salah satu artinya adalah sebagai “Angka” yaitu gambaran suatu keadaan yang
dituangkan dalam angka. Angka dapat diambil dari laporan, penelitian atau sumber
catatan medik. Statistik dapat juga diartikan sebagai hasil dari pernghitungan seperti
rerata, median, standar deviasi dan lain-lain. Arti lainnya adalah statistik merujuk
pada metode/teknik statistik dan teori.
Statistik rumah sakit menurut pendapat Sudra (2010:3) yaitu “statistik yang
menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit
untuk menghasilkan informasi, fakta dan pengetahuan berkaitan dengan pelayanan
kesehatan di rumah sakit”. Dalam pelayanan pasien di rumah sakit, data
dikumpullkan setiap hari dari pasien rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Data
tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, mingguan, bulanan
dan lain-lain.
Menurut Sudra (2010:3) informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk
berbagai kepentingan, antara lain :
Keterangan :
Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin tinggi
nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk
perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien
yang dilayanai berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas
kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien kurang mendapatkan perhatian yang
dibutuhkan dalam proses perawatan. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu
tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurukan
kepuasan serta keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR berarti
semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan
dengan tempat tidur yang telah disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien yang
sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan
aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR
yang disarankan adalah 75%-85% (Sudra, 2010:44)
Keterangan :
(Ery R, 2009)
Dari aspek medis, semakin lama angka AvLOS maka bisa menunjukan kinerja
kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama
sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin lama nilai AvLOS berarti semakin tinggi
biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien kepada pihak rumah sakit. Jadi
diperlukan adanya keseimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomis untuk
menentukan nilai AvLOS yang ideal. Nilai AvLOS ideal yang disarankan yaitu 3-12
hari (Sudra, 2010:45)
Keterangan :
Semakin besar Angka TOI, berarti semakin lama waktu “menganggurnya” tempat
tidur tersebut yaitu semakin lama saat dimana sebuah tempat tidur tidak digunakan
oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif. Kondisi ini tentu
tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit.
Semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat saat tempat tidur menunggu
pasien berikutnya. Hal ini bisa berarti tempat tidur bisa sangat produktif, apalagi jika
TOI = 0 berarti tempat tidur tidak sempat kosong satu haripun dan segera digunakan
lagi oleh pasien berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi
bagi pihak manajemen rumah sakit, tapi bisa merugikan pasien karena tempat tidur
tidak sempat disiapkan secara baik. Akibatnya, kejadian infeksi nosokomila mungkin
saja meningkat, beban kerja tim medis meningkat sehingga kepuasan dan
keselamatan pasien terancam. Berkaitan dengan pertimbangan tersebut, maka nilai
ideal TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:51)
BTO (Bed Turn Over)
Menurut Sudra (2010:52) BTO adalah angka yang menunjukan rata-rata jumlah
pasien yang menggunakan setiap tempat tidur dalam periode tertentu. Misalnya
BTO bulan Januari adalah 4 pasien. Maka berarti dalam bulan Januari tersebut
setiap tempat tidur digunakan oleh 4 pasien secara bergantian. Untuk menghitung
BTO menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Secara logika, semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien yang
menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini tentu
merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena tempat
tidur yang tersedia tidak “menganggur” dan menghasilkan pemasukan untuk pihak
rumah sakit. Namun bisa dibayangkan bila dalam satu bulan tempat tidur digunakan
oleh 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien menempati tempat tidur tersebut
selama 2 hari dan tidak ada hari dimana tempat tidur tersebut kosong. Ini berarti
beban kerja tim perawatan sangat tinggi dan tempat tidur tidak sempat dibersihkan
karena terus digunakan pasien secara bergantian, kondisi ini mudah menimbulkan
ketidakpuasan pasien, bisa mengancam keselamatan pasien, bisa menurunkan
kinerja kualitas medis dan bisa meningkatkan kejadian infeksi nosokomial karena
tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan. Jadi dibutuhkan angka BTO
yang ideal dari aspek medis, pasien, dan manajemen rumah sakit.
Menurut Hatta (2013:233) indikator BTO berguna untuk melihat berapa kali tempat
tidur rumah sakit digunakan. Beberapa formula menggunakan rate dan tidak ada
persetujuan umum yang mengatakan bahwa indikator ini tepat untuk mengukur
utilitas rumah sakit, tetapi bagaimanapun administrator rumah sakit masih
menggunakan karena mereka ingin juga melihat keselarasan dari indikator lainnya
yang terkait seperti length of stay dan bed occupancy rate. Ketika occupany
rate bertambah dan length of stay memendek maka akan tampak efek dari
perubahan atau bed turn over rate.
Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun
(Sudra, 2010:52). Artinya, 1 tempat tidur diharapkan digunakan oleh rata-rata 30
pasien dalam 1 tahun. Berarti 1 pasien rata-rata dirawat selama 12 hari. Hal ini
sejalan dengan nilai ideal AvLOS yang disarankan yaitu 3-12 hari.
Grafik Barber Johnson merupakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan
dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit. Indikator yang cukup tajam
untuk menilai tingkat efisiensi di rumah sakit yang ternyata akan lebih bermanfaat
untuk menentukan kebijakan pendayaguaan tempat tidur adalah dengan grafik
Barber Johnson.
Menurut Barber dan Johnson apabila titik temu antara keempat parameter (BOR,
TOI, AvLOS dan BTO) tergambar di luar daerah ini menunjukan bahwa sistem yang
sedang berjalan adalah kurang efisiensi (Sudra, 2010:59)
1. Parameter BOR
Makin dekat garis BOR dengan sumbu Y (AvLOS) maka persentase BOR makin
tinggi. Sebaliknya apabila makin jauh garis BOR dengan sumbu Y maka nilai
persentase makin rendah. BOR digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui
seberapa jauh masyarakat menggunakan pelayanan rumah sakit khususnya
pelayanan rawat inap. Oleh pemerintah BOR digunakan untuk melakukan
perencanaan di bidang pelayanan kesehatan misalnya perencanaan pembangunan
rumah sakit. Nilai BOR juga menunjukan secara kasar beban kerja yang dilakukan
oleh staf medis rumah sakit.
Menurut Sudra (2010:44) semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula
penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien. Namun perlu
diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk
dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya
pasien kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi
nosokomial juga meningkat. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini
justru menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta
keselamatan pasien.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan
aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR
yang disarankan adalah 75%-85% (Sudra, 2010:44)
1. Parameter AvLOS
Lama perawatan yang dijalani seorang pasien tergantung pada jenis penyakitnya,
stadium penyakitnya, mutu pelayanan medis dan keperawatan serta fasilitas
pelayanan yang ada di unit rawat inap. Untuk memperpendek rata-rata lama
perawatan pasien tidak dapat dilakukan dengan menentukan kebikakan
pemulangan pasien lebih cepat dengan tujuan agar secepatnya pula ada
pemasukan pasien baru. Karena kebijakan seperti initidak mempertimbangkan nilai
TOI yaitu waktu kosong penggunaan tempat tidur. Sebaliknya dengan menahan
pasien terlalu lama di rumah sakit akan mengakibatkan pemborosan biaya
perawatan.
Menurut Sudra (2010:51) nilai ideal AvLOS adalah antara 3-12 hari. Apabila AvLOS
melebihi nilai tersebut kemungkinan bisa disebabkan adanya pasien yang
berpenyakit kronis, penurunan kualitas pelayanan keperawatan, dan adanya
kelambatan atau penundaan penanganan medis oleh staf medis rumah sakit.
1. Parameter TOI
Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat “menganggurnya” tempat tidur
yaitu semakin lama saat dimana tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini
berarti tempat tidur semakin tidak produktif (Sudra, 2010:52). TOI yang lama
kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurangnya
permintaan penggunaan tempat tidur (demand) dan fasilitas penunjang medis yang
kurang memadai baik fisik maupun pengaturannya.
Nilai TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan memperbaiki sarana dan prasarana
di suatu ruangan rawat inap. Maka nilai TOI yang disarankan adalah 1-3 hari
(Sudra, 2010:52).
1. Parameter BTO
Makin dekat garis BTO dengan titik sumbu (0,0), maka jumlah pasien per tempat
tidur dalam periode tertentu akan semakin tinggi. Sebaliknya jika garis BTO makin
menjauhi titik sumbu (0,0) maka nilai BTO akan semakin kecil. Meningkatnnya nilai
BTO mempertinggi nilai produktivitas pelayanan medis, karena semakin banyak
pasien yang dirawat tanpa menambah tempat tidur atau memperluas ruangan rawat
inap.
Penurunan nilai BTO dapat disebabkan karena nilai AvLOS yang tinggi atau
semakin lama waktu rata-rata pasien dirawat. Selain itu juga disebabkan karena
nilai TOI atau waktu kosong penggunaan tempat tidur yang terlalu lama.
Maka dari itu, nilai BTO yang disarankan adalah lebih dari 30 pasien per tahun
(Sudra, 2010:54).