Anda di halaman 1dari 28

A.

OUTPUT
1. Efisiensi Ruang Rawat
Kajian teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi,
yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi
ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada. Efisiensi
pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (BOR, LOS,
TOI, BTO)

a. BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator


untuk menilai seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu ruangan
atau rumah Sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional menurut Depkes RI
(2008) adalah sekitar 60 – 85%.
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%

Jumlah Tempat Tidur x hari perawatan

b. LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang


menunjukkan lama waktu pasien tinggal. Semakin pendek Length of Stay pasien
semakin baik, menurut standart yang baik adalah sekitar 6-9 hari.

LOS = Jumlah Lama hari perawatan x 100%

Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c. TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu


pelayanan keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau waktu
antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali. Standart nasional
adalah 1 – 3 hari

TOI = (Jumlah TTX hari)- hari perawatan

Jumlah pasien keluar hidup atau mati

d. BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang


menunjukkan pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu.
standar nasional BTO adalah 40-50 kali. Semakin banyak BTO di suatu rumah sakit
akan lebih baik.
BTO= Jumlah pasien keluar

Jumlah tempat tidur

Tabel 2.25
Indikator Efisiensi Ruang Perawatan Menurut Depkes 2019

No Indikator Standar Depkes


1. BOR 60-85

2. LOS 6-9 hari

3. TOL 1-3 hari

4. BTO 40-50 kali

Tabel 2.26 Indikator Efisiensi Ruangan Di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma


Periode November 2019 – Januari 2020

Indikator
No Bulan
BOR LOS TOI BTO
1. November 93,3 4,8 0,86 5,75
2. Desember 85 4,1 0,61 4,74
3 Januari 86,2 4,4 0,63 5,1
Jumlah 264,5 13,3 2,1 15,59
Rata-rata 88,16 4,43 0,7 5,2
Sumber: Buku Register rawat inap Bangsal Srikandi

Analisis
1. BOR (Bed Occupancy Rate), di ruang Srikandi 3 bulan terakhir rata-rata 88,16%
dengan demikian apabila dibandingkan dengan standar nasional 60-85% ternyata
menunjukkan pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga memerlukan
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
2. LOS (Length Of Stay) pasien di ruang Srikandi dalam 3 bulan terakhir yaitu 4,43
hari. Dengan demikian data tersebut menunjukkan lama perawatan lebih cepat dari
standar nasional untuk RSUD yaitu 6-9 hari. Hal ini kemungkinan dikarenakan
perawatan pasien di bangsal paru lebih menekankan untuk perbaikan kondisi sampai
dengan kondisi pasien stabil dan pengobatan akan dilanjutkan di PPK 1
(puskesmas). Sedangkan menurut teori Baber Johnson sudah sesuai dengan standar,
yaitu 3-12 hari perawatan.
3. TOI (Turn Over Internal) di Ruang Srikandi selama 3 bulan terakhir yaitu 0,7 hari,
atau dibulatkan menjadi 1, menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong
atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi
sudah efisien, sesuai dengan standar nasional untuk RSU yaitu 1–3 hari.
4. BTO (Bed Turn Over) di Ruang Srikandi rata-rata 3 bulan terakhir yaitu 5,2 kali atau
dibulatkan 5 kali menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit satu
satuan waktu tertentu efisien, karena sesuai dengan standar nasional untuk RSU
yaitu 5 – 45 kali.
2. Hasil evaluasi penerapan SAK (instrumen A, B, C)
a. Instrumen A
Kajian Teori

Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan


keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan sekaligus
pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang
lengkap, nyata, dan tercatat dan bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien tapi juga
jenis, kualitas, dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk
perkembangan perawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan serta
upaya untuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat dan
keperawatan.
Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek:
a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibility (mudah dibaca)

Komponen dokumentasi keperawatan:


a) Pengkajian
Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien,
membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon
kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis
yang logis akan mengarah dan mendukung pada identifikasi masalah-masalah
pasien. Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus-menerus tentang keadaaan pasien untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan
data, dan perumusan masalah dengan diperoleh dari data subjektif (hasil
pengkajian pasien) dan data objektif ( hasil observasi, pemeriksaan fisik, dan
hasil pemeriksaan penunjang).
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dan
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien. Kriteria diagnosa
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien,
dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen terdiri atas
masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila masalah kesehatan sudah nyata
terjadi dan bersifat potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar
akan terjadi, dan dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan, dan rencana
tindakan. Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah
yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang
mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah yang
mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
pasien dan keluarga.
e) Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang ada,
menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan setiap
tindakan perawatan yang akan dilaksanakan pada klien, sesuai waktu yang telah
ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada. Tindakan perawatan
dilakukan dengan menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, aman, nyaman,
ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien, dan
merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan. Semua tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat pada format asuhan keperawatan yang berlaku. Perbaikan
tindakan dilakukan berdasarkan respon pasien dan merujuk dengan segera bila
ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
f) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan berencana, untuk menilai
perkembangan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan memeriksa kembali hasil
pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan
rencana perawatan selanjutnya termasuk strategi perawatan yang telah diberikan
untuk memecahkan masalah pasien.
g) Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang status kesehatan dan perkembangan
pasien selama dalam perawatan. Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat
inap maupun rawat jalan. Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi
dan komunikasi. Penulisan harus jelas dan ringkas, serta menggunakan istilah
yang baku sesuai dengan pelaksanaan proses perawatan. Setiap pencatatan harus
mencantumkan paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu
pelaksanaan, dan menggunakan format yang tersedia serta sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Kajian data
Tabel 2.28 Evaluasi Instrumen A Di Ruang Srikandi

Aspek yang Hasil


No Keterangan
dinilai (%)

1. Pengkajian 97 1) Mencatat data yg dikaji sesuai pedoman pengkajian


2) Data dikelompokkan bio-psiko-sosio-spiritual
3) Data dikaji sejak pasien datang sampai pulang
4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dan pola fungsi kehidupan
1) Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah
Diagnosa dirumuskan
2. 70 2) Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES
Keperawatan
3) Sebagian besar belum merumuskan diagnosa
keperawatan aktual dan potensial
1) Perencanaan berdasarkan diagnosa keperawatan
2) Perencanaan belum disusun menurut urutan prioritas
3) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subjek,
perubahan perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria
3. Perencanaan 75 waktu
4) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci dan jelas
5) Rencana tindakan belum menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga
4. Tindakan 80 1) Semua tindakan yang telah dilaksanakan belum dicatat
dengan ringkas dan jelas
5. Evaluasi 80 1) Evaluasi yang dilakukan berdasarkan tujuan
1) Menulis pada format yang baku
2) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan
Dokumentasi 3) Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang
6. Asuhan 80 baku dan jelas/benar
Keperawatan 4) Setiap melaksanakan tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan paraf/nama jelas, namun belum
menuliskan jam dilakukannya tindakan secara rinci
5) Dokumentasi tersimpan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Rata-rata 80,3 Baik

Analisis
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata dokumentasi keperawatan ruang
Srikandi sebesar 80,3 (baik). Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan pasien dengan lama perawatan minimal 3 hari. Pengkajian dari item
identitas sampai muncul diagnosa keperawatan sudah terisi lengkap, akan tetapi
kurang efektif dan memakan waktu untuk pengisian karena terdapat 2 format
pengkajian yang isi itemnya hampir sama yaitu format pengkajian keperawatan
penyakit dalam dan format pengkajian awal keperawatan rawat inap. Akan lebih
efektif jika hanya 1 format pengkajian saja. Sedangkan untuk pengkajian resiko
jatuh sudah ada itemnya tetapi belum terdapat format baku untuk pengkajian sistem
skoring yang sesuai dengan usia (anak, dewasa dan lansia (diatas 60 tahun), jadi
belum sesuai standar. Perencaan keperawatan berdasarkan diagnosa medis yang
sering muncul, diantaranya adalah kasus TB Paru, belum berdasarkan respon atau
diagnosa keperawatan aktual/resiko/potensial yang dirasakan pasien.
Diagnosis yang sering muncul adalah penyakit TB Paru, memiliki 3 diagnosa
keperawatan yang sudah baku/ ditetapkan, adalah diagnosa keperawatan gangguan
pertukaran gas, resiko infeksi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Jadi jika berdasarkan respon pasien yang ada, 3 diagnosa diatas
belum mewakili keluhan pasien. Akan lebih baik apabila diagnosa keperawatan
dibuat tersendiri sehingga mewakili respon pasien/ keluhan pasien, walaupun
dengan diagnosa medis yang sama. Untuk implementasi dan catatan perkembangan
(evaluasi) sudah terisi lengkap per shif dan sudah memenuhi kaidah SOAP, akan
tetapi untuk evaluasi belum terlihat perkembangan pasien karena tidak ada nilai
target yang akan dicapai (indikator), sesuai dengan penulisan berdasarkan NANDA
NIC NOC.
b. Instrumen B
Kajian Teori

1. Tingkat Kepuasan pasien


Pasien adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-Budaya, artinya dia memerlukan
terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan harapan dari aspek biologis (kesehatan),
aspek psikologis (kepuasan), aspek sosio-ekonomi (papan, sandang, pangan, dan
afiliasi sosial), danaspek budaya. Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau
puas bahwa produk atau jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi harapan
pelanggan.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi
klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi
hal ini diperlukan suatu instrumen yang baku. Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma
Purwokerto menggunakan format standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh Rumah Sakit untuk mengevaluasi persepsi klien terhadap mutu
asuhan keperawatan.
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja perawat.
Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuisioner yang berisi 22 soal berbentuk
pertanyaan pilihan yang dilakukan terhadap 20 pasien dengan kriteria inklusi
pasien yang dirawat ≥ 2 hari perawatan.
Tabel 2.29 Evaluasi Instrumen B Di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma Purwokerto
Bulan Februari Tahun 2020

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tida
k
1 Apakah peraw at selalu memperkenalkan diri? 11 9

2 Apakah perawat melarang pengunjung merokok di ruangan? 15 5

3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan klien? 14 6

Apakah perawat pernah menanyakan adanya makanan pantangan dalam 15 5


4
keluarga?
5 Apakah perawat memperhatikan jumlah diet yang dimakan oleh klien? 13 7

Pada saat klien dipasang infus, apakah perawat selalu memeriksa 15 5


6
cairan/tetesannya dan area sekitar pemasangan infus?
Bila klien mengalami kesulitan buang air besar, apakah perawat 16 4
7
menganjurkan makan buah, sayur, minum yang cukup dan banyak bergerak?
8 Apakah perawat membantu pasien saat mengalami kecemasan 15 5

9 Apakah ruangan tidur klien selalu dijaga kebersihannya? 14 6

Apakah lantai kamar mandi/WC selalu: bersih, tidak licin, tidak berbau, 14 6
10
cukup terang?
Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut,dll diganti setiap kotor? 14 6
11

Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari: kurang bergerak, 15 5


12
berbaring terlalu lama?
Pada saat klien masuk ruangan, apakah perawat memberikan penjelasan 15 5
13 tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya, peraturan/tata tertib
yang berlaku di RS?
Selama klien dalam perawatan, apakah perawat memanggil nama klien 14 6
14
dengan benar?
Selama klien dalam perawatan, apakah perawat mengawasi keadaan klien 15 5
15
secara teratur pada pagi, sore maupun malam hari?
Selama klien dalam perawatan, apakah perawat segera memberi bantuan bila 15 5
16
diperlukan?
17 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah? 14 6

Apakah klien/keluarga mengetahui perawat yang bertanggungjawab setiap 14 6


18
kali pergantian dinas?
Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan 15 5
19
perawatan/pengobatan?
Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap 15 5
20
keluhan klien?
Dalam hal memberikan obat, apakah perawat membantu menyiapkan/ 15 5
21
meminumkan obat?
Selama klien dirawat, apakah diberikan penjelasan tentang 17 3
22 perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah klien diperbolehkan
pulang?
Jumlah 318 121

Hasil perhitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu:
76-100% : puas
56- 75% : cukup puas
40-55 % : kurang puas
<40% : tidak puas

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :


Jawaban ya

Jawaban ya + jawaban tidak X 100

318: 439x100%= 72%

Berdasarkan hasil perhitungan, maka persepsi pasien terhadap mutu asuhan


keperawatan termasuk katagori cukup puas (56% – 75%).
Kesan dan saran yang didapatkan dari instrumen B:
Secara umum pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan perawat
tetapi masih perlu ditingkatkan lagi untuk budaya memperkenalkan diri terhadap
pasien, walaupun sebenarnya setiap pergantian shift (timbang terima), perawat
sudah memperkenalkan diri, akan tetapi masih perlu ditingkatkan pada saat
melakukan tindakan keperawatan.
2. Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
Pengertian kepuasan kerja menurut Newstrom ”job satisfaction is the
favorableness or unfavoraleness with employes view their work” kepuasan kerja
berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami dalam kerja.
Menurut Handoko, kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan
dengan pekerjaannya. Sedangkan menurut Stephen Robin; kepuasan itu terjadi apabila
kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan
dan ketidaksukaan dikaitkan dengan pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki
oleh pegawai yang erat hubungannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini
akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Schemerhorn ada 5


yaitu:

1. Pekerjaan itu sendiri, setiap pekerjaan memerlukan ketrampilan tertentu, sukar atau
tidaknya suatu pekerjaan sera persaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan
dalam melakukan pekerjaan tersebut akan meningkatkan atau mengurangi
kepuasan kerja.
2. Penyelia (supervisor), penyelia yang baik mau menghargai pekerjaan bawahannya.
3. Teman sekerja
4. Promosi, berkaitan dengan ada atau tidaknya mendapat kesempatan untuk
meningkatkan karir selama bekerja.
5. Gaji, merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang bisa dianggap
layak atau tidak layak
Wesley dan Yukl (1977) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :

a. Kompensasi ; sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah ia


membandingkannya dengan rekan lain baik didalam maupun diluar organisasi
tempat ia bekerja. Pada dasarnya kompensasi dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi bukan financial.
Kompensasi financial ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, sedangkan
kompensasi nonfinancial dapat berupa pekerjaan dan dari lingkungan dimana
tempat bekerja. Teori “Hierarki Kebutuhan” dari Abraham Maslow, bila
menggunakan teorinya, imbalan terutama gaji/upah termasuk dalam “alat” untuk
memenuhi
kebutuhan dasar ( basic physiological needs ). Teori dasarnya adalah bahwa apabila
kebutuhan dasar manusia belum terpenuhi, ia akan mempunyai dorongan untuk
berusaha memperoleh/mencari, guna memenuhi kebutuhannya.
b. Pekerjaan itu sendiri ; signifikansi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu
sendiri (informasi langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektivitas dan
hasil kerjanya).
c. Keamanan kerja ; kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaannya selama ia
mau termasuk imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan di
hari depannya.
Kesempatan pengembangan diri ; kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam
jenjang karData diperoleh dari 10 responden untuk evaluasi tingkat kepuasan kerja
perawat di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma Purwokerto yaitu :

Tabel 2.30
Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma
Purwokerto bulan Februari 2020

No Pertanyaan Puas Tidak


Puas
1 Jumlah gaji yang diterima dibanding 10 0
dengan pekerjaan yang saudara lakukan
2 Sistem penggajian yang dilakukan oleh 10 0
institusi tempat saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan 9 1
dengan pendidikan saudara
4 Pemberian insentif tambahan atas suatu 7 3
prestasi atau kerjasama
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan 10 0
yang mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti 10 0
kamar mandi, tempat parkir, dan kantin
7 Kondisi ruang kerja terutama berkaitan 10 0
dengan ventilasi udara, kebersihan, dan
kebisingan
8 Adanya jaminan kesehatan atau 10 0
keselamatan kerja
9 Perhatian institusi rumah sakit terhdap 10 0
saudara
10 Hubungan antar karyawan dan kelompok 10 0
kerja
11 Kemampuan dalam bekerjasama antar 10 0
karyawan.
12 Sikap teman-teman terhadap saudara 10 0
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar 10 0
belakang pendidikan saudara
14 Kemampuan dalam menggunakan waktu 10 0
bekerja dengan penugasan yang
diberikan
15 Kemampuan supervisi atau pengawas 10 0
dalam membuat keputusan
16 Perlakuan atasan selama saudara bekerja 10 0
disini
17 Kebebasan dalam melakukan metode 9 1
sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan
18 Kesemptan unuk meningkatkan 10 0
kemmpuan kerja melalui pelatihan dan
pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapatkan posisi 8 2
yang lebih tinggi
20 Kesempatan untuk mendapatkan prestasi 8 2
dan kenaikan pangkat.
Jumlah 191 9
Jumlah total 200
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada perawat

Dari perhitungan jawaban dibuat dengan persentasi menurut kategori Arikunto


(2010) yaitu:
76-100% : puas
56- 75% : cukup puas
40-55 % : kurang puas
<40% : tidak puas

Perhitungan kepuasan = Jawaban ya x 100%


Jawaban ya+jawaban tidak

Perhitungan : 191 x 100% = 95,5 % dalam kategori puas


200
1. Analisis
Dari hasil kuesioner yang diberikan terhadap 10 perawat di Ruang Srikandi
RST Wijayakusuma Purwokerto didapatkan kesimpulan bahwa tingkat kepuasan
kerja perawat sebesar 95,5 % dalam kategori puas.
Adapun beberapa poin pertanyaan yang tidak puas diantaranya adalah
pertanyaan poin 4 yaitu pemberian insentiv tambahan atas suatu prestasi atau kerja
ekstra (40%), kemudian pertanyaan poin 19 dan 20 yaitu tentang kesempatan
untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi, kesempatan untuk membuat suatu
prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat (masing-masing sebesar 20 %).

Instrumen C
1. Kajian Teori

Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan


mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan hasil
tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan yang
mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah
sakit yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto
yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.

2. Kajian Data
Berdasarkan pengamatan tanggal 19-20 Februari tahun 2020 terhadap perawat
dengan metode observasi kepatuhan terhadap sop di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 2.30 Kepatuhan Terhadap Sop Cuci Tangan Higienis Di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020

No. Alur tindakan Ya Tidak

1 Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air √


mengalir

2 Tuang sabun cair dibagian tengah tangan yang telah basah. Gosokkan √
secara merata.

3 Lakukan cuci tangan dengan teknik benar √

4 Bilas kembali dengan air bersih √

5 Keringkan tangan dengan kain/tissue yang bersih dan kering √

6 Matikan keran dengan menggunakan kain/tissue tersebut √

Jumlah 5 1
5/6x100% = 83%

Tabel 2.31 Kepatuhan Terhadap SOP Pemasangan Infus Di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020

No Alur tindakan Ya Tidak

1 Mengecek status pasien (instruksi/kolaborasi dengan dokter) √

2 Cuci tangan √

3 Memberi salam, memanggil nama pasien dengan benar, dan √


memperkenalkan diri

4 Membawa alat-alat ke tempat pasien √

5 Menjelaskan tujuan pemasangan infuse dan akibat yang mungkin √


timbul dari tindakan pemasangan infuse

6 Menjelaskan langkah-langkah/ prosedur yang akan dilakukan √

7 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya √

8 Memulai tindakan dengan cara yang baik √

9 Memasang sampiran bila perlu √

10 Menyiapkan posisi pasien, jaga privasi √

11 Membuka kemasan botol cairan yang akan dipasang √

12 Membuka kemasan infuse set √

13 Menyambungkan infuse set dengan botol cairan √

14 Mengisi drip chamber/ reservoir dengan cairan infuse √

15 Mengeluarkan udara yang ada di selang infuse √

16 Menentukan lokasi vena yang akan dipasang infuse √

17 Meletakkan perlak/pengalas dibawah bagian yang akan di infus √

18 Menggunakan sarung tangan √

19 Melakukan pembendungan dengan tourniquet 12 cm diatas lokasi √


insersi

20 Mendesinfeksi lokasi tusukan dengan menggunakan kapas alcohol 70 √


%
21 Menusukkan vena cateter ke dalam Intravena dengan posisi lubang √
jarum menghadap keatas

22 Pastikan vena cateter masuk kedalam pembuluh darah vena, keudian √


tourniquet di lepas

23 Sambungkan vena cateter dengan seang infuse, kemudian pengatur √


tetesan/klem dibuka

24 Mengecek ada tidaknya pembegkakan dilokasi insersi dan respon √


pasien terhadap tindakan (verbal/non verbal)

25 Vena cateter dan slang infuse difiksasi dengan plester √

26 Daerah tusukan jarum dan sekitarnya dioles dengan betadine/salep √


ikamicetin, kemudian ditutup dengan kassa streril dan diplester

27 Mengatur tetesan sesuai instruksi dengan jam tangan √

28 Pasang bidai/spalk bila perlu √

29 Melepas sarung tangan √

30 Member tulisan pada plester/covermet (tanggal dan jam pemasangan) √

31 Mencatat pada label botol infuse (botol ke berapa) √

32 Merapikan pasien √

33 Mmbereskan alat-alat √

34 Mengevaluasi perasaan pasien √

35 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √


reinforcement yang positif

36 Cuci tangan √

37 Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan keperawatan √


(tanggal dan jam pemasangan, jenis cairan, jumlah tetesan, botol ke
berapa, tanda tangan dan nama terang perawata yang memasang
infus)

Jumlah 28 9

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :


Jawaban ya

Jawaban ya + jawaban tidak X 100%

28/37 x 100% = 75,67%


Tabel 2.32 Kepatuhan Terhadap SOP Pemberian Injeksi Intravena (Intra selang) di
Ruang Srikandi RST Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020

No. Alur tindakan Ya Tidak

1 Mengecek status pasien (intruksi/kolaborasi dengan dokter) √

2 Cuci tangan √

3 Memakai sarung tangan bersih √

4 Menyiapkan dosis obat sesuai prinsip 6 benar (obat, pasien, dosis, √


cara pemberian, waktu, dokumen)

5 Mendekatkan alat ke pasien √

6 Memberi salam, memanggil pasien dengan nama yang benar √

7 Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan √

8 Beri kesempatan pasien untuk bertanya √

9 Memulai tindakan dengan cara yang benar √

10 Atur posisi yang nyaman dan jaga privacy √

11 Pasang perlak dan pengalas dibawah area penusukan √

12 Mendesinfeksi karet infuse dengan kapas alcohol 70 % √

13 Masukkan obat pelan-pelan (pastikan udara dalam spuit sudah √


dikeluarkan)

14 Apabia obat sudah masuk semua, lepaskan jarum dan disinfeksi slang √
infuse (area penusukan) dengan kapas alcohol 70 %

15 Buang spuit bekas ke bengkok √

16 Merapikan pasien √

17 Mebereskan alat-alat √

18 Melepaskan sarung tangan dan melepaskan ke bengkok √

19 Mengevaluasi perasaan pasien √

20 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √


reinforcement yang positif

21 Mencuci tangan √

22 Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan jam, tanggal, nama √


obat, dosis, nama perawat, tanda tangan dan respon pasien
Jumlah 17 5

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :


Jawaban ya

Jawaban ya + jawaban tidak X 100%

17/22x100% = 77,2 %

Tabel 2.33 Kepatuhan Terhadap SOP Pemberian Terapi Inhalasi di Ruang Srikandi
RST Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020

Alur tindakan Ya Tidak

1 Mengecek status pasien √

2 Mencuci tangan √

3 Memakai sarung tangan dan masker √

4 Check kembali 6 benar (benar nama, benar obat, dosis, cara √


pemberian, waktu, dan benar pendokumentasian)

5 Memberi salam, memanggil nama dengan benar √

6 Menjelaskan tujuan √

7 Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan √

8 Memberi kesempatan pasien untuk bertanya √

9 Memulai tindakan dengan cara yang baik √

10 Mendekatkan alat kepasien √

11 Mengatur posisi pasien : semifowler atau fowler √

12 Memasang face mask pada pasien √

13 Apabila sudah keluar uap dari face mask, pasien dianjurkan untuk √
menghirup uap berulang-ulang selama 10-15 menit/uap tidak ada

14 Mengevaluasi keadaan pasien/perasaan pasien √

15 Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan √


reinforcement yang positif

16 Membereskan alat √
17 Melepaskan sarung tangan dan masker √

18 Mencuci tangan √

19 Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan keperawatan √


(tanggal dan jam, nama obat, respon pasien, tanda tangan dn nama
terang perawat)

Jumlah 15 4

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :


Jawaban ya

Jawaban ya + jawaban tidak X 100%

15/19x100%= 78,9 %

Tabel 2.34 Kepatuhan Terhadap SOP Pemberian Terapi Oksigen Dengan Nasal Kanul
di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020

No Alur tindakan Ya Tidak

1 Mencuci tangan √

2 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar √

3 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada √

4 Memberikan salam √

5 Menjelaskan langkah / tindakan dan prosedur yang akan dilakukan √

6 Menjaga privacy pasien √

7 Memastikan tabung masih terisi oksigen √

8 Mengisi botol pelembab dengan aqua sesuai batas √

9 Membuka flow meter dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan √


dan memastikan ada aliran udara

10 Memasang kanul pada hidung dengan hati-hati √

11 Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien √

12 Melakukan evaluasi tindakan dan merapikan alat √

13 Mencuci tangan √

13 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan √


Jumlah 13 1

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai berikut :


Jawaban ya

Jawaban ya + jawaban tidak X 100%

13/14x100% = 92%

Tabel 2.35 Hasil Rekapitulasi Kepatuhan SOP di Ruang Kenari bawah RST
Wijayakusuma Periode Februari 2020

SOP yang dinilai Hasil Keterangan


pencapaian

SOP cuci tangan 83 % Evaluasi pelaksanaan cuci tangan di Ruang Srikandi


higienis dikategorikan baik dengan prosentase 83%, tindakan
yang belum optimal adalah pada beberapa perawat belum
melepas aksesoris dan tidak menutup keran dengan tisu.

SOP pemasangan 75,65% Evaluasi pelaksanaan pemasangan infus di Ruang


infuse Srikandi dikategorikan baik, dengan prosentase 75,65,
tindakan yang belum optimal adalah perawat belum
mengevaluasi perasaan, respon setelah melakukan
tindakan, tidak menjelaskan tujuan dipasang infus, tidak
menjelaskan akibat yang mungkin terjadi setelah
pemasangan infus, karena keterbatasan waktu.

SOP injeksi 72,7% Evaluasi pelaksanaan pemberian injeksi intravena


intravena dikategorikan baik, dengan prosentase 72,7 %, tindakan
yang belum optimal adalah perawat kurang melakukan
interaksi komunikasi dengan pasien, selain itu tidak
memasang perlak , dan tidak membersihkan kembali area
penusukan.

SOP terapi 78,89% Evaluasi pelaksanaan terapi inhalasi dikategorikan baik,


inhalasi dengan prosentase 78,89 %, tindakan yang belum optimal
adalah perawat tidak memberi kesempatan pasien untuk
bertanya, tidak mengevaluasi keadaan pasien/perasaan
pasien.

SOP pemberian 92% Evaluasi pelaksanaan pemberian terapi oksigen nasal


terapi oksigen kanul dikategorikan baik, dengan prosentase 92 %,
nasal kanul tindakan yang belum optimal perawat kurang
memperhatikan respon pasien setelah memasang oksigen
kanul.

Rata-rata 80,43 BAIK

Secara umum tindakan keperawatan yang dilakukan baik, terdapat beberapa perilaku seperti
memperkenalkan diri dan memperhatikan respon pasien setelah dilakukan tindakan perlu
ditingkatkan lagi.
Tabel 2.36 Hasil Rekapitulasi Instrumen A B C di Ruang Srikandi RST
Wijayakusuma Purwokerto Periode Februari 2020

Instrumen Rata-rata
Ruang
A B1 B2 C

Ruang
Perawatan 80,3 % 72% 95,5% 80,43% 82 %
Srikandi

Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Srikandi Periode Februari 2020

Hasil evaluasi total instrument A, Instrumen B dan Instrumen C adalah sebesar


82 %. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi penerapan SAK di Ruang Srikandi,
termasuk dalam kategori cukup baik masih harus ditingkatkan lagi.

2. Mutu Pelayanan Keperawatan

Kajian Teori

1) Keselamatan Pasien

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan

pasien di rumah sakit menjadi lebih aman.

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil.

Tujuan “Patient safety” adalah

a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS.

b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat


c) Menurunnya KTD di RS.

d) Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan

KTD.

Langkah-langkah pelaksanaan Pasien safety

a. Lakukan identifikasi pasien setiap akan melakukan tindakan

b. Lakukan komunikasi efektif dengan system SBAR

c. Lakukan pengelolaan obat kategori lasa dan High alert

d. Persiapan pasien operasi dengan benar (MARKING SITE)

e. Stop Infeksi dengan kepatuhan Hand hygiene

f. Amankan pasien dari bahaya jatuh dan cedera dengan melakukan penilaian resiko

jatuh :

a Penilaian resiko jatuh. dewasa dengan menggunakan MORSE FALL SCALE

b. Penilaian resiko jatuh. anak dengan menggunakan HUMPTY DUMPTY

SCALE

c. . Penilaian resiko jatuh.geriatri dengan menggunakan ONTARIO SCALE

Berdasarkan data yang diambil melalui wawancara langsung dan dari pengumpul

data didapatkan hasil sbb:

a. Angka kepatuhan pemakain gelang pasien sudah mencapai standar 100 %

b. Peningkatan komunikasi efektif sudah sesuai standar 100 %.

c. Pengawasan Obat High Alert belum optimal masih tercampur dengan obat

yang lain

d. Ketepatan Pemberian obat 7 benar (KTD, KNC) tidak terjadi (0 %)


e. Pengurangan dan pencegahan infeksi Infeksi (Kepatuhan Hand Hygiene)

82,5% pada bulan Januari, 83,3% bulan Desember, dan 85% pada bulan

November.

f. Pengurangan resiko jatuh (Penanda Resiko Jatuh)

Berdasarkan observasi di lapangan, untuk kejadian pasien jatuh 0%, akan tetapi

untuk pemasangan penandaan resiko jatuh belum optimal

2) Pengetahuan pasien

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2003)

Pengetahuan pasien berhubungan dengan discharge planing

Discharge Planning adalah proses yang digunakan untuk menentukan apa yang

dibutuhkan pasien untuk melakukan perpindahan dari satu tingkat perawatan ke

tingkat perawatan yang selanjutnya (Medicare, 2002).

Discharge Planning adalah mekanisme yang menuntun berbagai multidisiplin

pelayanan kesehatan untuk mencapai transfer pasien yang dirawat di institusi

pelayanan kesehatan ke rumah dengan sukses (AARC, 2000).

Tujuan dari Discharge Planning yaitu :

1. Menyiapkan pasien dan keluarga pasien secara fisik, psikologis, dan sosial

2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga

3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien

4. Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain

5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan, dan

sikap dalam memperbaiki dan memepertahankan status kesehatan pasien

6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat


Berdasarkan kuisioner tanggal 20 Februari terhadap 20 pasien yang dirawat di

Ruang Srikandi didaptakan 16 orang yang berpengetahuan baik dan 4 orang yang

kurang baik.

1) Perawatan diri pasien

Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan perawatan

diri klienuntuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan

kesejahteraan.

Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:

Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air, nutrisi,

eliminasi, aktivitas dan istirahat.

Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh kembang

manusia.

Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau

penyakit.

Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu

 Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan pasien

dengan individu , keluarga, kelompok, sampai pasien dapat melegitimasi

rencana keperawatan.

 Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.

 Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk

kontak dan dibantu perawat.

 Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalam

bentuk keperawatan.
 Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari

pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial

dan edukasi yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

Berdasarkan teori Douglas melalui observasi terhadap 20 pasien di dapatkan:

Minimal care 18 orang

Intermediate care 2 orang

2) Kecemasan Pasien

Definisi

Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman angst kemudian

menjadi anxiety yang berarti kecemasan.

Cemas adalah emosi tanpa objek dan merupakan pengalaman subjektif individual,

mempunyai kekeutan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung.

Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien

( Nursalam 2011).

Dari Observasi dan pembagian kuesioner berdasar Zung-Self Anxiety Scale

( SAS/SRAS) penilaian kecemasan dewasa dikembangkan berdasarkan gejala

kecemasan dalam Diagnostik And Staristik Manual of Mental Disorder (DSM),

dengan 20 poin pertanyaan.

Kuisioner Anxiety Scale

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda atau apa
yang anda rasakan saat akan menjalani pre operatif

 Tidak pernah sama sekali :1

 Kadang-kadang saja mengalami demikian :2

 Sering mengalami demikian :3


 Selalu mengalami demikian setiap hari :4

No Pertanyaan Jawaban

1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas


dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
3 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau
hancur
4 Saya mudah marah, tersinggung atau panic
5 Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala
sesuatu atau merasa sesuatu yang jelek akan terjadi
6 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar
7 Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher
atau nyeri otot
8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah
9 Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang
10 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan
keras dan cepat
11 Saya sering mengalami pusing
12 Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan
13 Saya mudah sesak napas tersengal-sengal
14 Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan
pada jari-jari saya
15 Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan
16 Saya sering kencing daripada biasanya
17 Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah
oleh keringat
18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
19 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk
Keterangan

Cara Penilaian Tingkat Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah
penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung,
dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4
(1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat
15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan
kecemasan (Z ung Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006).

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :


Skor 20 - 44 : normal./ tidak cemas

Skor 45-59 : kecemasan ringan

Skor 60-74 : kecemasan sedang

Skor 75-80 : kecemasan berat

Dari Penyebaran kuasioner dan observasi kami dari 20 responden diperoleh data

Normal/Tidak cemas: 14, Cemas ringan: 5, Cemas sedang: 1

5) Kenyamanan (nyeri pasien)

Definisi

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor

(Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada negatif;

menimbulkan perasaan dan reaksi yang kurang menyenangkan. Walaupun

demikian,kita semua menyadari bahwa rasa sakit kerapkali berguna,antara lain

sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam diri

manusia.

Klasifikasi Berdasarkan lama / durasinya.

a. Nyeri akut.

Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang

tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.

b. Nyeri kronis.

Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung

dalamwaktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri

psikosomatis.

Berdasarkan hasil pengkajian NPS pada 20 0rang pasien di ruang Srikandi

tanggal 20 februarai didapatkan hasil:

a. Nyeri ringan (1- 3) = 13 pasien

b. Sedang (4-6) = 7 paasien

c. Berat (8-10) = 0

Kajian Data
No Indicator Ya Tidak
I Keselamatan Pasien (patient safety)

1 Apakah anda memahami pemakaian gelang 5 5


(identifikasi pasien).
Apakah anda memehami SPO komunikasi efektif
2 5 5
dalam pemberian obat?
Apakah anda memahami tentang prinsip 7 benar dalam
3 10 0
pemberian obat?
Apakah anda mengetahui tentang penandaan paien
4 10 0
operasi (marking side)
Apakah anda mengetahui pencegahan infeksi dengan
5
cuci tangan secara efektif.
Apakah anda mengetahui penandaan pasien resiko jatuh
6 ( gelang dan segitiga kuning dan merah). 10 0

II Keterbatasan Perawatan diri


Apakah anda memahami tingkat ketergantungan pasien
7 dalam 7 3
memenuhi kebutuhan dasar manusia ?
III Kecemasan
Apakah anda memahami tentang perawatan pasien
8 6 4
dengan cemas?
IV Kenyamanan( nyeri)
Apakah anda sudah memahami tentang SPO
9 5 5
manajemen nyeri,untuk memenuhi rasa nyaman pasien?
V Pengetahuan
Apakah anda sudah memahami tentang SPO Discharge
10 planning (perencanaan pemulangan pasien) ? 4 6

Jumlah 70 30
Sumber : Hasil observasi dan wawancara tanggal 20 – 21 Februari 2020 di RST
Wijaya Kusuma Purwokerto

Analisis
Dari data di atas di dapatkan hasil bahwa 70% perawat telah mengerti dan memahami
tentang SPO peningkatan pemberian mutu pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai