Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GRAFIK BARBER JHONSON

(Untuk memenuhi salah satu tugas Statistik Fasyankes)

Disusun:

Kelompok 1

- Sulis Sulfiah (1902002)


- Febrianti Tri Hastuti (1902003)
- Muhammad Sutan Aryadillah (1902004)
- Dicky Alhafiz (1902005)
- Alviana Putri (1902006)
- Yeni Annisa Nur Sholihah (1902007)
- Mabila Indriyati Nufus (1902008)

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Dosen Pengajar : Erwin Muhtaruddin SKM. M.Kes

Politeknik Kesehatan ‘Aisyiyah Banten

Jl. Raya Cilegon KM.8, Pejaten, Kec. Kramatwatu, Serang, Banten 42616

Telpon (0254) 233309, Fax (0254) 23312


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul Grafik Barber Jhonson.

Makalah ini telah penulis selesaikan secara maksimal berkat kerjasama


dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikn nikmat sehat.


2. Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan.
3. Dr.H.Nur Avenzoar, MKM. sebagai Dierektur Utama Poltekkes ‘Aisyiyah
Banten.
4. Ita La Tho, S.KM. M.Sc. sebagai Ketua Prodi Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan Poltekkes ‘Aisyiyah Banten.
5. Erwin muhtaruddin SKM. M.Kes. sebagai dosen Statistik Fasyankes
Poltekkes ‘Aisyiyah Banten.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurna Makalah ini.

Cilegon, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Rumah sakit termasuk unit usaha yang tergolong dalam jenis perusahaan “non
profit”, yaitu unit usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Adapun
tujuannya untuk memberi upya pencegahan, penyembuhan, peningkatan
kesehatan, dah rehabilitasi sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang optimal
(Azwar, 2010). Namun untuk menjga kelangsungan hidupnya supaya dpat
menjalankan kegiatan dan pengembangan rumah sakit diperlukan purpuls atau
pemasukan yang lebih dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang efisien.

Pesatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini


berpengaruh pada pola piker masyarakat yang semakin maju diikuti dangan makin
tingginya kepekaan masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan sarana pelayanan
kesehatan menjadi suatu kebutuhan yang makin hari makin meningkat. Maka
rumah sakit berkewajiban meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaannya
juga harus baik, agar masyarakat tertarik untuk menggunakan fasilitas kesehatan
yang disediakan oleh rumah sakit.

Kebehasilan rumah sakit diukur dari kemampuan menghasilkan produk


layanan dengan efektif dan efisien, kemampuannya melakukan pengembangan
organisasai, kemampuannya melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan
dan kemampuan memberikan kepuasan bagi costumer internal maupun ekternal
(Shofari, 2003). Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu adanya dukungan dari
berbagai factor yang terkait antara lain melalui penyelenggaraan rekam medis
menurut aturan yang berlaku seperti keputusan Menkes No. 034/Birhub/1979
tentang perencananan dan pemeliharaan rumah sakit yang menjelsakan bahwa
setiap rumah sakit harus melaksanakan statistic yang up to date atau tepat waktu,
akurat dan sesuai kebutuhan.

Statistik rumah sakit juga bermanfaat sebagai bahan acuan dan sebagai
bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu palayanan rumah sakit. Pengelolaan
Unit Rawat Inap yang baik di rumah sakit dapat dinilai dari indikator – indicator
dengan menggunakan parameter BOR (Bed Occuparty Rate), LOS (Length Of
Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over). Kualitas pelayanan
kesehatan di suatu rumah sakit dikatakan efisien apabila angka BOR, LOS, TOI
dan BTO telah sesuai dengan standar yang ditetapkan menurut Barber
Jhonson.biasany adalam grafik Barber jhonson terdapat sebuah area yangbiasa
disebut daerah efisien. Daerah efisien ditentukan dengan nilai – nilai standar dari
ke-emapat parameter tersebut. Nilai – nilai standar keempat parameter tersebut
adalah : BOR : 75% - 85%, LOS 3 – 12 hari, BTO : 30 kali. Daerah efisien
digunakan uentuk mebantu pembanca untuk menentukan apakah dnegan nilai –
nilai keempat parameter tersebut, pemakaian tempat tidur di sebuah rumah sakit
sudah efisien atau tidak . apakah titik temu keempat garis tersebut berada pada
daerah efisien, maka pemanfaatan tempat tidur sudah efisien, begitu pula
sebaliknya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Grafik Barber Jhonson?

2. Apa Makah Manfaat dari Grafik Barber Jhonson?

3. Apa Indikator yang digunakan Untuk Membuat Grafik Barber Jhonson?

4. Bagaimana Cara Membuat Grafik Barber Jhonson?

5. Seperti Apa Contoh Pembuatan Garfik Braber Jhonson?!


PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pada tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David
Johnson, M.Sc berusaha merumuskan  dan memadukan empat parameter
untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan TT untuk bangsal
perawatan pasien.

Keempat parameter yang dipadukan tersebut yaitu BOR, ALOS, TOI dan
BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk
grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik Barber-Johnson (B).

B. Manfaat grafik Barber Johnson

Grafik Barber Johnson bisa dimanfaatkan untuk :

1. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan TT dari suatu unit (RS atau


bangsal) dari waktu ke waktu dalam periode tertentu, misalnya tingkat
efisiensi penggunaan TT bangsal Mawar RS XYZ dari tribulan IV selama
tahun 2008.
2. Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan TT
yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu.
3. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan TT antar unit (misalnya
antar bangsal di suatu RS) dalam periode tertentu memantau dampak dari
suatu penerapan kebijakan terhadap efisiensi penggunaan TT.
4. Mengecek kebenaran laporan hasil perhitungan empat parameter efiisiensi
penggunaan TT (BOR, ALOS, TOI, dan BTO). Jika keempat garis
bantunya berpotongan di satu titik berarti laporan hasil perhitungan
tersebut benar.

1. Makna Grafik Barber Johnson


2. Semakin dekat titik/garis percentage bed occupancy dengan sumbu Y,
maka percentage bed occupancy semakin tinggi.
3. Semakin dekat garis throughput dengan perpotongan sumbu X dan Y,
maka menunjukkan bahwa discharges dan deaths per available bed
(throughput/ BTO ) semakin tinggi jumlahnya.
4. Jika rata-rata turn over interval tetap, tetapi length of stay berkurang, maka
percentage bed occupancy-nya akan menurun (Benjamin dan Perkins,
1961).
5. Apabila turn over interval tinggi, kemungkinan disebabkan karena
organisasi yang kurang baik, kurangnya permintaan (demand) akan tempat
tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat (the level and pattern of
emergency bed requirements). Turn over interval yang tinggi dapat
diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi, tanpa
mempengaruhi length of stay.
6. Bertambahnya length of stay disebabkan karena kelambanan administrasi
(administrative delays) di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien (patient scheduling) atau
kebijaksanaan di bidang medis (medical policy).
7. Daerah efisien adalah daerah yang dibatasi oleh nilai :
8. Turn Over Interval antara 1 s/d 3 hari
9. Percentage Bed Occupancy minimal 75%

C. Indikator yang digunakan untuk membuat Grafik Barber Johnson

Pembuatan grafik Barber Johnson yaitu menggunakan data pada sensus


harian rawat inap. Pada sensus harian rawat inap selain dihitung jumlah pasien
yang masih ada dihitung juga jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari
yang sama dengan hari pelaksanaan sensus. Sensus umumnya dilaksanakan
sekitar tengah malam (menjelang jam 24.00). sebenarnya sensus boleh
dilaksanakan jam berapapun asalkan jam sensus yang dipilih tersebut harus tetap
konsisten/tetap dan seragam pada semua unit pelaksanaan sensus. Kebiasaan
penetapan jam pelaksanaan sensus harian menjelang tengah malam ini
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
1. Suasana umumnya lebih tenang, tidak banyak pengunjung/keluarga pasien
dan petugas lainnya.
2. Suasana umumnya lebih nyaman, tidak panas seperti pada siang hari.
3. Suasana umumnya lebih santai, tidak sedang sibuk seperti pada jam kerja.
4. Sensus akan lebih identik dengan periode waktu 24 jam dalam pengertian
hari, tidak memenggal hari.

Dalam sensus harian rawat inap, yang dilaporkan bukan hanya pasien yang masih
dirawat namun meliputi :

1. Jumlah pasien awal di unit tersebut pada periode sensus.


2. Jumlah pasien baru yang masuk.
3. Jumlah pasien transfer (jumlah pasien yang pindah dari unit/bangsal lain
ke bangsal tersebut dan jumlah pasien yang dipindahkan dari bangsal
tersebut ke bangsal lain).
4. Jumlah pasien yang keluar/pulang dari bangsal tersebut (hidup ataupun
mati).
5. Jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dengan hari
pelaksanaan sensus di bangsal tersebut.
6. Jumlah akhir/sisa pasien yang masih dirawat di unit tersebut.
7. Bayi baru lahir dihitung tersendiri/ terpisah dalam laporan perinatologi.

Dari sensus harian rawat inap kita dapat menghitung angka BOR, LOS, TOI dan
BTO yang akan digunakan dalam Grafik Barber Johnson dengan perincian
sebagai berikut:

1. BOR (Bed Occupancy Rate)

BOR merupakan angka yang menunjukan prosentase penggunaan TT unit rawat


inap. Dalam perhitungan BOR, umumnya hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru
lahir (perinatologi) akan dicatat. Dihitung dan dilaporkan secara terpisah jadi,
jumlah T tidak termasuk TT bayi baru lahir (bassinet) dan jumlah HP juga tidak
termasuk HP bayi baru lahir.  BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah
TT yang terpakai (O) dari jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini
ditunjukan dalam bentuk prosentase.

Dalam menghitung BOR tentunya diperlukan menghitung HP ( Hari Perawatan)


yaitu jumlah hari perawatan dari setiap hari dalam periode tertentu. Angka ini bisa
didapatkan dari formulir sensus dengan cara menyelisihkan antara tanggal keluar
dengan tanggal masuk lalu dijumlah dalam satu periode.

Rerata jumlah TT terpakai dalam suatu periode (O) sama dengan jumlah HP
dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang
bersangkutan (t), atau :

jumlah HP = O/t

Jadi rumus untuk menghitung BOR yaitu :

BOR = O/A x 100 %

Cara menghitung BOR kelompok bayi baru lahir (perinatologi) pada prinsipnya
sama dengan rumus di atas, hanya saja yang digunakan adalah angka perinatologi.
Jadi jumlah TT yang tersedia adalah jumlah TT perinatologi (bassinet) dan jumlah
HP adalah HP dari kelompok perinatologi.

Nilai BOR ideal secara statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi
pula penggunaan TT yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan
pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan
semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya,
pasien bisa kurang perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi
nosokomial juga meningkat. Pada akhrnya  BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa
menurunkan kualitas kerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta
keselamatan pasien. Dan semakin rendah nilai BOR maka dengan kata lain jumlah
pasien yang dirawat hanya sedikit dan menimbulkan kesulitan ekonomi bagi pihak
rumah sakit.
Dengan memperhatkan hal-hal diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien dan aspek
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Nilai ideal BOR yang disarankan
adalah 75 % – 85 %.

2. AVLOS (Average Length Of Stay)

Yaitu rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di ru—mah sakit, tidak
termasuk bayi baru lahir. Standar efisiensi LOS yaitu 3-12 hari dan LOS
dianjurkan serendah mungkin tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan.
Jumlah pasien keluar (hidup dan mati) disimbolkan dengan D.

LOS = O x t
D

Dari aspek medis, semakin panjang LOS maka menunjukkan kinerja kualitas
medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama(lama
sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin panjang LOS berarti semakin tinggi
biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien jadi diperlukan keseimbangan
antara sudut pandang medis dan ekonomi untuk menentukan LOS yang ideal.
Nilai LOS yang disarankan yaitu antara 3-12 hari.

3. TOI ( Turn Over Interval)

Digunakan untuk menentukan lamanya rata-rata tempat tidur kosong antara pasien
keluar atau mati dengan pasien masuk.

TOI = ( A-O) x t

                           D

Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat kosongnya TT. Hal ini
berarti TT tidak produktif. Kondisi ini tidak menguntungkan dari segi ekonomi
rumah sakit.  Dan semakin kecil angka TOI berati semakin singkat saat TT
menunggu pasien berikutnya. Hal ini berarti TT sangat produktif, apalagi jika TOI
= 0 berarti TT tidak sempat kosong  satu hari pun ini menguntungkan dari segi
ekonomi. Tapi sangat merugikan bagi pasien karena TT tidak sempat disiapkan
secara baik. Akibatnya kejadian nosokomial mungkin bisa meningkat. Nilai TOI
yang ideal disarankan yaitu antara 1-3 hari.

4. BTO ( Bed Turn Over)

Adalah beberapa kali satu tempat tidur dipakai oleh pasien dalam periode tertentu.
Standar efisiensi BTO adalah 30 kali satu tahun.

BTO =D/A

Semakin tinggi BTO maka TT tersebut semakin sering digunakan bergantian.


Kondisi ini mudah menimbulkan ketidakpuasan pasien, bisa menurunkan kinerja
kualitas medis, bisa meningkatkan kejadian nosokomial karena tempat tidur tidak
sempat dibersihkan atau disterilkan. Nilai BTO yang ideal disarankan yaitu 30
pasien pertahun. Hal ini sejalan dengan nilai ideal LOS yang disarankan yaitu 3-
12 hari.

D. Cara Membuat Grafik Barber Johnson

Ketentuan-ketentuan yang harus diingat waktu membuat grafik Barber Johnson


yaitu:

1. Skala pada sumbu horisontal tidak harus sama dengan skala sumbu
vertikal.
2. Skala pada suatu sumbu harus konsisten.
3. Skala pada sumbu vertikal dan horizontal dimulai dari angka 0 dan
berhimpit membentuk koordinat 0,0.
4. Judul grafik harus secara jelas menyebutkan nama Rumah Sakit, nama
bangsal (bila perlu), dan periode tertentu.
5. Garis bantu BOR dibuat dengan cara :
6. Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BOR = 75
%
7. Tentukan koordinat titik bantu BORnya sesuai nilai BOR tersebut,
misalnya untuk BOR 75 % maka koordinat titik bantunya adalah :
8. LOS = nilai BOR dibagi 10 = 75/10 – 7,5
9. TOI = 10 – nilai LOS = 10 – 7,5 = 2,5

(contoh lain, untuk membuat garis bantu BOR = 60% maka koordinat titik
bantunya adalah LOS =  6 dan TOI = 4 ).

1. Tarik garis mulai dari koordinat 0,0 melewati titik bantu BOR tersebut.
2. Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BOR = 75 %.
3. Garis bantu BTO dibuat dengan cara :
4. Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BTO = 10.
5. Tentukan titik bantu disumbu LOS dan TOI (nilainya sama) dengan cara :

Titik bantu = (jumlah hari pada periode laporan) dibagi (nilai BTO) = 30/10 = 3,
Jadi lokasi titik bantunya adalah LOS = 3 dan TOI = 3.

(Contoh lain, untuk membuat garis bantu BTO = 20 untuk periode tribulan I maka
titik bantunya adalah LOS = 4,5 dan TOI = 4,5. Angka 4,5 ini didapat dari 90/20,
dimana 90 adalah jumlah hari dalam periode tribulan I dan 20 adalah nilai BTO
yang akan dibuat garis bantunya).

1. Tarik garis yang menghubungkan kedua titik bantu tersebut.


2. Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BTO = 10.
3. Daerah efisiensi dibuat dan merupakan daerah yang dibatasi oleh
perpotongan garis :
4. TOI = 1
5. TOI = 3
6. BOR = 75% – 85%
7. LOS = 3-12
8. Tentukan titik BOR,LOS,TOI dan BTO kemudian tentukan titik Barber
Johnson
E. Cara membaca grafik Barber Johnson

Untuk membaca grafik Barber Johnson, lihatlah posisi titik  Barber Johnson
terhadap daerah efisien. Apabila titik Barber Johnson terletak di dalam daerah
efisien berarti penggunaan TT pada periode yang bersangkutan sudah efisien.
Sebaliknya, apabila titik Barber Johnson masih berada diluar daerah efisien berarti
penggunaan TT pada periode tersebut masih belum efisien.

Perbandingan Indikator efisiensi tempat tidur menurut Depkes dan


Barber Johnson

F. Contoh Cara Membuat dan Menggunakan Grafik Barber Johnson

1. Skala sumbu horisontal (sumbu x) tak harus sama dengan skala sumbu
dengan vertikal (y). Disini kita gunakan kertas strimin kotak kecil dengan
x 2 kotak, y 1 kotak.
2. Buatlah judul grafik dengan menyebutkan nama RS, nama bangsal dan
periode waktu.
3. Buat garis bantu BOR.

Tentukan koordinat titik bantu membuat BOR dihitung dengan cara berikut:
a. Untuk BOR 90 %

   LOS : 90/10 = 9

   TOI : 10-9 = 1

b. Koordinat 80%

     LOS: 80/10 = 8

    TOI: 10-8 = 2

c. Koordinat 70%

   LOS: 70/10 = 7

   TOI: 10-7 = 3

d. Koordinat 50%

   LOS: 50/10 = 5

   TOI: 10-5 = 5
4. Buat garis bantu BTO (LOS, dan TOI nilainya sama)

Titik bantu = jumlah hari periode laporan : nilai BTO

a. Untuk BTO 30 pasien : 365/30 = 12,16 (LOS, TOI)

b. Untuk BTO 20 pasien    : 365/20 = 18,25 (LOS, TOI)

c. Untuk BTO 15 pasien    : 365/15 = 24,3 (LOS, TOI)

d.Untuk BTO 12,5 pasien : 365/12,5 = 29,2 (LOS, TOI)

Ada juga versi lain yang menyebutkan jika untuk daerah efisien menggunakan
nilai ideal dari indikator BOR, ALOS, TOI dan BTO menurut barber johnson.
untuk perbedaan penggunaan daerah efisien tergantung rumah sakit prosedurnya
bagaimana. karena ada teori yang menggunakan teori Pak Rano ada juga rumah
sakit yang  menggunakan teori nilai efisien dari BOR, LOS, ToI dan BTO
berdasarkan hasil pengamatan penulis. berikut jika menggunakan teori daerah
efisien dari barber johnson

Jika perhitungan nilai keempat parameter tersebut benar (datanya benar, rumusnya
benar, cara menghitungnya benar, dan pembulatannya benar) maka seharusnya
keempat garis bantu itu akan berpotongan di satu titik. Titik itulah yang tadi
disebutkan sebagai titik Barber Johnson. Apabila titik Barber Johnson yang telah
dihubungkan berada diluar garis segitiga arsiran titik efisien Barber Johnson maka
penggunaan tempat tidur di suatu rumah sakit belum efisien.
PENUTUP

Demikilanlah Makalah yang dapat kami buat. Semoga bermanfaat bagi


para pembaca. Penulis menyadari bahwa Makalah ini belum sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
dibutuhkan untuk penyempurna Makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Rustiyanto,Ery.2010. Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Sudra,Rano Indradi.2010. Statistik Rumah Sakit dari sensus pasien & grafik


baber-johnson hingga statistik kematian & otopsi.Yogyakarta: Graha Ilmu

Soedjadi.1996.Efisiensi pengelolaan rumah sakit.Jakarta:Katiga Bina

Anda mungkin juga menyukai