Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENERAPAN BIOSTATISTIKA

DALAM REKAM MEDIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Konsep Dasar Biostatistika


oleh Ivana Putri R, A.Md, SKM

Disusun Oleh :

Nama : Dewi Aisyah Putri

NIM : P1337437119041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III REKAM MEDIS DAN INFORMASI


KESEHATAN
JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia, rahmat


kesehatan, keselamatan dan kemudahan sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Anatomi dan
Fisiologi yang berjudul “Makalah Penerapan Biostatistika Dalam Rekam
Medis” dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini
agar nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat kesalahan
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Semarang, 24 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
C. Tujuan …………………………………………………………………... 1
D. Manfaat …………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 3

A. Definisi Biostatistik …………………………………………………….. 3


B. Tujuan Biostatistik ……………………………………………………... 4
C. Penerapan Biostastik dalam Rekam Medis …………………………... 4

BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 15

A. KESIMPULAN …………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 16

iii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini penggunaan statistika di rumah sakit khususnya pada biang rekam
medis sangat diperlukan. Dengan adanya statistika, rumah sakit dapat
memperoleh informasi dari data yang dikumpulkan dalam rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis secara baik dan benar akan membantu
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan suatu rumah sakit. Data rekam medis
yang dihasilkan akan dapat bermanfaat untuk berbagai macam kegiatan di
rumah sakit, salah satunya untuk perhitungan statistik rumah sakit (BOR, LOS,
TOI, AvLOS, BTO, NDR, GDR) yang berguna dalam pengambilan keputusan.
Kegiatan statistik di rumah sakit melibatkan beberapa hal, yaitu pengumpulan
data, analisis, interpretasi data, dan presentasi data (Huffman, 1994). Salah satu
kegiatan statistik yang berperan besrar dalam pengambilan keputusan suatu
rumah sakit adalah kegiatan pengolahan sensus harian rawat inap.
Data-data dalam BOR, AvLOS, TOI, BTO, NDR, dan GDR berguna untuk
pengambilan keputusan dan kebijakan suatu rumah sakit, seperti untuk melihat
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Selain itu sensus harian rawat inap
juga digunakan sebagai laporan eksternal rumah sakit untuk dikirim ke dinas
kesehatan. Maka dari itu data yang dilaporkan pada sensus harian pasien rawat
inap harus cepat, tepat, dan akurat sehingga menghasilkan suatu informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi biostatistika
2. Apa fungsi biostatistika ?
3. Apa contoh penerapan biostatistika dalam rekam medis ?
C. Tujuan
1. Mendapatkan nilai di mata kuliah Konsep Dasar Biostatistika
2. Memahami fungsi dari statistika
3. Mengetahui definisi biostatistika
4. Mengetahui penerapan biostatistika dalam rekam medis

1
D. Manfaat
1. Menambah wawasan
2. Mengisi waktu social distancing
3. Memahami tentang biostatistik
4. Memahami kegunaan biostatistika dalam rekam medis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Biostatistika
Biostatistika (gabungan dari kata biologi dengan statistika; kadang-kadang
dirujuk sebagai biometri atau biometrika) adalah penerapan ilmu statistika ke
dalam ilmu biologi. Ilmu biostatistika meliputi rancangan percobaan biologi,
utamanya dalam bidang Bioteknologi, agrikultur dan kedokteran, pengoleksian
data, peringkasan data, dan analisis data percobaan.
Biostatistik merupakan ilmu statistika terapan yang mengenalkan
perhitungan statistik kehidupan, baik konsep dasarnya, penyajian data,
pemusatan dan penyebaran data, kemiringan dan distribusinya dalam kurve
normal serta konsep estimasi, sampling, uji hipotesis dan uji-uji statistik
deskriptif, korelasi maupun komparasi. Hal-hal tersebut akan sangatlah
berguna dalam melakukan analisis data penelitian kuantitatif.
Biostatistik adalah cabang ilmu statistic yang berkaitan dengan aplikasi metode
statistk pada persoalan dibidang biologi dan kedokteran.
Biostatistik kesehatan adalah sekumpulankonsep dan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang
kesehatan dan mengambil kesimpulan dalam situasi dimana ada ketiakpastian
dan variasi.
Biostatistik adalah Alat untuk melakukan riset dan Biostatistik dapat
dipandang sebagai ilmu statistik terapan pada bidang Biologi, Farmasi &
Kedokteran.

Menurut Dr.Eko Budiarto,SKM :

Ada 3 Statistik yaitu :


1. Statistik merupakan kumpulan angka yang dihasilkan dari pengukuran
atau penghitungan yang disebut dengan data
2. Statistik dapat pula diartikan sebagai statistik sample
3. Statistik sebagai suatu metode ilmiah yang dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam mengambil keputusan, mengadakan analisis data hasil
penelitian dll.

3
B. Fungsi Biostatistika
Fungsi biostatistika antara lain :
1. Memberikan gambaran/keterangan tentang masaah kesehatan
2. Penentuan prioritas masalah yang perlu ditangani
3. Bahan yang dapat digunakan untuk perencanaan dibidang kesehatan
4. Dapat membandingkan tingkat kesehatan masyarakat
5. Menilai dan menganalisa hasil usaha kesehatan
6. Dapat menentukan kebutuhan dalam bidang kesehatan yang sudah atau
belum dipenuhi
7. Dapat mencari hubungan sebab dan akibat
8. Dokumentasi data kesehatan masyarakat

C. Penerapaan biostatistika pada rekam medis


Penerapannya dipakai dalam penghitungan statistik rawat inap. Statistik
rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unitrawat inap,
yang juga digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatanyang ada di unit
rawat inap untuk perencanaan maupun laporan pada instansi vertikal. Data
yang diolah di unit rawat inap disesuaikan dengan kebutuhandata dan informasi
oleh manajemen maupun kebutuhan laporan ke instansidiatasnya (Depkes),
misalnya :data kunjungan pasien, data rujukan, data pembayaran, data tindakan
pasien. Data tersebut dapat diperoleh dari pencatatan yang ada di unit rawat
inapseperti pada :

1. Sensus Harian Rawat Inap

Sensus harian rawat inap adalah kegiatan perhitungan pasienrawat inap yang
dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap.Kegunaannya antara lain
adalah :

a. Mengetahui jumlah pasien masuk, jumlah pasien keluarrumah sakit (hidup


dan mati).
b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
c. Menghitung penyediaan sarana atau fasilitas pelayanankesehatan.

4
2. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap

Rekapitulasi sensus harian rawat inap adalah formulir yang digunakan


untuk menghitung dan merekap pasien rawat inap setiaphari yang diterima
dari masing-masing bangsal rawat inap. Kegunaanya antara lain adalah :

a. Mengetahui jumlah pasien di rawat pada hari yang bersangkutan.


b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
c. Merupakan data dasar mengetahui pasien dirawat padahari yang
bersangkutan yang harus dikirim kepada manajemen rumah sakit di bidang
perawatan dan unit lainyang membutuhkan.

3. Rekapitulasi Bulanan Rawat Inap

Rekapitulasi bulanan rawat inap adalah formulir yang digunakanuntuk


menghitung dan merekap pasien rawat inap selama sebulanyang diterima dari
masing-masing bangsal rawat inap. Kegunaannya antara lain adalah :

a. Mengetahui jumlah pasien dirawat selama periode satubulan dan satu


triwulan.
b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selamaperiode bulanan dan
triwulanan.
c. Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap yangperlu dilaporkan.

4. Laporan Triwulan (RL)

Laporan triwulan digunakan untuk mengetahui pelayanan unitrawat inap,


maka data diatas diolah dalam bentuk pemantauanbulanan, triwulan, dan
tahunan sesuai dengan kebutuhanmanajemen Rumah Sakit maupun pelaporan
kepada DinasKesehatan.Pengelolaan data statistik menggunakan indikator
untukmemudahkan penilaian dan pengambilan kebijakan. Beberapa indikator
yang digunakan di unit rawat inap antara lain BOR, LOS,TOI, BTO, NDR,
dan GDR.

5. Indikator Efisiensi Rawat Inap

5
Menurut Sudra (2010:42) untuk mengetahui tingkat efisiensi di suatu
ruangan rawat inap, perlu adanya suatu indikator untuk mengukur apakah
ruangan rawat inap tersebut sudah efisien atau belum. Beberapa indikator
efisiensi rawat inap diantaranya adalah :

a. BOR (Bed Occupancy Rate)

Menurut Hatta (2013:232) BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan


persentase dari penggunaan tempat tidur yang tersedia pada satu periode
waktu tertentu. Umumnya semakin besar BOR akan semakin bertambah
pemasukan dari rumah sakit.

Sedangkan menurut Sudra (2010:42)BOR (Bed Occupancy Rate)


merupakan angka yang menunjukan presentase penggunaan tempat tidur di
suatu ruangan rawat inap. Periode penghitungan BOR ditentukan berdasarkan
kebijakan intern, misalnya bualanan, triwulan, semester dan tahuanan.

Lingkup penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan intern


rumah sakit, misalnya BOR per ruangan atau BOR seluruh ruangan rawat inap
di suatu rumah sakit. Untuk menghitung BOR dapat menggunakan rumus :

(Ery R, 2009)

Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin
tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang
tersedia untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa
semakin banyak pasien yang dilayanai berarti semakin sibuk dan semakin
berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien
kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses perawatan.
Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa
menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurukan kepuasan serta

6
keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin
sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan
dengan tempat tidur yang telah disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien
yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak
rumah sakit.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal
yang menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan
pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai
ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75%-85% (Sudra, 2010:44)

b. AvLOS (Average Length of Stay)

Menurut Sudra (2010:45) AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat
inap yang tinggal di suatu ruangan di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru
lahir. Untuk menghitung AvLOS dapat menggunakan rumus :

(Ery R, 2009)

Dari aspek medis, semakin lama angka AvLOS maka bisa menunjukan
kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih
lama (lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin lama nilai AvLOS
berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien kepada
pihak rumah sakit. Jadi diperlukan adanya keseimbangan antara sudut
pandang medis dan ekonomis untuk menentukan nilai AvLOS yang ideal.
Nilai AvLOS ideal yang disarankan yaitu 3-12 hari (Sudra, 2010:45)

c. TOI (Turn Over Interval)

7
Menurut Sudra (2010:51) angka TOI menunjukan rata-rata jumlah hari
sebuah tempat tidur tidak ditempati untuk perawatan pasien. Hari “Kosong”
ini terjadi antara saat tempat tidur ditinggalkan oleh seorang pasien hingga
digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Untuk menghitung nilai TOI bisa
digunakan rumus :

(Ery R, 2009)

Semakin besar Angka TOI, berarti semakin lama waktu “menganggurnya”


tempat tidur tersebut yaitu semakin lama saat dimana sebuah tempat tidur
tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak
produktif. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi
pihak manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti semakin
singkat saat tempat tidur menunggu pasien berikutnya. Hal ini bisa berarti
tempat tidur bisa sangat produktif, apalagi jika TOI = 0 berarti tempat tidur
tidak sempat kosong satu haripun dan segera digunakan lagi oleh pasien
berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pihak
manajemen rumah sakit, tapi bisa merugikan pasien karena tempat tidur tidak
sempat disiapkan secara baik. Akibatnya, kejadian infeksi nosokomila
mungkin saja meningkat, beban kerja tim medis meningkat sehingga
kepuasan dan keselamatan pasien terancam. Berkaitan dengan pertimbangan
tersebut, maka nilai ideal TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra,
2010:51)

d. BTO (Bed Turn Over)

Menurut Sudra (2010:52) BTO adalah angka yang menunjukan rata-rata


jumlah pasien yang menggunakan setiap tempat tidur dalam periode tertentu.
Misalnya BTO bulan Januari adalah 4 pasien. Maka berarti dalam bulan

8
Januari tersebut setiap tempat tidur digunakan oleh 4 pasien secara
bergantian. Untuk menghitung BTO menggunakan rumus sebagai berikut :

(Ery R, 2009)

Secara logika, semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien
yang menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini tentu
merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena
tempat tidur yang tersedia tidak “menganggur” dan menghasilkan pemasukan
untuk pihak rumah sakit. Namun bisa dibayangkan bila dalam satu bulan
tempat tidur digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien
menempati tempat tidur tersebut selama 2 hari dan tidak ada hari dimana
tempat tidur tersebut kosong. Ini berarti beban kerja tim perawatan sangat
tinggi dan tempat tidur tidak sempat dibersihkan karena terus digunakan
pasien secara bergantian, kondisi ini mudah menimbulkan ketidakpuasan
pasien, bisa mengancam keselamatan pasien, bisa menurunkan kinerja
kualitas medis dan bisa meningkatkan kejadian infeksi nosokomial karena
tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan. Jadi dibutuhkan angka
BTO yang ideal dari aspek medis, pasien, dan manajemen rumah sakit.

Menurut Hatta (2013:233) indikator BTO berguna untuk melihat berapa kali
tempat tidur rumah sakit digunakan. Beberapa formula menggunakan rate dan
tidak ada persetujuan umum yang mengatakan bahwa indikator ini tepat untuk
mengukur utilitas rumah sakit, tetapi bagaimanapun administrator rumah sakit
masih menggunakan karena mereka ingin juga melihat keselarasan dari
indikator lainnya yang terkait seperti length of stay dan bed occupancy rate.
Ketika occupany rate bertambah dan length of stay memendek maka akan
tampak efek dari perubahan atau bed turn over rate.

9
Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu minimal 30 pasien dalam periode
1 tahun (Sudra, 2010:52). Artinya, 1 tempat tidur diharapkan digunakan oleh
rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1 pasien rata-rata dirawat selama 12
hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal AvLOS yang disarankan yaitu 3-12
hari.

6. Konsep Grafik Barber Johnson

Pada Tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David
Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter
untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di
suatu ruangan perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut
yaitu, BOR, AvLOS, TOI dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut
lalu diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik
Barber Johnson (Sudra 2010:54)

Grafik Barber Johnson merupakan suatu grafik yang secara visual dapat
menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit. Indikator
yang cukup tajam untuk menilai tingkat efisiensi di rumah sakit yang ternyata
akan lebih bermanfaat untuk menentukan kebijakan pendayaguaan tempat
tidur adalah dengan grafik Barber Johnson

a. Parameter dan Daerah Efisiensi Dalam Grafik Barber Johnson

Grafik Barber Johnson merupakan suatu indikator yang menggunakan


empat parameter yang terdiri dari :

1) BOR (Bed Ocupanccy Rate), yaitu persentase tempat tidur terisi


2) AvLOS (Average Length of Stay), yaitu rata-rata lama dirawat
3) TOI (Turn Over Interval), yaitu rata-rata waktu luang tempat tidur
4) BTO (Bed Turn Over), yaitu produktivitas tempat tidur

10
Keempat parameter tersebut tergambar dalam suatu grafik. Dengan grafik
Barber Johnson secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi
pengelolaan rumah sakit dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Grafik
Barber Johnson ditampilkan secara periodik tiap tahun atau sesuai kebutuhan.

Menurut Barber dan Johnson apabila titik temu antara keempat parameter
(BOR, TOI, AvLOS dan BTO) tergambar di luar daerah ini menunjukan
bahwa sistem yang sedang berjalan adalah kurang efisiensi (Sudra, 2010:59)

b. Kegunaan Grafik Barber Johnson

Menurut Sudra (2010:54) grafik Barber Johnson dapat dimanfaatkan


sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit
khususnya pendayagunaan sarana tempat tidur dan dapat digunakan untuk
melakukan perbandingan serta membantu dalam menganalisa dan mengambil
keputusan mengenai :

1) Memonitor kegiatan dan perbandingan efisiensi penggunaan tempat tidur


dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan kegiatan rumah sakit dalam
beberapa tahun dapat dilihat pada satu grafik.
2) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dari suatu unit
(rumah sakit atau ruang perawatan) dari waktu ke waktu dalam periode
tertentu.
3) Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan tempat
tidur yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu.
4) Kesalahan laporan, apabila laporan BOR, AvLOS, TOI, BTO setelah
digambarkan dalam grafik Barber Johnson, keempat garis tersebut tidak
bertemu dalam satu titik, berarti laporan tersebut tidak benar.
5) Perbandingan antar rumah sakit

Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama di beberapa rumah


sakit atau antar bagian di suatu rumah sakit dapat digambarkan dengan
satu grafik. Dengan jelas dan mudah dapat diambil kesimpulan, rumah

11
sakit mana atau bagian mana yang pengelolaan rawat inapnya telah
efisien.

6) Meneliti akibat perubahan kebijakan

Grafik Barber Johnson dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijakan


relokasi tempat tidur atau keputusan memperpendek Length of Stay.

Berdasarkan kegunaan tersebut, maka grafik Barber Johnson harus


dibuat oleh setiap rumah sakit sebagai bagian dalam laporan intern rumah
sakit, bahkan data BOR diperlukan oleh pihak pemerintah untuk
mengetahui seberapa jauh rumah sakit tersebut digunakan oleh
masyarakat.

c. Makna Grafik Barber Johnson dan Penerapan Parameter dalam


Melakukan Analisa Tingkat Efisiensi Rumah Sakit:

Garis BOR, AvLOS, TOI, dan BTO yang telah dibuat dengan grafik
Barber Johnson dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Parameter BOR

Makin dekat garis BOR dengan sumbu Y (AvLOS) maka persentase


BOR makin tinggi. Sebaliknya apabila makin jauh garis BOR dengan
sumbu Y maka nilai persentase makin rendah. BOR digunakan sebagai
tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat menggunakan
pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan rawat inap. Oleh pemerintah
BOR digunakan untuk melakukan perencanaan di bidang pelayanan
kesehatan misalnya perencanaan pembangunan rumah sakit. Nilai BOR
juga menunjukan secara kasar beban kerja yang dilakukan oleh staf medis
rumah sakit.

Menurut Sudra (2010:44) semakin tinggi nilai BOR berarti semakin


tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan
pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien

12
yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja
petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya pasien kurang mendapat
perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi nosokomial juga
meningkat. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru
menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta
keselamatan pasien.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai


ideal yang menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien,
keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah
sakit. Maka nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75%-85%
(Sudra, 2010:44)

2). Parameter AvLOS

Lama perawatan yang dijalani seorang pasien tergantung pada jenis


penyakitnya, stadium penyakitnya, mutu pelayanan medis dan
keperawatan serta fasilitas pelayanan yang ada di unit rawat inap. Untuk
memperpendek rata-rata lama perawatan pasien tidak dapat dilakukan
dengan menentukan kebikakan pemulangan pasien lebih cepat dengan
tujuan agar secepatnya pula ada pemasukan pasien baru. Karena kebijakan
seperti initidak mempertimbangkan nilai TOI yaitu waktu kosong
penggunaan tempat tidur. Sebaliknya dengan menahan pasien terlalu lama
di rumah sakit akan mengakibatkan pemborosan biaya perawatan.

Menurut Sudra (2010:51) nilai ideal AvLOS adalah antara 3-12 hari.
Apabila AvLOS melebihi nilai tersebut kemungkinan bisa disebabkan
adanya pasien yang berpenyakit kronis, penurunan kualitas pelayanan
keperawatan, dan adanya kelambatan atau penundaan penanganan medis
oleh staf medis rumah sakit.

3) Parameter TOI
Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat “menganggurnya”
tempat tidur yaitu semakin lama saat dimana tempat tidur tidak digunakan

13
oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif (Sudra,
2010:52). TOI yang lama kemungkinan disebabkan karena organisasi
yang kurang baik, kurangnya permintaan penggunaan tempat tidur
(demand) dan fasilitas penunjang medis yang kurang memadai baik fisik
maupun pengaturannya.

Nilai TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan memperbaiki sarana dan
prasarana di suatu ruangan rawat inap. Maka nilai TOI yang disarankan
adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:52).

4) Parameter BTO

Makin dekat garis BTO dengan titik sumbu (0,0), maka jumlah pasien
per tempat tidur dalam periode tertentu akan semakin tinggi. Sebaliknya
jika garis BTO makin menjauhi titik sumbu (0,0) maka nilai BTO akan
semakin kecil. Meningkatnnya nilai BTO mempertinggi nilai
produktivitas pelayanan medis, karena semakin banyak pasien yang
dirawat tanpa menambah tempat tidur atau memperluas ruangan rawat
inap.

Penurunan nilai BTO dapat disebabkan karena nilai AvLOS yang tinggi
atau semakin lama waktu rata-rata pasien dirawat. Selain itu juga
disebabkan karena nili TOI atau waktu kosong penggunaan tempat tidur
yang terlalu lama.Maka dari itu, nilai BTO yang disarankan adalah lebih
dari 30 pasien per tahun (Sudra, 201054).
TOI (Turn Over Interval)

AvLOS(Average Length Of Stay)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Biostatistik adalah cabang ilmu statistik yang berkaitan dengan aplikasi


metode statistk pada persoalan dibidang biologi dan kedokteran. Dalam rekam
medis biostatistik digunakan dalam kegiatan statistik rumah sakit diantaranya
penghitungan BOR, LOS, TOI, AvLOS, BTO, NDR, dan GDR yang berguna
dalam pengambilan keputusan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dragonity. 2010. Biostatistik Kesehatan, diakses dari


https://blogkesmas.blogspot.com/2010/11/biostatistika-kesehatan.html?m-1 ,
diakses pada 25 Maret 2020

Hidayat, Nurul Aep Nurul. 2017. Statistik rumah sakit dan indicator rumah sakit ,
diakses dari https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2017/09/16/statistik-
rumah-sakit-dan-indikator-rumah-sakit/ STATISTIK RUMAH SAKIT
DAN INDIKATOR RUMAH SAKIT , pada 24 Maret 2020

Isfany.2009. Dasar dasar ilmu statistik, diakses dari


https://tuloe.wordpress.com/2009/06/27/biostatistik/ , pada 25 Maret 2020

Mentasi, Fransisku. .Pengertian Biostatistik. diakses dari www.academia.edu ,


pada 23 Maret 2020

NN. 2015. √ 14 Pengertian Statistik Menurut Para Ahli (Pembahasan Lengkap) ,


diakses dari https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/10/14-pengertian-
statistik-menurut-para-ahli-terlengkap.html , pada 25 Maret 2020

https://id.wikipedia.org/wiki/Biostatistika

16

Anda mungkin juga menyukai