Disusun Oleh :
NIM : P1337437119041
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini
agar nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat kesalahan
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………….. i
A. KESIMPULAN …………………………………………………………15
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini penggunaan statistika di rumah sakit khususnya pada biang rekam
medis sangat diperlukan. Dengan adanya statistika, rumah sakit dapat
memperoleh informasi dari data yang dikumpulkan dalam rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis secara baik dan benar akan membantu
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan suatu rumah sakit. Data rekam medis
yang dihasilkan akan dapat bermanfaat untuk berbagai macam kegiatan di
rumah sakit, salah satunya untuk perhitungan statistik rumah sakit (BOR, LOS,
TOI, AvLOS, BTO, NDR, GDR) yang berguna dalam pengambilan keputusan.
Kegiatan statistik di rumah sakit melibatkan beberapa hal, yaitu pengumpulan
data, analisis, interpretasi data, dan presentasi data (Huffman, 1994). Salah satu
kegiatan statistik yang berperan besrar dalam pengambilan keputusan suatu
rumah sakit adalah kegiatan pengolahan sensus harian rawat inap.
Data-data dalam BOR, AvLOS, TOI, BTO, NDR, dan GDR berguna untuk
pengambilan keputusan dan kebijakan suatu rumah sakit, seperti untuk melihat
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Selain itu sensus harian rawat inap
juga digunakan sebagai laporan eksternal rumah sakit untuk dikirim ke dinas
kesehatan. Maka dari itu data yang dilaporkan pada sensus harian pasien rawat
inap harus cepat, tepat, dan akurat sehingga menghasilkan suatu informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi biostatistika
2. Apa fungsi biostatistika ?
3. Apa contoh penerapan biostatistika dalam rekam medis ?
C. Tujuan
1. Mendapatkan nilai di mata kuliah Konsep Dasar Biostatistika
2. Memahami fungsi dari statistika
3. Mengetahui definisi biostatistika
4. Mengetahui penerapan biostatistika dalam rekam medis
1
D. Manfaat
1. Menambah wawasan
2. Mengisi waktu social distancing
3. Memahami tentang biostatistik
4. Memahami kegunaan biostatistika dalam rekam medis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Biostatistika
Biostatistika (gabungan dari kata biologi dengan statistika; kadang-kadang
dirujuk sebagai biometri atau biometrika) adalah penerapan ilmu statistika ke
dalam ilmu biologi. Ilmu biostatistika meliputi rancangan percobaan biologi,
utamanya dalam bidang Bioteknologi, agrikultur dan kedokteran, pengoleksian
data, peringkasan data, dan analisis data percobaan.
Biostatistik merupakan ilmu statistika terapan yang mengenalkan
perhitungan statistik kehidupan, baik konsep dasarnya, penyajian data,
pemusatan dan penyebaran data, kemiringan dan distribusinya dalam kurve
normal serta konsep estimasi, sampling, uji hipotesis dan uji-uji statistik
deskriptif, korelasi maupun komparasi. Hal-hal tersebut akan sangatlah
berguna dalam melakukan analisis data penelitian kuantitatif.
Biostatistik adalah cabang ilmu statistic yang berkaitan dengan aplikasi metode
statistk pada persoalan dibidang biologi dan kedokteran.
Biostatistik kesehatan adalah sekumpulankonsep dan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang
kesehatan dan mengambil kesimpulan dalam situasi dimana ada ketiakpastian
dan variasi.
Biostatistik adalah Alat untuk melakukan riset dan Biostatistik dapat
dipandang sebagai ilmu statistik terapan pada bidang Biologi, Farmasi &
Kedokteran.
3
B. Fungsi Biostatistika
Fungsi biostatistika antara lain :
1. Memberikan gambaran/keterangan tentang masaah kesehatan
2. Penentuan prioritas masalah yang perlu ditangani
3. Bahan yang dapat digunakan untuk perencanaan dibidang kesehatan
4. Dapat membandingkan tingkat kesehatan masyarakat
5. Menilai dan menganalisa hasil usaha kesehatan
6. Dapat menentukan kebutuhan dalam bidang kesehatan yang sudah atau
belum dipenuhi
7. Dapat mencari hubungan sebab dan akibat
8. Dokumentasi data kesehatan masyarakat
Sensus harian rawat inap adalah kegiatan perhitungan pasienrawat inap yang
dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap.Kegunaannya antara lain
adalah :
4
2. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap
5
Menurut Sudra (2010:42) untuk mengetahui tingkat efisiensi di suatu
ruangan rawat inap, perlu adanya suatu indikator untuk mengukur apakah
ruangan rawat inap tersebut sudah efisien atau belum. Beberapa indikator
efisiensi rawat inap diantaranya adalah :
(Ery R, 2009)
Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin
tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang
tersedia untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa
semakin banyak pasien yang dilayanai berarti semakin sibuk dan semakin
berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien
kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses perawatan.
Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa
menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurukan kepuasan serta
6
keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin
sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan
dengan tempat tidur yang telah disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien
yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak
rumah sakit.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal
yang menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan
pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai
ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75%-85% (Sudra, 2010:44)
Menurut Sudra (2010:45) AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat
inap yang tinggal di suatu ruangan di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru
lahir. Untuk menghitung AvLOS dapat menggunakan rumus :
(Ery R, 2009)
Dari aspek medis, semakin lama angka AvLOS maka bisa menunjukan
kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih
lama (lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin lama nilai AvLOS
berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien kepada
pihak rumah sakit. Jadi diperlukan adanya keseimbangan antara sudut
pandang medis dan ekonomis untuk menentukan nilai AvLOS yang ideal.
Nilai AvLOS ideal yang disarankan yaitu 3-12 hari (Sudra, 2010:45)
7
Menurut Sudra (2010:51) angka TOI menunjukan rata-rata jumlah hari
sebuah tempat tidur tidak ditempati untuk perawatan pasien. Hari “Kosong”
ini terjadi antara saat tempat tidur ditinggalkan oleh seorang pasien hingga
digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Untuk menghitung nilai TOI bisa
digunakan rumus :
(Ery R, 2009)
8
Januari tersebut setiap tempat tidur digunakan oleh 4 pasien secara
bergantian. Untuk menghitung BTO menggunakan rumus sebagai berikut :
(Ery R, 2009)
Secara logika, semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien
yang menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini tentu
merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena
tempat tidur yang tersedia tidak “menganggur” dan menghasilkan pemasukan
untuk pihak rumah sakit. Namun bisa dibayangkan bila dalam satu bulan
tempat tidur digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien
menempati tempat tidur tersebut selama 2 hari dan tidak ada hari dimana
tempat tidur tersebut kosong. Ini berarti beban kerja tim perawatan sangat
tinggi dan tempat tidur tidak sempat dibersihkan karena terus digunakan
pasien secara bergantian, kondisi ini mudah menimbulkan ketidakpuasan
pasien, bisa mengancam keselamatan pasien, bisa menurunkan kinerja
kualitas medis dan bisa meningkatkan kejadian infeksi nosokomial karena
tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan. Jadi dibutuhkan angka
BTO yang ideal dari aspek medis, pasien, dan manajemen rumah sakit.
Menurut Hatta (2013:233) indikator BTO berguna untuk melihat berapa kali
tempat tidur rumah sakit digunakan. Beberapa formula menggunakan rate dan
tidak ada persetujuan umum yang mengatakan bahwa indikator ini tepat untuk
mengukur utilitas rumah sakit, tetapi bagaimanapun administrator rumah sakit
masih menggunakan karena mereka ingin juga melihat keselarasan dari
indikator lainnya yang terkait seperti length of stay dan bed occupancy rate.
Ketika occupany rate bertambah dan length of stay memendek maka akan
tampak efek dari perubahan atau bed turn over rate.
9
Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu minimal 30 pasien dalam periode
1 tahun (Sudra, 2010:52). Artinya, 1 tempat tidur diharapkan digunakan oleh
rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1 pasien rata-rata dirawat selama 12
hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal AvLOS yang disarankan yaitu 3-12
hari.
Pada Tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David
Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter
untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di
suatu ruangan perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut
yaitu, BOR, AvLOS, TOI dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut
lalu diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik
Barber Johnson (Sudra 2010:54)
Grafik Barber Johnson merupakan suatu grafik yang secara visual dapat
menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit. Indikator
yang cukup tajam untuk menilai tingkat efisiensi di rumah sakit yang ternyata
akan lebih bermanfaat untuk menentukan kebijakan pendayaguaan tempat
tidur adalah dengan grafik Barber Johnson
10
Keempat parameter tersebut tergambar dalam suatu grafik. Dengan grafik
Barber Johnson secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi
pengelolaan rumah sakit dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Grafik
Barber Johnson ditampilkan secara periodik tiap tahun atau sesuai kebutuhan.
Menurut Barber dan Johnson apabila titik temu antara keempat parameter
(BOR, TOI, AvLOS dan BTO) tergambar di luar daerah ini menunjukan
bahwa sistem yang sedang berjalan adalah kurang efisiensi (Sudra, 2010:59)
11
sakit mana atau bagian mana yang pengelolaan rawat inapnya telah
efisien.
Garis BOR, AvLOS, TOI, dan BTO yang telah dibuat dengan grafik
Barber Johnson dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Parameter BOR
12
yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja
petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya pasien kurang mendapat
perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi nosokomial juga
meningkat. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru
menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta
keselamatan pasien.
Menurut Sudra (2010:51) nilai ideal AvLOS adalah antara 3-12 hari.
Apabila AvLOS melebihi nilai tersebut kemungkinan bisa disebabkan
adanya pasien yang berpenyakit kronis, penurunan kualitas pelayanan
keperawatan, dan adanya kelambatan atau penundaan penanganan medis
oleh staf medis rumah sakit.
3) Parameter TOI
Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat “menganggurnya”
tempat tidur yaitu semakin lama saat dimana tempat tidur tidak digunakan
13
oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif (Sudra,
2010:52). TOI yang lama kemungkinan disebabkan karena organisasi
yang kurang baik, kurangnya permintaan penggunaan tempat tidur
(demand) dan fasilitas penunjang medis yang kurang memadai baik fisik
maupun pengaturannya.
Nilai TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan memperbaiki sarana dan
prasarana di suatu ruangan rawat inap. Maka nilai TOI yang disarankan
adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:52).
4) Parameter BTO
Makin dekat garis BTO dengan titik sumbu (0,0), maka jumlah pasien
per tempat tidur dalam periode tertentu akan semakin tinggi. Sebaliknya
jika garis BTO makin menjauhi titik sumbu (0,0) maka nilai BTO akan
semakin kecil. Meningkatnnya nilai BTO mempertinggi nilai
produktivitas pelayanan medis, karena semakin banyak pasien yang
dirawat tanpa menambah tempat tidur atau memperluas ruangan rawat
inap.
Penurunan nilai BTO dapat disebabkan karena nilai AvLOS yang tinggi
atau semakin lama waktu rata-rata pasien dirawat. Selain itu juga
disebabkan karena nili TOI atau waktu kosong penggunaan tempat tidur
yang terlalu lama.Maka dari itu, nilai BTO yang disarankan adalah lebih
dari 30 pasien per tahun (Sudra, 201054).
TOI (Turn Over Interval)
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Nurul Aep Nurul. 2017. Statistik rumah sakit dan indicator rumah sakit ,
diakses dari https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2017/09/16/statistik-
rumah-sakit-dan-indikator-rumah-sakit/ STATISTIK RUMAH SAKIT
DAN INDIKATOR RUMAH SAKIT , pada 24 Maret 2020
https://id.wikipedia.org/wiki/Biostatistika
16