Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 2


1. Latar Belakang ........................................................................................................ 2
2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
1. BOR (BED OCCUPANCY RATIO = ANGKA PENGGUNAAN TEMPAT
TIDUR) ........................................................................................................................... 4
2. ALOS (AVERAGE LENGTH OF STAY = RATA-RATA LAMANYA PASIEN
DIRAWAT) .................................................................................................................... 6
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) ................................................. 7
4. BTO (Bed Turn Over = Angka Perputaran Tempat Tidur)..................................... 9
5. NDR (Net Death Rate) .......................................................................................... 11
6. GDR (Gross Death Rate) ...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 13
1. KESIMPULAN ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

1
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rumah sakit termasuk unit usaha yang tergolong dalam jenis


perusahaan “non profit”, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk
mencari keuntungan. Adapun tujuannya untuk memberi upaya
pencegahan, penyembuhan, peningkatan kesehatan, dan rehabilitasi
sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang optimal (Azwar, 2010).
Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya supaya dapat menjalankan
kegiatan dan pengembangan rumah sakit diperlukan surplus atau
pemasukan yang lebih dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang
efisien.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang
ini berpengaruh pada pola pikir masyarakat yang semakin maju diikuti
dengan makin tingginya kepekaan masyarakat. Hal tersebut
mengakibatkan sarana pelayanan kesehatan menjadi suatu kebutuhan yang
makin hari makin meningkat. Maka rumah sakit berkewajiban
meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaanya juga harus baik, agar
masyarakat tertarik untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang
disediakan oleh rumah sakit.
Keberhasilan rumah sakit diukur dari kemampuan menghasilkan
produk pelayanan dengan efektif dan efisien, kemampuannya melakukan
pengembangan organisasi, kemampuannya melakukan adaptasi terhadap
perubahan lingkungan dan kemampuan memberikan kepuasan bagi
customer 1 internal maupun eksternal (Shofari, 2003). Untuk mewujudkan
hal tersebut, perlu adanya dukungan dari berbagai faktor yang terkait
antara lain melalui penyelenggaraan rekam medis menurut peraturan yang
berlaku seperti Keputusan Menkes No. 034/Birhub/1979 tentang
perencanaan dan pemeliharaan rumah sakit yang menjelaskan bahwa

2
setiap rumah sakit harus melaksanakan statistik yang up to date atau tepat
waktu, akurat, dan sesuai kebutuhan.
Statistik rumah sakit juga bermanfaat sebagai bahan acuan dan
sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit. Pengelolaan Unit Rawat Inap yang baik di rumah sakit dapat dinilai
dari indikator – indikator dengan menggunakan parameter BOR (Bed
Occuparty Rate), LOS (Lenght of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO
(Bed Turn Over), NDR (Net Death Rate) dan GDR (Gross Death Rate).

2. RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dengan BOR (Bed Occuparty Rate), LOS
(Lenght of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO (Bed Turn Over), NDR
(Net Death Rate) dan GDR (Gross Death Rate) ?

3
BAB II PEMBAHASAN

1. BOR (BED OCCUPANCY RATIO = ANGKA PENGGUNAAN TEMPAT


TIDUR)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Standar BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-
85%. Nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% - 85%. Angka ini
sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis Ruah
Sakit, misalnya rumah sakit penyakit khusus tentu beda polanya dengan Rumah
sakit umum. Begitu pula Rumah sakit disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat
―kesuksesan‖ BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena
perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat. Sebagai catatan bahwa semakin
tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang ada
untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien
yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di
unit tersebut.Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan
(kepuasan pasien menurun) dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat.
Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang
digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan.
Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi
bagi pihak RS. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya
suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien,
keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit.
 Rumus perhitungan BOR :

4
Jumlah hari perawatan
BOR : Jumlah tempat tidur X jumlah hari persatuan waktu X 100%

BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah tempat tidur yang


terpakai (O) dengan jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan
dalam bentuk persentase (%). Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu :
BOR = (O/A) x 100%
Keterangan :
O : tempat tidur yang terpakai.
A : tempat tidur yang tersedia.
Nilai rata-rata (rerata) jumlah tempat tidur terpakai dalam suatu periode
(O) sama dengan jumlah HP (hari perawatan) dalam periode tersebut dibagi
dengan jumlah hari dalam periode yang bersangkutan (t).

 Contoh Soal BOR :


BOR = Bed Occupancy Rate atau Tingkat Hunian RS (dalam bentuk prosentase).
Hari Perawatan (HP) = Banyaknya pasien yang dirawat dalam 1 hari periode.
Jumlah hari perawatan
BOR = X 100%
Jumlah tempat tidur X jumlah hari persatuan waktu

Jadi data HP ini diambil dari jumlah pasien yang dirawat setiap hari dan
diakumulasikan dalam periode tertentu, misalnya : Mingguan, Bulanan, Triwulan
atau Tahunan.
Contoh : Pasien yang dirawat tgl 1 sep = 97 pasien; 2 sep = 98 pasien; 3 sep = 100
pasien; tgl 4 sep = 89 pasien. Maka Jumlah Hari Perawatan dari tgl 1 – 4 Sep
adalah 384. Selama 4 hari (periode)
Jumlah Tempat Tidur = Banyaknya tempat tidur yang ada/yang beroperasional di
RS
Misalnya jumlah TT ada 200 TT.
Maka BORnya adalah :
Jumlah HP = 384

5
Jumlah HP=384
BOR = X 100%
(Jumlah TT=200) X (Periode=4hr)
384
= X 100%
200 X 4
384
= X 100%
800

BOR = 48 %

2. ALOS (AVERAGE LENGTH OF STAY = RATA-RATA LAMANYA


PASIEN DIRAWAT)

ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay


of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

 Rumus perhitungan ALOS :


Jumlah lama dirawat
ALOS :
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Keterangan :
 Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
 Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang
pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu.

 Contoh Soal ALOS :


Jumlah lama dirawat
ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

6
Lama Dirawat = Lamanya 1 orang pasien dirawat setelah pasien tersebut keluar
hidup (pulang atas izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau
meninggal.
Contoh : Pada tanggal 9 Maret ini ada 6 orang pasien pulang.
Pasien A pulang dengan lama dirawat 3 hari.
Pasien B pulang paksa dengan lama dirawat 4 hari.
Pasien C meninggal dengan lama dirawat 13 hari.
Pasien D pulang dengan lama dirawat 2 hari.
Pasien E pulang dengan lama dirawat 5 hari.
Pasien F pulang paksa dengan lama dirawat 3 hari.
Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 9 Maret tersebut adalah 30 hari
dan pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 6 orang.
Maka pada tanggal 9 Maret tersebut ALOSnya adalah :

Jumlah lama dirawat=30 hari


ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)=6 orang

Jumlah lama dirawat=30 hari


=
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)=6 orang
30
=
6
ALOS = 5 hari

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
di tempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Semakin besar Angka TOI, berarti semakin lama
waktu “menganggurnya” tempat tidur tersebut yaitu semakin lama saat dimana
sebuah tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur
semakin tidak produktif. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi

7
ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti
semakin singkat saat tempat tidur menunggu pasien berikutnya. Hal ini bisa
berarti tempat tidur bisa sangat produktif, apalagi jika TOI = 0 berarti tempat tidur
tidak sempat kosong satu haripun dan segera digunakan lagi oleh pasien
berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pihak
manajemen rumah sakit, tapi bisa merugikan pasien karena tempat tidur tidak
sempat disiapkan secara baik. Akibatnya, kejadian infeksi nosokomila mungkin
saja meningkat, beban kerja tim medis meningkat sehingga kepuasan dan
keselamatan pasien terancam. Berkaitan dengan pertimbangan tersebut, maka nilai
ideal TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:51)

 Rumus perhitungan TOI:

 Contoh soal TOI


Dalam suatu Rumah Sakit Y, setelah dilakukan perhitungan selama 30 hari
didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 4000 dan ada 200 tempat tidur.
Jumlah pasien yang keluar 500 orang. Berapa TOI Di rumah sakit tersebut?

Jawab:

(Jumlah tempat tidur x periode) − Hari perawatan


TOI =
Jumlah Pasien Keluar (hidup + mati

(200 x 30) − 4000


=
500

8
6000 − 4000
=
500

2000
=
500

= 4 Hari

4. BTO (Bed Turn Over = Angka Perputaran Tempat Tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in


occupancy rate and lenght of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur dari satu periode, berapa kali tempattidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Menurut Sudra (2010:52) BTO adalah angka
yang menunjukan rata-rata jumlah pasien yang menggunakan setiap tempat tidur
dalam periode tertentu. Misalnya BTO bulan Januari adalah 4 pasien. Maka
berarti dalam bulan Januari tersebut setiap tempat tidur digunakan oleh 4 pasien
secara bergantian.
Secara logika, semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien yang
menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini tentu
merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena tempat
tidur yang tersedia tidak “menganggur” dan menghasilkan pemasukan untuk
pihak rumah sakit. Namun bisa dibayangkan bila dalam satu bulan tempat tidur
digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien menempati tempat tidur
tersebut selama 2 hari dan tidak ada hari dimana tempat tidur tersebut kosong. Ini
berarti beban kerja tim perawatan sangat tinggi dan tempat tidur tidak sempat
dibersihkan karena terus digunakan pasien secara bergantian, kondisi ini mudah
menimbulkan ketidakpuasan pasien, bisa mengancam keselamatan pasien, bisa
menurunkan kinerja kualitas medis dan bisa meningkatkan kejadian infeksi
nosokomial karena tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan. Jadi
dibutuhkan angka BTO yang ideal dari aspek medis, pasien, dan manajemen

9
rumah sakit. Menurut Hatta (2013:233) indikator BTO berguna untuk melihat
berapa kali tempat tidur rumah sakit digunakan. Beberapa formula menggunakan
rate dan tidak ada persetujuan umum yang mengatakan bahwa indikator ini tepat
untuk mengukur utilitas rumah sakit, tetapi bagaimanapun administrator rumah
sakit masih menggunakan karena mereka ingin juga melihat keselarasan dari
indikator lainnya yang terkait seperti length of stay dan bed dirstampak efek dari
perubahan atau bed turn over rate. Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu
minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun (Sudra, 2010:52). Artinya, 1 tempat
tidur diharapkan digunakan oleh rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1
pasien rata-rata dirawat selama 12 hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal AvLOS
yang disarankan yaitu 3-12 hari.

 Rumus perhitungan BTO:

 Contoh soal BTO

Di RS “X” memiliki 50 Tempat Tidur, selama bulan Agustus 2018 tercatat pasien
keluar hidup 150,dan pasien keluar mati 140. Tentukan BTO di RS tersebut?

Jawab:

Pasien keluar ( Hidup + mati)


BTO =
Jumlah tempat tidur tersedia

(150 + 140)
=
50

290
=
50

= 5,8 kali

10
Artinya: Frekuensi pemakaian tempat tidur di RS “X” pada bulan Agustus 2018
adalah 5,8 kali.

5. NDR (Net Death Rate)

NDR menurut depkes ri (2005) adalah angka kematian 48 setelah dirawat


untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indicator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.

 Rumus NDR :

(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 > 48 𝑗𝑎𝑚)


NDR = × 1000‰
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

 Contoh soal :

Sebuah RS Umum dengan TT=477 mempunyai pasien keluar/ meninggal 15746


dalam tahun 2015. Jumlah pasien meninggal = 487 dengan 89 meninggal < 48
jam. Jumlah Hari Rawat (Bed days) = 136995. Jumlah Lama Perawatan pasien
keluar/ meninggal = 136540. Berapa nilai NDR ?

Jawaban:
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 > 48 𝑗𝑎𝑚)
NDR = × 1000‰
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

(487 − 89)
NDR = × 1000‰
15746

NDR = 0.02528 × 1000‰

NDR = 25.28‰

6. GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.

11
 Rumus GDR :

(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎)


NDR = × 1000‰
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

 Contoh soal :

Sebuah RS Umum dengan TT=477 mempunyai pasien keluar/ meninggal 15746


dalam tahun 2015. Jumlah pasien meninggal = 487 dengan 89 meninggal < 48
jam. Jumlah Hari Rawat (Bed days) = 136995. Jumlah Lama Perawatan pasien
keluar/ meninggal = 136540. Berapa nilai NDR ?

Penyelesaian :

(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎)


NDR = × 1000‰
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

487
NDR = × 1000‰
15746

NDR = 0.03092 × 1000‰

NDR = 30.92‰

12
BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN

13
DAFTAR PUSTAKA
 https://440194soft.wordpress.com/2008/09/17/rumus-rumus-
indikator-rumah-sakit/ [diakses tanggal 9 Maret 2019 15:30]
 Depkes RI. (2008). Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana
Bangunan Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum) Retrieved
Februari 10, 2014. Departemen Kesehatan-RI.
 http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No
.%2044%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.pdf [diakses
tanggal 9 Maret 2019 15:36]
 Depkes RI. (2005). Indikator Kinerja Rumah Sakit . Departemen
Kesehatan-RI.
 https://440194soft.wordpress.com/2008/09/17/rumus-rumus-
indikator-rumah-sakit/ [diakses tanggal 10 Maret 2019 10:10]

14

Anda mungkin juga menyukai