan dibahas cara memberikan
tatalaksanabayi muda menurut MTBS.

4. Penilaian dan Klasifikasi


Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatanmenggunakan
keterampilan komunikasi yang baik untuk:
a. Menanyakan kepada ibu tentang masalah anaknya
b. Memeriksa adakah tanda bahaya umum yang menunjukkan kondisiyang
mengancam jiwa.
c. Memeriksa bayi muda untuk tanda dan gejala, pemberian vitamin K1dan
imunisasi
d. Membuat klasifikasi berdasarkan algoritma pada buku bagan, Dalam buku
bagan terdapat 3 warna
 Merah muda : bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelahdiberi
pengobatan pra rujukan.
 Kuning : Bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan
medis spesifik dan nasihat
 Hijau : bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhanatentang
penanganan di rumah.

B. Pemotongan Tali Pusat

Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa menit pertama
setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari placenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat
diantara dua klem, dengan jarak sekitar 8-10 cm dari umbilikus. Kassa steril yang
dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan darah ke daerah
persalinan.Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah
diklem dengan baik.Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah
berlebih dari bayi.Cara perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa segera
setelah persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan
geografis.Waktu optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan masih belum jelas.
Beberapa pusat persalinan menganjurkan menunda pemotongan tali pusat hingga
pernapasan bayi stabil dan pulsasi berhenti hingga memastikan bahwa janin telah
mendapatkan transfusi placenta sebanyak 70 ml darah.akan tetapi pendapat ini dibantah
oleh para ahli yang berpendapat bahwa transfusi placenta yang didapat dengan cara
demikian dapat mengakibatkan ikterus pada neonatus. Hal yang disepakati bersama
bahwa bayi aterm dapat diletakkan diatas perut ibu, tetapi tidak terlalu tinggi dan bayi
prematur dapat diletakkan setinggi placenta. Hal ini disebabkan jika bayi prematur
diangkat melebihi tingi placenta dapat menyebabkan anemia, dan jika bayi diposisikan
lebih rendah dari placenta dapat mengakibatkan bayi menerima transfusi darah
(Pusdiknakes, 2003).
Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali pusat menurut
Pusdiknakes (2003):
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan
sebelum menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata
sudah kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan
hangat
d. memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah
didesinfeksi tingkat tinggi
e. pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f. jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g. hindari pembungkusan tali pusat

C. Evaluasi Nilai Apgar


Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan
mengeringkan kulit, yang dapat membantu meminimalkan kehilangan panas. Bidan harus
melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada menit pertama dan ke-5 dengan
menggunakan nilai APGAR.Pengkajian pada 1 menit pertama penting untuk
penatalaksanaan resusitasi selanjutnya. Namun terbukti bahwa pengkajian pada menit ke-
5 lebih dapat dipercaya sebagai prediktor resiko kematian selama 28 hari pertama
kehidupan, dan status neurologi anak serta resiko disabilitas mayor pada usia 1 tahun.
Semakin tinggi nilai yang dicapai, semakin baik pula nilai bayi.Nilai APGAR harus
didokumentasikan dengan lengkap di catatan bayi.

Kepanjangan nilai APGAR adalah :


A Appearance : penampilan(warna kulit)
P Pulse : nadi (frekwensi jantung)
G Grimace : meringis (respon terhadap rangsangan)
A Active : aktif (tonus)
R Respiration : pernapasan
Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.Bantuan medis diperlukan jika
nilai kurang dari 7.Nilai Apgar tanpa warna kulit menyingkirkan tanda ke 5, bantuan
medis diperlukan jika nilai kurang dari 6.

Tanda 0 1 2
frekwensi jantung tidak ada < 100x/mnt < 100x/mnt
upaya pernapasan tidak ada lambat, tidak teratur baik atau menangis aktif
tonus otot lunglai fleksi ekstremitas aktif
respons reflek terhadap tidak ada meringis minimal batuk atau bersin
mrangsang
Warna biru, pucat tubuh merah muda, seluruh tubuh merak
ekstremitas biru muda

D. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia


Awal dari semua langkah asuhan adalah memastikan bahwa segala alat yang
diperlukan telah siap.Persiapan alat penatalaksanaan asfiksia dilakukan sebelum memulai
menolong persalinan atau bersamaan saat mempersiapkan peralatan menolong persalinan
dan dalam keadaan siap pakai. Alat-alat yang dibutuhkan sesuai yaitu: kain yang bersih,
kering, hangat, dan dapat menyerap cairan. Kain yang dibutuhkan minimal tiga lembar,
yang digunakan untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi, serta untuk ganjal bahu bayi;
kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lendir DeLee atau bola karet dan alat
ventilasi dalam keadaan steril serta alat perlindungan diri (DepKes RI, 2008).
Penilaian bayi baru lahir adalah langkah awal sebelum memulai resusitasi.Nilai (skor)
APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi. Dalam
penilaian awal bayi baru lahir perlu menjawab pertanyaan berikut: apakah air ketuban
tanpa meconeum?, apakah bayi segera bernapas spontan atau menangis?, apakah tonus
otot baik?, apakah kulit berwarna merah muda?, apakah umur kehamilan cukup?
Apabila semuanya baik, resusitasi tidak diperlukan dan perawatan rutin untuk bayi
baru lahir normal selanjutnya dapat segera dilakukan. Bila terdapat satu atau lebih
penilaian awal mendapat jawaban “tidak”, langkah awal resusitasi harus segera dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah awal resusitasi
Pada langkah ini dilakukan secara cepat dan diselesaikan dalam waktu +30 detik,
yakni sebagai berikut:
a. Menjaga lingkungan hangat dan kering
Sangat penting bagi semua bayi baru lahir untuk dijaga agar tetap kering, bersih,
dan hangat untuk mencegah bayi kedinginan (hipotermi).Pada bayi dengan
asfiksia dilakukan dengan meletakkan bayi di atas meja resusitasi di bawah
pemancar panas.Tempat ini harus sudah dihangatkan sebelumnya.
b. Memposisikan bayi yang benar dan membersihkan jalan napas.
Membersihkan jalan napas bayi dengan menggunakan kassa steril, kemudian
membaringkan bayi telentang dan memposisikan kepala bayi pada posisi kepala
sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
c. Mengisap lendir menggunakan pengisap lendir DeLee dengan cara mengisap
lendir mulai dari mulut, kemudian hidung; mengisap saat alat pengisap ditarik
keluar; jangan melakukan pengisapan terlalu dalam (tidak lebih dari +5cm ke
dalam mulut karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung)
d. Mengeringkan bayi, dan melakukan rangsang taktil.
Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan.Tekanan ini dapat merangsang bayi baru
lahir mulai bernapas.Rangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau
menyentil telapak kaki dengan hati-hati dan atau menggosok punggung, perut,
dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan.Tindakan ini merangsang sebagian
besar bayi baru lahir untuk bernapas.Prosedur ini hanya dilakukan pada bayi yang
telah berusaha bernafas.Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk
meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.Melakukan rangsang taktil
terus menerus pada bayi apnea adalah berbahaya dan tidak boleh dilakukan.
e. Mengatur posisi bayi kembali
f. Memberikan oksigen bila perlu, untuk mengurangi sianosis. Memberikan oksigen
dengan kateter nasal dengan kecepatan aliran kurang dari 2 liter per menit. Pada
bayi muda, dosis 0,5 liter permenit adalah yang paling sering digunakan.
Pemberian O2 headbox dengan aliran 5-7 liter permenit untuk mencapai
konsentrasi O2 yang adekuat dan mencegah penumpukan CO2. Sedangkan aliran
2-3 liter permenit diperlukan untuk mencegah rebreathing CO2 .
2. Evaluasi langkah awal
Setelah langkah awal selesai dilakukan dan bayi sudah diposisikan kembali, dilakukan
penilaian pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit.
a. Bila bayi bernapas dan denyut jantung > 100 kali permenit, kulit berwarna merah
muda, selanjutnya bayi perlu perawatan suportif
b. Bila bayi masih tidak bernapas (apnea) atau denyut jantung <100 kali permenit,
bayi memerlukan tindakan selanjutnya, yaitu ventilasi tekanan positif dengan cara:
 Memasang sungkup dan memperhatikan perlekatan pada sungkup agar
menutupi mulut dan hidung bayi.
 Melakukan ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air untuk membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernapas, apabila dada bayi mengembang, melakukan
ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik
 Melakukan penilaian pernapasan bayi apakah bayi sudah menangis, bernapas
spontan dan teratur atau belum.
3. Asuhan Pascaresusitasi
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang
kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif, bayi menangis dan
bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi, kemudian melakukan
asuhan – asuhan pascaresusitasi antara lain:
a. Melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Penting sekali untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam setelah
bayi lahir. Bila bayi sudah bernapas normal, lakukan kontak kulit bayi dan kulit
ibu dengan cara meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi bayi tengkurap, kepala
bayi menghadap dada ibu di antara kedua payudara, sedikit di bawah puting, lalu
selimuti keduannya untuk menjaga kehangatan. Ibu dianjurkan selama sekitar 1
jam untuk memberikan dorongan bayi untuk menyusu, sambil menunggu bayinya
meraih puting susu secara mandiri. Biasanya berhasil menyusu menit ke 30-60.
b. Konseling
 Menganjurkan ibu sesering mungkin memberi ASI kepada bayinya. Bayi
dengan gangguan pernapasan perlu banyak energi
 Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
c. Memberikan vitamin K, pemeriksaan fisik, pemberian antibiotik jika perlu.
d. Melakukan pemantauan seksama terhadap bayi pascaresusitasi dengan cara:
 Memperhatikan tanda- tanda kesulitan bernapas pada bayi yaitu dengan ciri-
ciri : napas megap-megap, frekuensi napas ± 60x/menit, bayi kebiruan atau
pucat, bayi tanpak lemas
 Menjaga agar bayi tetap hangat dengan cara memandikan bayi hingga 6- 24
jam setelah bayi lahir

E. Teknik Resusitasi Bayi Baru Lahir yang Efektif


Pada asfiksia ringan apnea merupakan gejala klinik utama.Pada kasus-kasus yang
berat bayi baru lahir tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah rendah dan denyut
jantung lambat.
Tujuan resusitasi menurut Myles (2009) yaitu :
1. Menetapkan dan mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan ventilasi dan
oksigenasi.
2. Memastikan sirkulasi efektif.
3. Mengoreksi asidosis
4. hipotermia, hipoglikemia dan perdarahan

Pada kebanyakan pelayanan kesehatan menetapkan kebijaksanaan baku untuk


menghisap faring segera setelah muka menyembul keluar dengan memakai masker isap
atau ekstrafaktor mucus. Hal ini hamper tidak diperlukan lagi kecuali cairan amnion
tercemar dengan mekonium atau darah. Bayi dapat dirangsang untuk bernapas dengan
stimulasi kulit misalnya sentilan kaki.Untuk bayi yang tidak segera bernapas pada periode
ini harus segera diberikan pertolongan resusitasi. Pertama – tama periksa upaya napas.
Bila ada dan barang kali dengan gerak berlebihan tetapi tidak timbul perubahan tidal,
maka ini nerarti ada sumbatan jalan napas dan ini bisa diatasi dengan ekstensi leher bayi.
Tetapi bila ada sumbatan akan berlanjut sampai dipasang pipa jalan napas. Jika upaya
napas lemah atau tidak ada sama sekali hitung denyut jantung 10 – 15 detik dengan
stetoskop. Bila denyut jantung lebih dari 80 x permenit, ulangi stimulasi kulit jika gagal
lakukan resusitasi dengan sungkup muka. Inflasi paru bayi dilakukan dengan laju kira –
kira 30 permenit 1 daur = 1 detik. Jika denyut jantung turun dibawah 80 per menit segera
lakukan intubasi trakeal

F. Bounding Attachment
Secara harfiah kata Bounding dapat diartikan sebagai ikatan dan attachment adalah
sentuhan. Attachment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan
yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberi dukungan asuhan dalam
perawatannya. Bounding adalah masa sensitive pada menit pertama dan beberapa jam
setelah dan kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang
anak menjadi optimal.
Selain pengertian tersebut bounding attachment dapat di artikan pula sebagai berikut :
1. Bounding attachment adalah interaksi orang tua dan bayi secara nyata baik fisik,
emosi dan sensorik pada menit – menit dan jam – jam pertama segara setalah bayi
lahir, ( Klause dan Kennel,1983 ).
2. Bounding menurut Nelson ( 1986 ) adalah dimulainya interaksi emosi sensorik fisik
antara ornag tua dan bayi segera setelah lahir, sedangkan Attachment adalah ikatan
yang terjalin diantara individu meliputi pencurahan perhatian, hubunngan emosi dan
fisik yang akrab.
3. Menurut Bennet dan Brown ( 1999 ) pengertian Bounding adalah terjadinya hubungan
orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, sedangkan attachment adalah pencurahan
kasih sayang diantara individu.
4. Bounding Attachment adalah permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua dan anak pad pertemuan pertama, ( Brozelton dalam Bobak, 1995 ).
5. Parmi ( 2000 ) mendefinisikan sebagai suatu usaha untuk memberikan kasih sayang
dan suatu proses yang saling menrespon antara orang tua dan bayi lahir.
6. Menurut Perry ( 2002 ) Bounding adalah proses pembentukan attachment atau
bangunan ikatan, dan Attachment adalah suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan
denga kualitas – kualitas khusus yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
7. Bounding Attachment yaitu suatu peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterkaitan batin antara oranng tua dan bayi, ( subroto Cit Lestari, 2002 ).
Tahap – Tahap Bounding Attachment :
1. Perkenalan
Sentuhan, mengajak bicara dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya
2. Ketertarikan
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain

Kesuksesan bounding dan attachment antara ibu dan anak selama periode awal masa anak
( usia 0 – 3 ), merupakan dasar untuk terbentuknya hubungan yang sehat bagi anak dalam
kehidupan selanjutnya. Bagi anak usia 0 – 6 bulan, kurang interaksi dengan ibunya dalam
pembentukan ikatan akan menimbulkan penyimpangan pola perilaku seperti : menarik
diri, menyakiti diri sendiri atau orang lain dan sebagainya. Jika keadaan ini tidak segera
diatasi, maka akan memunculkan problem – problem perilaku pada tahap perkembangan
selanjutkan.
Menurut Steel dan Pollack : Dalam proses terdapat dua komponen yang mempengaruhi
fungsi keibuan, dua komponen tersebut adalah :
1. Keterampilan kognitif – motorik meliputi aktivitas perawatan anak seperti menyusui,
menggendong, mengganti pakaian, memandikan dan melindungi dari bahaya.
2. Keterampilan afektif meliputi perilaku – perilaku kelembutan, perhatian dan kasih
sayang yang dibutuhkan anak disini emosional ibu memegang peranan yang sangat
besar. Kedua komponen tersebut berpengaruh terhadap penyediaan lingkungan,
dimana kebiasaan terhadap perawatan anak dipraktekkan.
Respon – respon berikut merupakan respon yang terjadi antara ibu dan bayi sejak terjadi
kontak awal hingga tahap perkembangan selanjutnya, yaitu :
1. Touch ( sentuhan )
Sebuah penelitian menunjukan bahwa dalam kontak pertama antara ibu dan
bayinya terjadi perilaku menyentuuh tanpa kecuali pada ibu muda atau tua, primipara
atau multipara, menikah atau tidak.Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya
memeriksa bagian kepala dan ekstermitas bayinya. Dalam waktu singkat secara
terbuka perabaan digunakan untuk membelai tubuh, dan mungkin bayi akan dipeluk
dilengan ibu, gerakan dilanjutkan sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi,
bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau seuntai ranbut dan
terjadilah ikatan antara keduanya.
2. Eye to eye contact ( kontak mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakkukan kemudian dengan segera
sebagian ibu berpendapat bahwa sesuatu dari bayinya terdapat kemiripan dengan
dirinya dan mereka sangat dekat sekali. Kontak mata mempunyai efek yang erat
terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang
penting dalam hubungan manusia pada umumnya
3. Odor ( bau badan )
Perilaku lain antara ibu dan bayi yang sangat responsive adalah bau badan
masing – masing diantara mereka. Para ibu berpendapat terhadap bau badan bayi saat
lahir dan dicatat bahwa tiap anak mempunyai bau badan berasal darinya. Hal ini
terjadi lebih awal dimana bayi belajar secara cepat untuk mengenal bau badan ibunya
dari dari air susu ibunya sendiri.
4. Body warm ( kehangatan tubuh )
Ibu dan bayi tampak menikmati saat saling berbagi kehangatan tubuh masing-
masing.Peneliti telah membutikan bahwa bayi tidak kehilangan panas tubuhnya jika
perlindungan yang layak diberikan misalnya jika di keletakkan diatas perut ibunya
setelah lahir dan di keringkan segera.Bayi tampak nyaman bersentuhan dengan
kehangatan tubuh ibunya.
5. Voice ( suara )
Hal lain yang menarik perhatian adalah respon antara ibu – bayi yang berupa suara
masing – masing. Yang dinantikan orang tua adalah tangisan pertama bayi. Dari
tangisan tersebut ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja ( hidup ),
dan selanjutnya dapat memulai tingkah laku mengenali suara masing – masing. Bayi
akan terjaga saat orang tua berbicara dengan suara yang tinggi dan menoleh kearah
mereka.
6. Entrainment ( logat )
Bayi yang baru lahir menemukan perubahan structur pembicaraan dari orang dewasa
(Condon dan Sander, 1974). Artinya bahwa bayi sudah berkembang yang ditentukan
secara kultur dalam berbicara jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara ( logat ).
7. Biorhythmicity ( irama kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah bayinya
seperti halnya denyut jantung.Salah satu tugasnya setelah lahir, sehingga dicatat lebih
awal adalah untuk menyatakan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat mambantu proses
ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan
menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan
interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

G. Pemberian ASI awal


Seringkali kita menemukan fakta bahwa setelah seorang ibu melahirkan dia tidak
langsung menyusui bayinya entah karena alasan pihak penolong (bidan/dokter/ perawat/
ketentuan RS) supaya ibunya dibiarkan istirahat terlebih dahulu, ataupun dari ibu sendiri
yang kurang memiliki motivasi kuat untuk segera menyusui bayinya. Padahal selama 20-
30 menit pertama setelah kelahiran bisa disebut Golden period bagi ibu juga terutama
bagi sang bayi.
Bayi normal disusui segera setalah lahir.Lamanya disusui hanya untuk satu atau dua
menit pada setiap payudara ibu. Dengan adanya reflex sucking (mengisap) pada bayi
menyebabkan terjadi perangsangan terhadap pembentuka air susu ibu yang secara tidak
langsung rangsangan isap membantu mempercepat pengecilan uterus. Walaupun air susu
ibu yang berupa kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes ini sudah cukup untuk
kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama. Kadang-kadang ibu keberatan untuk menyusui
bayinya dengan alasan asi belum keluar. Dalam hal ini ibu harus diberi penjelasan sebaik-
baiknya tentang maksud dan tujuan pemberian ASI sedini mungkin.Pada hari ketiga bayi
sudah harus menyusu selama 10 menit pada mammae ibu dengan jarak waktu tiap 3
menit. Apabila diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu
mamma secara bergantian. Dengan demikian kebutuhan on demand dapat dipenuhi, hal
ini dapat dilaksanakan bila bayi dirawat bersama ibunya.Bayi yang pada permulaan
minum on demand, pada minggu-minggu berikutnya sudah dapar dipenuhi kebutuhannya
dengan minum setiap 3-4 jam.
Pemberian ASI harus dianjurkan pada ibu yang melahirkan karena :
1. ASI yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa antibodi yang dapat mencegah
infeksi pada bayi. ASI diperkirakan dapat mengirimkan limfosit ibu ke dinding usus
bayi dan memulai proses imunologik sehingga memberikan imunitas pasif pada bayi
terhadap penyakit infeksi tertentu hingga mekanisme itu sepenuhnya berfungsi setelah
3 sampai 4 bulan.
2. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis.
3. Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap baik untuk
pertumbuhan serta tidak mungkin menyebabkan kegemukan.
4. Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit.
5. Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan
hubungan ibu dan bayi, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang
normal terutama pada bulan-nulan pertama kehidupannya.
6. Menyusui mempercepat involusi uterus karena pengisapan puting susu akan
merangsang pelepasan oksitosin sehingga menyebabkan peningkatan kontraksi uterus.

H. Inisiasi Menyusu Dini


Inisasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah
lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk
kita.Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua
jam.
Inisiasi menyusu dini atau disingkat IMD merupakan program yang sedang gencar
dianjurkan pemerintah.
Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu
menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program
ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan putting susu ibu untuk menyusu. IMD
harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang
atau mengukur bayi.Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali
tengannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Manfaat inisiasi menyusu dini :
1. Untuk bayi
a. Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang
diletakkan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya
mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil.
b. Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang dilakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di
bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
c. Kualitas perlekatan
Di banding bayi yang dipisahkan dari ibunya, bayi-bayi yng di lakukan inisiasi
dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik dari pada waktu
menyusu.
2. Untuk bayi
Pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin,bayi harus
dijaga tetap hangat.Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat
telah diklem dengan baik.Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran
darah berlebih dari bayi.Cara perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa
segera setelah persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan
geografis.Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan
mengeringkan kulit, yang dapat membantu meminimalkan kehilangan panas. Bidan harus
melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada menit pertama dan ke-5 dengan
menggunakan nilai APGAR.

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon
maaf.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun agar
kami dapat membuat makalah yang lebih bai dikemudian hari.
Daftar Pustaka
1. Rochmah K. M., S.Pd, SKM; Elita Vasra, SST; Dahliana,SKM; Heni Sumastri, S.Pd.
Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita : Jakarta EGC, 2011
2. Depkes RI.2003.Asuhan bayi baru lahir.Jakarta:Pusdiknakes-WHD-JHPIEGO
3. Helmi, Zairin Noor.2012.Buku Ajar Gangguan Muskuluskletal.Jakarta:Salemba
Medika
4. Irianto, Kus. (2010). Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung : Yrama Widya
5. Keperawatan anak, 2008 : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas

Anda mungkin juga menyukai