Disusun:
Kelompok 1
Jl. Raya Cilegon KM.8, Pejaten, Kec. Kramatwatu, Serang, Banten 42616
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul Grafik Barber Jhonson.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Rumah sakit termasuk unit usaha yang tergolong dalam jenis perusahaan “non
profit”, yaitu unit usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Adapun
tujuannya untuk memberi upya pencegahan, penyembuhan, peningkatan
kesehatan, dah rehabilitasi sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang optimal
(Azwar, 2010). Namun untuk menjga kelangsungan hidupnya supaya dpat
menjalankan kegiatan dan pengembangan rumah sakit diperlukan purpuls atau
pemasukan yang lebih dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang efisien.
Statistik rumah sakit juga bermanfaat sebagai bahan acuan dan sebagai
bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu palayanan rumah sakit. Pengelolaan
Unit Rawat Inap yang baik di rumah sakit dapat dinilai dari indikator – indicator
dengan menggunakan parameter BOR (Bed Occuparty Rate), LOS (Length Of
Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over). Kualitas pelayanan
kesehatan di suatu rumah sakit dikatakan efisien apabila angka BOR, LOS, TOI
dan BTO telah sesuai dengan standar yang ditetapkan menurut Barber
Jhonson.biasany adalam grafik Barber jhonson terdapat sebuah area yangbiasa
disebut daerah efisien. Daerah efisien ditentukan dengan nilai – nilai standar dari
ke-emapat parameter tersebut. Nilai – nilai standar keempat parameter tersebut
adalah : BOR : 75% - 85%, LOS 3 – 12 hari, BTO : 30 kali. Daerah efisien
digunakan uentuk mebantu pembanca untuk menentukan apakah dnegan nilai –
nilai keempat parameter tersebut, pemakaian tempat tidur di sebuah rumah sakit
sudah efisien atau tidak . apakah titik temu keempat garis tersebut berada pada
daerah efisien, maka pemanfaatan tempat tidur sudah efisien, begitu pula
sebaliknya.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian
Pada tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David
Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter
untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan TT untuk bangsal
perawatan pasien.
Keempat parameter yang dipadukan tersebut yaitu BOR, ALOS, TOI dan
BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk
grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik Barber-Johnson (B).
Dalam sensus harian rawat inap, yang dilaporkan bukan hanya pasien yang masih
dirawat namun meliputi :
Dari sensus harian rawat inap kita dapat menghitung angka BOR, LOS, TOI dan
BTO yang akan digunakan dalam Grafik Barber Johnson dengan perincian
sebagai berikut:
Rerata jumlah TT terpakai dalam suatu periode (O) sama dengan jumlah HP
dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang
bersangkutan (t), atau :
jumlah HP = O/t
Cara menghitung BOR kelompok bayi baru lahir (perinatologi) pada prinsipnya
sama dengan rumus di atas, hanya saja yang digunakan adalah angka perinatologi.
Jadi jumlah TT yang tersedia adalah jumlah TT perinatologi (bassinet) dan jumlah
HP adalah HP dari kelompok perinatologi.
Nilai BOR ideal secara statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi
pula penggunaan TT yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan
pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan
semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya,
pasien bisa kurang perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi
nosokomial juga meningkat. Pada akhrnya BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa
menurunkan kualitas kerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta
keselamatan pasien. Dan semakin rendah nilai BOR maka dengan kata lain jumlah
pasien yang dirawat hanya sedikit dan menimbulkan kesulitan ekonomi bagi pihak
rumah sakit.
Dengan memperhatkan hal-hal diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien dan aspek
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Nilai ideal BOR yang disarankan
adalah 75 % – 85 %.
Yaitu rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di ru—mah sakit, tidak
termasuk bayi baru lahir. Standar efisiensi LOS yaitu 3-12 hari dan LOS
dianjurkan serendah mungkin tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan.
Jumlah pasien keluar (hidup dan mati) disimbolkan dengan D.
LOS = O x t
D
Dari aspek medis, semakin panjang LOS maka menunjukkan kinerja kualitas
medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama(lama
sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin panjang LOS berarti semakin tinggi
biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien jadi diperlukan keseimbangan
antara sudut pandang medis dan ekonomi untuk menentukan LOS yang ideal.
Nilai LOS yang disarankan yaitu antara 3-12 hari.
Digunakan untuk menentukan lamanya rata-rata tempat tidur kosong antara pasien
keluar atau mati dengan pasien masuk.
D
Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat kosongnya TT. Hal ini
berarti TT tidak produktif. Kondisi ini tidak menguntungkan dari segi ekonomi
rumah sakit. Dan semakin kecil angka TOI berati semakin singkat saat TT
menunggu pasien berikutnya. Hal ini berarti TT sangat produktif, apalagi jika TOI
= 0 berarti TT tidak sempat kosong satu hari pun ini menguntungkan dari segi
ekonomi. Tapi sangat merugikan bagi pasien karena TT tidak sempat disiapkan
secara baik. Akibatnya kejadian nosokomial mungkin bisa meningkat. Nilai TOI
yang ideal disarankan yaitu antara 1-3 hari.
Adalah beberapa kali satu tempat tidur dipakai oleh pasien dalam periode tertentu.
Standar efisiensi BTO adalah 30 kali satu tahun.
BTO =D/A
1. Skala pada sumbu horisontal tidak harus sama dengan skala sumbu
vertikal.
2. Skala pada suatu sumbu harus konsisten.
3. Skala pada sumbu vertikal dan horizontal dimulai dari angka 0 dan
berhimpit membentuk koordinat 0,0.
4. Judul grafik harus secara jelas menyebutkan nama Rumah Sakit, nama
bangsal (bila perlu), dan periode tertentu.
5. Garis bantu BOR dibuat dengan cara :
6. Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BOR = 75
%
7. Tentukan koordinat titik bantu BORnya sesuai nilai BOR tersebut,
misalnya untuk BOR 75 % maka koordinat titik bantunya adalah :
8. LOS = nilai BOR dibagi 10 = 75/10 – 7,5
9. TOI = 10 – nilai LOS = 10 – 7,5 = 2,5
(contoh lain, untuk membuat garis bantu BOR = 60% maka koordinat titik
bantunya adalah LOS = 6 dan TOI = 4 ).
1. Tarik garis mulai dari koordinat 0,0 melewati titik bantu BOR tersebut.
2. Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BOR = 75 %.
3. Garis bantu BTO dibuat dengan cara :
4. Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BTO = 10.
5. Tentukan titik bantu disumbu LOS dan TOI (nilainya sama) dengan cara :
Titik bantu = (jumlah hari pada periode laporan) dibagi (nilai BTO) = 30/10 = 3,
Jadi lokasi titik bantunya adalah LOS = 3 dan TOI = 3.
(Contoh lain, untuk membuat garis bantu BTO = 20 untuk periode tribulan I maka
titik bantunya adalah LOS = 4,5 dan TOI = 4,5. Angka 4,5 ini didapat dari 90/20,
dimana 90 adalah jumlah hari dalam periode tribulan I dan 20 adalah nilai BTO
yang akan dibuat garis bantunya).
Untuk membaca grafik Barber Johnson, lihatlah posisi titik Barber Johnson
terhadap daerah efisien. Apabila titik Barber Johnson terletak di dalam daerah
efisien berarti penggunaan TT pada periode yang bersangkutan sudah efisien.
Sebaliknya, apabila titik Barber Johnson masih berada diluar daerah efisien berarti
penggunaan TT pada periode tersebut masih belum efisien.
1. Skala sumbu horisontal (sumbu x) tak harus sama dengan skala sumbu
dengan vertikal (y). Disini kita gunakan kertas strimin kotak kecil dengan
x 2 kotak, y 1 kotak.
2. Buatlah judul grafik dengan menyebutkan nama RS, nama bangsal dan
periode waktu.
3. Buat garis bantu BOR.
Tentukan koordinat titik bantu membuat BOR dihitung dengan cara berikut:
a. Untuk BOR 90 %
LOS : 90/10 = 9
TOI : 10-9 = 1
b. Koordinat 80%
c. Koordinat 70%
LOS: 70/10 = 7
TOI: 10-7 = 3
d. Koordinat 50%
LOS: 50/10 = 5
TOI: 10-5 = 5
4. Buat garis bantu BTO (LOS, dan TOI nilainya sama)
Ada juga versi lain yang menyebutkan jika untuk daerah efisien menggunakan
nilai ideal dari indikator BOR, ALOS, TOI dan BTO menurut barber johnson.
untuk perbedaan penggunaan daerah efisien tergantung rumah sakit prosedurnya
bagaimana. karena ada teori yang menggunakan teori Pak Rano ada juga rumah
sakit yang menggunakan teori nilai efisien dari BOR, LOS, ToI dan BTO
berdasarkan hasil pengamatan penulis. berikut jika menggunakan teori daerah
efisien dari barber johnson
Jika perhitungan nilai keempat parameter tersebut benar (datanya benar, rumusnya
benar, cara menghitungnya benar, dan pembulatannya benar) maka seharusnya
keempat garis bantu itu akan berpotongan di satu titik. Titik itulah yang tadi
disebutkan sebagai titik Barber Johnson. Apabila titik Barber Johnson yang telah
dihubungkan berada diluar garis segitiga arsiran titik efisien Barber Johnson maka
penggunaan tempat tidur di suatu rumah sakit belum efisien.
PENUTUP