1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2
setiap rumah sakit harus melaksanakan statistik yang up to date atau tepat
waktu, akurat, dan sesuai kebutuhan.
Statistik rumah sakit juga bermanfaat sebagai bahan acuan dan
sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit. Pengelolaan Unit Rawat Inap yang baik di rumah sakit dapat dinilai
dari indikator – indikator dengan menggunakan parameter BOR (Bed
Occuparty Rate), LOS (Lenght of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO
(Bed Turn Over), NDR (Net Death Rate) dan GDR (Gross Death Rate).
2. RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dengan BOR (Bed Occuparty Rate), LOS
(Lenght of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO (Bed Turn Over), NDR
(Net Death Rate) dan GDR (Gross Death Rate) ?
3
BAB II PEMBAHASAN
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Standar BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-
85%. Nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% - 85%. Angka ini
sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis Ruah
Sakit, misalnya rumah sakit penyakit khusus tentu beda polanya dengan Rumah
sakit umum. Begitu pula Rumah sakit disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat
―kesuksesan‖ BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena
perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat. Sebagai catatan bahwa semakin
tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang ada
untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien
yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di
unit tersebut.Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan
(kepuasan pasien menurun) dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat.
Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang
digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan.
Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi
bagi pihak RS. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya
suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien,
keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit.
Rumus perhitungan BOR :
4
Jumlah hari perawatan
BOR : Jumlah tempat tidur X jumlah hari persatuan waktu X 100%
Jadi data HP ini diambil dari jumlah pasien yang dirawat setiap hari dan
diakumulasikan dalam periode tertentu, misalnya : Mingguan, Bulanan, Triwulan
atau Tahunan.
Contoh : Pasien yang dirawat tgl 1 sep = 97 pasien; 2 sep = 98 pasien; 3 sep = 100
pasien; tgl 4 sep = 89 pasien. Maka Jumlah Hari Perawatan dari tgl 1 – 4 Sep
adalah 384. Selama 4 hari (periode)
Jumlah Tempat Tidur = Banyaknya tempat tidur yang ada/yang beroperasional di
RS
Misalnya jumlah TT ada 200 TT.
Maka BORnya adalah :
Jumlah HP = 384
5
Jumlah HP=384
BOR = X 100%
(Jumlah TT=200) X (Periode=4hr)
384
= X 100%
200 X 4
384
= X 100%
800
BOR = 48 %
Keterangan :
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang
pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu.
6
Lama Dirawat = Lamanya 1 orang pasien dirawat setelah pasien tersebut keluar
hidup (pulang atas izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau
meninggal.
Contoh : Pada tanggal 9 Maret ini ada 6 orang pasien pulang.
Pasien A pulang dengan lama dirawat 3 hari.
Pasien B pulang paksa dengan lama dirawat 4 hari.
Pasien C meninggal dengan lama dirawat 13 hari.
Pasien D pulang dengan lama dirawat 2 hari.
Pasien E pulang dengan lama dirawat 5 hari.
Pasien F pulang paksa dengan lama dirawat 3 hari.
Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 9 Maret tersebut adalah 30 hari
dan pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 6 orang.
Maka pada tanggal 9 Maret tersebut ALOSnya adalah :
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
di tempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Semakin besar Angka TOI, berarti semakin lama
waktu “menganggurnya” tempat tidur tersebut yaitu semakin lama saat dimana
sebuah tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur
semakin tidak produktif. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi
7
ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti
semakin singkat saat tempat tidur menunggu pasien berikutnya. Hal ini bisa
berarti tempat tidur bisa sangat produktif, apalagi jika TOI = 0 berarti tempat tidur
tidak sempat kosong satu haripun dan segera digunakan lagi oleh pasien
berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pihak
manajemen rumah sakit, tapi bisa merugikan pasien karena tempat tidur tidak
sempat disiapkan secara baik. Akibatnya, kejadian infeksi nosokomila mungkin
saja meningkat, beban kerja tim medis meningkat sehingga kepuasan dan
keselamatan pasien terancam. Berkaitan dengan pertimbangan tersebut, maka nilai
ideal TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:51)
Jawab:
8
6000 − 4000
=
500
2000
=
500
= 4 Hari
9
rumah sakit. Menurut Hatta (2013:233) indikator BTO berguna untuk melihat
berapa kali tempat tidur rumah sakit digunakan. Beberapa formula menggunakan
rate dan tidak ada persetujuan umum yang mengatakan bahwa indikator ini tepat
untuk mengukur utilitas rumah sakit, tetapi bagaimanapun administrator rumah
sakit masih menggunakan karena mereka ingin juga melihat keselarasan dari
indikator lainnya yang terkait seperti length of stay dan bed dirstampak efek dari
perubahan atau bed turn over rate. Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu
minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun (Sudra, 2010:52). Artinya, 1 tempat
tidur diharapkan digunakan oleh rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1
pasien rata-rata dirawat selama 12 hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal AvLOS
yang disarankan yaitu 3-12 hari.
Di RS “X” memiliki 50 Tempat Tidur, selama bulan Agustus 2018 tercatat pasien
keluar hidup 150,dan pasien keluar mati 140. Tentukan BTO di RS tersebut?
Jawab:
(150 + 140)
=
50
290
=
50
= 5,8 kali
10
Artinya: Frekuensi pemakaian tempat tidur di RS “X” pada bulan Agustus 2018
adalah 5,8 kali.
Rumus NDR :
Contoh soal :
Jawaban:
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 > 48 𝑗𝑎𝑚)
NDR = × 1000‰
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)
(487 − 89)
NDR = × 1000‰
15746
NDR = 25.28‰
GDR menurut depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.
11
Rumus GDR :
Contoh soal :
Penyelesaian :
487
NDR = × 1000‰
15746
NDR = 30.92‰
12
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
https://440194soft.wordpress.com/2008/09/17/rumus-rumus-
indikator-rumah-sakit/ [diakses tanggal 9 Maret 2019 15:30]
Depkes RI. (2008). Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana
Bangunan Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum) Retrieved
Februari 10, 2014. Departemen Kesehatan-RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No
.%2044%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.pdf [diakses
tanggal 9 Maret 2019 15:36]
Depkes RI. (2005). Indikator Kinerja Rumah Sakit . Departemen
Kesehatan-RI.
https://440194soft.wordpress.com/2008/09/17/rumus-rumus-
indikator-rumah-sakit/ [diakses tanggal 10 Maret 2019 10:10]
14