OUTPUT
1. Efisiensi Ruang Rawat
Kajian teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi,
yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi
ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada. Efisiensi
pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (BOR, LOS,
TOI, BTO)
Tabel 2.25
Indikator Efisiensi Ruang Perawatan Menurut Depkes 2019
Indikator
No Bulan
BOR LOS TOI BTO
1. November 93,3 4,8 0,86 5,75
2. Desember 85 4,1 0,61 4,74
3 Januari 86,2 4,4 0,63 5,1
Jumlah 264,5 13,3 2,1 15,59
Rata-rata 88,16 4,43 0,7 5,2
Sumber: Buku Register rawat inap Bangsal Srikandi
Analisis
1. BOR (Bed Occupancy Rate), di ruang Srikandi 3 bulan terakhir rata-rata 88,16%
dengan demikian apabila dibandingkan dengan standar nasional 60-85% ternyata
menunjukkan pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga memerlukan
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
2. LOS (Length Of Stay) pasien di ruang Srikandi dalam 3 bulan terakhir yaitu 4,43
hari. Dengan demikian data tersebut menunjukkan lama perawatan lebih cepat dari
standar nasional untuk RSUD yaitu 6-9 hari. Hal ini kemungkinan dikarenakan
perawatan pasien di bangsal paru lebih menekankan untuk perbaikan kondisi sampai
dengan kondisi pasien stabil dan pengobatan akan dilanjutkan di PPK 1
(puskesmas). Sedangkan menurut teori Baber Johnson sudah sesuai dengan standar,
yaitu 3-12 hari perawatan.
3. TOI (Turn Over Internal) di Ruang Srikandi selama 3 bulan terakhir yaitu 0,7 hari,
atau dibulatkan menjadi 1, menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong
atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi
sudah efisien, sesuai dengan standar nasional untuk RSU yaitu 1–3 hari.
4. BTO (Bed Turn Over) di Ruang Srikandi rata-rata 3 bulan terakhir yaitu 5,2 kali atau
dibulatkan 5 kali menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit satu
satuan waktu tertentu efisien, karena sesuai dengan standar nasional untuk RSU
yaitu 5 – 45 kali.
2. Hasil evaluasi penerapan SAK (instrumen A, B, C)
a. Instrumen A
Kajian Teori
Analisis
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata dokumentasi keperawatan ruang
Srikandi sebesar 80,3 (baik). Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan pasien dengan lama perawatan minimal 3 hari. Pengkajian dari item
identitas sampai muncul diagnosa keperawatan sudah terisi lengkap, akan tetapi
kurang efektif dan memakan waktu untuk pengisian karena terdapat 2 format
pengkajian yang isi itemnya hampir sama yaitu format pengkajian keperawatan
penyakit dalam dan format pengkajian awal keperawatan rawat inap. Akan lebih
efektif jika hanya 1 format pengkajian saja. Sedangkan untuk pengkajian resiko
jatuh sudah ada itemnya tetapi belum terdapat format baku untuk pengkajian sistem
skoring yang sesuai dengan usia (anak, dewasa dan lansia (diatas 60 tahun), jadi
belum sesuai standar. Perencaan keperawatan berdasarkan diagnosa medis yang
sering muncul, diantaranya adalah kasus TB Paru, belum berdasarkan respon atau
diagnosa keperawatan aktual/resiko/potensial yang dirasakan pasien.
Diagnosis yang sering muncul adalah penyakit TB Paru, memiliki 3 diagnosa
keperawatan yang sudah baku/ ditetapkan, adalah diagnosa keperawatan gangguan
pertukaran gas, resiko infeksi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Jadi jika berdasarkan respon pasien yang ada, 3 diagnosa diatas
belum mewakili keluhan pasien. Akan lebih baik apabila diagnosa keperawatan
dibuat tersendiri sehingga mewakili respon pasien/ keluhan pasien, walaupun
dengan diagnosa medis yang sama. Untuk implementasi dan catatan perkembangan
(evaluasi) sudah terisi lengkap per shif dan sudah memenuhi kaidah SOAP, akan
tetapi untuk evaluasi belum terlihat perkembangan pasien karena tidak ada nilai
target yang akan dicapai (indikator), sesuai dengan penulisan berdasarkan NANDA
NIC NOC.
b. Instrumen B
Kajian Teori
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tida
k
1 Apakah peraw at selalu memperkenalkan diri? 11 9
Apakah lantai kamar mandi/WC selalu: bersih, tidak licin, tidak berbau, 14 6
10
cukup terang?
Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut,dll diganti setiap kotor? 14 6
11
Hasil perhitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu:
76-100% : puas
56- 75% : cukup puas
40-55 % : kurang puas
<40% : tidak puas
1. Pekerjaan itu sendiri, setiap pekerjaan memerlukan ketrampilan tertentu, sukar atau
tidaknya suatu pekerjaan sera persaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan
dalam melakukan pekerjaan tersebut akan meningkatkan atau mengurangi
kepuasan kerja.
2. Penyelia (supervisor), penyelia yang baik mau menghargai pekerjaan bawahannya.
3. Teman sekerja
4. Promosi, berkaitan dengan ada atau tidaknya mendapat kesempatan untuk
meningkatkan karir selama bekerja.
5. Gaji, merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang bisa dianggap
layak atau tidak layak
Wesley dan Yukl (1977) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
Tabel 2.30
Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma
Purwokerto bulan Februari 2020
Instrumen C
1. Kajian Teori
2. Kajian Data
Berdasarkan pengamatan tanggal 19-20 Februari tahun 2020 terhadap perawat
dengan metode observasi kepatuhan terhadap sop di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.30 Kepatuhan Terhadap Sop Cuci Tangan Higienis Di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020
2 Tuang sabun cair dibagian tengah tangan yang telah basah. Gosokkan √
secara merata.
Jumlah 5 1
5/6x100% = 83%
Tabel 2.31 Kepatuhan Terhadap SOP Pemasangan Infus Di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020
2 Cuci tangan √
32 Merapikan pasien √
33 Mmbereskan alat-alat √
36 Cuci tangan √
Jumlah 28 9
2 Cuci tangan √
14 Apabia obat sudah masuk semua, lepaskan jarum dan disinfeksi slang √
infuse (area penusukan) dengan kapas alcohol 70 %
16 Merapikan pasien √
17 Mebereskan alat-alat √
21 Mencuci tangan √
17/22x100% = 77,2 %
Tabel 2.33 Kepatuhan Terhadap SOP Pemberian Terapi Inhalasi di Ruang Srikandi
RST Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020
2 Mencuci tangan √
6 Menjelaskan tujuan √
13 Apabila sudah keluar uap dari face mask, pasien dianjurkan untuk √
menghirup uap berulang-ulang selama 10-15 menit/uap tidak ada
16 Membereskan alat √
17 Melepaskan sarung tangan dan masker √
18 Mencuci tangan √
Jumlah 15 4
15/19x100%= 78,9 %
Tabel 2.34 Kepatuhan Terhadap SOP Pemberian Terapi Oksigen Dengan Nasal Kanul
di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020
1 Mencuci tangan √
4 Memberikan salam √
13 Mencuci tangan √
13/14x100% = 92%
Tabel 2.35 Hasil Rekapitulasi Kepatuhan SOP di Ruang Kenari bawah RST
Wijayakusuma Periode Februari 2020
Secara umum tindakan keperawatan yang dilakukan baik, terdapat beberapa perilaku seperti
memperkenalkan diri dan memperhatikan respon pasien setelah dilakukan tindakan perlu
ditingkatkan lagi.
Tabel 2.36 Hasil Rekapitulasi Instrumen A B C di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020
Instrumen Rata-rata
Ruang
A B1 B2 C
Ruang
Perawatan 80,3 % 72% 95,5% 80,43% 82 %
Srikandi
Kajian Teori
1) Keselamatan Pasien
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
diambil.
KTD.
f. Amankan pasien dari bahaya jatuh dan cedera dengan melakukan penilaian resiko
jatuh :
SCALE
Berdasarkan data yang diambil melalui wawancara langsung dan dari pengumpul
c. Pengawasan Obat High Alert belum optimal masih tercampur dengan obat
yang lain
82,5% pada bulan Januari, 83,3% bulan Desember, dan 85% pada bulan
November.
Berdasarkan observasi di lapangan, untuk kejadian pasien jatuh 0%, akan tetapi
2) Pengetahuan pasien
Discharge Planning adalah proses yang digunakan untuk menentukan apa yang
1. Menyiapkan pasien dan keluarga pasien secara fisik, psikologis, dan sosial
Ruang Srikandi didaptakan 16 orang yang berpengetahuan baik dan 4 orang yang
kurang baik.
Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan perawatan
kesejahteraan.
manusia.
Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau
penyakit.
rencana keperawatan.
bentuk keperawatan.
Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari
pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial
2) Kecemasan Pasien
Definisi
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman angst kemudian
Cemas adalah emosi tanpa objek dan merupakan pengalaman subjektif individual,
( Nursalam 2011).
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda atau apa
yang anda rasakan saat akan menjalani pre operatif
No Pertanyaan Jawaban
Cara Penilaian Tingkat Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah
penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung,
dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4
(1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat
15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan
kecemasan (Z ung Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006).
Dari Penyebaran kuasioner dan observasi kami dari 20 responden diperoleh data
Definisi
(Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada negatif;
sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam diri
manusia.
a. Nyeri akut.
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang
tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.
b. Nyeri kronis.
dalamwaktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis.
c. Berat (8-10) = 0
Kajian Data
No Indicator Ya Tidak
I Keselamatan Pasien (patient safety)
Jumlah 70 30
Sumber : Hasil observasi dan wawancara tanggal 20 – 21 Februari 2020 di RST
Wijaya Kusuma Purwokerto
Analisis
Dari data di atas di dapatkan hasil bahwa 70% perawat telah mengerti dan memahami
tentang SPO peningkatan pemberian mutu pelayanan.