Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

Untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar Profesi

Oleh:
MARTANTO
NIM: 190104112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENASI

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen untuk bertahan hidup
tidak terkecuali manusia. Dalam keadaan normal, proses oksigenasi terjadi
tanpa disertai pemikiran serius mengenai apa yang terjadi. Namun, ketika
tubuh kekurangan oksigen, seseorang dapat merasakan efeknya. Salah satu
kelompok manusia yang sangat membutuhkan oksigen adalah orang-orang
yang sedang sakit yang biasa kita sebut sebagai pasien.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan laporan pendahuluan oksigenasi adalah
untuk mengetahui segala sesuatu tentang oksigenasi pada pasien.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari laporan pendahuluan ini adalah
1) Mengetahui pengertian oksigenasi
2) Mengetahui fisiologi oksigenasi
3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi
4) Mengetahui tujuan oksigenasi
5) Mengetahui indikasi oksigenasi
6) Mengetahui kontra indikasi oksigenasi
7) Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam oksigenasi
8) Mengetahui prosedur tindakan oksigenasi beserta rasionalitasnya

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Oksigenasi adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi lebih dari udara
atmosfer yaitu lebih dari 21%. Oksigen adalah gas untuk bertahan hidup
yang diedarkan ke sel-sel dalam tubuh melalui sistem pernafasan dan
sistem kardiovaskuler (Vaughans, 2013).
a. Daftar alat suplementasi oksigen, kecepatan aliran dan presentase oksigen
yang dihantarkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

2
Alat Kecepatan aliran % oksigen
Kanul nasal dan kateter 1 LPM 21%-24%
nasal 2 LPM 25%-28%
3 LPM 29%-32%
4 LPM 33%-36%
5 LPM 37%-40%
6 LPM 41%-44%
Sungkup muka sederhana 6-10 LPM 35%-60%
Sungkup muka dengan 6 LPM 60%
reservoir O2 7 LPM 70%
8 LPM 80%
9 LPM 90%
10-15 LPM 95-100%
Venturi mask 4-8 LPM 24%-35%
10-12 LPM 40%-50%
b. Daftar pemilihan alat suplementasi oksigen berdasarka nilai oksimetri
denyut
Nilai oksimetri Arti klinis Pilihan alat
denyut
95%-100% Dalam batas normal O2 4 LPM kanul nasal
90%- < 95% Hipoksia ringan Sungkup muka
sampai sedang sederhana
85%- < 90% Hipoksia sedang Sungkup muka dengan
sampai berat reservoir O2
Ventilasi dibantu
< 85% Hipoksia berat Ventilasi dibantu
mengancam nyawa

2. Fisiologi oksigenasi
Oksigen masuk ke tubuh melalui hidung dan mulut. Oksigen kemudian
diedarkan melalui saluran pernafasan ke alveolus, yamh merupakan pundi-
pundi udara yang dikelilingi pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler
merupakan pembuluh darah kecil dengan dinding halus yang
mempermudah pergantian gas. Pergantian gas dimulai ketika oksigen yang
dihirup masuk melalui dinding kapiler yang yang dikelilingi alveolus dan
dibawa sel-sel darah yang bersirkulasi di dalam pembuluh kapiler. Oksigen
yang dibawa sel-sel darah melalui dinding kapiler diedarkan ke jantung
lalu dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta. Aorta bercabang menjadi
arteri-arteri kecil dan bahkan arterioles yang lebih kecil pada akhirnya
menjadi pembuluh kapiler. Dinding kapiler yang paling tipis membiarkan
terjadinya difusi oksigen ke dalam sel-sel dalam berbagai jaringan tubuh.

3
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi
a. Faktor fisiologis
Beberapa sistem bekerja sama untuk memungkinkan oksigenasi
normal. Selain paru-paru dan jantung, diafragma otot besar yang tepat
dibawah paru-paru membantu dengan inhalasi dan ekshalasi gas ke
paru-paru. Kontraksi dan relaksasi pada diafragma dan otot-otot
jantung tergantung pada pensinyalan yang tepat pada sistem saraf.
Pembuluh darah juga berperan penting dalam membantu sirkulasi
darah.
b. Usia dan tahap perkembangan
Sistem pernafasan dan sistem kekebalan tubuh yang tidak sempurna
diikuti ukuran jantung yang lebih kecil menjadikan anak-anak kecil
beresiko lebih besar terhadap gangguan oksigenasi. Orang lanjut usia
juga beresiko mengalami gangguan oksigenasi karena kapasitas
fungsional paru-paru dan jantung berkurang seiring pertambahan usia
seseorang.
c. Faktor lingkungan
Polutan dan alergen di udara, asap rokok dapat merusak jaringan paru-
paru dan mengarah pada dampak jangka panjang seperti kanker paru
atau penyakit paru lainnya. Dataran tinggi juga dapat mengganggu
oksigenasi karena terjadi penurunan jumlah oksigen.
d. Makanan
Kandungan makanan dan jumlah makanan yang dicerna dapat
menyebabkan masalah yang secara langsung mempengaruhi
oksigenasi.

e. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat mempengaruhi oksigenasi seperti kurang
olah raga, merokok, narkoba dan minuman beralkohol.
4. Tujuan
Tujuan pemberian oksigen yaitu untuk meningkatkan kandungan oksigen
dalam darah arteri kemudian diantarkan ke jaringan untuk proses

4
metabolisme aerobik. Mempertahankan tekanan darah arteri (PaO2) >60
mmHg dan saturasi oksigen (SaO2) >95% sehingga mencegah hipoksia sel
dan jaringan, menurunkan kerja otot pernafasan dan menurunkan kerja otot
jantung.
5. Indikasi
a. Indikasi pemberian oksigen secara umum antara lain:
 Perubahan frekuensi pola pernafasan
 Perubahan atau gangguan pertukaran gas
 Hipoksemia tanpa hiperkapnea
 Hipoksemia dengan hiperkapnea
 Menurunnya kerja nafas misalnya post anestesi
 Menurunnya kerja jantung
 Trauma berat
b. Indikasi pemasangan oksigen berdasarkan alat suplementasi oksigen
1) Kateter nasal dan nasal kanul:
 Pasien yang bernafas spontan tetapi membutuhkan alat bantu
nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen
 Pasien dengan gangguan oksigenasi seperti asma, PPOK dan
penyakit paru lainnya
 Pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang
2) Sungkup muka sederhana: pasien dengan nyeri dada (baik karena
serangan jantung atau penyakit lainnya) dan pasien dengan sakit
kepala
3) Sungkup muka dengan kantong rebreathing: pasien dengan kadar
tekanan CO2 yang rendah
4) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing: pasien dengan
kadar tekanan CO2 yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan status
pernafasan yang tidak stabil dan pasien yang memerlukan intubasi.
6. Kontra indikasi
a. Kateter nasal: fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial dan
obstruksi nasal.
b. Nasal kanul: pasien dengan obstruksi nasal dan pasien apnea
c. Sungkup muka sederhana: pasien dengan retensi CO2 karena akan
memperburuk retensi
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing: pada pasien dengan retensi
CO2
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing: pada pasien dengan
retensi CO2
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Kateter nasal:
 Pastikan jalan nafas harus paten tidak ada sumbatan di nasal

5
 Pengukuran panjangnya kateter yang akan dimasukan harus tepat
yaitu dalamnya kateter dari hidung sampai faring diukur dengan cara
jarak dari telinga ke hidung
 Kateter harus diganti setiap 8 jam dengan bergantian lubang hidung
untuk mencegah iritasi dan infeksi
b. Nasal kanul:
 Pastikan jalan nafas harus paten tidak ada sumbatan di nasal
 Pemasangan kanul nasal jangan terlalu ketat karena dapat
menyebabkan kerusakan kulit telinga dan hidung
 Jangan terlalu sering menggunakan aliran > 4 LPM karena dapat
menimbulkan efek pengeringan pada mukosa
c. Sungkup muka sederhana:
 Aliran oksigen tidak boleh kurang dari 5 LPM karena untuk
mendorong CO2 keluar dari masker
 Saat pemasangan perlu ada pengikat wajah dan jangan terlalu ketat
karena dapat menyebabkan penekanan kulit yang bisa menimbulkan
rasa phobia ruang tertutup
 Kalau perlu memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
masker dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing dan non renreathing:
 Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian
kantong reservoir.
 Memasang kapas kering didaerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
 Jangan sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena
apabila terja aliran yang rendah dapat mengakibatkan pasien
menghirup sejumlah besar CO2.
8. Prosedur tindakan beserta rasionalnya
a. Persiapan alat
 Tabung oksigen berisi oksigen lengkap dengan flowmeter,
himidifier yang terisi aquades hingga batas pengisian. Rasional:
mencegah tabung kosong dan menjaga kelembaban
 Cutton bud dan tissue untuk membersihkan hidung pasien.
b. Persiapan pasien
 Pasien diberitahu menyangkut tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan. Rasional: mengurangi kecemasan pasien
 Pasien diatur dalam posisi aman dan nyaman. Rasional: menjaga
kenyamanan pasien

6
c. Persiapan perawat
 Mengkaji data dan informasi mengenai kekurangan oksigen.
Rasional: untuk menentukan kebutuhan oksigen dan ketepatan
penggunaan alat suplementasi oksigen
 Mencuci tangan. Rasional: mencegah penularan infeksi (HAIs)

d. Persiapan lingkungan
 Menutup tirai, mengatur pencahayaan. Rasional: menjaga privasi
pasien
e. Prosedur kerja:
 Siapkan alat oksigen yang sesuai dengan kebutuhan pasien dengan
1 set tabung oksigen
 Hubungkan antara alat oksigen dengan flowmeter pada tabung
oksigen
 Bersihkan lubang hidung pasien dengan cuttonbud atau tissue.
Rasional: agar tidak menghalangi aliran oksigen
 Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsentrasi
oksigen dan mengamati adanya gelembung udara di humidifier.
Rasional: mencegah kebocoran aliran oksigen
 Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen ke punggung
tangan perawat. Rasional: memastikan oksigen mengalir dengan
tepat
 Pasang oksigen ke hidung pasien dengan tepat.
 Atur pengikat kanul atau masker jangan terlalu kencang dan jangan
terlalu kendur. Rasional: menjaga kenyamanan pasien dan
mencegah iritasi pada hidung dan kulit.
 Pastikan alat oksigen terpasang dengan aman.
 Atur aliran oksigen sesuai dengan program yang telah ditentukan.
Rasional: mencegah kelebihan atau kekurangan oksigen
 Alat-alat dikembalikan ke tempat semula. Rasional: menjaga
kerapihan dan mencegah hilangnya barang RS
 Perawat mencuci tangan setelah tindakan. Rasional: mencegah
penularan penyakit (HAIs)
 Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam kepada pasien.
Rasional: menjaga komunikasi hubungan yang baik dengan pasien
dan keluarga
 Kontrak waktu selanjutnya.

7
Daftar pustaka

Musliha, 2010, Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta, Nuha Medika.

PERKI, 2012, Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Lanjut ACLS Indonesia
Edisi 2012, PERKI, Jakarta.

Perry, P., 2010, Fundamental keperawatan Buku 3 Edisi 7, alih bahasa: Diah Nur,
EGC, Jakarta

Vaughans B. W., 2013, Keperawatan Dasar Buku Wajib Bagi Praktisi &
Mahasiswa Keperawatan, Perpustakaan Nasional Katalog Dalam
Terbitan , Yogyakarta.

8
9

Anda mungkin juga menyukai